Aplikasi Konsep Fisika Pada Proses Terjadinya Petir dan Pentingnya Penggunaan Penangkal Petir Pada Bangunan *) Nia Nopeliza **)

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG WIDYA PURAYA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II PENANGKAL PETIR DAN ARUS PETIR. dan dari awan ke awan yang berbeda muatannya. Petir biasanya menyambar objek yang

BAB II FENOMENA ALAMIAH TERBENTUKNYA PETIR

Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB I PENDAHULUAN Proses terjadinya petir

BAB II PENGERTIAN TERJADINYA PETIR

KATA PENGANTAR. Buletin ini berisi data rekaman Lightning Detector, menggunakan sistem LD-250 dan software Lightning/2000 v untuk analisa.

ANALISA SISTEM PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG BERTINGKAT DI APARTEMEN THE PAKUBUWONO VIEW, KEBAYORAN LAMA, JAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PENANGKAL PETIR

BAB II TEGANGAN LEBIH SURYA PETIR. dibangkitkan dalam bagian awan petir yang disebut cells. Pelepasan muatan ini

BAB II SISTEM PENANGKAL PETIR

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan september 2013 sampai dengan bulan maret

1. Gejala Listrik Statis

GROUNDING SYSTEM HASBULLAH, MT. Electrical engineering Dept. Oktober 2008

SISTEM PROTEKSI EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP SAMBARAN PETIR PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ANDALAS

Presented by dhani prastowo PRESENTASI FIELD PROJECT

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.

ANALISIS PERANCANGAN SISTEM PROTEKSI BANGUNAN THE BELLAGIO RESIDENCE TERHADAP SAMBARAN PETIR

B. Kegiatan Belajar. 1. Kegiatan Belajar 1 Muatan Listrik. a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran

STUDI AWAL ALAT PROTEKSI PETIR DENGAN METODE PEMBALIK MUATAN

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR DI GEDUNG PT BHAKTI WASANTARA NET JAKARTA

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR

BAB VIII LISTRIK STATIS

1 BAB I PENDAHULUAN. Petir adalah suatu gejala alam, yakni peluahan muatan listrik statis yang

Penerapan Metode Jala, Sudut Proteksi dan Bola Bergulir Pada Sistem Proteksi Petir Eksternal yang Diaplikasikan pada Gedung [Emmy Hosea, et al.

PENGARUH PERISAI PELAT LOGAM TERHADAP INDUKSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA INSTALASI TEGANGAN RENDAH

LIGHTNING. Gambar 1. Antena storm tracker (LD 250 antenna). Gambar2. Layout lightning/2000 v5.3.1

BAB IV STUDI PERENCANAAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG STC (SPORT TRADE CENTRE) - SENAYAN

BAB II PEMAHAMAN TENTANG PETIR

PT. Ciriajasa Cipta Mandiri

DESAIN SISTEM PROTEKSI PETIR INTERNAL PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA KUALA BEHE KABUPATEN LANDAK

ULANGAN HARIAN 1 PAKET 2 KELAS IX Pilihlah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) pada huruf a, b, c,atau d!

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK

1. BAB I PENDAHULUAN

SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR DI GEDUNG PT BHAKTI WASANTARA NET JAKARTA

BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR

LATIHAN UJIAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kajian Perancangan Sistem Penangkal Petir Eksternal Pada Gedung Pusat Komputer Universitas Riau

Perancangan Sistem Penangkal Petir Batang Tegak Tunggal, Tugas Akhir BAB II TEORI DASAR

BELAJAR FISIKA MELALUI ANIMASI MENYENANGKAN DAN MEMUDENGKAN MGMP IPA SMPN 45

BAB I PENDAHULUAN. dibanding daerah lain yang berada jauh dari garis khatulistiwa.

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Isolator. Pada suatu sistem tenaga listrik terdapat berbagai bagian yang memiliki

Antiremed Kelas 9 Fisika

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi pada musim hujan disaat langit memunculkan kilatan cahaya sesaat

BAB III IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH

PENDAHULUAN Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

POTENSI PETIR SEBAGAI SUMBER ENERGI BARU?

