PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM ELIMINASI FILARIASIS MELALUI (POMP) SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN FILARIASIS DI KECAMATAN BONANG, KABUPATEN DEMAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan

BAB I PENDAHULUAN. menular (emerging infection diseases) dengan munculnya kembali penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang disebabkan oleh berjangkitnya penyakit-penyakit tropis. Salah satu

DESCRIPTION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR OF THE PEOPLE AT NANJUNG VILLAGE RW 1 MARGAASIH DISTRICT BANDUNG REGENCY WEST JAVA ABOUT FILARIASIS

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang

PERILAKU MINUM OBAT ANTI FILARIASIS DI KELURAHAN RAWA MAMBOK Anti-filariasis Medicine Drinking Behavior in Rawa Mambok Village

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Filariasis Limfatik atau penyakit Kaki Gajah merupakan salah

BAB 1 : PENDAHULUAN. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Akibat yang paling fatal bagi penderita yaitu kecacatan permanen yang sangat. mengganggu produktivitas (Widoyono, 2008).

Nizaar Ferdian *) *) mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Koresponden :

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Analisis Spasial Distribusi Kasus Filariasis di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

ABSTRAK. Pembimbing I : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc Pembimbing II : Hartini Tiono, dr.,m. Kes

BAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan

Filariasis cases In Tanta Subdistrict, Tabalong District on 2009 After 5 Years Of Treatment

Gambaran Pengobatan Massal Filariasis ( Studi Di Desa Sababilah Kabupaten Barito Selatan Kalimantan Tengah )

BAB 1 PENDAHULUAN. Filariasis atau yang dikenal juga dengan sebutan elephantiasis atau yang

GAMBARAN PEMBERIAN OBAT MASAL PENCEGAHAN KAKI GAJAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WELAMOSA KECAMATAN WEWARIA KABUPATEN ENDE TAHUN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang penularannya melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN FILARIASIS DI PUSKESMAS SE-KOTA PEKALONGAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.

HUBUNGAN PAPARAN MEDIA INFORMASI DENGAN PENGETAHUAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE PADA IBU-IBU DI KELURAHAN SAMBIROTO SEMARANG

GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA FILARIASIS DI DESA SANGGU KABUPATEN BARITO SELATAN KALIMANTAN TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah

Prevalensi pre_treatment

Juli Desember Abstract

Cakupan Pemberian Obat Pencegahan Massal Filariasis di Kabupaten Sumba Barat Daya Tahun

GAMBARAN KEPATUHAN PENGOBATAN MASAL DI DAERAH ENDEMIS KOTA PEKALONGAN

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

Fajarina Lathu INTISARI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENGOBATAN FILARIASIS DI DESA BURU KAGHU KECAMATAN WEWEWA SELATAN KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA

Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

Gambaran pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penduduk terhadap Filariasis. di Desa Bata Lura Kecamatan tanah Pinoh Kabupaten Melawi Tahun 2015

ANALISIS SITUASI FILARIASIS LIMFATIK DI KELURAHAN SIMBANG KULON, KECAMATAN BUARAN, KABUPATEN PEKALONGAN Tri Wijayanti* ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kusta merupakan salah satu jenis penyakit menular yang masih

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

DESKRIPSI TENAGA KERJA INDUSTRI KERUPUK RAFIKA DI KELURAHAN TANJUNG HARAPAN KECAMATAN KOTABUMI SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2012

Kondisi Filariasis Pasca Pengobatan Massal di Kelurahan Pabean Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Risk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data)

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008).

ARTIKEL PENINGKATAN PERAN SERTA MASYARARAT DALAM PENGOBATAN FILARIASIS LIMFATIK DI KECAMATAN TIRTO KABUPATEN PEKALONGAN. Tri Ramadhani *, M.

PERANAN LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN SILIAN RAYA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMANFAATAN BUKU KESEHATAN IBU DAN ANAK BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL

ABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto L, dr., MH

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu perhatian global karena kasus malaria yang tinggi dapat berdampak luas

Rencana Nasional Program Akselerasi Eliminasi Filariasis di Indonesia. No ISBN :

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI IBU TENTANG PENCEGAHAN ASCARIASIS ( CACINGAN ) PADA BALITA DI PUSKESMAS TAHTUL YAMAN KOTA JAMBI TAHUN 2015

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA

Kata kunci: filariasis; IgG4, antifilaria; status kependudukan; status ekonomi; status pendidikan; pekerjaan

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III

LAMPIRAN 1. Karakteristik Responden 1. Desa tempat tinggal : 2. Nama responden : 3. Umur responden : 4. Jenis kelamin : 1. Laki-laki 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Turki dan beberapa Negara Eropa) beresiko terkena penyakit malaria. 1 Malaria

