BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. massa koloni bakteri kompleks yang terorganisasi dalam matriks intermikrobial

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Flora mulut kita terdiri dari beragam organisme, termasuk bakteri, jamur,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. Minyak Kelapa Murni (VCO, Virgin Coconut Oil) berasal dari tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berdasarkan ada atau tidaknya deposit organik, materia alba, plak gigi, pelikel,

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kelompok mikroba di dalam rongga mulut dan dapat diklasifikasikan. bakteri aerob, anaerob, dan anaerob fakultatif.

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan mulut merupakan bagian dari kesejahteraan umum manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Nikaragua. Bersama pelayar-pelayar bangsa Portugis di abad ke 16, tanaman ini

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

minyak mimba pada konsentrasi 32% untuk bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, 16% untuk bakteri Salmonella typhi dan 12,5% terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat Indonesia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 yang

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikeluhkan masyarakat.menurut survei di Indonesia, karies gigi

BAB I PENDAHULUAN. dijual dipasaran, diantaranya adalah chlorhexidine. Chlorhexidine sendiri

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut tidak lepas dari peran mikroorganisme, yang jika

BAB I PENDAHULUAN. mampu membentuk polisakarida ekstrasel dari genus Streptococcus. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. Rongga mulut manusia tidak terlepas dari berbagai macam bakteri, diantaranya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hampir 700 spesies bakteri dapat ditemukan pada rongga mulut. Tiap-tiap

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rongga mulut. Kandidiasis oral paling banyak disebabkan oleh spesies Candida

BAB I PENDAHULUAN. atau menguntungkan yaitu, bakteri patogen dan bakteri non patogen. Bakteri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. Streptococcus sanguis merupakan bakteri kokus gram positif dan ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam rongga mulut. Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga (2006) menunjukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. golongan usia (Tarigan, 1993). Di Indonesia penderita karies sangat tinggi (60-

BAB I PENDAHULUAN. dan Nigeria sering menggunakan kombinasi obat herbal karena dipercaya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan adalah perubahan morfologi dan fungsional pada suatu

pertumbuhan dengan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus yang tampak pada Rf = 0, 67 dengan konsentrasi mulai 3% untuk Escherichia coli dan 2%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedokteran gigi adalah karies dan penyakit jaringan periodontal. Penyakit tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau santan dalam sayur-sayuran. Minyak kelapa murni mengandung asam laurat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kavitas oral ditempati oleh bermacam-macam flora mikroba, yang berperan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Rongga mulut manusia tidak pernah terlepas dari bakteri. Dalam rongga mulut

BAB I PENDAHULUAN. yang predominan. Bakteri dapat dibagi menjadi bakteri aerob, bakteri anaerob dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan di kedokteran gigi adalah hydrocolloid irreversible atau alginat

BAB 1 PENDAHULUAN. cetak dapat melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan karena

Deskripsi KOMPOSISI EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (AVERRHOA BILIMBI L) DAN PENGGUNAANNYA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. prevalensi masalah gigi dan mulut diatas angka nasional (>25,9%) dan sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan alam banyak dimanfaatkan sebagai obat-obatan, termasuk dalam

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. akar gigi melalui suatu reaksi kimia oleh bakteri (Fouad, 2009), dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah dengan menggunakan obat kumur antiseptik. Tujuan berkumur

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. American Association of Orthodontists menyatakan bahwa Ortodonsia

BAB 1 PENDAHULUAN. pada permulaan terjadinya karies gigi (Purnamasari et al., 2010). Namun, tanpa

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan tanaman obat di Indonesia perlu digali lebih mendalam, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari

BAB 1 PENDAHULUAN. RI tahun 2004, prevalensi karies gigi mencapai 90,05%. 1 Karies gigi merupakan

PERBEDAAN EFEKTIFITAS OBAT KUMUR HERBAL DAN NON HERBAL TERHADAP AKUMULASI PLAK DI DALAM RONGGA MULUT

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini perhatian masyarakat untuk kembali memakai bahan alam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman

BAB I PENDAHULUAN. 90% dari populasi dunia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu bagian tanaman pepaya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya

I. PENDAHULUAN. Pasta merupakan produk emulsi minyak dalam air yang tergolong kedalam low fat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Plak dapat berkalsifikasi menjadi kalkulus atau tartar. Plak dapat terlihat dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2013 menunjukkan urutan pertama pasien

