KAJIAN KEPUSTAKAAN. masyarakat menengah ke bawah, serta cukup tersedia di pasaran (Murtidjo, 2003).

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. absorpsi produk pencernaan. Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. bangsa-bangsa ayam yang memiliki produktifitas tinggi terutama dalam

I. PENDAHULUAN. perunggasan merupakan salah satu penyumbang sumber pangan hewani yang

tumbuhan (nabati). Ayam broiler merupakan salah satu produk pangan sumber

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Volume Usus Besar Pasca Transportasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. liar yang telah mengalami seleksi dan selanjutnya dijinakkan oleh manusia. Ayam

I. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging,

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik ini

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

PENDAHULUAN. masyarakat. Permintaan daging broiler saat ini banyak diminati oleh masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masih menjadi primadona karena memiliki daging yang enak serta rendah lemak.

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. banyak diminati di kalangan masyarakat, hal ini disebabkan rasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik bali merupakan itik lokal Indonesia yang juga sering disebut itik penguin, karena

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

PENDAHULUAN. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah

I. PENDAHULUAN. Secara alami hewan ternak, khususnya itik memiliki kekebalan alami. yang berfungsi menjaga kesehatan tubuhnya. Kekebalan alami ini

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

I. PENDAHULUAN. Perkembangan populasi ternak unggas di Indonesia semakin hari semakin

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam kampung merupakan ayam lokal yang tersebar di seluruh wilayah

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Basah. Tabel 7. Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Basah Usus Besar

I. PENDAHULUAN. keseimbangan populasi mikroba usus (Anonim 1, 2008). Kata probiotik

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut menunjukan bahwa ayam lokal mempunyai potensi yang baik untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Protein Hati Broiler

I. PENDAHULUAN. hasil produksi pengembangan ayam broiler akan semakin tinggi.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Morfometrik Mikro Ileum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo

BAB I PENDAHULUAN. unggul. Telur itik Mojosari banyak digemari konsumen. Walaupun bentuk badan itik

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup. berkumpul di dalam suatu medium yang sama (Zaif, 2006).

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata Kadar Kolesterol Daging pada Ayam Broiler Ulangan

I. PENDAHULUAN. Kolesterol adalah salah satu komponen lemak yang dibutuhkan oleh tubuh dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca. dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991).

PENDAHULUAN. sebagai penghasil telur dan daging sehingga banyak dibudidayakan oleh

I. PENDAHULUAN. cukup sempurna karena mengandung zat zat gizi yang lengkap dan mudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berat tertentu dalam waktu relatif singkat (Rasyaf, 1994). Broiler umumnya

I. PENDAHULUAN. hewan adalah bakteri. Mikroorganisme tersebut memiliki peranan yang positif

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Hasil

I. PENDAHULUAN. dan perkembangan pengetahuan masyarakat tentang gizi. Tingkat konsumsi

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

I. PENDAHULUAN. Mikroorganisme merupakan bagian dari kekayaan dan keragaman hayati

tepat untuk mengganti pakan alami dengan pakan buatan setelah larva berumur 15 hari. Penggunaan pakan alami yang terlalu lama dalam usaha pembenihan

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Bakteri biasanya dikategorikan ke dalam dua kelompok. Bakteri yang

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup. Bakteri juga banyak terdapat pada saluran pencernaan ternak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendek, yaitu pada umur 4-5 minggu berat badannya dapat mencapai 1,2-1,9 kg

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memliki daya produktivitas tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat

PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bakteri merupakan mikroorganisme yang hidup di air, udara, tanah dan. makhluk hidup. Umumnya bakteri hidup secara berkoloni dan hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

I. PENDAHULUAN. Ayam pedaging merupakan salah satu ternak penghasil daging yang. Ayam pedaging merupakan ternak yang paling ekonomis bila

I. PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang gizi yang meningkat. Penduduk Indonesia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ISTILAH-ISTILAH. Ilmu Pakan Ternak Suatu ilmu yang berhubungan dng.pakan dan zat pakan yang terkandung di dalamnya thdp.kesehatan ternak dan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan susu dengan bantuan mikroba untuk menghasilkan berbagai produk