EVALUASI INSTALASI SISTEM PENANGKAL PETIR EKSTERNAL PADA GEDUNG XYZ

Vol.13 No.2. Agustus 2012 Jurnal Momentum ISSN : X

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perlengkapan bangunan yang menggunakan energi listrik yang memiliki

BAB II DASAR TEORI. hari. Jumlah hari guruh yang terjadi pada suatu daerah dalam satu tahun disebut

IDENTIFIKASI POLA SAMBARAN PETIR CLOUD TO GROUND (CG) TAHUN 2014 DI WILAYAH PROVINSI ACEH

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II

Realisasi dan Pengujian Prototype Alat Proteksi Petir dengan Metoda Pembalik Muatan

BAB II PETIR DAN PENANGKAL PETIR

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD

ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK

Prediksi 1 UN SMA IPA Fisika

Bab LISTRIK STATIS. Bab 7 Listrik Statis 131. (Sumber: Dok. Penerbit)

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS

PERENCANAAN SISTEM INSTALASI PENANGKAL PETIR JENIS ELEKTROSTATIK BERDASARKAN PUIPP

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 1. LISTRIK STATISLatihan Soal 1.1

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

RANCANG BANGUN SISTEM PENGAMAN ELEKTRONIK PENGENDALI ON OFF JARAK JAUH PADA SERVER INTERNET

KARAKTERISTIK PETIR POSITIF PADA MUSIM DINGIN DI JEPANG TUGAS AKHIR

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

D. 6,25 x 10 5 J E. 4,00 x 10 6 J

DAFTAR PUSTAKA. 1. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2000 Badan Standarisasi

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

RINGKASAN DAN LATIHAN - - LISTRIK STATIS - LISTRIK STATI S

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap II Semifinal Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan teknologi saat ini sangat pesat khususnya pada bidang

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

INFORMASI PENTING. m e = 9, kg Besar muatan electron. Massa electron. e = 1, C Bilangan Avogadro

Kata Kunci Proteksi, Arrester, Bonding Ekipotensial, LPZ.

ANALISIS PENGARUH DIAMETER DAN PANJANG ELEKTRODA PENTANAHAN ARESTER TERHADAP PERLINDUNGAN TEGANGAN LEBIH

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

LISTRIK STATIS. Listrik statis adalah energi yang dikandung oleh benda yang bermuatan listrik.

BAB II Teori Dasar. 2.1 Sumber-sumber Tegangan Lebih

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984

TUGAS AKHIR. Evaluasi Sistem Proteksi Instalasi Penangkal Petir Eksternal Pada Bangunan Gedung Departemen Kelautan dan Perikanan

BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR

SIMAK UI Fisika

Listrik yang tidak mengalir dan perpindahan arusnya terbatas, fenomena kelistrikan dimana muatan listriknya tidak bergerak.

by: Moh. Samsul Hadi

PREDIKSI UN FISIKA V (m.s -1 ) 20

KETENTUAN TEKNIS INFRASTRUKTUR BERSAMA TELEKOMUNIKASI

Antiremed Kelas 12 Fisika

Transkripsi:

Aplikasi Konsep Fisika Pada Proses Terjadinya Petir dan Pentingnya Penggunaan Penangkal Petir Pada Bangunan *) Nia Nopeliza **) PENDAHULUAN Petir, kilat, atau halilintar adalah gejala alam yang biasanya muncul pada musim hujan di saat langit memunculkan kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan. Beberapa saat kemudian disusul dengan suara menggelegar yang disebut guruh. Perbedaan waktu kemunculan ini disebabkan karena adanya perbedaan antara kecepatan suara dan kecepatan cahaya ( Wikipedia, 2015 ). Petir merupakan suatu fenomena cahaya yang terang benderang yang dihasilkan oleh tenaga listrik alam yang terjadi diantara awan-awan atau awan ketanah. Sering terjadi bila cuaca mendung atau badai. Petir merupakan peristiwa alam yaitu proses pelepasan muatan listrik ( electrical discharge ) yang terjadi di atmosfer ( Asep Dadan Hermawan, 2010 ). Kekuatan dielektrik udara kurang lebih adalah 30 kv/cm, apabila medan listrik antara awan dan tanah melebihi kekuatan tembus udara, maka akan terjadi pelepasan muatan. Distribusi muatan di awan pada umumnya bagian atas bermuatan positif dan bagian bawah bermuatan negatif. Aliran muatan listrik yang terjadi antara awan dan tanah disebabkan oleh adanya kuat medan listrik. Semakin besar muatan diawan, maka semakin besar pula medan listrik yang timbul. Apabila kuat medan listrik ini melebihi kuat medan tembus udara maka akan terjadi aliran muatan dari awan ke tanah yang terlihat bercahaya yang disebut dengan petir ( Yopie Mafudin, 2011 ). Ilmu-ilmu fisika tentu banyak aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Begitu juga dalam proses terjadinya petir. Tanpa kita sadari ternyata terdapat aplikasi konsep fisika pada saat proses terjadinya petir. Secara umum, konsep fisika yang terdapat pada proses terjadinya petir ini adalah mengenai listrik statis. Tentu saja setelah kita memahami lebih jauh proses terjadinya petir kita dapat mengetahui lebih dalam konsep fisika listrik statis mengenai apa saja yang terkait dan bagaimana hubungan diantara konsep-konsep tersebut. 1

