PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG GAPLEK DENGAN LEVEL YANG BERBEDA TERHADAP KADAR BAHAN KERING DAN KADAR BAHAN ORGANIK SILASE LIMBAH SAYURAN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang,

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan

I. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 3(4): , November 2015

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

EFEK SUPLEMENTASI BERBAGAI AKSELERATOR TERHADAP KUALITAS NUTRISI SILASE LIMBAH TANAMAN SINGKONG

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG GAPLEK DENGAN TINGKAT BERBEDA TERHADAP KANDUNGAN NUTRISI SILASE LIMBAH SAYURAN

I. PENDAHULUAN. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta

I. PENDAHULUAN. Pemenuhan kebutuhan pakan hijauan untuk ternak ruminansia, selama ini telah

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah mempunyai banyak dampak pada manusia dan lingkungan antara lain

SAMPAH POTENSI PAKAN TERNAK YANG MELIMPAH. Oleh: Dwi Lestari Ningrum, SPt

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September

PENGARUH BERBAGAI KOMPOSISI LIMBAH PERTANIAN TERHADAP KADAR AIR, ABU, DAN SERAT KASAR PADA WAFER

II. TINJAUAN PUSTAKA. penampilan barang dagangan berbentuk sayur mayur yang akan dipasarkan

BAB I PENDAHULUAN. kasar yang tinggi. Ternak ruminansia dalam masa pertumbuhannya, menyusui,

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi. Setiap ternak ruminansia membutuhkan makanan berupa hijauan karena

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

KANDUNGAN NUTRISI SILASE JERAMI JAGUNG MELALUI FERMENTASI POLLARD DAN MOLASES

KUALITAS FISIK, KADAR AIR, DAN SEBARAN JAMUR PADA WAFER LIMBAH PERTANIAN DENGAN LAMA SIMPAN BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Silase Ransum komplit

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia akan sayuran yang tinggi akan meningkatkan jumlah pasokan

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

EFEK SUPLEMENTASI AKSELERATOR PADA SILASE LIMBAH TANAMAN SINGKONG TERHADAP NILAI FLEIGH KADAR ASAM SIANIDA DAN KUALITAS FISIK

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Fermentasi Silase Beberapa Jenis Rumput

PENGARUH PENAMBAHAN TINGKAT TEPUNG GAPLEK PADA PEMBUATAN SILASE LIMBAH SAYURAN TERHADAP KUALITAS FISIK DAN SIFAT KIMIAWI SILASE

BAB I PENDAHULUAN. Limbah telah menjadi masalah utama di kota-kota besar Indonesia. Pada tahun

Pengaruh Macam Akselerator Terhadap Kualitas Fisik, Kimiawi, dan Biologis Silase Rumput Kolonjono

Pemanfaatan Limbah Pasar sebagai Pakan Ruminansia

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan dan Pertambahan Bobot Ternak Domba. Definisi pertumbuhan yang paling sederhana adalah perubahan ukuran yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Musim kemarau di Indonesia menjadi permasalahan yang cukup

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan peningkatan permintaan daging kambing, peternak harus

PENGGUNAAN ONGGOK SEBAGAI ADITIF TERHADAP KANDUNGAN NUTRIEN SILASE CAMPURAN DAUN UBIKAYU DAN GAMAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Fermentasi dan Penambahan Inokulum terhadap Kualitas Fisik Silase Rumput Kalanjana

TINJAUAN PUSTAKA. baik dalam bentuk segar maupun kering, pemanfaatan jerami jagung adalah sebagai

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan

Raden Febrianto Christi, Abu Bakar Hakim, Lesha Inggriani, Atun Budiman Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran ABSTRAK

SURVEI SIFAT FISIK DAN KANDUNGAN NUTRIEN ONGGOK TERHADAP METODE PENGERINGAN YANG BERBEDA DI DUA KABUPATEN PROVINSI LAMPUNG

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat

PRODUKSI KAMBING BOERAWA PROVINSI LAMPUNG THE IDENTIFICATION OF BOERAWA GOAT NUTRITION STATUS IN BOERAWA GOAT PRODUCTION CENTER IN LAMPUNG PROVINCE

PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERUBAHAN MASSA PROTEN, LEMAK, SERAT DAN BETN SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI STARTER PADA SILASE RANSUM BERBASIS LIMBAH PERTANIAN TERHADAP PROTEIN KASAR, BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, DAN KADAR ABU

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. areal sekitar luas 1,5 juta hektar (ha) dari luasan tersebut pada tahun 2005 dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Apriadji (1990), limbah atau sampah merupakan zat-zat atau bahanbahan

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para

Kualitas Silase Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) dengan Penambahan Dedak Halus dan Ubi Kayu

KANDUNGAN NUTRIEN SILASE BUAH SEMU JAMBU METE SEBAGAI PAKAN PADA BERBAGAI LEVEL TEPUNG GAPLEK DAN LAMA PEMERAMAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013.

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI KUALITAS NUTRISI SILASE LIMBAH PISANG (BATANG DAN BONGGOL) DAN LEVEL MOLASES YANG BERBEDA SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF TERNAK RUMINANSIA

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

KUALITAS NUTRISI SILASE LIMBAH PISANG (BATANG DAN BONGGOL) DAN LEVEL MOLASES YANG BERBEDA SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF TERNAK RUMINANSIA

HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI SIFAT FISIK WAFER LIMBAH SAYURAN PASAR DAN PALATABILITASNYA PADA TERNAK DOMBA SKRIPSI FIETA PRESCILIA SYANANTA

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

MATERI DAN METODE. Materi

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

Pengembangan ternak ruminansia di negara-negara tropis seperti di. kemarau untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak ruminansia yang memiliki

KANDUNGAN NUTRISI SILASE JERAMI JAGUNG MELALUI FERMENTASI POLLARD DAN MOLASES

KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, DAN PROTEIN KASAR RANSUM YANG MENGANDUNG TEPUNG LIMBAH IKAN GABUS PASIR

Pemanfaatan Kulit Nanas Sebagai Pakan Ternak oleh Nurdin Batjo (Mahasiswa Pascasarjana Unhas)

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Warna Silase Rumput Gajah purpureum) pengaruh penambahan S. cerevisiae pada berbagai tingkat

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

Kualitas dan Nilai Kecernaan In Vitro Silase Batang Pisang (Musa paradisiaca) dengan Penambahan Beberapa Akselerator

Tyas Widhiastuti. Pembimbing: Dr. Ir. Anis Muktiani, M.Si Dr. Ir. Mukh. Arifin, M.Sc

SILASE DAN GROWTH PROMOTOR

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

TINJAUAN PUSTAKA Potensi Tanaman Nenas dan Limbahnya Sebagai Bahan Pakan. Tanaman nenas ( Ananas comosus L. Merr) merupakan salah satu

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Pengaruh Fermentasi terhadap Kandungan Energi Bruto

Maulana Aziz a, Muhtarudin b, Yusuf Widodo b ABSTRACT

Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian. Universitas Lampung, Lampung INTI SARI

PERUBAHAN KANDUNGAN OKSALAT SELAMA PROSES SILASE RUMPUT SETARIA

MEMBUAT SILASE PENDAHULUAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

KUALITAS FISIK SILASE BUAH SEMU JAMBU METE PADA BERBAGAI LEVEL TEPUNG GAPLEK DAN LAMA PEMERAMAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Unsur-unsur Nutrien dalam Singkong (dalam As Fed)

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh kualitas, kuantitas,

KANDUNGAN LEMAK KASAR, BETN, KALSIUM DAN PHOSPOR FESES AYAM YANG DIFERMENTASI BAKTERI Lactobacillus sp

POTENSI PAKAN HASIL LIMBAH JAGUNG (Zea mays L.) DI DESA BRAJA HARJOSARI KECAMATAN BRAJA SELEBAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

PENGARUH DOSIS UREA DALAM AMONIASI DAUN NENAS VARIETAS Smooth cayene TERHADAP KADAR BAHAN KERING, ABU, DAN SERAT KASAR

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI STARTER PADA PEMBUATAN SILASE TERHADAP KUALITAS FISIK DAN ph SILASE RANSUM BERBASIS LIMBAH PERTANIAN

Transkripsi:

