Journal of Nonformal Education

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pada usia dini merupakan masa keemasan dimana pada masa ini setiap aspek

Kata kunci: metode Storytelling, keterampilan menyimak, dongeng. 1) Mahasiswa Program Studi PGSD FKIP UNS 2,3) Dosen Program Studi PGSD FKIP UNS

Keywords: Teams Games Tournament (TGT), visual media, social science

SKRIPSI. Oleh: JURIT YULIANI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Januari 2016.

Oleh: IMA NUR FITRIANA A

Oleh : Destyana Ayu Wulandari A

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERCERITA ANAK MELALUI MEDIA POP UP BOOK PADA KELOMPOK B TK AL ISLAM 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/201

IMPLEMENTASI STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PANGGUNG BONEKA PADA ANAK KELOMPOK B3 TK AL-HUDA KERTEN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

Andrefi Purjiningrum 1, Siti Wahyuningsih 2, Rukayah 2

PENINGKATAN KECERDASAN LOGIKA MATEMATIKA ANAK MELALUI PERMAINAN BERHITUNG MENGGUNAKAN PAPAN TELUR DI TK AISYIYAH 7 DURI NOVA ROZI A ABSTRAK

PENGEMBANGAN KARAKTER KEMANDIRIAN MELALUI PRORGAM BOARDING SCHOOL (Studi Kasus Pada Siswa Di MTs Negeri Surakarta 1 Tahun Pelajaran 2013/2014)

PENINGKATAN KECERDASAN KINESTETIK ANAK MELALUI KEGIATAN GERAK DAN LAGU KELOMPOK B DI TK PERTIWI CEPORAN I GANTIWARNO KLATEN TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

PENGGUNAAN METODE COMPLETE SENTENCE

Diajukan Oleh: ARISKA DEVIE PRADISTA A

PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI GESIKAN TAHUN AJARAN 2013/2014

KEDISIPLINAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Banyudono, Boyolali Tahun Ajaran 2012/2013)

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN EMOSIONAL MELALUI METODE BERCERITA PADA ANAK KELOMPOK A BA AISYIYAH NGALAS II KLATEN SELATAN KLATEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian PerSyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Anak Usia Dini ALIMATUL FADLIYAH

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DALAM PEMBELAJARAN SAINS MELALUI METODE BERMAIN ANAK KELOMPOK B1 TK AISYIYAH PUNGGAWAN TAHUN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan budaya dan karakter bangsa merupakan isu yang mengemuka di

PENGEMBANGAN EMPATI ANAK USIA DINI MELALUI MENDONGENG DI TAMAN KANAK-KANAK ASYIYAH PARIAMAN

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI BERBASIS KARAKTER DI PAUD NURUL WATHON SEMARANG

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN REMEDIAL INCREASE OF LEARNING ENGLISH THROUGH APPLICATION REMEDIAL TEACHING

PENGGUNAAN METODE ROLE PLAYING DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DI KELAS V SD

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG MELALUI MEDIA PANGGUNG BONEKA

PENERAPAN MODEL MIND MAP DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJARAN IPS TEMA SEJARAH PERADABAN INDONESIA PADA SISWA KELAS V DI SD NEGERI 1 SRUWENG

NASKAH PUBLIKASI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBUATGARIS TEGAK, DATAR, MIRING, LENGKUNG DENGAN MENGGUNTING MELALUI

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Keywords: STAD, Social Skill, Civic Education

Yuanis et al., Penerapan Model Quantum Learning...

PENGGUNAAN MEDIA BERBASIS TEKS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA

Program Studi PGSD, Universitas Sebelas Maret

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG MELALUI MODEL LEARNING CYCLE (PEMBELAJARAN BERSIKLUS) PADA SISWA SEKOLAH DASAR

BERKISAH METODE PENGUATAN NILAI KARAKTER ISLAMI PADA ANAK USIA DINI. Sidik Nuryanto Universitas Muhammadiyah Ponorogo

SKRIPSI. Oleh: KUKUH FAJAR TRAWOCO (K ) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016 commit to user

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP STRUKTUR BUMI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

PENANAMAN KARAKTER RELIGIUS DAN TANGGUNG JAWAB UNTUK SISWA KELAS 2 MIM PK KARTASURA BERDASARKAN BUKU DO A YUK BERDO A BERSAMA SAHABAT BINTANG

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI PEMBELAJARAN SENI RUPA DI PAUD 'AISYIYAH III KECAMATAN SUMBERSARI KABUPATEN JEMBER

PENERAPAN TEKNIK FORMASI REGU TEMBAK DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PECAHAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah-sekolah pada saat ini menghadapi tantangan di dalam mendidik

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG PAUD

Economic Education Analysis Journal

PENERAPAN MODEL ARIAS

PENERAPAN METODE TALKING STICK DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MASA PENJAJAHAN JEPANG DI INDONESIA

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Konsep Cahaya Melalui Pembelajaran Science-Edutainment Berbantuan Media Animasi

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA UNTUK SISWA KELAS III SD NEGERI PONCOWARNO TAHUN AJARAN 2013/2014

PENGGUNAAN MEDIA DIORAMA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI

Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Talking Stick

PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INSIDE OUTSIDE CIRCLE

REPRESENTASI PENDIDIKAN KARAKTER NASIONALISME DAN. CERITA DARI TAPAL BATAS (Analisis Semiotik untuk Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan)