Letak geografis Indonesia yang dilalui oleh garis khatulistiwa menyebabkan Indonesia beriklim tropis. Hal ini menyebabkan Indonesia mempunyai hari guruh rata-rata yang sangat tinggi. Sehingga menyebabkan bangunan-bangunan di Indonesia memiliki resiko lebih besar mengalami kerusakaan akibat terkena sambaran petir. Mengingat terdapat banyak bahaya dari sambaran petir baik bagi manusia maupun bangunan dan benda-benda lainnya, maka sistem kelistrikan pada bangunan harus ditunjang dengan sistem proteksi yang baik. Sistem proteksi ini tidak lain berguna untuk meminimalisir kemungkinan kerusakan sistem kelistrikan yang ada pada bangunan yang diakibatkan oleh sambaran petir. Karena petir itu sendiri merupakan suatu fenomena alam yang tidak dapat dihindari dan diprediksi kapan akan terjadi. Makalah ini akan membahas mengenai aplikasi konsep fisika apa saja yang terdapat pada proses terjadinya petir, membahas besarnya efisiensi penggunaan sistem penangkal petir pada bangunan dan seberapa pentingnya penangkal petir digunakan pada sebuah bangunan. Tujuan dari makalah ini sendiri adalah untuk membahas mengenai aplikasi konsep fisika pada proses terjadinya petir dan membahas besarnya efisiensi penggunaan sistem penangkal petir dan seberapa pentingnya penangkal petir pada sebuah bangunan. PETIR Petir, kilat, atau halilintar adalah gejala alam yang biasanya muncul pada musim hujan di saat langit memunculkan kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan. Beberapa saat kemudian disusul dengan suara menggelegar yang disebut guruh. Perbedaan waktu kemunculan ini disebabkan karena adanya perbedaan antara kecepatan suara dan kecepatan cahaya ( Wikipedia. 2015 ). Petir adalah sebuah cahaya yang terang benderang yang dihasilkan oleh tenaga listrik alam yang terjadi diantara awan-awan atau awan ketanah. Sering terjadi bila cuaca mendung atau badai. Petir merupakan peristiwa alam yaitu proses pelepasan muatan listrik ( electrical discharge ) yang terjadi di atmosfer. Peristiwa pelepasan muatan ini akan terjadi karena terbentuknya konsentrasi muatan-muatan 2

positif dan negatif didalam awan ataupun perbedaan muatan dengan permukaan bumi. Gambar 1. Petir ( Sumber : Wikipedia ) Sumber terjadinya petir adalah awan Cumolonimbus atau awan guruh yang berbentuk gumpalan dengan ukuran vertikal lebih besar daripada ukuran horizontal. Ukuran vertikal dapat mencapai 14 km dan ukuran horizontal berkisar 1,5 sampai 7,5 km. Karena ukuran vertikalnya yang cukup besar terjadi perbedaan temperature antara bagian atas dan bagian bawah. Ketinggian antara permukaan atas dan permukaan bumi pada awan dapat mencapai jarak sekitar 8 km dengan temperature bagian bawah sekitar 13 dan temperature bagian atas sekitar -65. Akibatnya didalam awan tersebut akan terjadi kristal-kristal es. Karena didalam awan terdapat angin kesegala arah, maka kristal-kristal es tersebut akan saling bertumbukan dan bergesekan sehingga terpisahkan antara muatan positif dan muatan negatif. Pemisahan muatan inilah yang menjadi penyebab utama terjadinya sambaran petir ( Asep Dadan Hermawan, 2010 ). 3

