BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Skripsi 1. Pengertian Skripsi merupakan karya ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa setingkat strata satu (S1) dalam rangka persyaratan untuk menyelesaikan tugas akhir atau program studinya. Skripsi ini adalah hasil suatu penelitian baik bersifat survei maupun bersifat penelitian kepustakaan untuk pemecahan masalah atau problem tertentu. Tujuan dilaksanakan skripsi yaitu untuk mengadakan atau menilai tingkat kemampuan mahasiswa tentang daya analisis suatu permasalahan dan mengambil suatu kesimpulan serta memberikan saran pemecahannya terhadap suatu masalah yang sedang dibahasnya (Hidayat, 2007). Menurut Hariwijaya (2008) skripsi adalah tulisan ilmiah yang dibuat sebagai syarat seorang mahasiswa menyelesaikan studi program sarjananya. Skripsi ini sebagai bukti kemampuan akademi seorang mahasiswa dalam penelitian. Skripsi disusun dan dipertahankan untuk mencapai gelar sarjana strata satu. Skripsi adalah karya ilmiah yang ditulis melalui kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan hasil penelitian ilmiah oleh mahasiswa jenjang program sarjana muda atau sarjana (Setiadi, 2007). 2. Persyaratan penyusunan skripsi Beberapa persyaratan untuk menyusun skripsi menurut (Hartiti, 2011) a. Terdaftar sebagai mahasiswa program studi S1 keperawatan fakultas ilmu keperawatan dan kesehatan universitas muhammadiyah semarang. 6
7 b. Telah mengikuti dan menyelesaikan perkuliahan dari semester I s/d VII untuk program A dan semester I s/d III untuk program B, dengan IPK minimal 2,75. c. Telah lulus mata kuliah Biostatistik, Metodologi Riset Keperawatan, dan Manajemen Data. d. Menyelesaikan biaya administrasi sesuai ketentuan yang berlaku. B. Masalah Psikososial pada Cemas 1. Pengertian Psikososial adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara kondisi sosial seseorang dengan kesehatan mental/emosionalnya. Dari katanya, istilah psikososial melibatkan aspek psikologis dan sosial (Bintarany, 2011). Respon berdasarkan kamus besar bahasa indonesia berarti tanggapan, reaksi, jawaban. Psikososial atau sosial adalah segala sesuatu mengenai masyarakat; kemasyarakatan; suka memperhatikan kepentingan umum (kamus besar bahasa indonesia, 2005). Dapat disimpulkan respon psikososial adalah reaksi atau tanggapan yang berhubungan dengan segala sesuatu mengenai masyarakat. 2. Reaksi Kecemasan Kecemasan dapat menimbulkan reaksi konstruktif maupun destruktif bagi individu: a. Konstruktif Individu termotivasi untuk belajar mengadakan perubahan terutama perubhan terhadap perasaan tidak nyaman dan terfokus pada kelangsungan hidup. Contohnya: individu yang melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi karena akan dipromosikan naik jabatan.
8 b. Destruktif Individu bertingkah laku maladaptif dan disfungsional. Contohnya: individu menghindari kontak dengan orang lain atau mengurung diri, tidak mau mengurus diri, tidak mau makan. ( Suliswati, 2005) 3. Adaptasi Stres pada Cemas a. Faktor predisposisi Dalam pandangan psikoanalitis, kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian: id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego atau aku, berfungsi menengahi tuntunan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan adalah meningkatkan ego bahwa ada bahaya. Menurut pandangan interpersonal, kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami kecemasan berat. Menurut pandangan perilaku, kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli teori perilaku lain menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk menghindari kepedihan. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan biasanya terjadi dalam keluarga. Gangguan kecemasan juga tumpang tindih antara gangguan kecemasan dengan depresi.
