NASKAH PUBLIKASI. Karya Tulis Ilmiah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah D3 Gizi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

KONTRIBUSI PERSEPSI DAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH PEDESAAN. Lilik Hidayanti 1, Nur Lina

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA),

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB I PENDAHULUAN. Ibu pada saat hamil dan setelah melahirkan sebagian besar akan mengalami

BAB V PEMBAHASAN. kesehatan ibu, yang akhirnya akan memengaruhi perilaku hidup sehat (Rossen et

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J.

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)


HUBUNGAN PERSEPSI IBU TERHADAP DUKUNGAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KERJA PUSKESMAS DANUREJAN I YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang secara optimal dan baik. Makanan yang baik bagi bayi baru. eksklusif banyak terdapat kendala (Pudjiadi, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

SURVEY FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU POST PARTUM DI PUSKESMAS ALAK KOTA KUPANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes, 2006). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), BKKBN, dan Depkes dalam

ANALISIS PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI SECARA DINI MENURUT FAKTOR PENYEBABNYA PADA BAYI DI PUSKESMAS MARGADANA KOTA TEGAL TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. enam bulan pertama kehidupan bayi (Saleha, 2009).

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DI KELURAHAN JEMAWAN, KECAMATAN JATINOM, KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN PERTUMBUHAN BAYI DI DESA PAKIJANGAN KECAMATAN BULAKAMBA KABUPATEN BREBES

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan sumber daya

I. PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda dari orang dewasa (Soetjiningsih, 2004). Gizi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi yang diberikan pada bayi sangat

PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP BERAT BADAN BAYI UMUR 4 6 BULAN (Di Wilayah Kerja Puskesmas Plumpang Kabupaten Tuban)

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan bayi, ibu, dan keluarga. Namun sering ibu-ibu tidak berhasil

BAB 1 PENDAHULUAN. program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes, RI 2007)

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. makanan tunggal bagi bayi normal sampai usia 6 bulan. Selain itu, ASI

BAB I PENDAHULUAN. beberapa bulan pertama kehidupan karena mengandung. sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.

BAB I PENDAHULUAN. oleh perangkat reproduksi yang dimilikinya, yaitu rahim dan semua bagiannya, untuk

BAB I PENDAHULUAN. terdapat 14% ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai

SURVEY FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU POST PARTUM DI PUSKESMAS ALAK KOTA KUPANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. berusia 6 bulan tanpa diberikan makanan dan minuman (Depkes, 2004). ASI

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah nutrisi terbaik bagi bayi. ASI ibarat emas yang

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang baik pada balita (Dinkes, 2007). Perwakilan UNICEF di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH IMPLEMENTASI 10 LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN ASI PADA BAYI USIA 0-3 BULAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan kehamilan kembar sebetulnya abnormal yang mungkin terjadi

HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk air putih, selain menyusui selama 6 bulan sejak dilahirkan. 3 Cara

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL

1

BAB I PENDAHULUAN. terbaik yang bersifat alamiah. Menurut World Health Organization (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) DI PUSKESMAS KEDUNG MUNDU KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN

Volume 3 / Nomor 2 / November 2016 ISSN : HUBUNGAN PEKERJAAN IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS MOJOLABAN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. kelenjar mammae ibu dan merupakan makanan bagi bayi (Siregar, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. balita di Indonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

PENGARUH KONSELING GIZI PADA IBU KELUARGA MISKIN TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

Transkripsi:

PERBEDAAN PENURUNAN BERAT BADAN IBU POSTPARTUM ANTARA IBU YANG MEMBERI ASI, ASI DAN SUSU FORMULA, SERTA SUSU FORMULA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARTASURA SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Karya Tulis Ilmiah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah D3 Gizi Disusun Oleh : YULVIA PUSPITANINGRUM J 300 101 001 PROGRAM STUDI D3 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 i

ii

PERBEDAAN PENURUNAN BERAT BADAN IBU POSTPARTUM ANTARA IBU YANG MEMBERI ASI, ASI DAN SUSU FORMULA, SERTA SUSU FORMULA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARTASURA SUKOHARJO Yulvia Puspitaningrum Program Studi D3 Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Persentase bayi yang mendapat ASI eksklusif di Indonesia masih rendah yaitu 15,3%. Hal demikian juga terjadi di Kabupaten Sukoharjo sebesar 33,4%. Pemberian ASI eksklusif berpengaruh terhadap penurunan berat badan ibu postpartum karena menyusui membutuhkan banyak energi sehingga membantu ibu menyusui kembali ke berat badan normal. Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penurunan berat badan ibu postpartum yang memberikan ASI, ASI dan susu formula, serta susu formula di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Sukoharjo. Jenis penelitian bersifat observasional dengan pendekatan crossectional. Sampel penelitian ini adalah 40 ibu postpartum. Data berat badan ibu postpartum diperoleh melalui observasi dengan cara mengukur berat badan ibu terakhir sebelum melahirkan dikurangi 5 kg kemudian dikurangi berat badan ibu saat ini (usia bayi 6 bulan). Data status pemberian ASI atau susu formula diperoleh melalui kuesioner dan wawancara. Uji statistik yang digunakan adalah uji beda non parametrik K-Independent Sample (Uji Kruskal-Wallis). Hasil penelitian menunjukkan berat badan ibu postpartum secara keseluruhan, yang mengalami penurunan berat badan adalah 69,0% dan yang tidak mengalami penurunan berat badan adalah 31,0%. Status pemberian ASI Pre-Laktal adalah 35,7%, ASI dan susu formula adalah 35,7% serta susu formula adalah 28,6%. Hasil uji beda pemberian ASI, ASI dan susu formula serta susu formula menunjukkan tidak ada perbedaan penurunan berat badan dengan p=0,12. Tidak terdapat perbedaan penurunan berat badan ibu postpartum yang memberikan ASI, ASI dan susu formula, serta susu formula. Kata Kunci : Berat badan ibu postpartum, ASI, Susu Formula. Kepustakaan : 61 : 1997-2012 PENDAHULUAN ASI merupakan makanan ideal bagi bayi. ASI merupakan makanan paling lengkap, karena ASI mengandung protein, lemak, vitamin, dan mineral serta zat kekebalan tubuh. ASI juga menurunkan kemungkinan bayi terkena penyakit infeksi telinga, batuk, pilek dan penyakit alergi, serta pada kenyataannya bayi yang diberi ASI eksklusif akan lebih sehat dan jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif (Depkes RI, 2001). Menurut WHO (2003), definisi ASI Eksklusif adalah bahwa bayi hanya menerima ASI dari ibu, atau pengasuh yang diminta memberikan ASI dari ibu, tanpa penambahan cairan atau makanan padat lain, kecuali sirup yang berisi vitamin, suplemen mineral atau obat. Persentase bayi yang mendapat ASI eksklusif sampai dengan 6 bulan adalah 15,3% (Riskesdas, 2010). Menurut hasil Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas), cakupan pemberian ASI 1