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI PENDEKATAN PRAGMATIK

PENERAPAN MODEL RME DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan BAB I

Oleh: RIAN PUTERI SAYEKTI WIBOWO A

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN REKA CERITA GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

PENERAPAN ACTIVE LEARNING DENGAN SILENT DEMONSTRATION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 14 SURAKARTA

kemajuan. Begitu pula sebaliknya, jika Pendidikan merupakan kebutuhan PENDAHULUAN pendidikan berkualitas buruk, bisa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

Keywords: Directed-Reading-Thinking-Activity (DRTA), images, reading comprehension

Uni Harnika 1), Chumdari 2), Hasan Mahfud 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Selamet Riyadi 449 Surakarta 1)

OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA MAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL

: AYU PERDANASARI K

CAS CIS CUS METODE MENDONGENG PADA ANAK USIA DINI Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo Sidik Nuryanto

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ARTIKULASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS LAPORAN PENGAMATAN USAHA KONFEKSI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN PECAHAN MELALUI PENGGUNAAN METODE TEAM QUIZ

PENINGKATAN KEMANDIRIAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA ANAK KELOMPOK B1 TK PERTIWI SIDAMULIH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENGUNAAN METODE PEMBELAJARAN DRILL SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI

Kata Kunci: Teams Games Tournament (TGT), Media Konkret, Sifat-sifat Bangun Datar Sederhana, Matematika

Skripsi. Oleh: Dwi Listiawan X

PENERAPAN OUTDOOR LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK KELOMPOK B1 TK AISYIYAH NUSUKAN I SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

PENERAPAN MEDIA PAPAN FLANEL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG BANGUN DATAR SISWA KELAS III SDN 1 PANJER

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

Journal of Elementary Education

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DENGAN MEDIA POSTER UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 4 TAMANWINANGUN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

PENGGUNAAN MODEL ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BAGI SISWA KELAS IV SDN 1 LUNDONG

Joyful Learning Journal

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Elis Nurjanah, 2013

Peningkatan Pemahaman Konsep Bilangan 1-10 Melalui Model Pembelajaran Guided Discovery

UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN PADA ANAK DENGAN PERMAINAN ULAR TANGGA DI KB ABC BLORONG

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DENGAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN 6 PANJER TAHUN AJARAN 2014/2015

MEDIA BENDA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SDN 5 KUTOSARI TAHUN AJARAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN REMEDIAL. Rahmatiah SMP Negeri 33 Makassar Abstrak

PENGGUNAAN MODEL OPEN ENDED LEARNING

Transkripsi:

JNE 3 (1) (2017) 11-20 Journal of Nonformal Education http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jne Peningkatan Nilai-Nilai Karakter dengan Metode Mendongeng Cas Cis Cus di Ba Aisyiyah Kaponan 2 Ponorogo Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima 15 September 2016 Disetujui 20 Desember 2016 Dipublikasikan Februari 2017 Kata Kunci: Character Value; Tale of the CIS CAS CUS; Early Childhood. Sidik Nuryanto FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo Abstrak Tujuan penelitian ini adalah melihat pelaksanaan mendongeng CAS CIS CUS dan peningkatan nilai karakter di BA Aisyiyah Kaponan 2 Ponorogo. Penelitian ini dilaksanakan dengan subjek sejumlah 18 peserta didik. Metode penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas. Prosedurnya meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Sumber data berupa informan, tempat dan peristiwa, dokumen dan arsip. Metode pengumpulan data dengan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi. Uji validitas data yang digunakan dengan teknik triangulasi. Data dianalisis dengan menggunakan model deskriptif komparatif. Hasilnya pada kegiatan mendongeng dibagi menjadi 3 tahapan yaitu CAS CIS CUS. CAS (Cipta Aksi Super) sebagai sarana untuk membuka dongeng, CIS (Cipta Inspirasi Super) sebagai inti dari pelaksanaan dongeng, dan CUS (Cipta Usulan Super) sebagai penutup dongeng. Abstract Alamat korespondensi: FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorog Jl. Budi Utomo No.10, Ronowijayan, Siman, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur 63471, Indonesia. E-mail: nuryantosidik@gmail.com The purpose of this study is to see the implementation of the CIS CAS CUS storytelling and character value increase in BA Aisyiyah Kaponan 2 Ponorogo. This study was conducted with 18 subjects number of learners. The research method uses classroom action research. The procedure includes the planning, implementation, observation and reflection. Sources of data in the form of informants, places and events, documents and archives. Data were collected by interview, observation and documentation. Test the validity of the data used by triangulation techniques. Data were analyzed using descriptive comparative models. The result in storytelling activities are divided into three stages, namely the CAS CIS CUS. CAS as a means to open up the fairy tale, CIS as the core of the implementation of the fairy tale, and the CUS as a cover fairy tale. 2017 PLS PPs UNNES p-issn 2442-532X e-issn 2528-4541 11

