Kota Bandung Kab. Bandung Kab. Bandung Barat (Sumber: Kementerian Agama Republik Indonesia)

dokumen-dokumen yang mirip
I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu sektor ekonomi yang mampu untuk terus berekspansi juga melakukan

Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (2012)

3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis Data Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Teknik Penentuan dan Pengambilan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan jamaah ibadah umrah dan haji dalam beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ibadah haji merupakan rukun Islam kelima yang wajib dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan dalam dunia modern pada hakekatnya merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hotel memegang peranan penting dalam industri pariwisata karena

PERANCANGAN PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PADA BIRO JASA PERJALANAN UMRAH PT. XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE QFD (QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat besar, di antaranya

BAB I PENDAHULUAN I.1

DIPA BADAN URUSAN ADMINISTRASI TAHUN ANGGARAN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. 6-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan sektor bisnis pelayanan jasa yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pertumbuhan sektor jasa di Indonesia berkembang dengan

Jumlah dan Penetrasi Pengguna Internet di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Biro Perjalanan Umum, Tour Operator, dan Agen Perjalanan. Dengan perkataan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyadari pentingnya sektor pariwisata dan sibuk mereposisi industri tersebut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pendorong utama perekonomian dunia pada abad ke-21, dan menjadi salah

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Menurut jurnal Lefeuvre (1980) Wisata religius adalah salah satu jenis

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Umroh merupakan salah satu kegiatan ibadah dalam agama islam. Dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Rahmi, 2012:1 ) (Rahman, 2005:1)

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB 1 PENDAHULUAN. Average Length of Stay (Day) Per Visit. Growth (%)

DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan pemerintah daerah. Dalam Undang-Undang No 10 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. bisa ditemukan di daerah tujuan. (Ismayanti, 2011: 3) Semuanya memiliki peran masing-masing untuk menjadikan industri

BAB I PENDAHULUAN. dalam rutinitasnya membuat kegiatan berwisata menjadi kebutuhan yang penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,

ANALISIS KEBUTUHAN LAYANAN BIRO PERJALANAN UMRAH MENGGUNAKAN INTEGRASI SERVQUAL DAN MODEL KANO DI PT XYZ

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini berisi penjelasan mengenai dasar penelitian yang

CAPAIAN INDIKATOR MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN AREA MANAJEMEN TRIWULAN I TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya,

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pendapatan nasional di era globalisasi seperti saat ini

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Berdasarkan jumlah tersebut, menjadi potensi dan peluang yang luar biasa

BAB I PENDAHULUAN. bidang pariwisata semakin pesat, United Nations World Tourism Organization

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.

BAB I PENDAHULUAN. hanya memungkinkannya menjadi market leader tetapi juga memeliharanya pada

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III JABAR CRAFT CENTER

BAB 1 PENDAHULUAN. Data dari Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (2008) menunjukkan jumlah

EVALUASI PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. mengunjungi daerah-daerah wisata tersebut. dan berpengaruh terhadap perkembangan pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis hasil pengolahan data maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya semakin meningkat. Pengembangan ini terus dilakukan karena

I. PENDAHULUAN. Jumlah wisatawan internasional dari tahun ke tahun terus mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan luarnya, khususnya hubungan baik dengan pelanggan atau

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah keseluruhan kegiatan pemerintah, pengusaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia saat ini mulai berkembang dengan pesat. Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa terbesar bagi Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Wisatawan Jumlah Presentase. Sumber : Dinas Pariwisata Kota Bandung dalam Data Badan Pusat Statistik Kota Bandung Tahun 2013.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh seseorang (wisatawan) untuk mengunjungi tempat wisata di daerah

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, cara berpikir, maupun sifat perkembangan itu sendiri. Hal tersebut

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 08 /PMK.07/2011 TENTANG

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

1.1 DATA KUNJUNGAN WISATAWAN KE KOTA BANDUNG PADA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki potensi besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini, industri pariwisata telah menjadi sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pramuwisata atau Pemandu Wisata (Tour Guide), karena sebuah perjalanan wisata

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, ciri itulah yang menandai pola kehidupan manusia. Mobilitas merupakan

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA (TRANSAKSI KAS) BELANJA WILAYAH MELALUI KPPN UNTUK BULAN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2014 (dalam rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan pembangunan di Bali sejak tahun 1970-an. Oleh karena itu