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu cermin dari kesehatan manusia, karena merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. mulut dan bersama grup viridans lainnya umum terdapat di saluran pernapasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koloni bakteri pada plak gigi merupakan faktor lokal yang mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Propolis adalah campuran dari sejumlah lilin lebah dan resin yang

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. gigitiruan dan sebagai pendukung jaringan lunak di sekitar gigi. 1,2 Basis gigitiruan

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Angka kejadian masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. jika menembus permukaan kulit ke aliran darah (Otto, 2009). S. epidermidis

BAB 1 PENDAHULUAN. ke dentin kemudian ke pulpa (Tarigan, 2013). Penyakit karies dapat

BAB I PENDAHULUAN. dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak/biofilm, dan diet. Komponen diet

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus sanguis adalah jenis bakteri Streptococcs viridans yang

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan khususnya sebagai bahan oleopangan dan oleokimia. bahan oleopangan, minyak kelapa digunakan untuk minyak goreng dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plak gigi merupakan lapisan yang padat, tidak termineralisasi, mengandung massa koloni bakteri kompleks yang terorganisasi dalam matriks intermikrobial menyerupai gel. Matriks ini melindungi bakteri dari sel-sel imun seperti neutrofil, makrofag, dan limfosit. Matriks akan melekat dengan kuat pada acquired pellicle dan juga pada gigi, kalkulus, dan restorasi (Marya, 2011). Sekitar 70% dari volume plak terdiri dari sel bakteri. Sisanya merupakan protein dan polisakarida ekstraselular, yang bertindak sebagai matriks dari komponen selular. Sebagai tambahan, plak mengandung sedikit sel epitel dan sel darah putih yang berasal dari cairan crevicular (Murray dkk., 2003). Bakteri dalam plak umumnya merupakan bakteri gram positif. Jumlah bakteri terbanyak dalam plak adalah Streptococcus dan Actinomyces sp yang membentuk suatu susunan yang terorganisasi pada permukaan gigi. Plak bertambah massanya seiring dengan waktu, dan komposisinya menjadi lebih kompleks dengan adanya bakteri gram negatif yang bergabung dengan Streptococcus dan Actinomyces untuk mengawali pembentukan plak (Jubb dkk., 1985). Proses pembentukan plak pada gigi diawali dengan terbentuknya pellicle dalam rongga mulut. Pellicle adalah struktur organik awal yang terbentuk pada permukaan gigi dan permukaan artifisial dari protesa. Tahap pertama dalam formasi pellicle melibatkan adhesi dari protein saliva pada permukaan apatit. 1

Ketebalan pellicle bermacam-macam dari 100 nm dalam 2 jam hingga 500 nm menjadi 1000 nm. Tahap kedua adalah proses transisi pellicle menjadi plak gigi yang terjadi dalam waktu yang cepat. Komponen pertama pembentuk plak gigi terutama terdiri dari bakteri berbentuk coccus dan sedikit dari sel epitel dan lekosit PMN, sel tersebut membentuk monolayer dalam beberapa jam, dan bakteri yang melekat berproliferasi membentuk koloni kecil pada bakteri berbentuk kokus. Komponen kedua mulai terbentuk dengan jenis mikroorganisme lain yang berproliferasi dan membentuk mikrokoloni yang berbeda seiring berjalannya waktu. Dua proses adhesi diperlukan dalam perkembangan plak gigi. Pertama, bakteri harus melekat pada permukaan pellicle menjadi perlekatan yang kuat untuk dapat bertahan dari aksi pembersihan gigi alami. Kedua, bakteri tersebut harus tumbuh dan melekat satu sama lain untuk membentuk akumulasi plak (Reddy, 2008). Untuk menghambat pembentukan plak dalam rongga mulut diperlukan suatu mekanisme kontrol plak. Mekanisme kontrol plak adalah pembersihan mikroorganisme plak dan pencegahan akumulasi bakteri plak pada gigi dan permukaan gingiva yang berdekatan dengan gigi (Reddy, 2008). Salah satu mekanisme kontrol plak yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan obat kumur. Obat kumur adalah larutan yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau mulut, dan mengandung antiseptik. Obat kumur berfungsi untuk mengurangi bakteri plak dalam rongga mulut, menghilangkan partikel makanan, mengurangi bau mulut dan memberikan rasa nyaman pada mulut. Banyak jenis bahan aktif obat kumur yang telah dievaluasi untuk dapat mengurangi pembentukan plak juga 2