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 2013 jumlah kasus baru filariasis ditemukan sebanyak 24 kasus,

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DI RW 1 DESA NANJUNG KECAMATAN MARGAASIH KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT TENTANG FILARIASIS TAHUN

No. Responden. I. Identitas Responden a. Nama : b. Umur : c. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi. d. Pekerjaan :

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP FILARIASIS DI KABUPATEN MAMUJU UTARA, SULAWESI BARAT. Ni Nyoman Veridiana*, Sitti Chadijah, Ningsi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Sanitasi Lingkungan

ANALISIS PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT FILARIASIS DI TIGA DESA KECAMATAN MAJALAYA KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN CAKUPAN MENELAN OBAT MASSAL PENCEGAH FILARIASIS

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

PELAKSANAAN TUGAS KESEHATAN KELUARGA DALAM MENGHADAPI DEPRESI PENDERITA PENYAKIT KUSTA DI DESA SUMBERGLAGAH KECAMATAN PACET MOJOKERTO

ABSTRAK STUDI KASUS PENENTUAN DAERAH ENDEMIS FILARIASIS DI DESA RANCAKALONG KABUPATEN SUMEDANG JAWA BARAT TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN HIV DAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

Transkripsi:

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM ELIMINASI FILARIASIS MELALUI (POMP) SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN FILARIASIS DI KECAMATAN BONANG, KABUPATEN DEMAK Nur Sulistyaningsih, Syamsulhuda Budi Musthofa, Aditya Kusumawati Bagian Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email: nurtyanur03@gmail.com ABSTRACT The filariasis elimination program through (POMP) is the provision of medicine to all residents in filariasis-endemic areas with DEC, Albendazole and Paracetamol in dosage, annually for at least 5 consecutive years. This research is addressed to the people in Bonang District, Demak Regency, especially Margolinduk and Wonosari villages. This study aims to describe people's perception of filariasis elimination program through (POMP) as filariasis prevention effort in Bonang Sub-district, Demak District. This research is descriptive research with the quantitative method. Respondents in this study amounted to 95. Data collection was done through questionnaire interview and observation. Data analysis is done univariate. The results of this study indicate that the respondents are in the old category of 35 or more than 35 years (52.6%), the primary level of education is less than junior high school (77.9%) and work as housewives (71.4%). Respondents had income below UMR (Rp 1.900.000,00) (66.3%). Some respondents have good knowledge about filariasis elimination program through (POMP) (54,7%), perceived susceptibility (66,3%), perceived severity (74,7%), perceived benefit (67,4%), perceived Barrier (60.0%), and self-efficacy (48.4%). In the implementation of filariasis elimination program through (POMP), there is a need to increase public awareness of the importance of filariasis elimination program through (POMP) as filariasis prevention efforts. Keywords: filariasis, POMP Program, Perception, Society PENDAHULUAN Filariasis merupakan penyakit menular yang mengenai saluran dan kelenjar limfe yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik pada perempuan maupun laki-laki. Penyakit filariasis tidak mengakibatkan kematian, tetapi dapat mengakibatkan cacat seumur hidup, stigma sosial, serta hambatan psikososial sehingga menurunkan produktivitas kerja penderita, keluarga, dan masyarakat yang akan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar. Pada tahun 2014, data dari WHO (World Health Organization), kasus filariasis menyerang 1.103 juta orang di 73 negara yang berisiko filariasis. Kasus filariasis menyerang 632 juta (57%) penduduk yang tinggal di Asia Tenggara (9 negara endemis) dan 410 juta (37%) penduduk yang tinggal di Afrika (35 negara 780