Peluang dan Tantangan Dalam Pengembangan Pariwisata Halal Provinsi Nusa Tenggara Barat 2017/2018 DASAR/PEDOMAN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel I. 1 Rekapitulasi Pendapatan Perusahaan TOTAL BEBAN (DALAM RIBU)

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA DI PUNCAK DARAJAT DESA PASIRWANGI KABUPATEN GARUT

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. BPW berperan penting dalam pelayanan jasa wisata. wisata. Pihak Paramuda Tour & Transport melayani perjalanan wisata khususnya

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

Jumlah wisatawan internasional dari tahun ke tahun terus mengalami. peningkatan. Jika pada tahun 1990, jumlah wisatawan internasional hanya sekitar

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT- ATRIBUT JASA PELAYANAN TAMAN REKREASI WATER PARK DI KARTASURA

I. PENDAHULUAN. Sektor pariwisata termasuk ke dalam kelompok industri terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. C I T Y H O T E L B I N T A N G 3 D I S E M A R A N G I m a n t a k a M u n c a r

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan sektor pariwisata merupakan salah satu upaya yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir pariwisata merupakan bidang industri dengan pertumbuhan yang cukup signifikan. Perkembangan industri pariwisata ditandai dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun. Menurut organisasi yang menangani kepariwisataan dunia yaitu United Nations World Tourism Organization (UNWTO), bahwa jumlah kedatangan wisatawan internasional di seluruh dunia diperkirakan akan meningkat 3,3% per tahun selama periode 2010 sampai dengan 2030. Pada laju proyeksi pertumbuhan, kedatangan wisatawan internasional di seluruh dunia akan mencapai 1,8 miliar pada tahun 2030. (UNWTO, 2017). Pesatnya perkembangan industri pariwisata akan menjadi peluang besar bagi pengusaha di berbagai sektor pariwisata seperti hotel, restoran, kawasan wisata, tempat hiburan atau rekreasi, dan biro perjalan wisata (BPW). Menurut Nyoman S. Efendi (1999), menyatakan biro perjalanan wisata (BPW) adalah suatu perusahaan yang memiliki tujuan untuk menyiapkan suatu perjalanan bagi orang-orang yang merencanakan untuk mengadakannya. Dalam menjalankan proses bisnisnya, BPW mengeluarkan produk berupa layanan perjalanan wisata yang dijual melalui beberapa pilihan paket wisata. Di Indonesia, BPW harus mampu bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan produk yang sudah dikeluarkan sesuai dengan Keputusan Direktur Jendral Pariwisata No.Kep.16/U/11/88 pada tanggal 25 Februari 1988 tentang pelaksanaan Ketentuan Usaha Perjalanan. Satu-satunya asosiasi BPW di Indonesia yang diakui hukum adalah Association of the Indonesia Tour & Travel Agencies (ASITA). ASITA merupakan suatu perkumpulan yang mewadahi pengusaha atau pelaku usaha di bidang jasa perjalanan wisata di Indonesia. ASITA tersebar di berbagai provinsi dan kota, termasuk di Jawa Barat. Tercatat ada sekitar 630 anggota ASITA di Jawa Barat yang terdaftar sejak tahun 1977 hingga 2016. Tersebar mulai dari Bogor, Depok, Bekasi, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Purakarta, Karawang, Subang, Sumedang, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Cirebon, dan Kuningan yang terdiri dari jenis anggota penuh (BPW/PT) maupun anggota peserta perusahaan kendaraan dan lembaga pendidikan (ASITA, 2017). Di Kota Bandung sendiri jumlah usaha perjalanan wisata yang telah terdaftar menjadi anggota ASITA hingga 2016 yaitu sebanyak 1