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG GAPLEK DENGAN LEVEL YANG BERBEDA TERHADAP KADAR BAHAN KERING DAN KADAR BAHAN ORGANIK SILASE LIMBAH SAYURAN Devi Desnita a, Yusuf Widodo b, dan Syahrio Tantalo YS b a The Student of Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture Lampung University b The Lecture of Department of Animal Husbandry Faculty of Agriculture Lampung University Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture Lampung University Soemantri Brojonegoro No.1 Gedung Meneng Bandar Lampung 35145 Telp (0721) 701583. e-mail: kajur-jptfp@unila.ac.id. Fax (0721)770347 ABSTRACT Vegetable waste in the trditional market can be used as feed. Nevertheless, the shortcomings from vegetable waste is have a high level of water content. Vegetables waste can be processed to be silage with addition accelerators that is cassava flour. This research determined to: 1) the effect of the addition cassava flour with different levels on the levels of dry substances and levels of organic matters in vegetable waste silage; 2 ) the best increasing rate of cassava flour against to dry subtances and organic matters in vegetables waste silage. The design used Completely Random Design (CRD) with five treatments additonal cassava flour (0%, 5%, 10%, 15% and 20%) and each treatments was repeated for three times and the data was analyzed with Least Significant Difference test (LSD). The result indicated that additonal levels of cassava flour was highly significant ;(P<0,01) on the levels of dry substances and levels of organic matters vegetables waste. Best treatment is in vegetable waste silage that added 20 % cassava flour against to dry substances levels and levels of organic matter. Keywords: Vegetable waste silage, Cassava flour, Dry substances, and Organic matter). PENDAHULUAN Bandar Lampung dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang, menghasilkan sampah dengan karakteristik yang bervariasi. Timbunan sampah yang tidak terurus akan menyebabkan terjadinya lingkungan yang kumuh dan menjadi tempat berkembangbiaknya sumbersumber penyakit. Jumlah pasar tradisional yang ada di Kota Bandar Lampung yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung tersedianya sampah khususnya sampah organik. Sampah pasar yang banyak mengandung bahan organik adalah sampah-sampah hasil pertanian seperti sayuran, buah-buahan dan daun-daunan serta dari hasil perikanan dan peternakan. Limbah sayuran adalah bagian dari sayuran atau sayuran yang sudah tidak dapat digunakan atau dibuang. Limbah buah-buahan terdiri dari limbah buah semangka, melon, pepaya, jeruk, nenas dan lain-lain, sedangkan limbah sayuran terdiri dari limbah daun melinjo, daun wortel, sawi hijau, sawi putih, kol, buncis, klobot jagung, limbah kecambah kacang hijau, labu siam, daun kembang kol dan masih banyak lagi limbah-limbah sayuran lainnya. Sampah organik yang berpeluang digunakan sebagai bahan pengganti hijauan untuk pakan adalah limbah sayuran. Limbah sayuran memiliki beberapa kelemahan sebagai pakan, antara lain mempunyai kadar air tinggi (91,56%) yang menyebabkan cepat busuk sehingga kualitasnya sebagai pakan cepat menurun, voluminous (bulky) dan ketersediaannya berfluktuasi. Oleh karena itu, diperlukan alternatif lain untuk membuat bahan menjadi tahan lama, mudah disimpan dan dapat diberikan untuk ternak. Salah satu alternatif pengolahan pakan yang dapat digunakan adalah dengan dijadikan silase limbah sayuran. Silase adalah bahan pakan yang disimpan dalam bentuk segar setelah mengalami proses fermentasi. Prinsip utama pembuatan silase adalah mengubah karbohidrat menjadi asam laktat melalui proses fermentasi kedap udara dan menahan aktivitas enzim dan bakteri pembusuk. Pembuatan silase limbah sayuran bertujuan mengatasi kekurangan pakan di musim kemarau atau ketika penggembalaan ternak tidak mungkin dilakukan. Teknologi menggunakan fermentasi anaerob ini dapat memperpanjang masa simpan dan mempertahankan kualitas bahan. Dengan adanya pemanfaatan limbah sayuran ini diharapkan dapat mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) dan mengatasi kekurangan pakan. Untuk memperoleh silase yang baik, dapat ditambahkan bahan aditif sumber karbohidrat terlarut yaitu tepung gaplek yang mampu meningkatkan kualitas nutrisi silase. Tepung gaplek memiliki kandungan nutrien (SK= 1,74%; PK = 3,31%; BETN = 93,29%) yang dapat memproduksi asam laktat sehingga dapat meningkatkan kualitas nutrisi silase. 140