PENDAHULUAN Pendidikan karakter menjadi bagian penting dalam menghasilkan individu yang memiliki kecerdasan dan karakter yang mulia. Pendidikan karakter sejak diluncurkan sampai saat ini masih diterapkan di lembaga pendidikan baik formal, non formal, dan informal. Dampak keberhasilannya belum terlihat secara merata. Masih banyak dijumpai kasus tawuran antar pelajar, penggunaan narkoba oleh pelajar, bahkan kasus pelecehan seksual kepada anak usia dini. Kasus seperti itu tidak sulit ditemukan dalam berbagai media kabar baik cetak maupun elektronik. Hal tersebut menunjukkan belum optimal hasil dari pendidikan karakter. Pendidikan karakter di tingkat satuan pendidikan anak usia dini (PAUD) juga telah telah dilakukan. Seperti halnya di Bustanul Athfal Aisyiyah Kaponan 2 yang beralamat di dukuh Prayungan, Kaponan, Mlarak, Kabupaten Ponorogo. Berdasarkan observasi dan wawancara, penerapan pendidikan karakter masih berorientasi pada pemberian nasehat atau petuah dari guru kepada anak. Guru memberikan nasehat jika perbuatan seperti ini boleh dilakukan maupun tidak dilakukan beserta dengan dampaknya. Dalam implementasinya guru membiasakan anak nilai-nilai karakter setiap hari. Nilai karakter yang telah disampaikan selanjutnya dibiasakan kepada anak dalam berbagai bentuk kegiatan di sekolah. Pendidikan karakter di lembaga tersebut belum menggunakan metode pendidikan yang relevan. Maksudnya belum ada sinergi antara metode yang menyenangkan dengan konsep bermain dalam proses pendidikan karakter. Pendidik sekedar ceramah untuk menyampaikan nilai karakter yang boleh dilakukan maupun dilarang. Padahal kita ketahui bahwa pendidikan karakter itu tidak hanya sekedar mengetahui saja, namun perlu merasakan, dan penerapan dalam kegaiatan sehari-hari. BA Aisyiyah Kaponan terdiri dari 16 anak berupa 8 putra dan 8 putri. Berdasarkan pengamatan awal oleh peneliti masih menjumpai bentuk rendahnya nilai karakter yang dilakukan oleh anak di PAUD tersebut. Adapun rendahnya nilai karakter meliputi nilai karakter cinta Tuhan, disiplin, kerjasama, mandiri, dan tanggung jawab. Untuk nilai karakter kecintaan terhadap Tuhan, anak-anak belum sepenuhnya melakukan ibadah dengan baik, ungkapan islami yang belum terucapkan, serta kata-kata santun (maaf, tolong dan terimakasih) belum membudaya. Hal tersebut apabila diprosentasikan sejumlah 68, 8% (11 anak). Nilai karakter disiplin masih perlu mendapatkan perbaikan karena hanya 62,5% (10 anak) anak yang melakukannya. Kekurangannya anak masih sering terlambat datang, bahkan kalau tidak berangkat sekolah tidak memberi kabar. Masih senang berebut ketika menunggu giliran, dan tidak bisa mengembalikan barang pada tempatnya. Kemandirian anak masih kurang karena masih sering cengeng dan takut ketika ada orang lain masuk, dan penakut. Prosentase jumlah anak yang melakukan kemandirian baik adalah 68,8% (11 anak). Nilai kerjasama anak belum terlihat disebabkan masih adanya tidak bisa bekerjasama dan belum bisa memberi dukungan kepada teman. Jumlah prosentase kerjasama anak adalah 56,3% (9 anak). Tanggung jawab anak perlu diperbaiki karena dari jumlah keseluruhan belum mampu merapikan mainan yang digunakan, melupakan barang sekolah begitu saja seperti APE. Nilai prosentasenya 56,3% (9 anak). Mencermati deskripsi sebelumnya terdapat kesenjangan antara kenyataan dan harapan yang diinginkan tentang pendidikan karakter pada anak usia dini. Pedoman pendidikan karakter anak usia dini yang dikeluarkan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2012) memberikan deskripsi ketercapaian kegiatan masing-masing nilai karakter. Nilai kecintaan kepada tuhan meliputi berdoa dengan sungguh-sungguh, terbiasa mengucapkan kata-kata santun (terima kasih, maaf, tolong), dan terbiasa mengucapkan salam. Nilai disiplin meliputi selalu datang tepat waktu, mengambil dan mengembalikan benda pada tempatnya, dan tertib menunggu giliran. Nilai kerjasama meliputi senang bekerja sama dan menolong teman, senang berbagi. Nilai mandiri 12