eksklusif pada bayi sampai 6 bulan hanya berkisar 28,6% (2007), 24,3% (2008) dan 34,3% (2009). Menurut Depkes (2006), 13% bayi di bawah dua bulan telah diberi susu formula dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan. Kondisi tersebut tidak sesuai dengan yang direkomendasikan oleh Pemerintah Indonesia dalam indikator Indonesia Sehat 2010 yaitu cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia sebesar 80%. Menurut Nutjahjati (2009), rendahnya pemberian ASI sampai usia anak 2 tahun menjadi pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita. Pemberian ASI eksklusif seperti yang direkomendasikan oleh WHO (2002) masih jarang dipraktekkan oleh ibu-ibu di berbagai negara, karena berbagai faktor, seperti sosial, budaya, ekonomi, dan politik (Semega-Janneh, 1998). Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan 2002 2003 yang dicatat oleh Sentra Laktasi Indonesia, ibu yang memberikan ASI eksklusif selama 5 bulan ialah sebanyak 15%. Ibu-ibu di Indonesia rata-rata memberikan ASI eksklusif selama 2 bulan. Pada saat bersamaan terjadi peningkatan pemberian susu formula hingga 3 kali lipat. Wulandari (2011) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa 76% responden memberikan ASI Pre-Laktal kepada bayi baru lahir. Penelitian yang dilakukan Sinambela (2000) menyatakan bahwa pemberian ASI Pre-Laktal yang dilakukan oleh 83,3% responden di Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor terjadi karena kebiasaan yang ada di lingkungan responden. Selain itu, dalam penelitian Padmawati (2011) mengungkapkan bahwa alasan pemberian ASI Pre-Laktal adalah khawatir ASI kurang serta diberi susu formula dari tempat bersalin. Menurut WHO (2002), ASI Pre-Laktal adalah pemberian ASI kepada bayi, tetapi pernah memberikan sedikit air atau minuman berbasis air, misalnya teh (biasanya sebagai makanan/minuman prelakteal sebelum ASI keluar). Berdasarkan Laporan Riskesdas (2010), pemberian ASI Pre-Laktal di Indonesia sebesar 44,7%. Lebih lanjut dijelaskan bahwa jenis prelakteal yang paling banyak diberikan adalah susu formula, madu dan air putih. Menurut Roesli (2002), pemberian pre-laktal berupa susu formula saat awal melahirkan memberikan pengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi karena awal melahirkan merupakan titik awal bagi ibu untuk memilih antara tetap memberikan bayinya ASI eksklusif atau melanjutkan pemberian susu formula yang dilakukan oleh petugas kesehatan maupun non-kesehatan sebelum ASI-nya keluar. Beberapa faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah pengaruh sosial budaya (ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya, meniru teman, tetangga, atau orang terkemuka yang memberi susu formula, serta merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya), faktor psikologis (takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita dan mengalami tekanan batin), faktor fisik ibu (ibu dalam keadaan sakit, misalnya mastitis, panas, dan sebagainya), faktor kurangnya petugas tenaga kesehatan sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan mengenai manfaat pemberian ASI, meningkatnya promosi susu formula sebagai pengganti ASI, serta penerangan yang salah justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri yang menganjurkan penggantian ASI dengan susu formula (Soetjiningsih, 1997). ASI selain meningkatkan kekebalan tubuh pada bayi, juga memberi manfaat kepada ibu. Salah satu manfaat menyusui bagi ibu ialah mengalami penurunan berat badan. Menurut WHO (2001), menyusui membutuhkan banyak energi sehingga membantu ibu menyusui kembali ke berat badan normal. Hatsu dkk 2