I. PENDAHULUAN. sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan unggas lainnnya. Ayam broiler

I. PENDAHULUAN. Dalam menjalankan usaha peternakan pakan selalu menjadi permasalahan

I. PENDAHULUAN. populasi mikrobia dengan berbagai ukuran dan kompleksitas. Bakteri

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peubah* Konsumsi Ekstrak Daun Konsumsi Saponin

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam kampung (Gallus domesticus) adalah ayam lokal Indonesia yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. makanan yang tidak tercerna. Alat pencernaan itik termasuk ke dalam kelompok

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Usaha peternakan ayam saat ini cukup berkembang pesat. Peredaran daging ayam cukup besar di pasaran sehingga menyebabkan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Salah satu pangan fungsional yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semakin hari kebutuhan daging sapi semakin meningkat, untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Morfometrik Makro Ileum. Tabel 6. Rataan Panjang dan Diameter Ileum Itik Cihateup.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak

PENDAHULUAN. Ternak itik merupakan hewan homoiterm yang dapat melakukan

TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam ordo Galliformes, famili Phasianidae, genus Gallus dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Rataan Konsumsi Ransum, Provitamin A dan Kandungan Vitamin A di Hati

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Rataan konsumsi ransum setiap ekor ayam kampung dari masing-masing

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan daging untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Ternak itik

I. PENDAHULUAN ,8 ton (49,97%) dari total produksi daging (Direktorat Jenderal Peternakan,

Sistem Pencernaan Manusia

PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. beberapa manfaat salah satunya adalah sebagai probiotik. Hal ini

Transkripsi:

9 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Ayam Broiler Ayam broiler merupakan jenis ternak yang banyak dikembangkan sebagai sumber pemenuhan kebutuhan protein hewani dan merupakan ternak yang paling cepat pertumbuhannya, karena merupakan hasil budidaya yang menggunakan teknologi sehingga memiliki sifat ekonomi yang menguntungkan, diantaranya dapat dipanen umur 5-6 minggu (Rasyaf, 2007). Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang harganya relatif murah, dapat dikonsumsi oleh segala lapisan masyarakat menengah ke bawah, serta cukup tersedia di pasaran (Murtidjo, 2003). Produktivitas ayam broiler dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain konsumsi ransum, kualitas ransum, jenis kelamin, lama pemeliharaan dan aktivitas. Selain itu pertambahan bobot badan, konversi ransum, genetik, iklim dan faktor penyakit (North dan Bell, 1990). Klasifikasi ayam broiler menurut Yuwanta (2004), adalah sebagai berikut: Kingdom Phylum Subphylum Kelas Ordo Genus Spesies : Animalia : Chordata : Craniata : Aves : Galiformis : Gallus : Gallus domesticus

10 2.2 Probiotik Probiotik merupakan mikroorganisme yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan tanpa mengakibatkan terjadinya proses penyerapan komponen probiotik dalam tubuh, sehingga tidak meninggalkan residu pada ternak (Samadi, 2002) dan dapat menguntungkan inang dengan meningkatkan keseimbangan mikrobial pencernaan (Fuller, 1989). Probiotik dapat meningkatkan produktivitas ternak, dengan memberikan probiotik sebagai suplemen dapat mengembalikan keseimbangan bakteri (rasio antara bakteri patogen dan nonpatogen) dalam saluran pencernaan ternak terutama dalam usus (Iqbalali, 2008). Pemberian probiotik dapat menjaga keseimbangan mikroorganisme dalam sistem pencernaan ternak sehingga dapat meningkatkan daya cerna bahan pakan dan menjaga kesehatan ternak (Samadi, 2002). Fungsi bakteri probiotik pada ayam antara lain, mengurangi bakteri patogen dalam usus, menstimulasi respons kekebalan, menjaga kesehatan inang, bekerja sebagai antibiotika dan vitamin secara alami (Yuari, 2008) serta dapat meningkatkan keseimbangan mikroflora di dalam saluran gastrointestinal ayam (Samadi, 2002). Pemberian probiotik dalam jumlah yang cukup dapat mempengaruhi komposisi dan ekosistem mikroflora pencernaan. Kondisi ekosistem mikroflora dalam saluran pencernaan mempengaruhi kinerja dan kesehatan ternak. Ketidakseimbangan mikroflora dalam saluran pencernaan karena terjadinya kolonisasi bakteri patogen atau mikroflora yang dapat mengganggu kinerja ternak. Probiotik bukan bertindak sebagai nutrien esensial dimana tidak ada dosis respon, tetapi hanya ada level batas pemakaian. Probiotik dapat menghasilkan enzim pencernaan seperti amilase, protease dan lipase yang dapat meningkatkan konsentrasi enzim pencernaan pada saluran pencernaan inang sehingga dapat