257 perusahaan. Berikut data pertumbuhan usaha pariwisata yang telah terdaftar menjadi anggota ASITA kota Bandung dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016. Tabel. I.1 Pertumbuhan Jumlah Usaha Perjalanan Wisata di Kota Bandung NO TAHUN JUMLAH 1 2012 224 2 2013 239 3 2014 245 4 2015 253 5 2016 257 Sumber: (ASITA, 2017) Berdasarkan tabel I.1 di atas menunjukkan bahwa jumlah agen dan biro perjalanan wisata dari tahun ke tahun di Kota Bandung semakin meningkat. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa perusahaan yang bergerak di bidang jasa ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, pelanggan baik individu maupun korporasi seperti pemerintahan dan instansi swasta dihadapkan pada pilihan yang beragam. Hal ini menjadi tantangan yang harus dihadapi setiap pelaku usaha perjalanan wisata di Kota Bandung. PT XYZ merupakan salah satu biro perjalanan wisata di Kota Bandung yang terdaftar dalam ASITA Jabar. Perusahaan ini berdiri sejak tahun 2005, dipimpin oleh Bapak Uwes Qorni, dan beralamat di Metro Trade Centre (MTC). Produk yang ditawarkan oleh perusahaan ini berfokus melayani jasa perjalanan wisata religi umat Muslim, yaitu perjalanan wisata umrah dan haji. Perbedaan wisata umrah dan haji adalah pada wisata umrah memiliki ketentuan syarat yang lebih mudah, dan dapat dilaksanakan pada setiap bulannya (kecuali bulan Zulhijah), sehingga tidak membutuhkan waktu tunggu yang lama diibandingkan dengan haji yang harus dilaksanakan pada bulan tertentu yaitu bulan Zulhijah. Oleh sebab itu, kuota untuk melaksanakan wisata umrah menjadi lebih besar dibandingkan dengan haji. Faktor ini yang menjadikan wisata umrah sebagai alternatif untuk meredam kerinduan beribadah di Tanah Suci. Berikut merupakan data perbandingan waktu tunggu haji di berbagai wilayah di Bandung tahun 2016. 2

Tabel. I.2 Perbandingan Waktu Tunggu Haji di wilayah Bandung tahun 2016 Nama Kab/Kota Pendaftar Kuota Waktu Tunggu (s.d Tahun) Kota Bandung 31.074 1731 2034 Kab. Bandung 29.754 1940 2032 Kab. Bandung Barat 12.589 846 2031 (Sumber: Kementerian Agama Republik Indonesia) Berdasarkan tabel I.2 diperoleh informasi bahwa jumlah pendaftar haji di Kota Bandung menjadi yang paling banyak dengan 31.074 pendaftar dibandingkan dengan Kabupaten Bandung dengan 29.754 pendaftar dan Kabupaten Bandung Barat dengan 12.589 pendaftar. Oleh sebab itu, mengakibatkan waktu tunggu Haji di Kota Bandung menjadi yang paling lama hingga tahun 2034 dibandingkan Kabupaten Bandung yang waktu tunggunya sampai tahun 2032 dan Kabupaten Bandung Barat yang waktu tunggunya sampai tahun 2031. Waktu tunggu ibadah haji yang cukup lama ini yang akhirnya menjadikan umrah di Kota Bandung begitu diminati saat ini. Hal ini diperkuat dengan data yang dikeluarkan oleh Kementerian Urusan Haji dan Umrah Arab Saudi yang dirangkum pada Gambar I.1 mengenai urutan negara yang mengirimkan jemaah umrah terbanyak pada tahun 2016. Gambar. I.1 Urutan negara dengan jemaah umrah terbanyak (Sumber: Kementerian Urusan Haji dan Umrah Arab Saudi) Berdasarkan gambar I.1 diketahui bahwa Mesir merupakan pengirim jemaah umrah terbesar, yaitu mencapai 1,15 juta orang di tahun 2016. Menyusul di belakangnya 3

adalah Pakistan degan jumlah jemaah umrah yang mencapai 761.330 orang, dan Indonesia berada pada posisi ketiga, yakni dengan jumlah jemaah umrah yang tercatat mencapai 635.993 orang, naik satu peringkat dari tahun sebelumnya. Meningkatnya jemaah umrah asal Indonesia tidak dialami oleh pihak perusahaan. Berdasarkan informasi yang diperoleh, pihak perusahaan mengalami indikasi fluktuatif atau naik turun jumlah jemaah umrah dalam 5 tahun terakhir seperti yang ditunjukkan pada Gambar I.2 berikut. Jumlah jemaah umrah PT XYZ 350 300 250 200 318 300 300 300 300 300 272 254 235 212 150 100 50 0 2012 2013 2014 2015 2016 Jumlah jemaah Target Gambar. I.2 Grafik jemaah umrah PT XYZ tahun 2012-2016 (Sumber: Marketing PT XYZ 2016) Dilihat dari grafik I.2 bahwa jumlah jemaah umrah di perusahaan mengalami kenaikan pada tahun 2013. Kemudian adanya jumlah penurunan jemaah umrah dari tahun 2014 sampai tahun 2016, dengan tahun 2015 adalah jemaah umrah yang paling rendah. Angka tersebut semakin jauh dari target yang ditetapkan oleh pihak PT XYZ sebesar 300 jemaah umrah setiap tahunnya. Menurut pihak perusahaan, pendapatan yang diterima belum memberikan keuntungan jika target 300 jemaah umrah tidak terpenuhi. Penurunan yang terjadi pada pihak perusahaan juga telah dibandingkan dengan pesaing yang bermain pada segmentasi dan daerah sasaran yang sama dengan PT ABC seperti ditunjukkan pada gambar I.3 berikut. 4