9 Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepin, obat- obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gama-aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan kecemasan. Selain itu, kesehatan umum individu dan riwayat kecemasan pada keluarga memiliki efek nyata sebagai predisposisi kecemasan. Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan individu untuk mengatasi stresor. b. Stresor Pencetus Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal. Stresor pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu ancaman terdapat integritas fisik meliputi disabiliti fisiologi yang akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari- hari dan ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu. c. Penilaian stresor Pemahaman tentang kecemasan perlu integrasi banyak faktor, termasuk pengetahuan dari perspektif psikoanalitis, interpersonal, perilaku, genetik, dan biologis. Penilaian menunjukkan berbagai faktor penyebab dan menekankan hubungan timbal balik antara faktor- faktor tersebut dalam menjelaskan perilaku yang terjadi. d. Sumber koping Individu dapat mengatasi stres dan kecemasan dengan menggerakkan sumber koping di lingkungan. Sumber koping tersebut yang berupa model ekonomi, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial, dan keyakinan budaya dapat membantu individu mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stres dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.
10 e. Mekanisme koping Ketika mengalami kecemasan, individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba mengataisnya; ketidakmampuan mengatasi kecemasan secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Pola yang biasa digunakan individu untuk mengatasi kecemasan ringan cenderung tetap dominan ketika kecemasan menjadi lebih inten. Kecemasan ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang sadar. Kecemasan sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping yaitu reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadarkan dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntutan situasi stres secara realistis dalam perilaku menyerang digunakan untuk menghilangkan atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan, perilaku menarik diri di gunakan untuk menjauhkan diri dari sumber ancaman, baik secara fisik maupun psikologis dan perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara yang biasa dilakukan individu, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek kebutuhan personal. Mekanisme pertahan ego membantu mengatasi kecemasan ringandan sedang. Tetapi karena mekanisme tersebut berlangsung secara relatif pada tingkat tidak sadar dan mencakup penipuan diri dan distorsi realitas, mekanisme ini dapat menjadi respon maladaptif terhadap stres. (Stuart 2006)
11 4. Rentang respon psikososial pada cemas FAKTOR PREDISPOSISI Psikoanaliti Interpersonal Perilaku Keluarga Biologis STRESOR PRESIPITASI Integritas diri Sistem diri PENILAIAN STRESOR SUMBER KOPING MEKANISME KOPING Reaksi yang berorientasi pd tugas Mekanisme pertahanan ego Konstruktif Destruktif RENTANG RESPON Respon adaptif Respon maladaptif Otonomi Menarik diri Impulsif Skema 2.1. Rentang Respon Sumber : Stuart (2006), Suliswati (2005)
12 Keterangan gambar rentang respon : Otonomi : Individu mampu bekerja sendiri, mampu belajar dari pengalaman, dapat diandalkan, mampu mengurus diri. Menarik diri : Individu menghindari kontak dengan orang lain atau mengurung diri, tidak mau mengurus diri, tidak mau makan. Impulsif : Karakteristik individu yang tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, penilaian yang buruk, tidak dapat diandalkan. C. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Kecemasan merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan sesuatu di luar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi permasalahan (Asmadi, 2008). Kecemasan adalah keadaan individu atau kelompok mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi sistem saraf autonom dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas, nonspesifik (Carpenito, 2007). Kecemasan adalah perasaaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas individu merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi. Kecemasan tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus kecemasan. Kecemasan merupakan alat peringatan internal yang memberikan tanda bahaya kepada individu (Videbeck, 2008).
13 Bahwa kecemasan sebagai respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya (Suliswati, 2005). 2. Teori Kecemasan Menurut Stuart (2006) ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai kecemasan. Teori tersebut antara lain: Teori psikoanalitik, kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitive, sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan norma budaya seseorang. Ego atau aku berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya. Teori interpersonal, kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat. Teori prilaku, kecemasan merupakan hasil dari frustasi. yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli teori prilaku lain menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk menghindari kepedihan. Teori keluarga menunjukkan bahwa ganguan kecemasan biasanya terjadi dalam keluarga. Gangguan kecemasan juga tumpang tindih antara gangguan kecemasan dan depresi.