tidak suka menang sendiri, senang melakukan sesuatu tanpa dibantu (makan, ke kamar mandi), tidak mudah mengeluh dan cengeng, dan tidak ditunggui orangtua. Nilai Hormat dan santun meliputi bersikap sopan kepada orang yang lebih tua, tidak mengejek orang lain, dan berjabat tangan saat berjumpa dengan orangtua dan guru Pembelajaran sambil bermain dan menyenangkan merupakan konsep yang tidak bisa dilepaskan dari anak usia dini. Dari kedua konsep tersebut dapat dijadikan pijakan untuk menentukan strategi dalam pemecahan masalah pendidikan karakter. Metode pendidikan yang menyenangkan dapat dipilih sebagai metode pendidikan karakter. Adapun pilihan terebut dapat menggunakan mendongeng sebagai metode pendidikan karakter. Triyanto (2007: 46) yang menjelaskan dongeng sebagai cerita fantasi sederhana yang tidak benar-benar terjadi berfungsi untuk hiburan dan menyampaikan ajaran moral (mendidik). Mendongeng CAS CIS CUS sebagai bagian dari teknik mendongeng yang memberikan kemudahan bagi guru dalam pelaksanaannya. Nasyir (2014) menjelaskan bahwa CAS (Cipta Aksi Super) sebagai langkah untuk menarik perhatian dengan berbagai atraksi yang menarik. CIS (Cipta Inspirasi Super) sebagai inti dari mendongeng yang dalam cerita termuat pesan moral tersebut. CUS (Cipta Usulan Super) sebagai penutup dongeng dengan mengambil nilai karakter diusulkan untuk dilakukan oleh pendengar. Mendongeng merupakan salah satu metode dalam pendidikan karakter. Hendri (2013: 18) menyampaikan bahwa dongeng (story telling) dapat dijadikan alat atau jembatan untuk mencapai visi dan misi pendidikan karakter. Dari paparan yang telah dikemukakan tersebut, maka dalam artikel ini akan menjelaskan tentang pelaksanaan dongeng CAS CIS CUS dan peningkatan nilai karakter dengan dongeng CAS CIS CUS dengan di BA Aisyiyah kaponan 2 Ponorogo. METODE Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di BA Aisyiyah Kaponan 2 Ponorogo. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung bulan Juni sampai Agustus 2016. Metode pengumpulan data menggunakan observasi wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan model deskriptif komparatif. Adapun uji validitas data menggunakan triangulasi metode (observasi, wawancara, dan dokumentasi). Prosedur pelaksanaan penelitian meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Sebelum Tindakan Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti pada Rabu, 1 Juni 2016 di Bustanul Atfal Aisyiyah Kaponan 2 Ponorogo menunjukkan hasil bahwa penerapan nilai-nilai karakter masih rendah. Nilai karakter tersebut yaitu kecintaan terhadap Tuhan, disiplin, kemandirian, kerjasama, dan tanggung jawab. Untuk nilai karakter kecintaan terhadap Tuhan, belum membudaya. Hal tersebut apabila diprosentasikan sejumlah 68,8%. Nilai karakter disiplin masih perlu mendapatkan perbaikan karena hanya 62,5% anak yang melakukannya. Prosentase jumlah anak yang melakukan kemandirian baik adalah 68,8%. Nilai kerjasama anak belum terlihat disebabkan masih adanya tidak bisa bekerjasama dan belum bisa memberi dukungan kepada teman. Jumlah prosentase kerjasama anak adalah 56,3%. Sedangkan tanggung jawab anak perlu diperbaiki karena nilai prosentasenya 56,3%. Adapun hasil pengamatan awal tindakan dapat dilihat pada tabel 1: 13

Tabel 1. Nilai karakter No Nilai karakter Jumlah Prosentase anak 1 Cinta 11 68,8 terhadap Tuhan 2 Disiplin 10 62,5 3 Mandiri 11 68,8 4 Kerjasama 9 56,3 5 Tanggung jawab 9 56,3 Hasil Tindakan Siklus I Siklus I dilaksanakan tanggal 18-30 Juli 2016. Ada empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Berikut pemaparannya. Perencanaan Kegiatan pada tahap perencanaan (1) Menentukan tema pembelajaran yaitu diri sendiri, (2) Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang didalamnya memuat dongeng, (3) Menyiapkan media pembelajaran, (4) Menyiapkan naskah dan media untuk mendongeng, (5) Menyiapkan lembar observasi anak. Pelaksanaan Mengkondisikananak, Pengkondisian dilakukan dengan cara membentuk posisi duduk bersila di lantai secara melingkar. Tujuannya adalah supaya anak dapat menangkap apa yang diceritakan oleh gurunya serta mempermudah bagi guru dalam memantau aktivitas anak. Penyampaian tema dongeng Dongeng setiap pagi yang akan disampaikan kepada anak selalu diawali dengan penyampaian tema. Tema tersebut diambilkan dari masalah karakter yang dialami anak. Dongeng CAS CIS CUS. Dongeng dilaksakan setiap pagi sebelum pembelajaran inti dimulai. Dengan durasi waktu 10 menit, dongeng CAS CIS CUS disampaikan. Pelaksanan dongeng di siklus I dilakukan selama 5 hari (18-22 Juli 2016), sedangkan (23-14 30 Juli 2016) untuk mengamati penerapan nilai karakter pasca mendongeng. Adapun tema dan judul pada siklus I adalah Kecintaan terhadap Tuhan (Ingat doa ya!), Disiplin (Aku benci terlambat), Kerjasama (Senang berbagi), Mandiri (Senang melakukan sendiri), Tanggung jawab (Aku senang rapi). Observasi Observasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pelaksanaan metode mendongeng CAS CIS CUS dan penerapan nilai karakter. Observasi kepada anak dengan melihat penerapan nilai karakter yang dilakukan anak selama di lembaga. Lembar observasi ini diarahkan pada poin-poin pedoman nilai karakter PAUD yang telah dirumuskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Prosedurnya dengan memberikan ceklist pada beberapa indikator nilai karakter yang telah dilakukan anak. Nilai karakternya meliputi cinta kepada Tuhan, disiplin, mandiri, kerjasama, tanggung jawab. Selengkapnya dapat disajikan dalam gambar berikut ini. Dogeng CAS CIS CUS mampu menambah angka prosentase anak yang melakukan nilai karakter. Prosentasenya dapat dilihat dalam tabel 2: Tabel 2. Nilai karakter No Nilai karakter Jumlah Prosentase anak 1 Cinta 12 75 terhadap Tuhan 2 Disiplin 11 68,8 3 Mandiri 13 81,3 4 Kerjasama 12 75 5 Tanggung jawab 11 68,8 Refleksi Proses refleksi melibatkan guru kelas sebagai pengampunya yang hasilnya (a) Guru masih kesulitan dalam membuka dongeng (CAS) yang berdampak pada kurangnya antusiasme anak. (b) Dalam tahapan CIS guru