Perbandingan Jumlah Jemaah Umrah 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 346 363 385 391 318 370 272 254 212 235 2012 2013 2014 2015 2016 Tahun PT XYZ PT ABC Gambar. I.3 Market Share perbandingan PT XYZ dengan kompetitor (Sumber: Marketing PT XYZ 2016) Gambar I.3 diatas merupakan jumlah jemaah umrah tahun 2012 sampai tahun 2016, merepresentasikan pelanggan yang sudah mengikuti program umrah di PT XYZ masih terbilang rendah dibandingkan PT ABC. Terindikasi jika mulai tahun 2013 jumlah jemaah umrah di PT XYZ tidak mengalami kenaikan, dan merupakan fakta yang mengindikasikan adanya permasalahan pada layanan umrah pada PT XYZ sehingga memerlukan analisis dan perbaikan lebih lanjut. Analisa diawali dengan mencari penyebab menurunnya penjualan paket umrah. Segala bentuk keluhan dari layanan paket umrah diperoleh dari hasil survey pendahuluan dengan metode wawancara. Hal ini dilakukan melalui suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan di mana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik (Gunawan, 2013). Responden yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 12 orang berumur lebih dari 25 tahun, yang sudah pernah menggunakan layanan umrah di PT XYZ pada rentang tahun 2012 sampai tahun 2016. Tabel. I.3 Keluhan Jemaah Umrah PT XYZ. No Keluhan Jemaah Umrah Presentase 1 Ruang manasik kurang nyaman 50% 2 Koper, tas tidak berfungsi dengan baik. Buku panduan terlalu kecil 42% 5

Tabel. I.3 Keluhan Jemaah Umrah PT XYZ (Lanjutan). No Keluhan Jemaah Umrah Presentase 3 Lamanya respon karyawan terhadap kebutuhan 75% jemaah 4 Kurangnya kejelasan informasi jika terjadi 83% sesuatu (delay, bagasi tertukar) 5 Tidak ada kompensasi atas kesalahan yang 50% dilakukan oleh perusahaan Sumber: Survei Pendahuluan Berdasarkan survei pendahulan pada Tabel I.3 di atas dapat diketahui bahwa terdapat beberapa keluhan dari jemaah terhadap layanan umrah pihak PT XYZ. Keluhan jemaah umrah tersebut antara lain menyebutkan bahwa 50% jemaah mengeluhkan koper & tas tidak berfungsi dengan baik, dan susahnya untuk membaca buku pedoman yang diberikan. Sebesar 42% mengeluhkan kurangnya keakuratan pegawai dalam melakukan perhitungan biaya, dan adanya perubahan mengenai rentang waktu pembayaran. Selanjutnya 75% terdapat jemaah umrah yang mengeluhkan mengenai lamanya proses penanganan permintaan, kualitas dari pembimbing ibadah yang kurang mengakomodir keseluruhan jemaah umrah, dan lamanya handling airport & transportasi. Kemudian 83% terdapat keluhan mengenai kurangnya kejelasan informasi jika terjadi delay, maupun bagasi yang tertukar. Terakhir terdapat 50% keluhan sulitnya menghubungi customer service, dan tidak adanya kompensasi atas keterlambatan pemberangkatan. Menurut Matzler dan Hitenhuber (1998) dalam Baki, dkk (2009) menyatakan jika perusahaan jasa yang semakin sering memberikan kualitas layanan, maka perusahaan tersebut akan mempertahankan keuntungan di masa mendatang karena unsur terpenting dalam menciptakan kepuasan pelanggan adalah kualitas layanan itu sendiri. Oleh karena itu, dalam mencapai kepuasan dari pelanggan diperlukan pelayanan yang sesuai dengan keinginan pelanggan. Berdasarkan hasil identifikasi penelitian diketahui gejala-gejala permasalahan yang dialami oleh pihak PT XYZ, yaitu masih flutuaktifnya jumlah jemaah umrah. Indikasi lain adalah mulai tahun 2013 jumlah jemaah umrah tidak mengalami kenaikan, yang menunjukkan adanya 6