14 Teori biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam gama-aminobitirat (GABA), yang berperan penting dalam biologis yang berhubungan dengan kecemasan. 3. Faktor Pencetus Kecemasan Menurut Asmadi (2008), faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cemas dapat berasal dari diri sendiri (faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor eksternal). Namun demikian pencetus kecemasan dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan dalam melakukan aktivitas sehari- hari guna pemenuhan terhadap kebutuhan dasarnya dan ancaman terhadap sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat mengancam terhadap identitas diri, kehilangan status/ peran diri dan hubungan interpersonal. 4. Gejala- gejala Kecemasan Menurut Stuart (2006), respon/gejala kecemasan ditandai pada empat aspek, yaitu: a. Respon fisiologi terhadap kecemasan meliputi gangguan jantung berdebar, tekanan darah meninggi, rasa mau pingsan, pingsan, tekanan darah menurun, denyut nadi menurun, napas cepat, napas pendek, tekanan pada dada, napas dangkal, pembengkakan pada tenggorok, sensasi tercekik, terengah-engah, reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, kaki goyah, gerakan yang janggal, kehilangan nafsu makan, menolak makanan, rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, rasa terbakar pada jantung, diare, tidak dapat menahan kencing sering berkemih, wajah kemerahan, berkeringat setempat, gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh.
15 b. Respon prilaku: Gelisah, ketegangan, tremor, gugup, bicara cepat, kurang koordinasi, cenderung mendapat cedera, menarik diri dari hubungan interpersonal, menghalangi, melarikan diri dari masalah, menghindari, hiperventilasi. c. Kognitif: perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berfikir, bidang persepsi menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun, bingung, sangat waspada, kesadaran diri meningkat, kehilangan objektivitas, takut kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual, takut cedera atau kematian. d. Afektif: Mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, nervus, ketakutan, terror, gugup, gelisah. 5. Tingkat Kecemasan Menurut Asmadi (2008) ada empat tingkat kecemasan yang dialami individu yaitu ringan, sedang, berat, dan panik. Tiap tingkatan kecemasan mempunyai karakteristik atau manifestasi yang berbeda satu sama lain. Manifestasi kecemasan yang terjadi bergantung pada kematangan pribadi, pemahaman dalam menghadapi ketegangan, harga diri, dan mekanisme koping yang digunakannya. a. Ansietas ringan : berhubungan dengan ketegangan dalam peristiwa sehari- hari. Kewaspadaan meningkat. Persepsi terhadap lingkungan meningkat. Dapat menjadi motivasi positif untuk belajar dan menghasilkan kreativitas. Respon fisiologi : sesekali napas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat sedikit, gejala ringan pada lambung, muka berkerut, serta bibir bergetar. Respon kognitif : mampu menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, dan terangsang untuk melakuakn tindakan. Respon perilaku dan emosi : tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, dan suara kadang- kadang meninggi.