hanya berfokus pada cerita, sehingga kesannya seperti mendengarkan ceramah saja. (c) Waktu yang melebihi target, sehingga perhatian anak kurang optimal. (d) Pada bagian CUS terkadang kelupaan, sehingga dongeng seperti bercanda saja, karena yang menonjol unsur hiburan saja. (e) Inti pesan moral perlu ditekankan kepada anak dengan cara menghubungkan dengan kegiatan anak sehari-hari. (f) Hasil prosentase anak baru nilai mandiri yang mencapai batas tuntas. Adapun untuk nilai kecintaan Tuhan, disiplin, kerja sama, dan tanggung jawab perlu diperbaiki. (g) Dalam nilai karakter kecintaan Tuhan anak belum terbiasa mengungkapkan kata santun, kalaupun bisa masih perlu dipancing terlebih dahulu. (h) Karakter disiplin anak belum baik, karena sering dijumpai anak yang terlambat. (i) Karakter mandiri yang perlu segera diantisipasi adalah anak yang masih cengeng dan belum berani berbicara dengan gurunya. (j) Kerjasama anak perlu ditingkatkan terutama dalam hal mendukung teman dalam satu kelas. (k) Tanggungjawab anak mulai dibiasakan dengan cara mengambil dan mengembalikan barang ditempatnya semula. Dari berbagai penjelasan tentang siklus I ini, maka penerapan nilai karakter masih rendah. Dari kelima nilai karakter hanya mandiri yang sudah mencapai target 80%. Adapun untuk nilai karakter cinta Tuhan, disiplin, kerjasama, dan tanggung jawab masih perlu mendapat perbaikan. Perbaikan tersebut dilakukan pada siklus II. Hasil Tindakan Siklus II Pelaksanaan tindakan kelas siklus II dilaksanakan pada tanggal 1-13 Agustus 2016. Perencanaan Rangkaian kegiatan yang dilakukan (1) Menentukan tema pembelajaran yaitu lingkungan, (2) Menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang didalamnya memuat dongeng, (3) Menyiapkan media pembelajaran, (4) Menyiapkan naskah dan media untuk mendongeng yang relevan untuk mengatasi masalah pada siklus I, (5) Persiapan guru mendongeng dengan metode CAS CIS CUS, (6) Menyiapkan lembar observasi anak. Pelaksanaan Mengkondisikan anak Pengkondisian dilakukan dengan cara membentuk posisi duduk bersila di lantai secara melingkar. Tujuannya adalah supaya anak dapat menangkap apa yang diceritakan oleh gurunya, serta mempermudah bagi guru dalam memantau aktivitas anak. Penyampaian tema dongeng Dongeng setiap pagi yang akan disampaikan kepada anak selalu diawali dengan penyampaian tema. Tema tersebut diambilkan dari masalah karakter yang dialami anak. Dongeng CAS CIS CUS Dongeng dilaksakan setiap pagi sebelum pembelajaran inti dimulai. Dengan durasi waktu 10 menit dengan dongeng CAS CIS CUS Pelaksanan dongeng di siklus II dilakukan selama 5 hari (1-5 Agustus 2016), sedangkan (6-13 Agustus 2016) untuk mengamati penerapan nilai karakter pasca mendongeng. Adapun tema dan judul dongeng untuk siklus II diantaranya Tema: Kecintaan terhadap Tuhan (Jangan lupa ucapakan terimakasih dan maaf), Disiplin (Aku bisa datang pagi), Kerjasama (Kerjasama yang baik saja), Mandiri (Aku tidak cengeng), Tanggung jawab (Aku kehilangan pensil). Observasi Observasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pelaksanaan metode mendongeng CAS CIS CUS dan penerapan nilai karakter. Adapun hasilnya mengalami peningkatan, dapat dilihat dalam tabel 3: Tabel 3. Nilai karakter No Nilai karakter Jumlah anak Prosentase 1 Cinta terhadap 14 87,5 Tuhan 2 Disiplin 15 93,8 3 Mandiri 15 93,8 4 Kerjasama 13 81,3 5 Tanggung jawab 14 87,5 15