Menurut Departemen Pertanian ( 2009), silase yang berkualitas baik memenuhi persyaratan antara lain mempunyai ph sekitar 4, kandungan air berkisar antara 60%--70%, hasil fermentasi berbau segar/ wangi dan tidak berbau busuk/tengik, warna hijau masih jelas pada bahan hijauan, serta tidak berlendir. Kadar ph yang rendah akan menghambat pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan (Clostridium dan Enterobacterium), ragi dan jamur yang dapat mengakibatkan kebusukan (Heinritz, 2011). Pemberian pakan pada ternak ruminansia dalam bentuk silase memberikan keuntungan karena asam laktat dikonversi menjadi asam propionat yang merupakan prekursor glukosa (Lemosquet. dkk, 2004). Waktu dan tempat MATERI DAN METODE Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2014 sampai Januari 2015. Tahap pertama yaitu pembuatan silase limbah sayuran yang ditambahkan tepung gaplek dengan level yang berbeda di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, kemudian disimpan selama 21 hari dan tahap kedua adalah analisis kadar air dan kadar abu yang dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan serta peralatan analisis proksimat kadar bahan kering dan kadar bahan organik. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu limbah sayuran berupa sawi, kol, kulit jagung, buncis dan tepung gaplek dibuat menjadi silase. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan yaitu silase tanpa suplementasi, disuplementasikan tepung gaplek sebanyak 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20%.. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis ragam pada taraf nyata 1% dan dilanjutkan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Pelaksanaan Penelitian Menyediakan limbah sayuran berupa sawi, kol, klobot jagung, buncis dengan proporsi masing masing 25%. Kemudian limbah sayuran dicacah dengan ukuran 2 -- 3 cm dan dilakukan pelayuan menggunakan oven hingga kadar air bahan tersisa 65 --75 %. Mencampur semua limbah sayuran yang telah dilayukan hingga homogen. Limbah sayuran kemudian dibagi menjadi 5 bagian dengan 3 kali ulangan, sehingga diperoleh 1 kg bahan dalam setiap perlakuan. Setiap 1 kg limbah sayuran ditambahkan tepung gaplek sebanyak 0%, 5%, 10%, 15%, dan 20%. Bahan-bahan yang sudah tercampur kemudian dihomogenkan. Masing-masing bahan dimasukkan ke dalam kantung plastik berkapasitas 2500 gram. Bahan silase dipadatkan, kemudian ditutup rapat. Kantung plastik berisi silase disimpan pada suhu ruang dan fermentasi dilakukan selama 21 hari. Setelah 21 hari, silase dibuka dan dilakukan pengujian kadar bahan kering, dan kadar bahan organik dengan cara mengambil 500 gram sampel masing masing perlakuan lalu dikeringkan dan digiling. Analisis yang digunakan dengan metode analisis proksimat. Peubah yang Diamati Peubah yang diamati pada penelitian ini yaitu kadar bahan kering dan bahan organik menurut Fathul (2011). Pengukuran kadar air = 100 %, kemudian dilakukan perhitungan kadar bahan kering dihitung dengan rumus : kadar bahan kering (%) = 100 % - % kadar air dan pengukuran kadar abu menggunakan rumus : x 100%, kemudian dilakukan perhitungan kadar bahan organik dihitung dengan rumus : kadar bahan organik (%) = 100% - % kadar abu. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kadar Bahan Kering Silase Limbah Sayuran Salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui kualitas silase adalah dengan cara mengetahui kadar bahan kering silase. Kadar bahan kering dapat mempengaruhi masa simpan silase. Kadar bahan kering yang cenderung rendah dapat menghambat penyimpanan dalam jangka waktu lama sedangkan kadar bahan kering yang relatif tinggi akan memperpanjang masa simpan silase. Rata-rata kandungan bahan kering silase limbah sayuran yang disuplementasi dengan berbagai level tepung gaplek tersaji pada Tabel 1. 141

