BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) diperoleh informasi bahwa opini BPK atas pemeriksaan LKPD pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 mengalami peningkatan. BPK memberikan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) sebanyak 67 LKPD tahun 2011, 120 LKPD tahun 2012 dan 153 LKPD tahun 2013, sedangkan opini wajar dengan pengecualian (WDP) diberikan pada 349 LKPD tahun 2011, 319 LKPD tahun 2012 dan 276 LKPD tahun 2013. Pemerintah daerah yang tidak mendapatkan opini WTP karena masih mendapat catatan atas ketidakwajaran dalam LKPD oleh BPK. BPK memberikan catatan atas ketidakwajaran LKPD disebabkan karena sistem pengendalian intern yang tidak memadai dan ketidakpatuhan pada peraturan perundang-undangan yang selanjutnya dirumuskan dalam temuan audit. Temuan audit BPK diantaranya penatausahaan investasi non permanen tidak didukung bukti yang memadai dan penyajian aset tetap dalam neraca tidak didukung bukti yang memadai. BPK (LHP 2014) menemukan adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dalam pengelolaan keuangan daerah, yaitu ketidaksesuaian pengenaan sanksi denda keterlambatan atas penyelesaian pekerjaan pembangunan sarana dan prasarana, ketidaksesuaian harga tiket perjalanan dan harga tiket resmi dari maskapai penerbangan. 1
Berdasarkan temuan pemeriksaan BPK tersebut menunjukkan bahwa LKPD belum sepenuhnya andal karena tidak memenuhi karakteristik penyajian yang jujur. Informasi laporan keuangan harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan (PP 71 Tahun 2010). Kriteria laporan keuangan yang andal lainnya adalah bebas dari pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, dapat diverifikasi dan bersifat netral (PP 71 Tahun 2010). Keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah dipengaruhi oleh pengendalian intern (Darwanis dan Mahyani 2009; Indriasari dan Nahartyo 2008; Prapto 2010; Mitra, Hossain, dan Marks 2012). Widyaningsih, Triantoro dan Wiyantoro (2011) menyatakan bahwa sistem pengendalian intern dapat menunjang efektivitas sistem akuntansi keuangan daerah sehingga dapat menghasilkan informasi laporan keuangan yang berkualitas. Permasalahan dalam pelaporan pemerintah berasal dari masalah pengendalian internal (Modlin 2012). Pengendalian intern pada pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan secara internal oleh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) dan lembaga eksternal diluar SKPD, yaitu inspektorat melalui auditor internal pemerintah dengan kegiatan evaluasi secara terpisah (PP 60 Tahun 2008). Auditor internal merupakan salah satu pihak yang bertanggung jawab dalam pengendalian internal (The Committee of Sponsoring Organization of the Treadway Commission/COSO 2011). Auditor internal berperan penting dan berkontribusi atas efektivitas pengendalian intern suatu entitas karena otoritas dan posisi strategis yang dimilikinya (COSO 2011). Fungsi audit internal berpengaruh pada kualitas 2
pelaporan keuangan (Prawitt, Smith dan Wood 2009; Lin, Pizzini, Vargus dan Bardhan 2011; Johl, Johl, Subramaniam dan Cooper 2013). Lembaga yang melaksanakan fungsi audit internal (PP 60 Tahun 2008) pada pemerintah daerah adalah inspektorat kabupaten/kota melalui auditor internal pemerintah. Pemerintah Kabupaten Wonogiri mempunyai lembaga teknis daerah yang melaksanakan fungsi pengawasan melalui auditor internal pemerintah yaitu Inspektorat Kabupaten Wonogiri. Auditor internal pemerintah pada Inspektorat Wonogiri mempunyai sertifikasi melaksanakan kegiatan pengawasan (PP 60 Tahun 2008 dan Permendagri 60 Tahun 2013) seperti audit, reviu dan evaluasi mulai tahun 2005 sampai dengan saat ini. Faktor lain yang berpengaruh terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah adalah kapasitas sumber daya manusia (Winidyaningrum dan Rahmawati 2010). Pengelolaan keuangan pada SKPD dilingkungan pemerintah daerah dilaksanakan oleh pejabat pengelola keuangan. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, pejabat pengelola keuangan harus memiliki kompetensi yaitu kemampuan dan karakteristik yang dimiliki berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya (PP 100 Tahun 2000). Pejabat pengelola keuangan pada SKPD bertugas melakukan fungsi perbendaharaan, verifikasi dan pelaporan keuangan. Laporan keuangan SKPD dikompilasi dan direviu kembali oleh bidang akuntansi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD). Laporan keuangan yang telah dikompilasi menjadi laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) direviu auditor internal pemerintah pada inspektorat 3
kabupaten/kota (Permendagri 4 Tahun 2008) sebelum diserahkan kepada BPK untuk dilakukan pemeriksaan. Reviu atas LKPD bertujuan untuk memberi keyakinan terbatas atas laporan keuangan bahwa tidak ada modifikasi material yang harus dilakukan atas laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut disajikan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan (Permendagri 4 Tahun 2008). Pemerintah Kabupaten Wonogiri memiliki lembaga pengawasan yaitu inspektorat kabupaten, sumber daya manusia dalam pengelolaan keuangan SKPD yaitu pejabat pengelola keuangan dan perangkat yaitu bidang akuntansi DPPKAD, namun masih terdapat catatan dan temuan dalam audit BPK. Sampai dengan audit BPK tahun 2014, Pemerintah Kabupaten Wonogiri belum pernah memperoleh opini WTP. Opini BPK pada audit tahun 2014 atas LKPD Pemerintah Kabupaten Wonogiri tahun 2013 adalah WDP dengan catatan penatausahaan investasi non permanen tidak didukung bukti yang memadai dan penyajian aset tetap dalam neraca tidak didukung bukti yang memadai. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah Fungsi Auditor Internal Pemerintah, Kompetensi Pejabat Pengelola Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Berpengaruh Terhadap Keterandalan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (studi empiris pada Pemerintah Kabupaten Wonogiri). B. Perumusan Masalah Penelitian terdahulu (Darwanis dan Mahyani 2009; Indriasari dan Nahartyo 2008; Prapto 2010; Mitra dkk. 2012) menunjukkan bahwa keterandalan 4
pelaporan keuangan pemerintah daerah dipengaruhi oleh pengendalian intern. Widyaningsih dkk. (2011) menyatakan bahwa sistem pengendalian intern dapat menunjang efektivitas sistem akuntansi keuangan daerah sehingga dapat menghasilkan informasi laporan keuangan yang berkualitas. Permasalahan dalam pelaporan pemerintah berasal dari masalah pengendalian internal (Modlin 2012). Selain itu keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah dipengaruhi oleh pemanfaatan teknologi informasi (Indriasari dan Nahartyo 2008), namun Prapto (2010) menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi informasi tidak berpengaruh signifikan terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Faktor lain yang berpengaruh terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah adalah kapasitas sumber daya manusia (Winidyaningrum dan Rahmawati 2010), namun Indriasari dan Nahartyo (2008) menyatakan bahwa kapasitas sumber daya manusia tidak berpengaruh terhadap keterandalan pelaporan keuangan pemerintah daerah. Dalam penelitian sebelumnya, fokus keterandalan laporan keuangan dipengaruhi oleh kegiatan pengendalian yang dilaksanakan dalam internal SKPD, sedangkan pengendalian intern yang dilaksanakan oleh lembaga diluar SKPD seperti Inspektorat melalui auditor internal pemerintah belum dilakukan. Auditor internal merupakan salah satu pihak yang bertanggung jawab dalam pengendalian internal (The Committee of Sponsoring Organization of the Treadway Commission/COSO 2011). Auditor internal berperan penting dan berkontribusi atas efektivitas pengendalian intern suatu entitas karena otoritas dan posisi strategis yang dimilikinya (COSO 2011). 5