endemis). Sedangkan sisanya (6%) diderita oleh penduduk yang tinggal di wilayah Amerika (4 negara endemis), Mediterania Timur (3 negara endemis) dan wilayah Barat Pasifik (22 negara endemis). Sejak tahun 2000 telah diberikan dana 5,6 miliar ke seluruh dunia untuk mengeliminasi filariasis. Pada akhir tahun 2014, 62 dari 73 negara endemis telah melaksanakan Mass Drug Administration (MDA) dan 18 negara berhasil menghentikan penularan filariasis. Di Indonesia pada tahun 2016 dilaporkan sebanyak 29 provinsi dan 239 kabupaten/kota endemis filariasis, sehingga diperkirakan sebanyak 102.279.739 orang yang tinggal di kabupaten/kota endemis tersebut berisiko terinfeksi filariasis. Provinsi yang endemis filariasis di Indonesia adalah NTT (2.864), NAD (2.372), Papua Barat (1.244), Papua (1.184), Kalimantan Timur (524), Jawa Tengah (504), Jawa Barat (94). Rata-rata prevalensi mikrofilaria pada tahun 2015 sebesar 4,7%, jika penularan filariasis di daerah tidak ditangani maka penderita kaki gajah akan bertambah dari 13.032 orang menjadi sebanyak 4.807.148 orang yang akan terinfeksi filariasis dan berkembang menjadi penderita penyakit kaki gajah. Kasus filariasis (kronis) di Jawa Tengah secara kumulatif sebanyak 508 kasus menyebar di 34 kabupaten/kota. Kasus kronis filariasis selalu ditemukan setiap tahun. Di Jawa Tengah sendiri daerah yang endemis kasus filariasis ada 9 Kabupaten. Diantaranya yaitu Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, Brebes, Wonosobo, Semarang, Grobogan, Blora, Pati dan Demak. Dinas Kesehatan Kabupaten Demak, Jawa Tengah, menyatakan wilayahnya merupakan daerah endemis penyebaran filariasis kronis atau penyakit kaki gajah yang menahun. Penyebarannya merata di 11 Kecamatan, dan kasus terbanyak di Kecamatan Bonang, Karangtengah, Sayung, Karanganyar, Dempet, Karangawen, Mranggen, Kebonagung, Guntur, Demak, Mijen. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Demak, bahwa wilayah Kabupaten Demak merupakan daerah endemis penyakit kaki gajah dan setiap tahunnya ditemukan kasus filariasis. Pada tahun 1995-2016 terdapat 34 penderita filariasis. Faktor pendukung kasus penyakit filariasis di Kota Demak yaitu tingginya populasi nyamuk di Kabupaten Demak yaitu letak kabupaten Demak yang tidak lebih dari 100 meter di atas permukaan laut. Faktor penyebab penyakit filariasis juga tidak lepas dari perilaku masyarakat sekitar sebagai orang terdekat penderita dan orang yang memiliki pengaruh lebih diantara anggota keluarga, baik dalam segi kesehatan, pendidikan dan perilaku yang terbentuk pada masa mendatang.selain itu setiap individu, kelompok, ataupun masyarakat mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk melindungi kesehatan dan menjaga kesehatan dirinya sendiri dari berbagai penyakit. Kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan merupakan tanggung jawab masing-masing individu. Peran pemerintah atau pihak luar hanyalah sebagai fasilitator, motivator, atau stimulator saja.dalam upaya nyata pemerintah sudah melakukan program dalam mengatasi penyakit filariasis yaitu dengan eliminasi filariasis. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2014 Tentang 781

Penanggulangan Penyakit Filariasis menyebutkan bahwa pemberantasan penyakit filariasis dilakukan dengan Pemberian Obat Secara Massal Pencegahan Filariasis atau yang disebut dengan POMP filariasis. Eliminasi filariasis merupakan pengendalian penyakit menular yang telah ditetapkan oleh Indonesia menjadi salah satu prioritas program nasional. Indonesia telah sepakat untuk melaksanakan eliminasi filariasis sesuai ketetapan WHO tentang Kesepakatan Global Eliminasi Filariasis tahun 2020 (The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem by the Year 2020). Berdasarkan buku " Preparing and Implementing a National Plan to Eliminate Lymphatic Filariasis" (WHO, 2000) target program filariasis disebutkan bahwa cakupan POMP filariasis minimal yang harus dicapai untuk memutus rantai penularan sebesar 85%. Program eliminasi filariasis limfatik merupakan satu upaya untuk memberantas penyakit kaki gajah secara tuntas yang terdiri dari 2 komponen kegiatan yaitu memutuskan rantai penularan dengan melaksanakan pengobatan massal dan penatalaksanaan kasus klinis untuk mencegah kecacatan. Untuk pengobatan filariasis digunakan DEC (diethyl carbamazine citrate) dengan dosis 6 mg/kg berat badan dikombinasikan dengan Albendazole 400 mg sekali setahun selama 5 tahun pada seluruh populasi yang beresiko. Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pengobatan massal adalah adanya efek samping yang ditimbulkan berupa demam, sakit kepala, sakit otot, mual pusing dan lain-lain, serta dibutuhkan biaya operasional yang tinggi karena membutuhkan tenaga kesehatan untuk pengawasan dan penanggulangan efek samping yang timbul. Pelaksanaan POMP di Provinsi Jawa Tengah sendiri baru mencakup 4 kabupaten/kota yang endemis filariasis. Salah satu kabupaten yang endemis filariasis yaitu kabupaten Demak. 17, Keberhasilan program eliminasi filariasis khususnya pengobatan massal sangat tergantung dari kesadaran masyarakat. Mereka dapat menjadi penggerak utama dan berperan aktif dalam upaya penanggulangan filariasis di Indonesia. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Demak, Kecamatan Bonang merupakan Kecamatan tertinggi kasus filariasis. Kasus filariasis di Kecamatan Bonang berjumlah 10 orang dimana kasus tersebut tersebar di beberapa desa yang ada di Kecamatan Bonang. Desa tertinggi kasus filariasis yaitu Margolinduk dan Wonosari. Program eliminasi filariasis di Kecamatan Bonang Kabupaten Demak khususnya di kedua desa tersebut masih banyak hambatan yang timbul dalam pelaksanaannya. Akan tetapi belum diketahui apa saja yang mengakibatkan kurangnya dukungan warga Kecamatan Bonang Kabupaten Demak terhadap program eliminasi filariasis (POMP). Sehingga, peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang persepsi masyarakat terhadap program eliminasi filariasis melalui (POMP) sebagai upaya pencegahan filariasis di Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross 782