Tabel 1. Rata-rata kadar bahan kering silase limbah sayuran. Perlakuan Ulangan 1 2 3 --------------------%------------------- Rata-rata R0 12,62 13,59 13,33 13,19±0,51 a R1 14,33 16,77 17,43 16,18±1,64 b R2 18,30 18,70 20,82 19,28±1,36 c R3 20,81 20,19 21,33 20,78±0,57 cd R4 23,11 21,68 23,32 22,71±0,89 d Keterangan: huruf kecil superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) R0 : silase limbah sayuran tanpa suplementasi R1 : silase limbah sayuran dengan penambahan 5% tepung gaplek R2 : silase limbah sayuran dengan penambahan 10% tepung gaplek R3 : silase limbah sayuran dengan penambahan 15% tepung gaplek R4 : silase limbah sayuran dengan penambahan 20% tepung gaplek Kadar bahan kering pada masing masing perlakuan R0 sebesar 13,19±0,51 %; R1 sebesar16,18±1,64 %; R2 sebesar 19,28±1,36 %; R3 sebesar 20,78±0,57 %; dan R4 sebesar 22,71±0,89 % (Tabel 3). Rata rata kadar bahan kering tertinggi terdapat pada R4 sebesar 22,71±0,89 %, sedangkan rata rata terendah terdapat pada R0 sebesar 13,18±0,51 %. Hasil analisis varian menunjukkan terdapat perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar bahan kering silase limbah sayuran. Hal ini disebabkan oleh kandungan bahan kering yang ada di dalam tepung gaplek cukup tinggi yaitu sebesar 93,80 % (Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, 2014). Dengan adanya penambahan tepung gaplek maka dapat menurunkan kadar air silase limbah sayuran atau meningkatkan bahan kering. Oleh karena itu, penambahan berbagai level tepung gaplek sangat mempengaruhi kandungan kadar bahan kering silase limbah sayuran. Kandungan bahan kering yang tinggi terdapat pada silase limbah sayuran dengan penambahan 20% tepung gaplek karena tepung gaplek dapat mengurangi kehilangan bahan kering silase akibat perubahan glukosa bahan menjadi asam laktat. Semakin tinggi level tepung gaplek yang ditambahkan menunjukan terjadinya peningkatan bahan kering silase limbah sayuran. Santoso, dkk. (2009) menyatakan bahwa peningkatan bahan kering silase berhubungan dengan kemampuan akselerator yang diinokulasikan pada bahan dapat menurunkan ph sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri clostridia, dan selanjutnya menekan degradasi nutrien, sehingga BK silase yang ditambahkan akselerator relatif lebih tinggi dibandingkan dengan silase tanpa akselerator. Kadar bahan kering yang rendah disebabkan karena tidak ada penambahan akselerator. Akselerator berfungsi untuk menambahkan bahan kering sehingga diharapkan dapat mengurangi kadar air pada silase (Schroeder, 2004 di dalam Kurnianingtyas, dkk. 2012). Penurunan kadar bahan kering silase limbah sayuran disebabkan oleh hilangnya bahan kering yang digunakan bakteri untuk terus menjalankan aktivitasnya. Menurut Mc. Donald (1981) dalam Kurnianingtyas, dkk. (2012), penurunan bahan kering dapat terjadi pada tahap aerob dan anaerob. Penurunan bahan kering pada tahap aerob terjadi karena respirasi masih terus berlanjut, sehingga glukosa yang merupakan fraksi bahan kering akan diubah menjadi CO 2, H 2 O dan panas. Penurunan pada tahap anaerob terjadi karena glukosa diubah menjadi etanol dan CO 2 oleh mikroorganisme. Hasil uji BNT menunjukan bahwa perlakuan terbaik terdapat pada R4 dengan penambahan tepung gaplek sebesar 20% jika dibandingkan dengan perlakuan R0, R1, dan R2 akan tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan R3. Diduga karena tepung gaplek yang ditambahkan pada perlakuan R3 dan R4 memiliki pengaruh yang sama terhadap peningkatan kadar bahan kering. Perlakuan R4 memiliki kandungan bahan kering yang lebih tinggi yaitu sebesar 22,71± 0,89 % dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Kandungan bahan kering yang relatif tinggi akan membuat masa simpan silase dapat lebih tahan lama. Menurut Krishaditersanto (2013), kadar air yang terlalu tinggi akan menyebabkan silase busuk, sedangkan kadar air yang terlalu rendah akan menyebabkan tumbuhnya jamur. Kandungan kadar air pada silase berkisar antara 60--70 % (Departemen 142

