BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plak gigi merupakan lapisan yang padat, tidak termineralisasi, mengandung massa koloni bakteri kompleks yang terorganisasi dalam matriks intermikrobial menyerupai gel. Matriks ini melindungi bakteri dari sel-sel imun seperti neutrofil, makrofag, dan limfosit. Matriks akan melekat dengan kuat pada acquired pellicle dan juga pada gigi, kalkulus, dan restorasi (Marya, 2011). Sekitar 70% dari volume plak terdiri dari sel bakteri. Sisanya merupakan protein dan polisakarida ekstraselular, yang bertindak sebagai matriks dari komponen selular. Sebagai tambahan, plak mengandung sedikit sel epitel dan sel darah putih yang berasal dari cairan crevicular (Murray dkk., 2003). Bakteri dalam plak umumnya merupakan bakteri gram positif. Jumlah bakteri terbanyak dalam plak adalah Streptococcus dan Actinomyces sp yang membentuk suatu susunan yang terorganisasi pada permukaan gigi. Plak bertambah massanya seiring dengan waktu, dan komposisinya menjadi lebih kompleks dengan adanya bakteri gram negatif yang bergabung dengan Streptococcus dan Actinomyces untuk mengawali pembentukan plak (Jubb dkk., 1985). Proses pembentukan plak pada gigi diawali dengan terbentuknya pellicle dalam rongga mulut. Pellicle adalah struktur organik awal yang terbentuk pada permukaan gigi dan permukaan artifisial dari protesa. Tahap pertama dalam formasi pellicle melibatkan adhesi dari protein saliva pada permukaan apatit. 1
Ketebalan pellicle bermacam-macam dari 100 nm dalam 2 jam hingga 500 nm menjadi 1000 nm. Tahap kedua adalah proses transisi pellicle menjadi plak gigi yang terjadi dalam waktu yang cepat. Komponen pertama pembentuk plak gigi terutama terdiri dari bakteri berbentuk coccus dan sedikit dari sel epitel dan lekosit PMN, sel tersebut membentuk monolayer dalam beberapa jam, dan bakteri yang melekat berproliferasi membentuk koloni kecil pada bakteri berbentuk kokus. Komponen kedua mulai terbentuk dengan jenis mikroorganisme lain yang berproliferasi dan membentuk mikrokoloni yang berbeda seiring berjalannya waktu. Dua proses adhesi diperlukan dalam perkembangan plak gigi. Pertama, bakteri harus melekat pada permukaan pellicle menjadi perlekatan yang kuat untuk dapat bertahan dari aksi pembersihan gigi alami. Kedua, bakteri tersebut harus tumbuh dan melekat satu sama lain untuk membentuk akumulasi plak (Reddy, 2008). Untuk menghambat pembentukan plak dalam rongga mulut diperlukan suatu mekanisme kontrol plak. Mekanisme kontrol plak adalah pembersihan mikroorganisme plak dan pencegahan akumulasi bakteri plak pada gigi dan permukaan gingiva yang berdekatan dengan gigi (Reddy, 2008). Salah satu mekanisme kontrol plak yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan obat kumur. Obat kumur adalah larutan yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau mulut, dan mengandung antiseptik. Obat kumur berfungsi untuk mengurangi bakteri plak dalam rongga mulut, menghilangkan partikel makanan, mengurangi bau mulut dan memberikan rasa nyaman pada mulut. Banyak jenis bahan aktif obat kumur yang telah dievaluasi untuk dapat mengurangi pembentukan plak juga 2