Gambar 2. Awan Cumolonimbus ( Sumber : Wikipedia ) PENGOSONGAN MUATAN LISTRIK Timbulnya petir akibat adanya loncatan muatan listrik statis di ionosfir. Loncatan muatan listrik terjadi pada saat muatan listrik bergerak secara bersamasama. Kejadian ini disebut pengosongan listrik statis. Pengosongan itu ditunjukkan oleh sambaran petir. Muatan listrik dapat hilang dengan pengosongan. Pengosongan terjadi apabila tersedia suatu jalan bagi elektron-elektron untuk mengalir dari suatu benda bermuatan ke benda lain. Perpindahan muatan listrik statis dari satu benda ke benda lain disebut penetralan atau pengosongan muatan statis. Pengosongan itu lazim juga disebut pentanahan, karena muatan itu sering dikosongkan dengan cara menyalurkan ke tanah. Pengosongan muatan statis di udara dapat terjadi sangat besar sehingga menimbulkan suara dahsyat yang kita sebut guntur. MEKANISME TERJADINYA PETIR Secara fisika, petir merupakan gejala alam yang bisa kita analogikan dengan sebuah kapasitor raksasa, dimana lempeng pertama adalah awan (bisa lempeng negatif atau lempeng positif) dan lempeng kedua adalah bumi (dianggap netral). Seperti kita ketahui, kapasitor adalah sebuah komponen pasif pada rangkaian listrik yang bisa menyimpan energi sesaat (energy storage). Petir juga dapat terjadi dari awan ke awan (intercloud), dimana salah satu awan bermuatan negatif dan awan 4

lainnya bermuatan positif. Petir terjadi karena ada perbedaan potensial antara awan dan bumi atau dengan awan lainnya. Proses terjadinya muatan pada awan yaitu karena partikel-partikel penyusun awan bergerak terus menerus secara teratur, dan selama pergerakannya dia akan berinteraksi dengan awan lainnya sehingga muatan negatif akan berkumpul pada salah satu sisi (atas atau bawah), sedangkan muatan positif berkumpul pada sisi sebaliknya. Jika perbedaan potensial antara awan dan bumi cukup besar, maka akan terjadi pembuangan muatan negatif (elektron) dari awan ke bumi atau sebaliknya untuk mencapai kesetimbangan. Pada proses pembuangan muatan ini, media yang dilalui elektron adalah udara. Pada saat elektron mampu menembus ambang batas isolasi udara inilah terjadi ledakan suara. Petir lebih sering terjadi pada musim hujan, karena pada keadaan tersebut udara mengandung kadar air yang lebih tinggi sehingga daya isolasinya turun dan arus lebih mudah mengalir. Karena ada awan bermuatan negatif dan awan bermuatan positif, maka petir juga bisa terjadi antar awan yang berbeda muatan. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa apabila medan listrik antara awan dan tanah melebihi kekuatan tembus udara, maka akan terjadi pelepasan muatan. Hal ini dapat dilihat dari rumusan berikut ini : Kuat medan listrik E = kq r 2.. ( 1 ) Dimana : Q = muatan lidah petir ( Coulumbs ) r = jangkauan sambaran dari awan ke udara k = konstanta Potensial listrik Beda potensial dari suatu muatan listrik di suatu titik di sekitar muatan tersebut dinyatakan sebagai potensial mutlak atau biasa disebut potensial listrik saja. Potensial listrik dari suatu muatan listrik q di suatu titik berjarak r dari muatan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut : V = k q r... ( 2 ) 5

Dari persamaan di atas tampak bahwa potensial listrik dapat dinyatakan dalam bentuk kuat medan listrik, yaitu : E = kq r 2 ( 3 ) 1 E = k q r r. ( 4 ) E = V 1 r. ( 5 ) V = E r. ( 6 ) Semakin besar muatan maka beda potensial antara awan dan tanah akan bertambah sehingga semakin besar pula medan listrik yang terjadi. Jika medan listrik yang ditimbulkan melebihi kuat medan tembus udara ketanah maka akan terjadi pelepasan muatan listrik (discharge) pada saat itulah terjadi kilat atau sambaran petir. Gambar 3. Tahapan Terjadinya Petir ( Sumber : Wikipedia ) Hubungan antara besarnya arus petir dengan jarak sambar dapat dijelaskan sebagai berikut : bila arus petir yang terjadi bernilai kecil, artinya mengandung jumlah muatan kecil sehingga jangkauan sambar juga berjarak pendek. Jika arus petir yang terjadi bernilai lebih besar, artinya mengandung jumlah muatan yang lebih banyak sehingga jangkauan sambar juga berjarak lebih jauh. 6