Pertanian, 2009). Kadar air yang semakin bertambah pada saat proses ensilase disebabkan oleh adanya proses respirasi dimana karbohidrat dioksidasi oleh sel tanaman menjadi CO 2, H 2 O dan panas. B. Kadar Bahan Organik Silase Limbah Sayuran (% BS) Salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui kualitas silase adalah dengan cara mengetahui kadar bahan organik silase. Bahan organik dihasilkan dari selisih antara kadar bahan kering dan kadar abu. Kandungan abu dari silase menunjukkan kadar mineral dalam silase tersebut. Semakin tinggi kadar abu maka kandungan bahan organik semakin rendah, sebaliknya semakin rendah kadar abu maka kandungan bahan organik semakin tinggi. Rata-rata kandungan bahan organik silase limbah sayuran yang disuplementasi dengan berbagai level tepung gaplek tersaji pada Tabel 2. Kadar bahan organik pada masing masing perlakuan R0 sebesar 12,05±0,47 %; R1 sebesar 15,06±1,59 %; R2 sebesar 18,21±1,25 %; R3 sebesar 19,70±0,53 %; dan R4 sebesar 21,70±0,88 % (Tabel 4). Rata rata kadar bahan kering tertinggi terdapat pada R4 sebesar 21,70±0,88 %, sedangkan rata rata terendah terdapat pada R0 sebesar 12,05±0,47 %. Hasil analisis varian menunjukkan terdapat perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) terhadap kadar bahan organik silase limbah sayuran. Hal ini diindikasikan karena tingginya kandungan bahan organik tepung gaplek yaitu sebesar 99,37% (Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, 2014). Dengan adanya penambahan tepung gaplek yang tinggi bahan organik maka dapat meningkatkan bahan organik pada silase limbah sayuran. Oleh karena itu, penambahan berbagai level tepung gaplek sangat mempengaruhi kandungan kadar bahan organik silase limbah sayuran Tabel 2. Rata-rata kadar bahan organik silase limbah sayuran berdasarkan bahan segar Perlakuan Ulangan 1 2 3 ----------------------------%------------------------ Rata-rata R0 11,53 12,44 12,19 12,05±0,47 a R1 13,27 15,57 16,33 15,06±1,59 b R2 17,24 17,78 19,62 18,21±1,25 c R3 19,67 19,18 20,24 19,70±0,53 cd R4 22,16 20,69 22,26 21,70±0,88 d Keterangan : huruf kecil superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) R0 : silase limbah sayuran tanpa suplementasi R1 : silase limbah sayuran dengan penambahan 5% tepung gaplek R2 : silase limbah sayuran dengan penambahan 10% tepung gaplek R3 : silase limbah sayuran dengan penambahan 15% tepung gaplek R4 : silase limbah sayuran dengan penambahan 20% tepung gaplek Kandungan bahan organik yang tinggi terdapat pada silase limbah sayuran dengan penambahan 20% tepung gaplek karena tepung gaplek yang berupa karbohidrat mudah larut berfungsi sebagai energi tersedia yang telah siap digunakan bakteri untuk menjalankan aktivitasnya. Semakin tinggi level tepung gaplek yang ditambahkan menunjukan terjadinya peningkatan bahan organik silase limbah sayuran. Peningkatan bahan organik terjadi saat proses fermentasi. Tingginya kadar bahan organik pada penambahan tepung gaplek mengindikasikan rendahnya kadar abu pada silase limbah sayuran. Kurnianingtyas dkk. (2012) menyatakan bahwa penambahan akselerator tepung gaplek terbukti meningkatkan kandungan bahan organik silase dibandingkan dengan silase kontrol yang tidak diberi tambahan akselerator. Semakin tinggi kadar bahan organik maka kandungan kadar abu semakin rendah, sebaliknya semakin rendah kadar bahan organik maka kandungan kadar abu semakin tinggi. Peningkatan bahan organik disebabkan oleh adanya penambahan tepung gaplek. Semakin tinggi level penambahan tepung gaplek pada limbah sayuran yang dibuat silase, bahan organik silase akan semakin meningkat. Menurut Santoso, dkk (2009), tingginya kandungan bahan organik silase dengan penambahan akselerator dikarenakan adanya tambahan karbohidrat mudah larut yang dimanfaatkan oleh bakteri pencerna serat kasar misalnya bakteri selulolitik, sehingga degradasi karbohidrat menjadi asam organik seperti asetat, propionat dan butirat lebih tinggi. Rendahnya 143