memiliki kemampuan untuk mengurangi mutan streptococci, seperti klorheksidin, minyak esensial, triklosan, cetylpyridinum chloride, sanquinarin, sodium dodecyl sulphate, dan ion logam lainnya (timah, zink, tembaga) (Marya, 2011). Minyak kelapa murni dapat membunuh kuman dalam rongga mulut dan membuat ph mulut menjadi stabil. Minyak kelapa murni juga dapat melindungi gigi dari bakteri penyebab karies gigi yang terdapat dalam plak (Wolfe, 2009). Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa karies gigi bisa dihambat oleh berbagai jenis lemak, seperti pada coconut oil, yang menghasilkan lemak antimikrobial (asam lemak jenuh rantai sedang dan monogliserida) dalam mulut, diketahui lebih efektif dibandingkan dengan minyak lain dalam menghambat karies (Kabara, 2008). Menurut penelitian Thaweboon dkk. (2011) coconut oil dapat menunjukkan aktifitas antimikrobial terhadap S. mutans yang terdapat dalam plak gigi terkait dengan lesi karies. Minyak kelapa murni atau yang biasa disebut dengan virgin coconut oil merupakan salah satu produk yang terbuat dari buah kelapa (Cocos nucifera). Virgin coconut oil menjadi produk yang sangat dicari karena khasiatnya. Berbagai macam penyakit dapat dicegah dengan mengkonsumsi minyak kelapa karena adanya kandungan asam lemak rantai sedang, seperti asam laurat (Karmana, 2006). Virgin coconut oil mengandung zat yang disebut dengan asam lemak rantai sedang, atau trigliserid rantai sedang atau Medium Chain Triglycerides (MCT). Asam lemak rantai sedang ini selain terdapat dalam virgin coconut oil juga terdapat dalam air susu ibu. Asam lemak rantai sedang ini berbeda dari asam lemah rantai panjang yang umum di dalam minyak berbahan dasar tumbuhan 3

lainnya. Minyak tumbuhan lainnya tersusun dari asam lemak rantai panjang atau Long Chain Triglycerides (LCT). Asam lemak rantai panjang ini biasanya disimpan di dalam tubuh sebagai lemak, sementara asam lemak rantai sedang dibakar sebagai energi. Asam lemak rantai sedang terbakar cepat di dalam tubuh (Shilhavy dan Shilhavy, 2012). Banyak penelitian terbaru yang meneliti virgin coconut oil terutama pada asam laurat sebagai rantai asam lemak yang paling dominan ditemukan di virgin coconut oil yang terbukti memiliki sifat antimikrobial dan antivirus. Ketika asam laurat dikonsumsi dalam diet makanan, asam laurat membentuk monogliserid yang disebut dengan monolaurin, yang telah terbukti dapat menghancurkan beberapa bakteri dan virus, termasuk Listeria monocytogenes dan Helicobacter pylori, dan protozoa seperti Giardia lamblia. Beberapa virus yang telah dihancurkan oleh monolaurin termasuk HIV, measles, HPV-1, vesicular stomatitis virus, influenza dan cytomegalovirus. Sekarang ini juga terbukti bahwa asam lemak rantai menengah dalam minyak kelapa dapat membunuh infeksi jamur seperti kandida (Shilhavy dkk., 2012). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Baitaningsih (2006) membuktikan bahwa virgin coconut oil dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%, dan 80% dapat menghambat pertumbuhan Peptostreptococcus sp. Penelitian Ogbolu dkk. (2007) membuktikan bahwa virgin coconut oil konsentrasi 0,79%, 50%, dan 100% memiliki efek antifungal terhadap berbagai jamur Candida. Monogliserid memiliki aktifitas antibakteri yang sangat kuat. Bakteri Gram positif diubah menjadi tidak aktif oleh kemampuan monogliserid yang sama 4