sectional.pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan alat bantu kuesioner. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Purposive Sampling, dengan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik accidental. Berikut ini perhitungan sampel rumus Lemeshow dengan asumsi kelonggaran ketidaktelitian sebesar 5%. Dalam perhitungan rumus minimal sampel diperoleh hasil 95 responden. Penelitian menggunakan teori Health Belief Model dengan melibatkan 8 variabel meliputi karakteristik responden, pengetahuan, perceived susceptibility,perceivedseverity, perceived benefit, perceived barrier, perceived self-efficacy. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Umur Responden No Umur Responden Jumlah F % 1 Dewasa (<35 45 47,4 tahun) 2 Tua ( 35 tahun) 50 52,6 Pada penelitian ini umur dikategorikan menjadi dewasa yaitu kurang dari 35 tahun dan kategori tua yaitu sama atau lebih dari 35 tahun.berdasarkan hasil penelitian, responden Desa Margolinduk dan Wonosari, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak berada pada kategori tua yaitu sebesar (52,6%) dengan usia termuda 24 tahun, usia tertua 60 tahun, dan median usia responden 35 tahun sebanyak 6 orang. 2. Jenis Kelamin Responden No Jenis Kelamin Jumlah Responden F % 1 Perempuan 95 100 Jenis kelamin merupakan identitas responden yang digunakan untuk membedakan antara perempuan dengan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir. Pada penelitian ini (100%) responden adalah perempuan. Hal tersebut dikarenakan pada saat wawancara perempuan banyak waktu luang dibanding laki-laki. Laki-laki di desa Margolinduk dan Wonosari banyak yang sedang bekerja di luar rumah sehingga saat dilakukannya wawancara banyak perempuan. Perempuan lebih banyak tinggal di rumah, memiliki banyak waktu luang, dan perempuan lebih mengetahui kesehatan bagi keluarganya 3. Tingkat Pendidikan Responden No Pendidikan Jumlah Responden F % 1 Dasar ( SMP) 52 54,7 2 Menengah-Tinggi 43 45,3 (>SMP) Pendidikan merupakan jenjang pendidikan formal tertinggi responden. Individu dengan tingkat pendidikan yang tinggi memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi dibanding dengan yang berpendidikan rendah, begitupun sebaliknya. Tingkat pendidikan seseorang dapat mendukung atau mempengaruhi tingkat pengetahuan, hal ini berarti semakin tinggi pendidikan seseorang maka pengetahuan akan semakin tinggi dan kualitas hidup meningkat. Responden pada penelitian ini adalah masyarakat Desa 783