Auditor internal pemerintah mempunyai peran penting agar laporan keuangan pemerintah daerah memenuhi karakteristik yang merupakan prasyarat normatif yaitu (a) relevan; (b) andal; (c) dapat dibandingkan; dan (d) dapat dipahami. Untuk itu adanya audit internal menjadi penting dan kualitas dari fungsi audit internal harus diperhatikan untuk mencapai hasil yang diinginkan (Carcello, Hermanson dan Ye 2011). Fungsi audit internal berpengaruh pada kualitas pelaporan keuangan dan membatasi manajemen laba (Prawitt dkk. 2009; Lin dkk. 2011; Johl dkk. 2013). Penelitian fungsi audit internal terhadap kualitas pelaporan keuangan pada sektor privat telah dilakukan oleh Prawitt dkk. 2009; Lin dkk. 2011 dan Johl dkk. 2013 sedangkan pada sektor publik seperti pemerintah belum dilakukan. Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian fungsi audit internal terhadap laporan keuangan pemerintah daerah. Lembaga yang melaksanakan fungsi audit internal (PP 60 Tahun 2008) pada pemerintah daerah adalah inspektorat kabupaten/kota melalui auditor internal pemerintah/aparat pengawasan intern pemerintah. Aktivitas auditor internal pemerintah (PP 60 Tahun 2008 dan Permendagri 60 Tahun 2013) adalah (a.) audit; (b.) reviu; dan (c.) evaluasi. Penelitian ini mengembangkan konsep Prawitt dkk. (2009) dan Lin dkk. (2011), yaitu fungsi audit internal dengan mempertimbangkan kualitas audit seperti aktivitas auditor internal. Pada penelitian terdahulu terdapat perbedaan tentang pengaruh kapasitas sumber daya manusia terhadap keterandalan laporan keuangan (Winidyaningrum dan Rahmawati 2010; Indriasari dan Nahartyo 2008). Berdasar perbedaan tersebut dilakukan pengembangan pada penelitian ini, yaitu 6
pengaruh kapasitas sumber daya manusia berupa kompetensi pejabat pengelola keuangan terhadap keterandalan laporan keuangan. Berdasarkan uraian pada latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah Fungsi Auditor Internal Pemerintah berpengaruh terhadap Keterandalan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah? 2. Apakah Kompetensi Pejabat Pengelola Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) berpengaruh terhadap Keterandalan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menguji pengaruh fungsi auditor internal pemerintah terhadap keterandalan laporan keuangan pemerintah daerah. 2. Menguji pengaruh kompetensi pejabat pengelola keuangan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terhadap keterandalan laporan keuangan pemerintah daerah. Motivasi penelitian ini adalah menunjukkan bukti empiris bahwa Fungsi Auditor Internal Pemerintah, Kompetensi Pejabat Pengelola Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) berpengaruh terhadap Keterandalan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. 7
D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu: 1. Bagi Pemerintah Daerah dapat menentukan kebijakan terkait dengan fungsi auditor internal dan kompetensi pejabat pengelola keuangan pada SKPD yang berpengaruh terhadap keterandalan laporan keuangan pemerintah daerah. 2. Bagi Inspektorat Kabupaten mengetahui aktivitas auditor internal yang mempunyai pengaruh terhadap keterandalan laporan keuangan pemerintah daerah dan dapat menentukan kegiatan-kegiatan prioritas untuk mencapai keterandalan laporan keuangan pemerintah daerah. 3. Bagi SKPD mengetahui jenis kompetensi yang dibutuhkan oleh pejabat pengelola keuangan yang berpengaruh terhadap keterandalan laporan keuangan pemerintah daerah. 4. Menambah pengetahuan, gambaran dan bukti empiris tentang Fungsi Auditor Internal Pemerintah, Kompetensi Pejabat Pengelola Keuangan SKPD yang berpengaruh terhadap Keterandalan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. 8