memiliki kemampuan untuk mengurangi mutan streptococci, seperti klorheksidin, minyak esensial, triklosan, cetylpyridinum chloride, sanquinarin, sodium dodecyl sulphate, dan ion logam lainnya (timah, zink, tembaga) (Marya, 2011). Minyak kelapa murni dapat membunuh kuman dalam rongga mulut dan membuat ph mulut menjadi stabil. Minyak kelapa murni juga dapat melindungi gigi dari bakteri penyebab karies gigi yang terdapat dalam plak (Wolfe, 2009). Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa karies gigi bisa dihambat oleh berbagai jenis lemak, seperti pada coconut oil, yang menghasilkan lemak antimikrobial (asam lemak jenuh rantai sedang dan monogliserida) dalam mulut, diketahui lebih efektif dibandingkan dengan minyak lain dalam menghambat karies (Kabara, 2008). Menurut penelitian Thaweboon dkk. (2011) coconut oil dapat menunjukkan aktifitas antimikrobial terhadap S. mutans yang terdapat dalam plak gigi terkait dengan lesi karies. Minyak kelapa murni atau yang biasa disebut dengan virgin coconut oil merupakan salah satu produk yang terbuat dari buah kelapa (Cocos nucifera). Virgin coconut oil menjadi produk yang sangat dicari karena khasiatnya. Berbagai macam penyakit dapat dicegah dengan mengkonsumsi minyak kelapa karena adanya kandungan asam lemak rantai sedang, seperti asam laurat (Karmana, 2006). Virgin coconut oil mengandung zat yang disebut dengan asam lemak rantai sedang, atau trigliserid rantai sedang atau Medium Chain Triglycerides (MCT). Asam lemak rantai sedang ini selain terdapat dalam virgin coconut oil juga terdapat dalam air susu ibu. Asam lemak rantai sedang ini berbeda dari asam lemah rantai panjang yang umum di dalam minyak berbahan dasar tumbuhan 3
lainnya. Minyak tumbuhan lainnya tersusun dari asam lemak rantai panjang atau Long Chain Triglycerides (LCT). Asam lemak rantai panjang ini biasanya disimpan di dalam tubuh sebagai lemak, sementara asam lemak rantai sedang dibakar sebagai energi. Asam lemak rantai sedang terbakar cepat di dalam tubuh (Shilhavy dan Shilhavy, 2012). Banyak penelitian terbaru yang meneliti virgin coconut oil terutama pada asam laurat sebagai rantai asam lemak yang paling dominan ditemukan di virgin coconut oil yang terbukti memiliki sifat antimikrobial dan antivirus. Ketika asam laurat dikonsumsi dalam diet makanan, asam laurat membentuk monogliserid yang disebut dengan monolaurin, yang telah terbukti dapat menghancurkan beberapa bakteri dan virus, termasuk Listeria monocytogenes dan Helicobacter pylori, dan protozoa seperti Giardia lamblia. Beberapa virus yang telah dihancurkan oleh monolaurin termasuk HIV, measles, HPV-1, vesicular stomatitis virus, influenza dan cytomegalovirus. Sekarang ini juga terbukti bahwa asam lemak rantai menengah dalam minyak kelapa dapat membunuh infeksi jamur seperti kandida (Shilhavy dkk., 2012). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Baitaningsih (2006) membuktikan bahwa virgin coconut oil dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%, dan 80% dapat menghambat pertumbuhan Peptostreptococcus sp. Penelitian Ogbolu dkk. (2007) membuktikan bahwa virgin coconut oil konsentrasi 0,79%, 50%, dan 100% memiliki efek antifungal terhadap berbagai jamur Candida. Monogliserid memiliki aktifitas antibakteri yang sangat kuat. Bakteri Gram positif diubah menjadi tidak aktif oleh kemampuan monogliserid yang sama 4
baiknya dalam asam lemak jenuh rantai sedang dan asam lemak jenuh rantai panjang, sedangkan bakteri Gram-negatif E. coli dan Salmonella enteridis dapat dipengaruhi aktifitasnya oleh monogliserid yang terkandung dalam asam lemak tidak jenuh rantai panjang dan monolaurin. Terdapat bermacam-macam sensitivitas dalam inaktifasi menggunakan monogliserid pada bakteri Gramnegatif. Perbedaan sensitivitas terhadap proses inaktifasi bakteri dapat disebabkan oleh komposisi dinding sel dan membran bakteri yang berbeda-beda (Woodward dan Draper, 2001). Monolaurin merupakan senyawa monogliserid yang bersifat antivirus, antibakteri, dan antiprotozoa (Syah, 2005). Mekanisme antibakteri monogliserid dapat berupa penghancuran dinding sel bakteri atau membran pembungkus pada virus, halangan interaksi ligan-reseptor, atau hambatan replikasi DNA atau RNA virus (Davidson dkk., 2005). Kemampuan asam lemak rantai sedang untuk menghancurkan membran selular telah dibuktikan terhadap sel bakteri, baik bakteri Gram-negatif maupun bakteri Gram-positif. Percobaan paparan monolaurin pada bakteri E. coli pada suhu 30 o C dengan ph fisiologis menunjukkan tidak adanya aktifitas antibakteri, sedangkan pada suhu 50 o C dengan ph rendah selama 5 menit menujukkan proses inaktifasi bakteri yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa permeabilitas membran luar sel bakteri dapat dirusak dengan pemanasan yang menyebabkan monolaurin dapat masuk ke dinding sel. Tingkat kejenuhan suatu asam lemak juga dapat mempengaruhi mekanisme perusakan membran sel bakteri. Efek ini dapat ditingkatkan dengan mengubah faktor lingkungan, misalnya dengan menaikan suhu dan menurunkan ph (Thormar, 2010). 5
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana jumlah koloni bakteri plak gigi setelah berkumur dengan virgin coconut oil konsetrasi 20%? C. Keaslian Penelitian Ogbolu dkk. (2007) secara in vitro menguji sifat antifungal coconut oil 0,79%, 50%, dan 100% terhadap jenis jamur Candida yang diujikan seperti Candida albicans, Candida galbrata, Candida stellatoidea, Candida tropicalis, Candida krusei, dan Candida parapsilosis. Hasil penelitian tersebut menunjukkan coconut oil konsentrasi 0,79% mempunyai daya antimikrobial terhadap 35% jenis Candida, konsentrasi 50% mempunyai daya antimikrobial terhadap 90% jenis Candida, sedangkan konsentrasi 100% mempunyai daya antimikrobial terhadap semua jenis Candida yang diujikan. Baitaningsih (2006) secara in vitro menguji daya antibakteri virgin coconut oil konsentrasi 20%, 40%, 60%, dan 80% terhadap Peptostreptococcus sp. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa virgin coconut oil konsentrasi 20%, 40%, 60%, dan 80% memiliki daya antibakteri terhadap Peptostreptococcus sp. Semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka daya antibakteri virgin coconut oil akan semakin meningkat. Penelitian Oyi dkk. (2010) yang menguji sifat antimikrobial coconut oil yang diformulasikan dalam bentuk krim menunjukkan bahwa formulasi coconut oil tersebut tetap memiliki aktivitas antimikrobial terhadap bakteri yang diujikan seperti Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, Aspergillus niger, Staphylococcus 6
aureus, Pempigus vulgaris, dan Bacillus subtilis serta memiliki aktivitas antifungal terhadap jamur Candida albicans. Penelitian Thaweboon dkk. (2011) menguji daya antimikrobial pada beberapa oil-pulling seperti coconut oil terhadap bakteri yang berperan pada pembentukan karies terutama bakteri Streptococcus mutans. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa coconut oil memiliki aktivitas antimikrobial terhadap bakteri Streptococcus mutans dan jamur Candida albicans. Sejauh yang penulis ketahui, penelitian mengenai pengaruh berkumur menggunakan virgin coconut oil konsentrasi 20% terhadap jumlah koloni bakteri plak gigi belum pernah dilaporkan. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah koloni bakteri plak gigi setelah berkumur dengan virgin coconut oil konsentrasi 20%. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah untuk memberi kontribusi sebagai berikut: 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menunjukkan respons biologis pertumbuhan koloni bakteri plak gigi terhadap paparan virgin coconut oil konsentrasi 20%. 2. Hasil penelitian ini diharapkan pada pengembangan lebih lanjut dapat menjadi alternatif yang dipilih oleh masyarakat untuk menjadikan virgin coconut oil 7
konsentrasi 20% sebagai obat kumur yang dapat digunakan untuk menjaga kesehatan rongga mulut akibat pengaruh plak gigi. 8