Margolinduk dan Desa Wonosari, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak yang memiliki berbagai macam latar belakang pendidikan. Hasil penelitian pada kedua desa tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki latar belakang tingkat pendidikan dasar sebesar (52%).Sebagian besar responden berpendidikan kurang dari SMP, paling banyak dari mereka adalah tamat SMA. 4. Pekerjaan Responden No Pendidikan Responden 1 Ibu Rumah Tangga 2 PNS 3 Pedagang 4 Wiraswasta 5 Swasta 6 Buruh 7 Lain-lain Jumlah F % 41 43,2 3 26 18 4 1 2 3,2 27,4 18,9 4,2 1,1 2,1 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah bekerja sebesar (56,8%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Stefan, dkk (2013), menyatakan bahwa responden yang bekerja memiliki banyak tuntutan dan harapan akan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan. Responden yang tidak bekerja pada umumnya tidak memiliki tuntutan dan harapan yang tinggi terhadap pelayanan kesehatan.pekerjaan responden paling banyak adalah sebagai ibu rumah tangga sebesar (43,2%). Dari hasil wawancara di desa Margolinduk dan Wonosari bahwa responden lebih suka mengurus pekerjaan rumah, daripada bekerja sendiri yang wajib mencari nafkah hanya suami. Tugas istri menjadi seorang ibu rumah tangga, mengurus anak dan suami. 5. Pendapatan Responden No Pendapatan Jumlah Responden F % 1 Dibawah UMR 63 66,3 2 Diatas UMR 32 33,7 UMR (Upah Minimum Regional) Kabupaten Demak yaitu Rp 1.900.000,00. Hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden berpendapatan dibawah UMR sebesar (66,3%). Dengan penghasilan kurang yang mereka dapat membuat mereka menjadi lebih fokus terhadap apa yang harus mereka dapat untuk mencukupi kehidupan sehari hari daripada memikirkan hal lain yang juga dapat mempengaruhi kehidupan mereka yaitu masalah kesehatan. Berdasarkan hasil wawancara bahwa mereka tidak ingin ikut campur terlalu banyak akan masalah kesehatan yang ada. Apabila dengan mempunyai penghasilan tinggi mereka akan mampu menjangkau pelayanan kesehatan dengan mudah. 6. Pengetahuan No Pengetahuan Jumlah Responden F % 1 Baik 52 54,7 2 Kurang Baik 43 45,3 Pada penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan warga Desa Margolinduk dan Wonosari mengenai program (POMP) adalah baik. Secara umum penduduk desa Margolinduk dan Wonosari sudah mengetahui program tersebut dengan baik. Akan tetapi masih ada beberapa pengetahuan mengenai program (POMP) dan penyakit filariasis yang belum mereka ketahui.kondisi yang belum diketahui terdapat pada waktu pelaksanaan program dan penularan penyakit filariasis. 784

Responden desa Margolinduk dan Wonosari masih ada yang tidak tahu mengenai waktu pelaksanaan program (POMP). Akan tetapi ada juga yang sudah mengetahui bahwa program (POMP) diadakan setiap setahun sekali. Jangka waktu yang lama membuat masyarakat tidak begitu mengingat waktu pelaksanaan program tersebut.sehingga banyak dari mereka yang tidak tahu kapan pelaksanaan program (POMP). Selain itu banyak program kesehatan lain yang diadakan oleh pemerintah, sehingga masyarakat tidak mengingat jelas mengenai pelaksanaan program (POMP). 7. Perceived Susceptibility No Perceived Susceptibility Responden Jumlah F % 1 Rendah 32 33,7 2 Tinggi 63 66,3 Persepsi kerentanan penduduk desa Margolinduk dan Wonosari sudah baik. Responden sudah melakukan pencegahan filariasis dengan menggunakan kelambu saat tidur, baik siang hari maupun malam hari. Selain menggunakan kelambu mereka juga memakai obat nyamuk, bakar maupun oles. Menurut Nasrin (2008) salah satu faktor pencegahan filariasis di Kabupaten Bangka Barat adalah penggunaan kelambu waktu tidur. Selain itu rajin berolahraga dan menjaga kebersihan membuat responden menjadi rentan akan penularan filariasis. Perilaku yang baik adalah dengan membersihkan genangan air. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden bahwa dengan membersihkan genangan air akan terhindar dari berbagai jenis penyakit khususnya penyakit filariasis. Dampak positif yang ditimbulkan karena rajin membersihkan genangan air yaitu responden merasa nyaman akan suasana yang ada di sekitar tempat tinggal. Sehingga mereka tidak perlu takut akan terkena suatu penyakit yang serius. 8. Perceived Severity No Perceived SeverityResponde n Jumlah F % 1 Rendah 24 25,3 2 Tinggi 71 74,7 Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden merasa penyakit filariasis merupakan penyakit yang serius dan berbahaya. Setengah dari responden mengatakan bahwa penyakit filariasis dapat menular. Akan tetapi penyakit tersebut tidak akan berbahaya jika rajin periksa kesehatan dan minum obat DEC. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Febriana (2012) mengenai kepatuhan minum obat filariasis pada pengobatan massal berdasarkan teori Health Belief Model di kelurahan Limo Depok bahwa pada pernyataan perceived severity menunjukkan hasil sebanyak (94,6%) responden menjawab setuju bila tidak minum obat DEC akan semakin parah. Dampak negatif yang timbul akibat penyakit filariasis dapat mempengaruhi dan menurunkan produktivitas kerja sehingga penderita akan sulit melakukan aktivitas sehari-hari. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden bahwa penderita filariasis akan sangat sulit dalam bekerja dan melakukan aktivitas sendiri. Aktivitas mereka tergantung dengan keluarga atau orang lain yang ada di sekeliling penderita. 785