(2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pemberian ASI Eksklusif memerlukan kalori sebanyak 500 kalori selama menyusui setiap hari. Dalam penelitian Margawati (2010) diketahui bahwa terdapat perbedaan penurunan berat badan antara ibu yang menyusui secara eksklusif dan tidak eksklusif. Hasil penelitian Sayekti (2007) menunjukkan bahwa selama 6 minggu postpartum, menyusui secara eksklusif berpengaruh terhadap penurunan berat badan ibu selama 6 minggu postpartum, yaitu sebesar 12,9% dengan rerata penurunan berat badan sebesar 2,08 kg pada ibu menyusui eksklusif. Padmawati (2011) mengungkapkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara menyusui dengan retensi berat badan postpartum, yaitu dengan menyusui secara penuh berat badan ibu akan turun sebesar 2,57 kg. Berat badan postpartum (masa nifas atau menyusui) merupakan kombinasi dari berat badan saat hamil dan selisih antara berat badan antara hamil dengan berat badan postpartum (Janney dkk, 1997). Menurut Baker dkk (2008), pengukuran penambahan berat badan postpartum dilakukan dengan mempertimbangkan indeks masa tubuh (IMT) sebelum hamil dan pada masa postpartum. Menurut Hatsu dkk (2008), penambahan berat badan postpartum akan lebih banyak mengalami penurunan bila IMT wanita pada masa hamil lebih tinggi. Berdasarkan data laporan Puskesmas Kartasura (April, 2012) diketahui bahwa cakupan pemberian ASI ekslusif di wilayah kerja Puskesmas Kartasura masih belum mencapai target nasional yaitu 32,44% (<80%). Penelitian yang dilakukan oleh Indarwati (2006) di Sukoharjo menyimpulkan bahwa beberapa ibu mulai menghentikan pemberian ASI sebelum anak usia dua tahun. Padahal secara teoritis banyak manfaat dari pemberian ASI eksklusif terhadap ibu, diantaranya ialah ibu menyusui mengalami penurunan berat badan. Hal ini yang menjadikan alasan bagi penulis untuk melakukan penelitian tentang perbedaan penurunan berat badan ibu postpartum antara ibu yang memberi ASI, ASI dan Susu Formula, serta Susu Formula di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Sukoharjo. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan penurunan berat badan ibu postpartum yang memberikan ASI, ASI dan Susu Formula, serta Susu Formula di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Sukoharjo. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Lokasi penelitian ini adalah wilayah kerja Puskesmas Kartasura Penelitian yang meliputi 12 desa pada bulan 16 Juni 16 Agustus 2013. Populasi dalam penelitian ini ialah seluruh ibu yang melahirkan pada bulan Februari 2012 yaitu sejumlah 50 orang di wilayah kerja Puskesmas Kartasura, Sukoharjo. Sampel penelitian ini adalah ibu postpartum dengan kriteria inklusi yaitu ibu postpartum 6 bulan, ibu postpartum yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kartasura, ibu postpartum yang melahirkan pervaginam dengan bayi tunggal juga kriteria eksklusi yaitu ibu postpartum dengan penyakit diabetes mellitus, hipertensi, ginjal, serta preeklamsi yang didapat dari riwayat keluarga, ibu postpartum yang melahirkan bayi prematur, ibu postpartum yang tidak berada di tempat pada saat penelitian dilaksanakan. 3

Hasil uji kenormalan data menggunakan uji One-Sample Kolmogorov- Smirnov Test, menunjukkan data berdistribusi tidak normal maka digunakan K- Independent Sample (uji Kruskall-Wallis). HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Subjek pada penelitian ini adalah ibu postpartum 6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. 1. Umur Subjek Berdasarkan distribusi umur dapat diketahui kelompok usia 21-30 tahun sebanyak 22 orang ibu postpartum (52,40%), kelompok usia 31-40 tahun sebanyak 18 orang ibu postpartum (42,90%) dan kelompok usia 41-50 tahun sebanyak 2 orang ibu postpartum (4,80%). 2. Pendidikan Terakhir Berdasarkan pendidikan terakhir dapat diketahui ibu postpartum yang tamat SD sebanyak 4 orang (9,50%), ibu postpartum yang tamat SMP sebanyak 7 orang (16,70%), ibu postpartum yang tamat SMA sebanyak 19 orang (45,20%) dan ibu postpartum yang tamat perguruan tinggi sebanyak 12 orang (28,60%). 3. Pekerjaan Berdasarkan pekerjaan dapat diketahui ibu postpartum yang bekerja sebagai karyawan swasta sebanyak 19 orang (45,20%), ibu postpartum yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 3 orang (7,10%), ibu postpartum yang bekerja sebagai pedagang sebanyak 2 orang (4,80%), ibu postpartum yang bekerja sebagai buruh sebanyak 1 orang (2,40%), dan ibu postpartum yang bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 17 orang (40,50%). B. HASIL PENELITIAN 1. Status Pemberian ASI, ASI dan Susu Formula, serta Susu Formula Gambaran status pemberian ASI, ASI dan susu formula, serta susu formula dapat dilihat dalam distribusi frekuensi yang disajikan dalam Tabel 1 sebagai berikut : Tabel 1 Karakteristik Ibu Postpartum Menurut Pemberian ASI, ASI dan Susu Formula, serta Susu Formula Status Menyusui N Persentase (%) ASI 15 35,70 ASI dan Susu Formula 15 35,70 Susu Formula 12 28,60 Total 42 100,00 Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa pemberian ASI masih dibawah target nasional yaitu 35,70% (<80%). Rendahnya pemberian ASI menggambarkan bahwa bayi mendapat makanan lain selain ASI berupa 4