Besar arus puncak peluahan petir dapat dicari dengan persamaan berikut. I = 10,6 Q 0,7... ( 7 ) Dimana : Q = Muatan lidah petir ( Coulumbs ) I = Arus puncak petir ( ka ) Sedang hubungan besar arus dengan jarak sambar maksimum ditunjukkan oleh persamaan berikut. S = 8I 0,65 ( 8 ) Dengan S merupakan jarak sambar maksimum ( Abdul Syakur dan Yuningtyastuti, 2006 ). FREKUENSI SAMBARAN PETIR a. Frekuensi Sambaran Petir Langsung Jumlah rata rata frekuensi sambaran petir langsung pertahun (N d ) dapat dihitung dengan perkalian kepadatan kilat ke bumi pertahun (N g ) dan luas daerah perlindungan efektif pada bangunan (A e ). N d = N g. A e ( 9 ) Kerapatan sambaran petir ketanah dipengaruhi oleh hari guruh rata- rata pertahun di daerah tersebut. N g = 4. 10-2. T 1,26... ( 10 ) Sedangkan luas daerah perlindungan pada bangunan dapat dihitung dengan persamaan berikut: A e = ab + 6h(a+b) + 9πh 2.. (11) Sehingga, dari subtitusi persamaan ( 10 ) dan ( 11 ) ke persamaan ( 9 ) dapat diperoleh persamaan nilai N d adalah: Nd = 4 x 10-2 T 1,26 (ab + 6h(a+b) + 9πh 2 ).. (12) di mana : a = Panjang atap gedung (m) 7

b = Lebar atap gedung (m) h = Tinggi atap gedung (m) T = hari guruh pertahun N g = Kerapatan sambaran petir ke tanah (sambaran/km 2 /tahun) A e = Luas daerah yang masih memiliki sambaran petir sebesar N d (Km 2 ) N d = Jumlah rata rata frekuensi sambaran petir langsung pertahun b. Frekuensi Sambaran Petir Tidak Langsung Rata rata frekuensi tahunan N n dari kilat yang mengenai tanah dekat bangunan dapat dihitung dengan perkalian kerapatan kilat ke tanah pertahun N g dengan cakupan daerah di sekitar bangunan yang disambar A g. N n = N g. A g (13 ) Luas daerah cakupan disekitar bangunan yang menyebabkan suatu tambahan potensial akibat sambaran ketanah dapat dihitung: A g = ab + 2aρ + 2bρ + πρ 2 A e.. (14 ) KERUSAKAN YANG DITIMBULKAN AKIBAT SAMBARAN PETIR Bahaya dan ancaman sambaran petir terus mengintai manusia, rumah, kantor serta bangunan lainnya dapat sewaktu-waktu terjadi, apalagi seiring datangnya musim penghujan yang di sertai badai dalam waktu yang tak terduga. Ada 2 jenis kerusakan yang di sebabkan sambaran petir, yaitu: a. Kerusakan Thermis kerusakan yang menyebabkan timbulnya kebakaran b. Kerusakan Mekanis kerusakan yang menyebabkan struktur bangunan retak, rusaknya peralatan elektronik bahkan menyebabkan kematian. Selain itu terdapat juga kerusakan yang disebabkan oleh sambaran petir langsung maupun sambaran petir tidak langsung, yaitu : a. Kerusakan Akibat Sambaran Langsung Sambaran petir yang langsung mengenai struktur bangunan rumah, kantor dan gedung, hal ini sangat membahayakan bangunan tersebut beserta seluruh isinya karena dapat menimbulkan kebakaran, kerusakan perangkat 8