9. Perceived Benefit No Perceived Benefit Jumlah Responden F % 1 Rendah 31 32,6 2 Tinggi 64 67,4 Penelitian ini menunjukkan 67,4% responden yang memiliki tingkat perceived benefit tinggi yang termasuk kedalam kategori bahwa masyarakat merasa yakin akan manfaat program eliminasi filariasis (POMP). Banyak manfaat yang didapat dari mengikuti program (POMP). Manfaat yang didapat dari program eliminasi filariasis (POMP) yaitu mulai dari cara pencegahan penularan filariasis, mendapatkan pelatihan, meningkatkan kesejahteraan sosial, mendapat pelayanan kesehatan yang baik, dan menambah pengetahuan mengenai filariasis beserta programnya. Sehingga dengan manfaat tersebut membantu upaya penanggulangan filariasis khususnya di desa Margolinduk dan Wonosari, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak.Dalam teori Health Belief Model menyatakan bahwa individu akan mempertimbangkan apakah suatu alternatif memang bermanfaat dapat mengurangi ancaman penyakit. Persepsi ini dipengaruhi oleh norma dan tekanan dari masyarakat. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa perceived benefit yang dirasa ketika mengikuti program (POMP) adalah baik. Hal tersebut terbukti dengan pernyataan responden bahwa dengan mengikuti program (POMP) dapat menambah pengetahun tentang filariasis, dapat membantu penanggulangan filariasis, serta mendapat pelatihan pengembangan diri. 10. Perceived Barrier No Perceived Barrier Jumlah Responden F % 1 Rendah 38 40,0 2 Tinggi 57 60,0 Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat perceived Barrier tinggi yaitu sebesar (60,0%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Febriana (2012) bahwa sebagian besar perceived barrier yaitu sebesar (88,9%). Dalam pelaksanaan program (POMP), sebagian besar responden mendapat hambatan yang besar. Responden mendapat hambatan dalam hal fasilitas dan akses menjalankan program (POMP). Kendala fasilitas yang dimiliki membuat mereka berfikir lagi untuk ikut serta dalam menjalankan program. Sejauh ini masyarakat merasa ragu-ragu untuk menjalankan program (POMP). Selain itu akses yang kurang juga membuat masyarakat kesulitan dalam menjalankan program. Dari segi keluarga dan orang di sekitar mereka sebagian besar tidak ada yang menentang apabila mereka berpartisipasi dalam program. Responden mengatakan bahwa mereka lebih mengutamakan kepentingan bersama. Akan tetapi sejauh ini hanya kepentingan pribadi yang mereka utamakan. Hal tersebut terbukti dengan hasil wawancara bahwa tidak ikut berpartisipasi dalam program karena harus mengorbankan waktu dan tenaga yang lebih sehingga pekerjaan rumah dan keluarga nanti akan terganggu. Masih banyak urusan lain daripada ikut mengurusi program yang tidak sesuai dengan keinginan mereka. Menurut 786

responden program eliminasi filariasis (POMP) tidak sesuai dengan keinginan. Hal tersebut dikarenakan tidak ada pemberitahuan dan penjelasan yang lengkap mengenai program (POMP) dari petugas kesehatan. Responden menyatakan bahwa sejauh ini pemberitahuan yang ada rata-rata berupa pemberitahuan untuk minum obat filariasis agar tidak terkena filariasis. Dalam penyampaian mengenai program (POMP) oleh petugas, menurut masyarakat dirasa kurang begitu lengkap. Seharusnya petugas kesehatan sebelum memberikan pengobatan massal, menjelang pengobatan kurang dari 1 bulan sebaiknya diadakan sosialisasi kepada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakit filariasis. Sehingga masyarakat melaksanakan pengobatan dan menyikapi dengan benar apabila terjadi reaksi pengobatan dengan benar. Karena mereka bertanggungjawab untuk menginformasikan kepada orangorang secara langsung tentang pentingnya minum obat filariasis, mereka juga yang akan menjawab pertanyaan masyarakat seputar filariasis dan memastikan orangorang langsung meminum obat filariasis tersebut. 11. Perceived Self-Efficacy No Perceived Self- Efficacy Responden Jumlah F % 1 Rendah 46 48,4 2 Tinggi 49 51,6 Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti dengan 95 responden di Kecamatan Bonang yaitu di Desa Margolinduk dan Wonosari, bahwa sebagian besar responden yang memiliki keyakinan terhadap kemampuan diri untuk melakukan program (POMP) kurang baik sebesar (51,6%). Pada keyakinan terhadap kemampuan diri untuk melakukan program yaitu terdiri dari pencarian dan penyebaran informasi mengenai filariasis, minum obat massal DEC setahun sekali selama lima tahun, manfaat program bagi masyarakat, dan seberapa rajin mengikuti sosialisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebesar (52,6%) responden mencari informasi mengenai program (POMP) dan sebesar (57,9%) responden menyebarkan informasi.masyarakat yang rajin minum obat DEC sebesar (46,3%) sedangkan sebesar (53,7%) responden menjawab tidak minum obat. Berdasarkan wawancara dengan masyarakat bahwa setelah minum obat DEC terjadi efek samping yaitu pusing dan mual. Akibat kejadian tersebut masyarakat lain yang belum minum obat ikut merasa takut dan akhirnya tidak minum obat tersebut. Hal ini dikarenakan kurang lengkapnya informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan mengenai obat filariasis, masyarakat merasa langsung disuruh minum tanpa ada penjelasan yang lengkap mengenai obat tersebut, sehingga mereka takut untuk minum obat DEC yang diberikan pemerintah karena banyak dari mereka yang mengalami efek samping muntah dan sampai pingsan.penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Endang dkk (2014) bahwa ketakutan terhadap efek atau reaksi minum obat filariasis memiliki peluang 12 kali terhadap kepatuhan minum obat dengan kondisi ketakutan masyarakat kabupaten Bandung terhadap obat POMP karena kasus kematian pada tahun 787