susu formula maupun air tajin sebelum berusia 6 bulan. Beberapa alasan yang dikemukakan oleh responden ialah ASI tidak langsung keluar pada saat melahirkan sehingga petugas penolong bersalin memberikan susu formula. Pemberian susu formula lebih awal disebabkan oleh ibu bekerja dengan terpaksa harus menghentikan pemberian ASI dan menggantikan ASI dengan susu formula (Rejeki, 2008). Selain itu, menurut Hidayanti (2011), iklan susu formula yang berlebihan ternyata terbukti menjadi salah satu penyebab terjadinya penurunan pemberian ASI eksklusif. Selain itu, beberapa alasan yang dikemukakan tentang pemberian Pre-Laktal berupa susu formula dan MP-ASI sejak dini dalam penelitian yang dilakukan Saleh (2011) ialah ASI mulai berkurang, ASI tidak bisa keluar, kondisi fisik ibu yang masih lemah, ibu sakit, ASI tidak cukup, anjuran keluarga, pergi mengajar dan anak tidak mau menetek. Lebih lanjut dipaparkan ibu postpartum kurang percaya diri, sehingga adanya kekhawatiran ASInya tidak cukup memenuhi kebutuhan bayi. 2. Status Penurunan Berat Badan Ibu Postpartum Berat badan ibu postpartum ialah selisih berat badan ibu saat bayi berusia 6 bulan dengan saat satu minggu sebelum bayi dilahirkan dikurangi 5 kg akibat pengeluaran bayi, plasenta, air ketuban dan darah (Sipalsuta, 2010). Data distribusi frekeunsi terjadinya penurunan berat badan ibu postpartum dapat dilihat dalam Tabel 2 sebagai berikut : Tabel 2 Karakteristik Penurunan Berat Badan Ibu Postpartum Status Pemberian ASI BB Ibu Tidak Turun BB Ibu Turun 5 kg BB Ibu Turun < 5 kg Total N % N % N % N % ASI 5 33,33 4 26,67 6 40 15 100 ASI dan susu formula 2 13,33 7 46,67 6 40 15 100 Susu formula 6 50 4 33,33 2 16,67 12 100 Dari seluruh sampel yang memberikan ASI, ASI dan susu formula, serta susu formula banyak yang mengalami penurunan berat badan. Jumlah ibu postpartum yang mengalami penurunan berat badan sebanyak 29 orang dari total sampel yang berjumlah 42 orang. Ibu postpartum yang mengalami penurunan berat badan 5 kg berjumlah 15 orang yaitu 4 orang ibu postpartum yang memberikan ASI, 7 orang ibu postpartum yang memberikan ASI dan susu formula serta 4 orang ibu postpartum yang memberikan susu formula. Ibu postpartum yang mengalami penurunan berat badan < 5 kg terdiri dari 6 orang ibu postpartum yang memberikan ASI, 6 orang ibu postpartum yang meberikan ASI dan susu formula serta 2 orang ibu postpartum yang memberikan susu formula. Pada masa postpartum, ibu-ibu jarang melakukan penimbangan berat badan. Hal tersebut dikarenakan persepsi ibu postpartum bahwa wanita yang menyusui akan turun berat badannya. Penurunan berat badan yang 5