baiknya dalam asam lemak jenuh rantai sedang dan asam lemak jenuh rantai panjang, sedangkan bakteri Gram-negatif E. coli dan Salmonella enteridis dapat dipengaruhi aktifitasnya oleh monogliserid yang terkandung dalam asam lemak tidak jenuh rantai panjang dan monolaurin. Terdapat bermacam-macam sensitivitas dalam inaktifasi menggunakan monogliserid pada bakteri Gramnegatif. Perbedaan sensitivitas terhadap proses inaktifasi bakteri dapat disebabkan oleh komposisi dinding sel dan membran bakteri yang berbeda-beda (Woodward dan Draper, 2001). Monolaurin merupakan senyawa monogliserid yang bersifat antivirus, antibakteri, dan antiprotozoa (Syah, 2005). Mekanisme antibakteri monogliserid dapat berupa penghancuran dinding sel bakteri atau membran pembungkus pada virus, halangan interaksi ligan-reseptor, atau hambatan replikasi DNA atau RNA virus (Davidson dkk., 2005). Kemampuan asam lemak rantai sedang untuk menghancurkan membran selular telah dibuktikan terhadap sel bakteri, baik bakteri Gram-negatif maupun bakteri Gram-positif. Percobaan paparan monolaurin pada bakteri E. coli pada suhu 30 o C dengan ph fisiologis menunjukkan tidak adanya aktifitas antibakteri, sedangkan pada suhu 50 o C dengan ph rendah selama 5 menit menujukkan proses inaktifasi bakteri yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa permeabilitas membran luar sel bakteri dapat dirusak dengan pemanasan yang menyebabkan monolaurin dapat masuk ke dinding sel. Tingkat kejenuhan suatu asam lemak juga dapat mempengaruhi mekanisme perusakan membran sel bakteri. Efek ini dapat ditingkatkan dengan mengubah faktor lingkungan, misalnya dengan menaikan suhu dan menurunkan ph (Thormar, 2010). 5

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana jumlah koloni bakteri plak gigi setelah berkumur dengan virgin coconut oil konsetrasi 20%? C. Keaslian Penelitian Ogbolu dkk. (2007) secara in vitro menguji sifat antifungal coconut oil 0,79%, 50%, dan 100% terhadap jenis jamur Candida yang diujikan seperti Candida albicans, Candida galbrata, Candida stellatoidea, Candida tropicalis, Candida krusei, dan Candida parapsilosis. Hasil penelitian tersebut menunjukkan coconut oil konsentrasi 0,79% mempunyai daya antimikrobial terhadap 35% jenis Candida, konsentrasi 50% mempunyai daya antimikrobial terhadap 90% jenis Candida, sedangkan konsentrasi 100% mempunyai daya antimikrobial terhadap semua jenis Candida yang diujikan. Baitaningsih (2006) secara in vitro menguji daya antibakteri virgin coconut oil konsentrasi 20%, 40%, 60%, dan 80% terhadap Peptostreptococcus sp. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa virgin coconut oil konsentrasi 20%, 40%, 60%, dan 80% memiliki daya antibakteri terhadap Peptostreptococcus sp. Semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka daya antibakteri virgin coconut oil akan semakin meningkat. Penelitian Oyi dkk. (2010) yang menguji sifat antimikrobial coconut oil yang diformulasikan dalam bentuk krim menunjukkan bahwa formulasi coconut oil tersebut tetap memiliki aktivitas antimikrobial terhadap bakteri yang diujikan seperti Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, Aspergillus niger, Staphylococcus 6

aureus, Pempigus vulgaris, dan Bacillus subtilis serta memiliki aktivitas antifungal terhadap jamur Candida albicans. Penelitian Thaweboon dkk. (2011) menguji daya antimikrobial pada beberapa oil-pulling seperti coconut oil terhadap bakteri yang berperan pada pembentukan karies terutama bakteri Streptococcus mutans. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa coconut oil memiliki aktivitas antimikrobial terhadap bakteri Streptococcus mutans dan jamur Candida albicans. Sejauh yang penulis ketahui, penelitian mengenai pengaruh berkumur menggunakan virgin coconut oil konsentrasi 20% terhadap jumlah koloni bakteri plak gigi belum pernah dilaporkan. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah koloni bakteri plak gigi setelah berkumur dengan virgin coconut oil konsentrasi 20%. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah untuk memberi kontribusi sebagai berikut: 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan respons biologis pertumbuhan koloni bakteri plak gigi terhadap paparan virgin coconut oil konsentrasi 20%. 2. Hasil penelitian ini diharapkan pada pengembangan lebih lanjut dapat menjadi alternatif yang dipilih oleh masyarakat untuk menjadikan virgin coconut oil 7

konsentrasi 20% sebagai obat kumur yang dapat digunakan untuk menjaga kesehatan rongga mulut akibat pengaruh plak gigi. 8