kadar bahan organik pada penambahan tepung gaplek mengindikasikan tingginya kadar abu pada silase limbah sayuran. Hal ini diduga karena tidak terdapat sumber karbohidrat mudah larut yang dapat digunakan bakteri untuk menjalankan aktivitasnya. Bakteri hanya memanfaatkan enzim dari bahan limbah sayuran untuk menjalankan aktivitasnya sehingga silase limbah sayuran tanpa penambahan tepung gaplek tidak meningkatkan kadar bahan organik atau memiliki kadar abu yang cukup tinggi. Hasil uji BNT menunjukan bahwa perlakuan yang terbaik terdapat pada R4 dengan penambahan tepung gaplek sebesar 20% jika dibandingkan dengan perlakuan R0, R1, dan R2 akan tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan R3. Tepung gaplek yang ditambahkan pada perlakuan R3 dan R4 diduga memiliki pengaruh yang sama terhadap peningkatan kadar bahan organik. Perlakuan R4 memiliki kandungan bahan organik yang lebih tinggi yaitu sebesar 21,70±0,88 % jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Tingginya kadar bahan organik pada penambahan tepung gaplek mengindikasikan rendahnya kadar abu pada silase limbah sayuran. Simpulan SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan 1) tepung gaplek efektif untuk dijadikan akselerator; 2) penambahan akselerator tepung gaplek dengan level yang berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap kadar bahan kering dan kadar bahan organik silase limbah sayuran; 3) perlakuan terbaik terdapat pada R4 dengan penambahan 20 % tepung gaplek terhadap nilai kadar bahan kering dan kadar bahan organik, akan tetapi perlakuan R4 memiliki hasil yang tidak berbeda nyata terhadap R3. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan guna mengetahui kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan organik silase limbah sayuran yang disuplementasi dengan tepung gaplek pada level yang berbeda terhadap ternak ruminansia. DAFTAR PUSTAKA Departemen Pertanian. 1980. Silase Sebagai Makanan Ternak. Departemen Pertanian, Balai Informasi Pertanian, Ciawi Bogor Departemen Pertanian. 2009. Pemanfaatan Limbah Pasar Sebagai Pakan Ruminansia Sapi dan Kambing di DKI Jakarta. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Jakarta Fathul, F. 2011. Penentuan Kualitas dan Kuantitas Kandungan Zat Makanan Pakan. Universitas Lampung. Lampung Heinritz, S. 2011. Ensiling Suitability of High Protein Tropical Forages and Their Nutrional Value for Feeding Pigs. Diploma Thesis. University of Hohenheim, Stutgart Krishaditersanto, R. 2013. Membuat Silase. Kupang Tengah, NTT. http://ripk78.blogspot.com/2013/04/membuatsilase.html (April 2013) Kurnianingtyas, I.B., P.R. Pandansari., I. Astuti., S.D. Widyawati., W.P.S. Suprayogi. 2012. Pengaruh macam akselarator terhadap kualitas fisik, kimiawi, dan biologis silase rumput kolonjono. Tropical Animal Husbandry 1 (1): 7 14. Universitas Sebelas Maret. Surakarta Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak. 2014. Analisis Bahan Pakan. Universitas Lampung, Bandar Lampung Lemosquet, S., S. Rigout, A. Bach, H. Rulquin and J.W. Blum. 2004. Glucose Metabolism in Lactating Cows in Response to Iso Energetic Infusions of Propionic Acid or Duodenal Glucose. J. Dairy Sci. 87: 1767-1777 Santoso, B. B. Tj. Hariadi, H. Manik dan H.Abubakar. 2009. Kualitas Rumput Unggul Tropika Hasil Ensilase dengan Aditif Bakteri Asam Laktat dari Ekstrak Rumput Terfermentasi. Media Peternakan. 32(2): 138 145. 144