elektrik/elektronik atau bahkan korban jiwa. Terlebih lagi jika sambaran petir langsung mengenai manusia, maka dapat berakibat luka atau cacat bahkan dapat menimbulkan kematian. Banyak sekali peristiwa sambaran petir langsung yang mengenai manusia dan biasanya terjadi di area terbuka. b. Kerusakan Akibat Sambaran Tidak Langsung Kerusakan ini sulit diidentifikasi dengan jelas karena petir yang menyambar pada satu titik lokasi sehingga hantaran induksi melalui aliran listrik/kabel PLN, telekomunikasi, pipa pam dan peralatan besi lainnya dapat mencapai 1 km dari tempat petir tadi terjadi. Sehingga tanpa disadari dengan tiba-tiba peralatan komputer, pemancar TV, radio, PABX terbakar tanpa sebab yang jelas ( CV. Berkah Abadi Sejahtera. Kerugian yang Disebabkan Petir ). SISTEM PROTEKSI TERHADAP SAMBARAN PETIR Berdasarkan tempatnya sistem proteksi terhadap sambaran petir dapat dibagi menjadi dua, yaitu : a. Sistem Proteksi Eksternal, yaitu instalasi dan alat-alat diluar suatu struktur untuk menangkap dan menghantarkan arus surja petir ke sistem pembumian. Proteksi eksternal petir berfungsi sebagai proteksi terhadap tegangan lebih petir jika terjadi sambaran langsung ke sistem atau bangunan yang dilindungi. b. Sisitem Proteksi Internal, yaitu perlindungan terhadap sistem elektronika didalam bangunan/gedung akibat tegangan lebih yang ditimbulkan oleh induksi elektromagnetik akibat sambarah petir tak langsung. Walaupun bangunan sudah dilindungi terhadap sambarah petir, beberapa kerusakan pada peralatan listrik khususnya peralatan elektronika dapat disebabkan karena masuknya surja imbas petri melalui kabel listrik dan kabel komunikasi atau masuknya arus petir pada waktu terjadi sambaran langsung ( Hutagaol Soli Akbar, 2009 ). PENANGKAL PETIR Batang logam penangkal petir sering dipasang di atas atap rumah bertingkat atau di atas bangunan tinggi, dan dihubungkan ke dalam tanah melalui kabel logam. 9

Penangkal petir, melindungi rumah dan bangunan tinggi tersebut dari kerusakan oleh energi listrik yang besar di dalam petir. Penangkal petir ini menyediakan suatu jalan aman, atau pentanahan, agar arus listrik petir mengalir masuk ke dalam tanah, bukan melewati rumah atau bangunan lain. Penangkal petir itu merupakan contoh pengosongan muatan statis yang tidak menimbulkan kerusakan. Pada saat terjadi petir, pengosongan listrik statis dari bagian bawah awan yang bermuatan ke Bumi akan melewati batang penangkal petir. Muatan listrik akan mengalir ke bawah dengan aman melalui kabel logam, dan masuk ke dalam tanah. Penangkal petir menyediakan suatu jalan aman bagi arus listrik petir sehingga mengalir masuk ke dalam tanah dan tidak melewati bangunan tinggi tersebut. Penangkal petir memang terbuat dari logam karena logam dapat menghantarkan arus listrik sehingga petir hanya melewati bangunan saja. Bila penangkal petir tidak terbuat dari logam maka petir akan langsung menghantam bangunan tersebut. Pada dasarnya peralatan elektronik memiliki medan listrik sehingga bila ada petir yang mendekati medan listrik tersebut maka medan listrik pada peralatan elektronik akan berubah secara drastis. Bila hal ini terjadi maka peralatan elektronik akan mengalami kerusakan.ada 3 bagian utama pada penangkal petir, yaitu: 1. Batang penangkal petir Disebut juga sebagai terminasi udara dimana berupa batang tembaga murni yang ujung tembaganya runcing. Batang pasang sistem proteksi petir dibuat menjadi runcing karena muatan listrik mempunyai sifat mudah berkumpul dan lepas pada ujung logam pasang sistem proteksi petir. Dengan demikian dapat memperlancar proses tarik menarik dengan muatan listrik yang ada di awan. pasang sistem proteksi petir ini dipasang pada bagian puncak sebuah bangunan atau gedung. 10

Gambar 4. Batang Penangkal Petir ( Sumber : Wikipedia ) 2. Kabel konduktor Kabel konduktor atau kabel tembaga dibuat dari jalinan kawat tembaga. Diameter jalinan kabel konduktor tembaga ini sekitar 1 cm hingga 2 cm. Kabel konduktor tembaga berfungsi meneruskan aliran muatan listrik dari batang sistem proteksi petir yang bermuatan listrik ke tanah. Kabel konduktor pasang sistem proteksi petir dipasang pada dinding di bagian luar bangunan. Gambar 5. Kabel Konduktor ( Sumber : Wikipedia ) 3. Tempat pembumian Tempat pembumian (grounding) berfungsi mengalirkan muatan listrik dari kabel konduktor sistem proteksi petir ke batang pembumian (ground rod) yang ditanam di tanah. Batang pembumian terbuat dari bahan tembaga berlapis baja, dengan diameter 1,5 cm dan panjang sekitar 1,8-3 m. 11