11 meningkatkan perombakan nutrien. Salah satu alasan penggunaan probiotik yaitu untuk menstabilkan mikroflora pencernaan dan berkompetisi dengan bakteri patogen, dengan demikian strain probiotik harus mencapai usus dalam keadaan hidup dalam jumlah yang cukup. Secara umum, ada beberapa karakteristik dan kriteria keamanan yang harus dimiliki oleh probiotik. Karakteristik dan kriteria yang aman dari probiotik (Gaggia dkk., 2010): 1. Nontoksik dan nonpatogenik 2. Mempunyai identifikasi taksonomi yang jelas 3. Dapat hidup dalam spesies target 4. Dapat bertahan, berkolonisasi dan bermetabolisme secara aktif dalam target yg ditunjukkan dengan: a) Tahan terhadap cairan pencernaan dan empedu b) Persisten dalam saluran pencernaan c) Menempel pada ephitelium atau mucus d) Berkompetisi dengan mikroflora inang 5. Memproduksi senyawa antimikrobial 6. Antagonis terhadap patogen 7. Dapat merubah respon imun 8. Tidak berubah dan stabil pada waktu proses penyimpanan dan lapangan 9. Bertahan hidup pada populasi yang tinggi 10. Mempunyai sifat organoleptik yang baik Bakteri yang umum digunakan sebagai probiotik yaitu Lactobacillus dan Bifidobacteria, kedua jenis bakteri ini dapat mempengaruhi peningkatan kesehatan karena dapat menstimulasi respon imun dan menghambat patogen.

12 Beberapa penelitian telah melaporkan dampak positif pemberian probiotik terhadap performa dan kesehatan usus halus unggas. Pemberian probiotik pada ternak mampu meningkatkan koloni bakteri menguntungkan dalam saluran pencernaan, memproduksi substansi antimikroba dan menstimulasi sistem imunitas, dengan demikian mampu mendorong metabolisme nutrien dan meningkatkan kesehatan ternak (Hou dkk., 2015). Probiotik Bacillus sp. dapat mempengaruhi anatomi usus, dimana secara makroskopis usus ayam menjadi lebih tinggi dan secara mikroskopis probiotik mempengaruhi densitas dan tinggi villi, serta pada penambahan probiotik komposisi mikroflora usus kemungkinan berubah sehingga jumlah mikroba yang menguntungkan meningkat (Kompiang, 2009). Sarwono., dkk. (2012) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa pemberian probiotik jenis kapang Chrysonilia crassa dalam ransum ayam kampung mampu menurunkan kadar trigliserida darah dan menaikkan berat organ pencernaan. Masing-masing efek atau dampak positif yang dihasilkan dari probiotik yang diberikan pada ternak berbeda-beda tergantung pada jenis strain probiotik yang diberikan. Akan tetapi secara umum mekanisme kerja dari probiotik dalam tubuh ternak yaitu probiotik mampu menghasilkan senyawa dan/atau asam organik rantai pendek yang dihasilkan dari proses metabolisme di dalam tubuh ternak. Senyawasenyawa racun yang dihasilkan pada metabolisme bakteri probiotik seperti asam laktat, hidrogen peroksida, bakteriosin yang bersifat antimikroba dan antibiotik mampu menekan pertumbuhan bakteri patogen (Yulinery dkk., 2006). Probiotik dapat menghasilkan asam-asam organik rantai pendek yang dapat menurunkan nilai ph sehingga bakteri yang merugikan akan menggunakan energinya untuk mengembalikan keseimbangan yang normal, serta dapat mengganggu DNA dan sintesis protein sehingga organisme tersebut menjadi stres