2009 setelah pemberian obat POMP. Selain itu alasan mereka tidak minum obat karena anggota keluarga lupa memberikan obat filariasis yang telah dibagikan kepada anggota keluarganya. Karena lama tidak diminum dan lupa diberikan, akhirnya obat tersebut tidak jelas lagi keberadaannya sehingga mereka tidak meminumnya. Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Laelatul mengenai evaluasi program eliminasi filariasis dari aspek perilaku dan perubahan lingkungan bahwa lupa memberikan obat filariasis merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat Kelurahan Kuripan Yosorejo dalam kepatuhan minum obat. Sebanyak (35,8%) responden mengatakan bahwa program (POMP) bermanfaat bagi masyarakat. Sedangkan sebesar (64,2%) responden menjawab tidak bermanfaat.data hasil wawancara dengan masyarakat Margolinduk dan Wonosari menyatakan bahwa mereka malas mengikuti sosialisasi karena penyampaian informasi yang dilakukan oleh petugas kesehatan tidak begitu jelas sehingga mereka tidak mau lagi mengikuti sosialisasi. KESIMPULAN 1. Sebagian besar responden Desa Margolinduk dan Wonosari, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak berada pada kategori umur tua ( 35 tahun) yaitu sebesar (52,6%) dengan median 35 yang berjumlah 6 orang. Hasil penelitian pada kedua desa tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki latar belakang tingkat pendidikan tinggi yaitu SMP atau lebih dari SMP sebesar (77,9%), dan sebagian besar responden merupakan ibu rumah tangga (43,2%). 2. Pendapatan kurang dari UMR (Rp 1.900.000,00) sebesar (66,3%). 3. Pengetahuan warga Desa Margolinduk dan Wonosari mengenai program (POMP) menunjukkan hasil yang baik yaitu sebesar (54,7%). 4. Pada pernyataan perceived susceptibilty sebagian besar responden merasa tidak rentan untuk terkena filariasis, hal tersebut ditunjukkan dengan hasil keyakinan responden terhadap kerentanan akan penularan filariasis tinggi sebesar (66,3%). 5. Pada perceived severitysebesar (74,7%) responden merasa bahwa filariasis merupakan hal yang serius untuk dirinya, sedangkan sisanya sebesar (25,3%) merasa jika filariasis bukan hal yang serius untuk dirinya. 6. Pada perceived benefit sebesar (67,4%) responden mempunyai keyakinan dan kepercayaan yang tinggi bahwa mengikuti program (POMP) dapat mengurangi risiko yang menimbulkan dampak buruk akibat filariasis. 7. Pada perceived Barrier sebesar(60,0%) responden mempunyai kepercayaan dan keyakinan yang tinggi bahwa banyak hambatan untuk mengikuti program (POMP). 8. Pada self-efficacysebesar (48,4%) responden memiliki keyakinan terhadap kemampuan diri untuk melakukan program (POMP). SARAN 1. Meningkatkan fasilitas pelayanan informasi mengenai program (POMP) untuk masyarakat. 788