Gambar 6. Batang Pembumian ( Grounding ) ( Sumber : Wikipedia ) MEKANISME KERJA SISTEM PENANGKAL PETIR Saat muatan listrik negatif di bagian bawah awan sudah tercukupi, maka muatan listrik positif di tanah akan segera tertarik. Muatan listrik kemudian segera merambat naik melalui kabel konduktor, menuju ke ujung batang. Ketika muatan listrik negatif berada cukup dekat di atas atap, daya tarik menarik antara kedua muatan semakin kuat, muatan positif di ujung-ujung tertarik ke arah muatan negatif. Pertemuan kedua muatan menghasilkan aliran listrik. Aliran listrik yang melewati kabel tembaga itu akan mengalir ke dalam tanah, melalui kabel konduktor dengan demikian sambaran petir tidak mengenai bangunan. Tetapi sambaran petir dapat merambat ke dalam bangunan melalui kawat jaringan listrik dan bahayanya dapat merusak alat-alat elektronik di bangunan yang terhubung ke jaringan listrik itu, selain itu juga dapat menyebabkan kebakaran atau ledakan. Untuk mencegah kerusakan akibat jaringan listrik tersambar petir, biasanya di dalam bangunan dipasangi alat yang disebut penstabil arus listrik (surge arrestor), yaitu semacam internal proteksi. KEBUTUHAN BANGUNAN AKAN SISTEM PROTEKSI PETIR Pengambilan keputusan perlu atau tidaknya memasang sistem proteksi petir pada bangunan dalam penentuan besarnya kebutuhan bangunan akan proteksi petir 12

berdasarkan perhitungan frekuensi sambaran petir langsung setempat ( Nd ) dan frekuensi sambaran petir tahunan setempat ( Nc ) yang diperbolehkan adalah sebagai berikut : 1. Jika Nd Nc tidak perlu sistem proteksi petir 2. Jika Nd > Nc diperlukan sistem proteksi petir dengan efisiensi : Ec 1- N c N d... ( 15 ) Tingkat kebutuhan instalasi penangkal petir terhadap kerusakan pada sebuah bangunan dapat dihitung berdasarkan penjumlahan indeks kerusakan, yaitu : a. Indeks Faktor Kerusakan Berdasarkan Penggunaan Bangunan ( A ) b. Indeks Faktor Kerusakan Berdasarkan Konstruksi Bangunan ( B ) c. Indeks Faktor Kerusakan Berdasarkan Ketinggian Bangunan ( C ) d. Indeks Faktor Kerusakan Berdasarkan Situasi Bangunan ( D ) e. Indeks Faktor Kerusakan Berdasarkan Intensitas Hari Guruh ( E ) Tabel 1. Tingkat Kebutuhan Instalasi Penangkal Petir Berdasarkan Penjumlahan Indeks Kerusakan ( Sumber : Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir untuk Bangunan di Indonesia ) R = A + B + C + D + E Perkiraan Bahaya Instalasi Penangkal Petir <11 Diabaikan Tidak Perlu 11 Kecil Tidak Perlu 12 Sedang Agak Dianjurkan 13 Agak Besar Dianjurkan 14 Besar Sangat Dianjurkan >14 Sangat Besar Sangat Perlu 13