13 dan tidak mampu bereplikasi (Nursey, 1997 dalam Kompiang, 2009). Secara umum mekanisme kerja dari probiotik adalah menjaga keseimbangan mikrobiota dengan cara competitive exclusion (kompetisi terhadap bakteri patogen dalam perebutan tempat hidup dalam usus dan zat makanan), mendorong maturasi dan bobot usus, memodulasi sistem imun dan mencegah peradangan, meningkatkan metabolisme dengan cara meningkatkan aktivitas enzim pencernaan dan menurunkan produksi ammonia, meningkatkan konsumsi dan penyerapan pakan, dan menetralisisr enterotoksin dan memodulasi sistem imunitas (Sugiharto, 2014). 2.3 Saluran Pencernaan Ayam Sistem pencernaan berperan vital dalam ekstraksi nutrien dari pakan dan penyerapannya untuk dapat digunakan oleh sel tubuh, kunci utama yang terjadi dalam sistem pencernaan adalah kemampuan untuk mencerna pakan sehingga nutrien tersebut dapat diserap oleh tubuh. Secara umum sistem pencernaan unggas terdiri dari saluran pencernaan dan organ aksesori (pelengkap). Pencernaan merupakan proses kimiawi dan fermentasi oleh mikrobiota yang ada di dalam usus (Kompiang, 2009). Usus halus merupakan saluran panjang yang berawal dari lubang keluar lambung otot (Murtidjo, 1992), dan juga merupakan organ utama tempat terjadinya aktivitas pencernaan dan absorbsi produk pencernaan. Tinggi usus halus pada ayam dewasa biasanya mencapai sekitar 1,5 meter dan secara anatomis usus halus dibagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum, jejunum, dan ileum. Bagian duodenum bermula dari ujung distal ventrikulus yang membentuk kelokan mengelilingi pankreas, sementara jejenum dan ileum merupakan segmen yang sulit dibedakan pada saluran pencernaan ayam. Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat banyak villi yang berisi pembuluh darah yang berfungsi untuk absorbsi hasil pencernaan (Suprijatna dkk., 2008).

14 Kemampuan pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan dapat dipengaruhi oleh luas permukaan epithel usus, jumlah lipatan-lipatannya, dan banyaknya villi dan mikrovilli yang memperluas bidang penyerapan (Austic dan Nesheim, 1990 dalam Ibrahim 2008) dan dipengaruhi juga oleh tinggi dan luas permukaan villi, duodenum, jejunum, dan ileum (Ibrahim 2008). Luas permukaan usus halus seperti tinggi villi menggambarkan area untuk penyerapan zat-zat nutrisi. Villi merupakan tonjolan kecil mirip jari atau daun yang terdapat pada membran mukosa, panjangnya 0,5 sampai 1,5 mm dan hanya terdapat pada usus halus. Villi pada ileum bentuknya mirip jari dan lebih pendek dibandingkan dengan villi yang terdapat pada duodenum dan jejejnum. Salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur kualitas pertumbuhan adalah struktur morfologi usus (Wang dkk., 2008). Villi berfungsi untuk memperluas permukaan usus halus yang berpengaruh terhadap proses penyerapan makanan (Alfiansyah., 2011). Perkembangan villi-villi usus pada ayam broiler berkaitan dengan fungsi dari usus dan pertumbuhan dari ayam tersebut (Sun, 2004). Semakin tinggi villi semakin banyak zat-zat makanan yang akan diserap pada akhirnya dapat berdampak pada pertumbuhan organ-organ tubuh dan karkas yang meningkat (Asmawati, 2013). Awad dkk., (2008) menjelaskan bahwa peningkatan tinggi villi pada usus halus ayam pedaging berkaitan erat dengan peningkatan fungsi pencernaan dan fungsi penyerapan. Usus halus tidak hanya berperan penting dalam pencernaan dan penyerapan nutrisi pakan, tetapi juga termasuk organ imun terbesar dalam tubuh ternak (Liu, 2015). Apabila kondisi usus halus berada dalam keadaan yang optimal maka akan mendukung kesehatan ternak. Menurut Katanbaf dkk., (1988), perkembangan usus halus terutama pada organ fungsional intestinum terjadi sejak ayam menetas dan penambahan kecepatan pertumbuhan menunjukkan terjadinya perubahan-