permasalahan pada layanan umrah. Selanjutnya adanya keluhan yang menunjukkan tingkat kepuasan jemaah umrah yang belum terpenuhi, sehingga perlu dilakukan identifikasi permasalahan dengan mengetahui atribut kebutuhan layanan umrah yang dapat dievaluasi. Hal ini dapat dilakukan dengan mengitegrasikan metode Kano dan SERVQUAL agar dapat meningkatkan kepuasan dan loyalitas jemaah terhadap layanan umrah di perusahaan. I.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan diatas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Apa saja atribut kebutuhan layanan umrah PT XYZ berdasarkan dimensi SERVQUAL? 2. Bagaimana kepuasan jemaah terhadap atribut layanan umrah PT XYZ menggunakan SERVQUAL? 3. Bagaimana klasifikasi atribut kebutuhan jemaah terhadap layanan umrah PT XYZ pada kategori Kano? 4. Apa saja atribut kebutuhan jemaah terhadap layanan umrah PT XYZ yang perlu diprioritaskan berdasarkan integrasi SERVQUAL dan Model Kano? I.3 Tujuan Penelitian Adapun uraian tujuan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi atribut kebutuhan jemaah terhadap layanan umrah PT XYZ berdasarkan dimensi SERVQUAL. 2. Mengukur kepuasan jemaah terhadap atribut layanan umrah PT XYZ menggunakan SERVQUAL 3. Mengklasifikasi atribut kebutuhan jemaah terhadap layanan umrah PT XYZ berdasarkan kategori Kano. 4. Mengidentifikasi atribut kebutuhan jemaah terhadap layanan umrah PT XYZ yang harus diprioritaskan berdasarkan integrasi SERVQUAL dan Model Kano. 7

I.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini, antara lain: 1. Memberikan referensi kepada PT XYZ mengenai kebutuhan jemaah terhadap layanan umrah. 2. Memberikan informasi kepada PT XYZ untuk mengetahui atribut kebutuhan yang perlu ditingkatkan dan yang sudah memberikan kepuasan. 3. Membantu PT XYZ dalam memprioritaskan atribut kebutuhan yang perlu ditingkatkan. I.5 Batasan Penelitian Sebagai ruang lingkup perancangan penelitian ini, diambil batas cakupan pembahasan pada hal-hal berikut ini: 1. Data historis yang digunakan dalam penelitian ini adalah data jumlah jemaah umrah dalam lima tahun terakhir (tahun 2012-2016) 2. Penelitian tidak memperhitungkan biaya yang dikeluarkan oleh jemaah selama menggunakan layanan umrah di PT XYZ I.6 Sistematika Penulisan Adapun penelitian ini disusun dengan sistematik sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Bab ini berisi bahasan terkait latar belakang, perumusan masalah, tujuan, batasan, manfaat, dan sistematika penulisan pada penelitian terkait pengidentifikasian atribut kebutuhan layanan umrah di PT XYZ BAB II Landasan Teori Bab ini berisi bahasan terkait literatur yang relevan dengan permasalahan yang diteliti, perbandingan metode yang dapat digunakan pada permasalahan yang diteliti, perbandingan dan rekapitulasi dimensi penelitian terdahulu, serta uraian penelitian terdahulu. BAB III Metodologi Penelitian Bab ini berisi bahasan terkait langkah-langkah penelitian secara rinci yang dirangkum pada bagan sistematika pemecahan masalah 8

hingga diperoleh rumusan penyelesaian yang dirangkum pada bagan Metode konseptual. BAB IV Bab V BAB VI Pengumpulan dan Pengolahan Data Pada bab ini dijelaskan mengenai tahapan dalam pengumpulan data kuesioner SERVQUAL dan kuesioner Model Kano. Setelah diperoleh semuda data yang diperlukan, dilakukan pengolahan data menggunakan rumus NKP dan tabel evaluasi Model Kano. Analisis Data Bab ini menjelaskan analisis dari hasil pengolahan data yang diperoleh dari Bab IV. Pada bab ini juga diberikan rekomendasi bagi PT XYZ. Kesimpulan dan Saran Pada bab ini meliputi kesimpulan dari hasil penelitian pada pengolahan data dan analisis. Pada bab ini juga diberikan sara bagi PT XYZ dan penelitian selanjutnya. 9