besar dianggap suatu hal yang wajar dan tidak perlu dipikirkan penyebabnya. 3. Perbedaan Rata-rata Pemberian ASI, ASI dan Susu Formula, serta Susu Formula Terhadap Berat Badan Ibu Postpartum ASI merupakan makanan ideal bagi bayi. ASI merupakan makanan paling lengkap, karena ASI mengandung protein, lemak, vitamin, dan mineral serta zat kekebalan tubuh. ASI juga menurunkan kemungkinan bayi terkena penyakit infeksi telinga, batuk, pilek dan penyakit alergi, serta pada kenyataannya bayi yang diberi ASI eksklusif akan lebih sehat dan jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif (Depkes RI, 2001). Perbedaan pemberian ASI, ASI dan susu formula, serta susu formula terhadap penurunan berat badan ibu postpartum ialah sebagai berikut : Tabel 3 Perbedaan pemberian ASI, ASI dan Susu Formula, serta Susu Formula berdasarkan berat badan ibu postpartum Variabel N Rata-rata Penurunan Berat Badan (kg) P Value *) ASI 15 3,20 ASI dan Susu Formula 15 3,70 0,12 Susu Formula 12 3,46 *) P value diuji menggunakan uji beda non parametrik K-Independent Sample (uji Kruskal-Wallis) Berdasarkan analisis yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa rata-rata penurunan berat badan ibu postpartum yang memberi ASI ialah 3,20 kg. Pada ibu postpartum yang memberi ASI dan susu formula penurunan berat nadan yang terjadi ialah sebesar 3,70 kg. Pada ibu postpartum yang memberi susu formula penurunan berat badannya sebesar 3,46 kg. Hasil uji statistik yang dilakukan menggunakan uji beda non parametrik K- Independent Sample (uji Kruskal-Wallis) menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan penurunan berat badan ibu postpartum yang memberi ASI, ASI dan susu formula, serta susu formula ( p=0,12). Berbagai studi analisis dan penelitian tentang penurunan berat badan ibu postpartum menunjukkan bahwa terjadi penurunan berat badan pada ibu yang memberikan ASI eksklusif. Pemberian ASI eksklusif dapat mempercepat pencapaian berat badan ibu postpartum sebelum hamil (Dewey dkk, 1993). Penelitian yang dilakukan oleh Hatsu dkk (2008) mengungkapkan bahwa ibu postpartum yang menyusui ASI eksklusif kehilangan berat badan lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang menyusui dengan dicampur pada 12 minggu postpartum. Hasil penelitian ini didapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan penurunan berat badan ibu postpartum yang memberikan ASI, ASI dan susu formula serta susu formula. Hasil penelitian ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliawan dkk (2012) yang mengungkapkan bahwa tidak ada hubungan 6

antara pemberian ASI baik secara eksklusif maupun non eksklusif terhadap penurunan berat badan ibu yang menyusui di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Sukoharjo. Hal tersebut disebabkan oleh ada beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan berat badan yaitu kenaikan berat badan saat hamil, asupan makan dan aktifitas fisik. Hal tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Margawati (2010). Berdasarkan hasil penelitian Margawati (2010) terdapat perbedaan penurunan berat badan antara ibu yang menyusui secara eksklusif dan tidak eksklusif. Selain itu, hasil penelitian Sayekti (2007) menunjukkan bahwa selama 6 minggu postpartum, sebanyak 96% ibu menyusui eksklusif dan 72% ibu menyusui tidak eksklusif mengalami penurunan berat badan. Berdasarkan uji statistik didapatkan hasil bahwa menyusui secara eksklusif berpengaruh terhadap penurunan berat badan ibu selama 6 minggu postpartum, yaitu sebesar 12,9% dengan rerata penurunan berat badan sebesar 2,08 kg pada ibu menyusui eksklusif dan 0,89 kg pada ibu menyusui tidak eksklusif. Hasil studi ini mengungkapkan bahwa tidak adanya penurunan berat badan karena kemungkinan aktifitas fisik ibu postpartum yang berbedabeda. Aktifitas fisik merupakan faktor penting yang menentukan terhadap berat badan. Aktifitas fisik ibu postpartum yang memberikan ASI, ASI dan susu formula serta susu formula berbeda-beda, yaitu terdapat ibu postpartum yang bekerja maupun ibu rumah tangga. Sebagian besar reponden (ibu postpartum) berprofesi sebagai karyawan swasta di industri tekstil yang berada wilayah Kecamatan Kartasura. Hal tersebut menyebabkan aktifitas yang dilakukan oleh ibu postpartum ganda, karena selain menjadi ibu rumah tangga, ibu postpartum juga merupakan karyawan yang memiliki jam kerja cukup lama yaitu ± 8 jam/hari. Dalam penelitian Padmawati (2011) disampaikan bahwa aktifitas fisik kebanyakan melakukan pekerjaan rumah seperti mencuci baju dan peralatan makan, memasak, membersihkan rumah, mengasuh anak dan terdapat beberapa yang ditambah dengan bekerja sebagai karyawan swasta. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kinnunen dkk (2007) disimpulkan bahwa aktifitas fisik dapat mengurangi retensi berat badan ibu postpartum. Hal tersebut ditegaskan dalam penelitian Padmawati (2011) yang mengungkapkan bahwa aktifitas fisik memiliki hubungan yang signifikan terhadap retensi berat badan ibu postpartum. Aktifitas fisik memiliki korelasi negatif terhadap retensi berat badan ibu postpartum, artinya semakin tinggi aktifitas fisik akan menurunkan retensi berat badan ibu postpartum. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Lee dkk (2010) menyatakan bahwa aktifitas fisik yang dilakukan wanita dalam kategori sedang dapat mempertahankan berat badan. Aktifitas fisik yang tinggi menyebabkan waktu istirahat yang dimiliki oleh ibu postpartum berkurang. Menurut Sipalsuta (2010), pemberian ASI Eksklusif dan istirahat yang cukup berhubungan dengan penurunan berat badan ibu postpartum. C. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini adalah data usia awal pemberian ASI serta data usia awal pemberian susu formula hanya berdasarkan pada daya ingat responden. Dalam penelitian ini, peneliti tidak meneliti tentang 7