16 b. Ansietas sedang : respon fisiologi : sering napas pendek, nadi ekstra sistol dan tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, sering berkemih, dan letih. Respon kognitif : memusatkan perhatiannya pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, lapang persepsi menyempit, dan rangsangan dari luar tidak mampu diterima. Respon perilaku dan emosi : gerakan tersentak- sentak, terlihat lebih tegang, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur, dan perasaan tidak aman. c. Ansietas berat : individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain. Respon fisiologi : napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan berkabut, serta tampak tegang. Respon kognitif : tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan/tuntunan, serta lapang persepsi menyempit. Respon perilaku dan emosi : perasaan terancam meningkat dan komunikasi menjadi terganggu. d. Panik : respon fisiologi napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, serta rendahnya koordinasi motorik. Respon kognitif : gangguan realitas, tidak dapat berfikir logis, persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi, dan ketidakmampuan memahami situasi. Respon perilaku dan emosi : agitasi, mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak- teriak, kehilangan kendali/kontrol diri, perasaan terancam, serta dapat berbuat sesuatu yang membahayakan diri sendiri dan/atau orang lain. D. Kendala- Kendala dalam Menyusun Skripsi Kesulitan-kesulitan saat penyusunan skripsi oleh mahasiswa sering dirasakan sebagai suatu beban yang berat, akibatnya kesulitan-kesulitan yang dirasakan tersebut berkembang menjadi sikap yang negatif yang akhirnya dapat menimbulkan suatu kecemasan dan hilangnya motivasi,
17 yang akhirnya dapat menyebabkan mahasiswa menunda penyusunan skripsinya bahkan ada yang memutuskan untuk tidak menyelesaikan skripsinya (Hariwijaya, 2008) Penelitian yang dilakukan oleh Mujiyah dkk dalam Januarti (2001) diperoleh bahwa kendala-kendala yang biasa dihadapai mahasiswa dalam menulis tugas akhir skripsi adalah kendala internal yang meliputi malas sebesar (40%), motivasi rendah sebesar (26,7%), takut bertemu dosen pembimbing sebesar (6,7%), sulit menyesuaikan diri dengan dosen pembimbing skripsi sebesar (6,7%). Kendala eksternal yang berasal dari dosen pembimbing skripsi meliputi sulit ditemui sebesar (36,7%), minimnya waktu bimbingan sebesar (23,3%), kurang koordinasi dan kesamaan persepsi antara pembimbing 1 dan pembimbing 2 sebesar (23,3%), kurang jelas memberi bimbingan sebesar (26,7%), dan dosen terlalu sibuk sebesar (13,3%). Kendala buku buku sumber meliputi kurangnya buku buku referensi yang fokus terhadap permasalahan penelitian sebesar (53,3%), referensi yang ada merupakan buku edisi lama sebesar (6,7%). Kendala faslitas penunjang meliputi terbatasnya dana dengan materi skripsi, kendala penentuan judul atau permasalahan yang ada sebesar (13,3%), bingung dalam mengembangkan teori sebesar (3,3%). Kendala metodologi meliputi kurangnya pengetahuan penulis tentang metodologi sebesar (10%), kesulitan mencari dosen ahli dalam bidang penelitian berkaitan dengan metode penelitian dan analisis validitas instrumen tertentu sebesar (6,7%).
18 E. Kerangka Teori Faktor predisposisi 1. Psikoanalitis 2. Interpersonal 3. Perilaku 4. Keluarga 5. Biologis Stressor Presipitasi 1. Integritas fisik 2. Sistem diri Penilaian stresor 1. Kognitif 2. Afektif 3. Perilaku 4. Respon fisiologi 5. Koping Sumber koping 1. Model ekonomi 2. Dukungan sosial 3. Kemampuan penyelesaian masalah Kecemasan 1. Respon fisiologi 2. Respon perilaku 3. Kognitif 4. Afektif Respon psikososial 1. Adaptif : Otonomi 2. Menarik diri 3. Maladaptif: Impulsif Mekanisme koping 1. Reaksi yang berorientasi pada tugas 2. Mekanisme pertahanan ego Skema 2.2. Kerangka Teori Sumber : Stuart & Sundeen (2006)
19 F. Kerangka Konsep Variabel Independen Variabel Dependen Kecemasan Respon psikososial Skema 2.3. Kerangka Konsep Penelitian G. Variabel Penelitian 1. Variabel Independen dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan 2. Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah respon psikososial. H. Hipotesis Hipotesa dalam penelitian ini yaitu ada pengaruh antara tingkat kecemasan dengan respon psikososial pada mahasiswa S1 ilmu keperawatan yang sedang menyusun skripsi di Universitas Muhammadiyah Semarang.