Refleksi Proses refleksi melibatkan guru kelas sebagai pengampunya. Hasilnya (a) Guru sudah mampu memahami tentang metode mendongeng dengan CAS CIS CUS hanya saja kebingungan mencari teknik yang yang lain, sehingga mudah ditebak anak. (b) Guru sudah mulai terbiasa untuk memantau alokasi waktu mendongeng, sehingga kalaupun kelebihan tidak terlalu panjang dari 10 menit. (c) Saat pengambilan tema dari masalah anak, guru menggunakan nama anak secara langsung. (d) Berdasarkan hasil prosentase nilai karakter anak, sudah mencapai batas yang dicanangkan. Hanya saja masih perlu diperbaiki guna mencapai hasil yang maksimal. Dari berbagai penjelasan tentang siklus II ini, maka penerapan nilai karakter telah memenuhi indikator yang dicanangkan dalam penelitian (80%). Dengan demikian penelitian ini berhenti sampai di siklus II. Perbandingan Siklus I dan II Peningkatan nilai karakter terlihat sejak dari kondisi awal (pra siklus), siklus I dan siklus II. Kenaikan tercantum dalam tabel 4. Tabel 4. Nilai karakter No Nilai karakter Pra Siklus Siklus I Siklus II Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) 1 Cinta terhadap Tuhan 11 68,8 12 75 14 87,5 2 Disiplin 10 62,5 11 68,8 15 93,8 3 Mandiri 11 68,8 13 81,3 15 93,8 4 Kerjasama 9 56,3 12 75 13 81,3 5 Tanggung jawab 9 56,3 11 68,8 14 87,5 Kondisi Awal Anak usia dini sebagai masa yang tepat untuk memberikan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Di sana ada pertumbuhan motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, moral dan seni. Pertumbuhan moral sebagai bagian dari kebutuhan anak berhubungan dengan implementasi nilai. Saat ini istilah tersebut bisa dinamakan karakter. Makanya muncul pendidkan karakter yang diartikan sebagai cara untuk membiasakan nilai karakter yang positif pada anak. Dari semua lembaga baik formal, non formal dan informal berusaha untuk mengajak anak didiknya memiliki moral yang baik. Bustanul Athfal merupakan salah satu lembaga PAUD yang juga berusaha untuk mengajarkan dan membiasakan anak berperilaku sesuai norma yang berlaku. Namun dalam penerapan pendidikan karakter strategi atau metode yang digunakan kurang bervariatif. 16 Biasanya guru menggunakan metode ceramah yang isinya sekedar menginformasikan untuk mengikuti nilai karakter yang baik. Hasilnya masih ada 5 nilai karakter yang perlu diperbaiki pada anak. Berdasarkan observasi menunjukkan hasil nilai karakter kecintaan terhadap Tuhan telah dilakukan sejumlah 68, 8%. Nilai karakter disiplin hanya 62,5% anak yang melakukannya. Prosentase jumlah anak yang melakukan kemandirian baik adalah 68,8%. Jumlah prosentase kerjasama anak adalah 56,3%. Sedangkan tanggung jawab anak perlu diperbaiki karena nilai prosentasenya 56,3%. Peran Metode Dari kondisi di atas akan dipaparkan tentang beberapa hal yang berkaitan dengan data tersebut. Peran metode dalam proses pendidikan anak usia dini sangatlah penting. Mereka adalah individu yang memiliki keunikan dan berbeda dengan orang dewasa. Proses

pembelajarannya dilakukan dengan belajar sambil bermain. Jadi meskipun mengajarkan tentang nilai karakter kepada mereka, usahakan anak tetap dalam kondisi yang nyaman dan menyenangkan. Karena seorang anak dapat belajar dengan sebaik-baiknya apabila kebutuhan fisiknya dipenuhi dan merasa aman dan nyaman secara psikologis. Selain itu mereka membangun pengetahuannya sendiri, belajar melalui bermain, serta minat anak dan keingintahuannya memotivasinya untuk belajar sambil bermain sert terdapat variasi individual dalam perkembangan dan belajar (Sujiono, 2009: 85). Peran guru Dalam pendidikan karakter peran guru juga penting, karena beliau juga menjadi model panutan bagi anak. Asumsinya di dalam kelas itu yang memiliki karakter yang baik adalah guru. Makanya guru ketika ingin mengajak anak untuk melakukan karakter yang baik, juga harus dimulai dari dirinya sendiri. Baik dari ucapan, perbuatan dan sikap harus senantiasa mencerminkan pribadi yang baik. Kaitannya dengan sikap guru terhadap anak dalam pendidkan karakter di BA Aisyiyah 2 Kaponan, guru masih menggunakan nama anak yang karakternya jelek sebagai tokoh dalam cerita. Jadi semisal ada cerita yang karakternya jelek, selalu menggunakan nama anak yang karakternya jelek di kelas tersebut. Hal yang demikian berdampak pada psikologis anak. Mungkin mereka akan merasa malu kentika dirinya selalu dikaitkan dengan karakter yang jelek. Namun di sisi lain ada juga anak yang bangga karena dirinya selalu disebut, sehingga mereka kecanduan untuk melakukan hal yang mengundang dirinya disebut guru. Pendidikan anak usia dini guru memiliki beberapa peran diantaranya pemahaman, pencegahan, perbaikan serta pemeliharaan dan perkembangan. Peran pencegahan adalah guru berusaha untuk mencegah anak dari beberapa masalah yang dapat mengganggu atau menghambat perkembangannya. Sama halnya dengan rendahnya nilai karakter pada anak, karena apabila anak memiliki masalah yang demikian bisa menghambat perkembangan moralnya. Lebih dari itu juga menghambat perkembangan anak yang lain. Maka dari itu muncul peran guru sebagai perbaikan yaitu upaya untuk memperbaiki atau memecahkan masalah pada anak dengan strategi yang tepat. Maka dari itu ada upaya perbaikan karakter anak dengan metode mendongeng CAS CIS CUS pada BA Aisyiyah Kaponan 2 Ponorogo. Siklus I Berdasarkan masalah karakter yang ditemui di lembaga BA Aisyiyah Kaponan 2 Ponorogo, maka diketahui bahwa mendongeng merupakan strategi yang tepat. Mendongeng sebagai bagian dari metode pendidikan karakter yang beberapa referensi telah menunjukkan keampuhannya. Alasannya adalah karena dongeng mengajak anak untuk berimajinasi lewat cerita. Sesuai dengan keadaan anak usia dini yang menerima nilai karakter masih bersifat abstrak sehingga dongeng dirasa sebagai metode yang tepat. Dalam pelaksanaannya dongeng terkadang tidak bisa mencakup dua unsur dongeng yaitu hiburan dan pendidikan karakter. Biasanya ada yang fokus terhadap hiburan saja bahkan sebaliknya. CAS CIS CUS merupakan metode mendongeng yang membagi tahapan dongeng menjadi 3. Nasyir (2014) menjelaskan bahwa CAS (Cipta Aksi Super) sebagai langkah untuk menarik perhatian dengan berbagai atraksi yang menarik. CIS (Cipta Inspirasi Super) sebagai inti dari mendongeng yang dalam cerita termuat pesan moral tersebut. CUS (Cipta Usulan Super) sebagai penutup dongeng dengan mengambil nilai karakter diusulkan untuk dilakukan oleh pendengar. Adapun dari siklus I yang telah menerapkan metode dongeng CAS CIS CUS, maka terdapat perubahan jumlah prosentase anak yang melakukan nilai karakter yang baik. Sejumlah 16 anak mampu mengimplementasikannya 12 anak (75%). Nilai kedisiplinan perlu mendapatkan perhatian serius, karena hanya 11 anak (68,8%) yang dapat menerapkan nilai-nilai dalam kehidupannya. Kemandirian anak dalam melakukan tugas secara sendiri sudah terlihat meningkat. Ada 13 anak (81,3%) 17