frekuensi pemberian ASI dan susu formula, asupan makan ibu postpartum, dan aktifitas fisik ibu postpartum yang mungkin memiliki pengaruh terhadap penurunan berat badan ibu postpartum. Kesimpulan 1. Rata-rata status pemberian ASI ialah 35,7%, pemberian ASI dan susu formula sebesar 35,7% serta pemberian susu formula sebesar 28,6%. 2. Rata-rata penurunan berat badan ibu postpartum yang memberikan ASI sebesar 3,2 kg, ASI dan susu formula sebesar 3,7 kg, serta susu formula sebesar 3,46 kg. 3. Persentase penurunan berat badan ibu postpartum yang memberikan ASI sebesar 66,67%, ASI dan susu formula sebesar 86,67% serta susu formula sebesar 50%. 4. Tidak terdapat perbedaan penurunan berat badan ibu postpartum yang memberikan ASI, ASI dan susu formula, serta susu formula di wilayah kerja Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo (p=0,12). Saran Perlunya penelitian lebih mendalam mengenai faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhi penurunan berat badan ibu postpartum pada ibu yang memberikan ASI maupun susu formula seperti pola makan dan aktivitas fisik. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2007. Survei Sosial dan Ekonomi Nasional 2007. BPS. Jakarta. 2008. Survei Sosial dan Ekonomi Nasional 2008. BPS. Jakarta. 2009. Survei Sosial dan Ekonomi Nasional 2009. BPS. Jakarta Baker, J. L., Gamborg, M., Heitmann, B. L., Lissner, L., Soresenen, T. I., dan Rasmussen, K. M. 2008. Breatsfeeding Reduces Postpartum Weight Retention. Am J Clin Nutr 88 : 1543-1551 Dewey, K.G., Heinig, M.J., and Nommsen, L.A. 1993. Maternal Weight-loss Patterns During Prolonged Lactation. Am J Clin Nutr 58 : 162-166 Depkes RI. 2001. Manajemen Laktasi. Jakarta. 2001. Strategy Nasional Making Pregnancy Safer di Indonesia 2001 2010. Jakarta.. 2006. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Direktorat Gizi Masyarakat. Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat. Jakarta. 2010. Laporan Riset Kesehatan Dasar 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta Hatsu IE, McDougald DM, Anderson AK. 2008. Effect of Infant Feeding on Maternal Body Composition. International Breastfeeding Journal 3 (18):1-8 Hidayanti, L. 2011. Penurunan Pemberian ASI Eksklusif Sebagai Salah Satu Dampak Paparan Iklan Susu Formula. Prosiding Semnar Nasional Peran Kesehatan Masyarakat Dalam Pencapaian MDG s di Indonesia 12 April 2011 ISBN 978-602-96943-1-4 8