2. Meningkatkan dalam monitoring dan evaluasi program (POMP) sehingga program berjalan sesuai rencana yang diharapkan. 3. Masyarakat berperan aktif dengan mencari informasi dan menyebarkan informasi mengenai program (POMP) sertaaktif dengan ikut sosialisasi dan tidak mendiskriminasi penderita filariasis sehingga penderita tetap percaya diri dalam berinteraksi dengan masyarakat lain. 4. Melakukan penelitian yang lebih spesifik mengenai persepsi masyarakat terhadap program (POMP) DAFTAR PUSTAKA 1. D P. Epidemiologi Penyakit Kaki Gajah (Filariasis) Di Indonesia. Departemen Kesehatan RI: Jakarta, 2005. 2. Infodatin Situasi Filariasis Di Indonesia Tahun 2015. http://www.depkes.go.id/resource s/download/pusdatin/infodatin/info datin-filariasis-2016.pdf 3. Dinas Kesehatan Kabupaten Demak. Demak Dinyatakan Endemis Filariasis, Tahun 2016 Ditemukan 23 Penderita. Dinas Kesehatan Kabupaten Demak, 2016 4. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2014 Tentang Penanggulangan Filariasis. Kementerian Kesehatan RI: Jakarta, 2015. 5. Pemerintah Kabupaten Ende. Eliminasi Filariasis Prioritas Nasional. 2016 6. Pusat Data Surveilans Epidemiologi Kementerian Kesehatan RI. Filariasis Di Indonesia Buletin Jendela Epidemiologi. 2010; 1. 7. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Program Eliminasi Filariasis Di Indonesia. Departemen Kesehatan RI: Jakarta, 2008. 8. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Promosi Kesehatan Dalam Eliminasi Penyakit Kaki Gajah (Filariasis). Dirjen PPM & PL, 2004. 9. Ompungsu, S.M., Tuti, S. Dan Hasugian AR. Endemisitas Filariasis dengan Lama Pengobatan Massal Berbeda. Majalah Kedokteran Indonesia, 2008. 10. Endang Puji Astuti, Mara Ipa, Tri Wahono AR. Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap Kepatuhan Minum Obat Filariasis di Tiga Desa Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung. 2013. 11. Dinas Kesehatan Kabupaten Demak Tahun 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Demak. Dinas Kesehatan Kabupaten Demak, 2014. 12. Dinas Kesehatan Kabupaten Demak. Warga Demak Cuek Terhadap Penyakit Kaki Gajah. 2016. 13. Dinas Kesehatan Kabupaten Demak. Data Penderita Filariasis (Klinis) Dinas Kesehatan Kabupaten Demak Tahun 2016. Dinas Kesehatan Kabupaten Demak: Demak, 2016. 14. Sugiarto. Teknik Sampling. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2001. 15. Novita L dkk. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kebidanan. Deepublish: Yogyakarta, 2007. 16. Marwani A. Biostatistika Lanjut. Semarang, 2005. 17. Hasan M. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia: Jakarta, 2002. 789

18. Fajarwati A, Sari ELP, Putrie Soewarno NG. Strategi untuk Mengatasi Permasalahan Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE). 2017; Vol. 31 No: 25 30. 19. Fausia L, Prasetyaningsih N. Gender dalam Kawasan DAS Citanduy. Kaji Aktifitas Reproduktif dan Produktif Peremp dalam Sumberd Alam Work Pap Proy Desentralisasi Pengelolaan dan Sist Tata Pamong Sumberd Alam Kasus DAS Citanduy 2005. 20. Lusi I, Utami Gt, Nauli Fa. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Tentang Penyakit Filariasis Dengan Tindakan Masyarakat Dalam Pencegahan Filariasis. 2013. 21. Santosa. Karakteristik dan Perilaku Masyarakat Berkaitan dengan Filariasis di Kabupaten Muaro Jambi. Jumal Ekol Kesehat 2013; 12 No 4: 286 294. 22. Anoraga P. Psikologi Pekerjaan. PT Rineka Cipta: Jakarta, 2006. 23. Lutfiana AA. Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Keputusan Bekerja. 2015. 24. Sari, Sekarwana N, Hinduan ZR, Sumintono B. Analisis Tingkat Kepuasan Masyarakat terhadap Dimensi Kualitas Pelayanan Tenaga Pelaksana Eliminasi Menggunakan Pemodelan Rasch. 2016; 2 No 1. 25. Herke J. O. Sigarlak. Karakteristik, Pengetahuan, Dan Sikap Ibu Terhadap Penyakit Demam Berdarah Dengue. Ber Kedokt Masy 2007; Vol. 23, N: 148 153. 26. Noor N. Epidemiologi. Rineka Cipta: Jakarta, 2008. 27. Christy MY. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Dehidrasi Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Kalijudan. Berk Epidemiol 2014; 2 No 3: 297 30 790

791