telah menerapkan indikator-indikator dalam nilai karakter mandiri. Sikap kerjasama anak dengan satu tim di sekolah menunjukkan angka 12 anak (75%) ketercapaiannya. Adapun untuk tanggung jawab anak terhadap diri sendiri dan barang miliknya sejumlah 11 anak yang dapat melakukannya (68,8%). Efektifitas metode CAS CIS CUS Keberhasilan siklus I cukup berarti apabila dibandingkan dengan kondisi awal. Dari data menunjukkan perubahan yang berarti. Dongeng dengan CAS CIS CUS mempermudah bagi guru dalam menyusun cara sesuai dengan tahapannya. CAS CIS CUS sangat relevan untuk menyentuh makna dari dongeng itu sendiri yang mana bagian awal ada hiburan, bagian tengah ada isi dan bagian akhir pesan moral. Sesuai dengan Triyanto (2006: 46) yang menyatakan bahwa dongeng sebagai cerita fantasi yang berfungsi sebagai hiburan dan ajaran moral. Kelebihan lain juga membatasi waktu pendongeng supaya tidak melebihi waktu yang ditargetkan. Dari tiga bagian mendongeng tersebut tinggal diberi alokasi waktu sesuai yang diharapkan. Waktu konsentrasi anak usia dini yang terbatas (sekitar 7 menit), maka perlunya saat mendongeng juga menyesuaikan hal tersebut. Berdasarkan observasi pada kondisi awal, guru masih menggunakan nama anak sebagai contoh yang karakternya buruk. Maka pada siklus I ini guru mulai nyamarkan nama anak dengan tokoh yang lain. Untuk kasus atau maslah tetap menjadi fokus perhatian, karena tujuannya adalah untuk mengatasi masalah karakter anak. Masalah yang diangkat dari kehidupan nyata anak lebih optimal hasilnya karena sesuai dengan kebutuhan anak. Jadi anak yang merasa memiliki kemiripan dengan alur cerita mereka dapat memikirkannya dan berusaha berubah jika belum sesuia norma. Hal ini relevan dengan Spaulding (2011) bahwa materi dongeng yang disesuaikan dengan pengalaman anak ini akan lebih mengena dibandingkan dengan kisah fiktif orang lain. Sependapat dengan Derosier (2007) yang menggunakan cerita tentang kehidupan anak untuk meningkatkan keterampilan sosial serta mengurangi perilaku bermasalah pada anak. Sedangkan oleh Sanchez dkk (2006) dalam jurnal The High School Journal yang mengungkapkan tentang cerita nyata dahulu yang pernah dialami oleh Nabi. Momen dramatis seperti cerita sejarah Nabi yang benar melibatkan konflik moral yang sangat berguna dalam melibatkan siswa untuk merenungkan nilai-nilai. Siklus II Pelaksanaan pada siklus I masih dijumpai beberapa kendala baik dari segi proses mendongeng maupun hasilnya. Dari proses mendongeng guru masih kebingungan dalam mengimplementasikan CAS CIS CUS. Mereka belum bisa mengembangkan dengan cerita sesuai dengan bagian bagian tersebut. Pada siklus II ini setelah dilakukan observasi dan refleksi maka pelaksanaan dongeng CAS CIS CUS masih dilanjutkan dengan fokus nilai karakter masih sama. Tentunya kekurangan yang terdapat pada siklus sebelumnya dilakukan perbaikan proses dan hasil sehingga dapat mencapai target yang diharapkan. Pada siklus II dari sejumlah 16 anak mampu mengimplementasikannya 14 anak (87,5%). Nilai kedisiplinan juga mendapatkan hasil yang baik karena sejumlah 15 anak (93,8%) anak dapat melakukan nilai kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari. Kemandirian anak dalam melakukan tugas secara sendiri sudah terlihat meningkat. Ada 15 anak (93,8%) telah menerapkan indikator-indikator dalam nilai karakter mandiri. Sikap kerjasama anak dengan satu tim di sekolah menunjukkan angka 13 anak (81,3%) ketercapaiannya. Adapun untuk tanggung jawab anak terhadap diri sendiri dan barang miliknya sejumlah 14 anak yang dapat melakukannya (87,5%). Berdasar hasil tersebut, maka indikator penelitian telah tercapai pada siklus II ini. Peran pendidikan karakter Nilai pendidikan karakter sebagai tujuan yang ingin ditingkatkan dengan dongeng CAS CIS CUS. Jadi setelah dongeng itu dilakukan 18