Indarwati. 2006. Struktur Keluarga dan Lama Ibu Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Grogol Sukoharjo. Skripsi (Abstrak). Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta. Surakarta Janney, C. A., Zhang, D. & Sowers, M. F. 1997. Lactation and Weight Retention. Am J Clin Nutr, 66: 1116-1124 Kinnunen dkk. 2007. Reducing Postpartum Weight Retention A Pilot Trial in Primary Health Care. Nutrition Journal 6:21 Lee, I-M., Djousse, L., Sesso, H. D., Wang, L., Buring, J. E. 2010. Physical Activity and Weight Gain Prevention. JAMA, 303 (12): 1173-1179 Margawati L. 2010. Perbedaan Penurunan Berat Badan Antara Ibu Yang Menyusui Secara Eksklusif Dan Tidak Eksklusif Selama 4 Bulan Postpartum (Studi Di Rumah Bersalin Nur Hikmah Grobogan) Tahun 2009. Skripsi (Abstrak). Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Semarang Nutjahjati, D. 2009. Pemberian ASI Eksklusif Meurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Departemen Kesehatan RI. Jakarta Padmawati R. 2011. Pengaruh Menyusui Terhadap Retensi Berat Badan Postpartum di Puskesmas Wilayah Kecamatan Kesambi Kota Cirebon. Tesis. Program Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta Rejeki, S. 2008. Studi Fenomenologi : Pengalaman Menyusui Eksklusif Ibu Bekerja di Wilayah Kendal Jawa Tengah. Media Ners Vol 2 No. 1:1-44 Roesli, U. 2002. ASI Eksklusif : Tinjauan dari Aspek Medis. Konas XII Persagi. Jakarta Saleh, L. O. A. 2011. Faktor-faktor yang Menghambat Praktik ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 0-6 Bulan. Artikel Penelitian. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang Sayekti, R. 2007. Pengaruh Menyusui Secara Eksklusif Selama 6 Minggu Postpartum Terhadap Penurunan Berat Badan Ibu. Skripsi (Abstrak). Universitas Diponegoro. Semarang Semega-Janneh, I.J. 1998. Breastfeeding : from Biology to Policy. Challenges for the 21 st Century : A Gender Perspective on Nutrition Through the Life Cycle. Paper from the ACC/SCN 25th Session Symposium, Oslo, Norway, 30 March and 1 April, 1998 Sinambela, KH. 2000. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Praktik Pemberian Makanan pada Bayi Umur 0-4 bulan di Daerah Angka Kematian Bayi Tinggi (Studi di Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor). Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor Sipalsuta, GC. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Penurunan Berat Badan Ibu Postpartum di Kecamatan Balikpapan Selatan.Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan Program Pascasarjana Universitas Indonesia. Depok Soetjiningsih. 1997. ASI Petunjuk Tenaga Kesehatan. EGC. Jakarta World Health Organization. 2001. Healthy Eating during Pregnancy and Breastfeeding. World Health Organization Regional Office for Europe. 2002. Global Strategy For Infant and Young Child Feeding. WHA 55/2002/REC/I, Annex 2. World Health Organization. Geneva. 2003. Community-based Strategis for Breastfeeding Promotional and Support in Developing Countries. World Health Organization. Geneva 9

Wulandari, M. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Makanan Prelakteal pada Bayi Baru Lahir di Desa Supat Timur Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera Selatan Tahun 2011. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta Yuliawan, D., Mardani, R., Puspitaningrum, Y. 2012. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Penurunan Berat Badan pada Ibu Postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Sukoharjo Jawa Tengah. Laporan Akhir Program Kreativitas Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta 10