CONTOH PENERAPAN PENANGKAL PETIR Salah satu contoh penerapan sistem penangkal petir pada sebuah bangunan adalah sistem penangkal petir yang terpasang pada gedung kuliah D FKIP UNSRI. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kebutuhan sebuah bangunan terhadap sistem penangkal petir yaitu indeks kerusakan yang dilihat dari beberapa sudut pandang. Untuk menentukan tingkat kebutuhan sistem penangkal petir sebuah bangunan didapatkan dari penjumlahan indeks kerusakan yang mungkin terjadi pada gedung kuliah D FKIP UNSRI. Tabel 2. Data Karakteristik Gedung Kuliah D FKIP UNSRI ( Sumber : Dekanat FKIP UNSRI ) Karakteristik Tinggi gedung Panjang gedung Lebar gedung Waktu hadir Kerapatan petir Permukaan luar gedung Jenis bangunan Karakteristik material Ukuran 12 m 72 m 18,5 m 1872 jam/ th / orang 156 kilat/ tahun Conblock Biasa Beton Dari data yang didapatkan dari pihak dekanat FKIP UNSRI mengenai identitas gedung didapatkan bahwa : indeks A (macam penggunaan bangunan) bernilai 3, indeks B (konstruksi bangunan) bernilai 2, indeks C (tinggi bangunan) bernilai 2, indeks D (situasi bangunan) bernilai 0 dan indeks E (pengaruh kilat) bernilai 6. Sehingga perkiraan bahaya pada gedung yang didapatkan bernilai 13. Berdasarkan tabel perkiraan bahaya pada gedung nilai 13 yang didapatkan berarti bahwa perkiraan bahaya pada gedung kuliah D FKIP UNSRI agak besar dan pengamanan dari sambaran petir dianjurkan. 14

KESIMPULAN Proses terjadinya petir merupakan contoh fenomena listrik statis. Dimana listrik statis sendiri membahas mengenai listrik statis. Konsep yang dijelaskan dalam hal ini adalah mengenai muatan listrik. Muatan listrik timbul karena adanya elektron yang berpindah dari satu benda ke benda lainnya. Elektron merupakan suatu muatan dasar yang dapat menentukan sifat kelistrikan suatu benda. Adapun konsep fisika yang terdapat pada proses terbentuknya petir adalah mengenai gaya coulomb atau gaya listrik yang timbul dan dipengaruhi oleh besar muatan listrik dari tiap-tiap benda dan kuadrat jarak diantara benda-benda bermuatan lisrtik tersebut. Selain itu terdapat juga hubungan diantara besarnya potensial listrik dan medan listrik sebagai penyebab terjadinya petir. Semakin besar muatan maka beda potensial antara awan dan tanah akan bertambah sehingga semakin besar pula medan listrik yang terjadi. Jika medan listrik yang ditimbulkan melebihi kuat medan tembus udara ketanah maka akan terjadi pelepasan atau peluahan muatan listrik (discharge) pada saat itulah terjadi kilat atau sambaran petir. Tingkat kebutuhan instalasi penangkal petir berdasarkan penjumlahan indeks kerusakan. Pengambilan keputusan perlu atau tidaknya memasang sistem proteksi petir pada bangunan dalam penentuan besarnya kebutuhan bangunan akan proteksi petir berdasarkan perhitungan frekuensi sambaran petir langsung setempat ( Nd ) dan frekuensi sambaran petir tahunan setempat ( Nc ) yang diperbolehkan adalah sebagai berikut : 1. Jika Nd Nc tidak perlu sistem proteksi petir. 2. Jika Nd > Nc diperlukan sistem proteksi petir dengan efisiensi tertentu. DAFTAR PUSTAKA Akbar, Hutagaol Soli. 2009. Studi Tentang Sistem Penangkal Petir Pada BTS ( Base Transceiver Station ) ( Aplikasi Pada PT. Telkomsel Banda Aceh). Skripsi. Medan : Universitas Sumatera Utara. 15

Dadan Hermawan, Asep. 2010. Optimalisasi Sistem Penangkal Petir Eksternal Menggunakan Jenis Early Streamer ( Studi Kasus UPT LAGG BPPT ). Skripsi. Jakarta : Universitas Indonesia. Murdaka Eka Jati, Bambang dan Tri Kuntoro Priyambodo. 2010. Fisika Dasar : Listrik-Magnet, Optika, Fisika Modern. Yogyakarta : Penerbit Andi. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir untuk Bangunan di Indonesia. Jakarta: Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan,1983. Suhartanto, Tri, Juningtyastuti dan Abdul Syakur. Penentuan Kebutuhan Proteksi Petir Pada Gedung Teknik Elektro UNDIP dengan Adannya Bangunan Menara Base Transceiver Station. Makalah Seminar Tugas Akhir. Semarang : Universitas Diponegoro. Sejahtera, CV. Berkah Abadi. Kerugian yang Disebabkan Petir http://zonapetir.com/petir/artikel-penangkal-petir/61-kerugian-yang-disebabkan-petir.html. Inderalaya. Semesta, PT. Megah Alam. Sistem Proteksi Petir http://www.instalasijaringan.com/sistem-proteksi-petir.html. Inderalaya. 16