tentunya ada tindak lanjut yang dilakukan oleh guru bersama anak supaya nilai tersebut dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai karakter yang jelas tersampaikan lewat dongeng harus dilanjutkan dan diterapkan pada anak dalam kehidupan sehari-hari. Karakter tersebut harus senantiasa dibiasakan baik di rumah maupun di lembaga pendidikan. Karakter. Mengingat karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan. (Douglas dalam Samani & Hariyanto, 2013: 41). Adapun Lickona (1991) menjelaskan bahwa pendidikan karakter itu dimulai dengan memperkenalkan nilai karakter (moral knowing), mengajak anak untuk merasakan nilai karakter (moral feeling), dan melakukan dalam kegiatan sehari-hari (moral action). Sehubungan dengan hal tersebut perlu kiranya untuk memulai pendidikan karakter sejak anak usia dini dengan alasan bahwa pada usia tersebut merupakan masa keemasan (golden age) bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika sejak dini anak distimulasi dengan pembiasaan karakter yang baik, maka dewasa kelak nilai karakter tersebut akan menjadi kebiasaan. Keberhasilan penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang mana menurut Sanchez, dkk (2006) yang menjelaskan bahwa keberhasilan dongeng mampu mencetak warga negara reflektif dan prihatin yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang melambangkan dan melestarikan masyarakat yang demokratis sebagai inti dari warga negara yang efektif. Dengan demikian peran PAUD telah mendukung usaha Undangundang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. SIMPULAN Adapun hasil kesimpulannya adalah pelaksanaan dongeng dengan metode CAS CIS CUS dibagi menjadi 3 bagian yaitu CAS (Cipta Aksi Super) sebagai langkah untuk menarik perhatian dengan berbagai atraksi yang menarik. CIS (Cipta Inspirasi Super) sebagai inti dari mendongeng yang dalam cerita termuat pesan moral tersebut. CUS (Cipta Usulan Super) sebagai penutup dongeng dengan mengambil nilai karakter diusulkan untuk dilakukan oleh pendengar. Pada pra siklus nilai karakter kecintaan terhadap Tuhan yang mulanya 68,8% pada siklus I dapat meningkat menjadi 75%, dan akhirnya pada siklus II menjadi 87,5%. Nilai disiplin anak pada kondisi awal 62,5% meningkat menjadi 68,8% dan cukup memuaskan pada siklus II dengan ketercapaian 93,8%. Nilai kemandirian anak yang mulanya 68,8% berubah menjadi 81,3% pada siklus I, dan meningkat lagi menjadi 93,8%. Nilai kerjasama anak yang mulanya paling rendah yaitu 56,3% pada siklus I menjadi 75% dan setelah mendapat tindakan hasilnya menigkat menjadi 81,3%. Tanggungjawab anak pada keadaan awal yang kurang baik yaitu 56,3% berubah menjadi 68,8% pada siklus I, dan puncaknya pada siklus II menjadi 87,5%. DAFTAR PUSTAKA Berkowitz, M. W., & Bier, M. C. 2004. Research based character education. The Annals of the American Academy of Political and Social Science. 591:72. Sage Publication. Derosier. 2007. Improving student social behavior the effectiveness of a storytelling based character education program. Journal of Research in Character Education. Vol. 5, No. 2. Hendri. 2013. Pendidikan karakter melalui dongeng. Bandung: Simbiosa Rekatama. Kementerian Pendidikan Nasional 2012. Pedoman pendidikan karakter pada 19

pendidikan anak usia dini. Jakarta: Direktorat pembinaan pendidikan anak usia dini direktorat jenderal pendidikan anak usia dini, nonformal, dan informal. Kemp, J.K 2013. Storytelling Dramas as a Community Building Activity in an Early Childhood Classroom. Jurnal Early Childhood Education. Vol. 41, No. 197. Lickona, T. 1991. Educating for character, how our school can teach respect and responsibility. Suite: Bantam Books. Nasyir, M. 2014. CAS CIS CUS siapapun bisa mendongeng. Surakarta: Solopos grafika. Kementerian Pendidikan Nasional. 2008. Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Depertemen Pendidikan Nasional. Republik Indonesia. 2003. Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Samani, M & Haryanto. 2013. Konsep Dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosda Karya. Sanchez, et al. 2006. The remarkable abigail: storytelling for character education. The High School Journal. Vol. 89, No. 4. Spaulding, A. E. 2011. The art of storytelling telling truths through telling stories. New York: The scarecrow Press. Subur. 2013. Pengembangan model pembelajaran nilai moral berbasis kisah pada siswa Madrasah Aliyah di Kabupaten Banyumas. Disertasi doktor, tidak diterbitkan, Univesitas Sebelas Maret Surakarta. Arikunto, Suharsimi; dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Indeks: Jakarta. Triyanto. 2007. Pembahasan tuntas kompetesi bahasa indonesia untuk SMP dan MTs kelas VII. Jakarta: Esis. Wibowo, A. 2013. Pendidikan karakter berbasis sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 20