15 perubahan dalam perkembangan organ ini. Pertambahan umur ayam akan diikuti secara konsisten oleh pertambahan ukuran panjang usus halus. Panjang dan bobot organ pencernaan dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain aktivitas enzim dan kandungan serat dalam ransum. Pemberian probiotik juga diduga mampu meningkatkan panjang dan bobot usus halus. Penambahan probiotik dalam pakan ayam dapat meningkatkan jumlah mikroba dalam saluran pencernaan dan menstimulasi pertumbuhan organ pencernaan ayam sehingga berkembang dengan maksimal (Rodríguez-Lecompte dkk., 2010). Widyastuti dan Soarianawati (1999) menyatakan bahwa probiotik dapat mencegah timbulnya bakteri atau organisme yang merugikan bagi induk semangnya dan dapat meningkatkan kecernaan dan penyerapan nutrien pakan karena mampu merangsang peristaltis yaitu gerakan usus karena adanya kompetisi antara mikroorganisme probiotik dengan bakteri patogen guna menempel pada epithel usus sehingga secara simultan akan membantu aktivitas dan perkembangan usus. Selain itu, aktivitas enzim pencernaan dan kandungan serat kasar ransum yang diberikan juga mampu mempengaruhi perkembangan usus halus. Tinggi dan lebarnya usus halus dapat berpengaruh terhadap luas penampangnya dimana hal tersebut merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh pada kecepatan pertumbuhan (Ibrahim, 2008). Peran penambahan probiotik dalam perkembangan usus halus kaitannya dengan tinggi dan bobot usus sebenarnya tidak terlihat secara langsung. Probiotik yang diberikan pada ternak memungkinkan terjadinya peningkatan koloni mikroba di dalam usus, di sisi lain probiotik juga mampu mengakibatkan ph usus cenderung asam sehingga bakteri patogen menurun serta perkembangan bakteri asam laktat akan meningkat. Koloni bakteri dalam usus halus akan berperan dalam pemecahan

16 pakan dari senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga pencernaan nutrien akan lebih meningkat. Asam lemak rantai pendek merupakan salah satu produk akhir dari proses fermentasi pakan oleh mikroba secara anaerob yang memiliki rantai karbon (C) kurang dari 6 rantai seperti asam asetat, asam propionat dan asam butirat. Efek menguntungkan dari asam lemak rantai pendek ini tidak hanya sebatas pada usus saja, tetapi juga dapat menstimulasi perkembangan sel dan pertumbuhan usus halus serta mempunyai peran penting dalam meningkatkan kesehatan usus. Asam butirat adalah salah satu asam lemak rantai pendek yang produksinya paling dominan. Asam butirat menyediakan sumber energi yang penting untuk sel epitel usus secara normal dan mendorong perkembangan usus, sehingga dengan adanya komposisi butirat yang semakin banyak maka secara tidak langsung peran dari penambahan probiotik dalam ransum akan mendorong pematangan (maturasi) dan peningkatan bobot usus (Sugiharto, 2014). 2.4 Mikroba Saluran Pencernaan Saluran pencernaan pada ternak unggas yang baru ditetaskan pada umumnya dalam kondisi steril. Transfer mikroba dapat terjadi dari induk pada anak dan kontak dengan mikroba dari lingkungan. Menurut Murwani (2008), jenis pakan yang diberikan pada ternak sangat mempengaruhi jumlah populasi mikroorganisme dalam saluran pencernaan. Menurut Lay (1994), kondisi ph dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri karena pada umumnya bakteri dapat tumbuh dengan baik pada ph sekitar 7,0. Kondisi ph pada setiap bagian dalam saluran pencernaan dapat berpengaruh terhadap perkembangan berbagai mikroba dalam saluran pencernaan dan efektivitas proses pencernaan karena enzim dan produk yang disekresikan oleh

17 mikroba mempunyai karakteristik spesifik serta mempunyai sensitivitas terhadap kondisi ph (Widodo, 2010). Keseimbangan mikrobiota dalam saluran pencernaan dapat berpengaruh terhadap kesehatan ayam dan peningkatan produktivitas akibat dari daya cerna pakan yang meningkat. Beberapa manfaat yang didapatkan dari pemberian probiotik pada ternak yaitu antara lain untuk mempertahankan mikroflora yang bermanfaat dalam saluran pencernaan dan juga menghambat pertumbuhan bakteri patogen, sebab probiotik mampu menghasilkan metabolit berupa bacteriocin, yaitu sejenis protein yang bersifat lethal untuk bakteri patogen (Hassan, 2006). Pemberian probiotik akan menciptakan keseimbangan mikroflora usus, karena adanya bakteri asam laktat dalam usus yang dapat menciptakan suasana asam sehingga menekan pertumbuhan bakteri patogen dalam usus halus (Purwati dkk., 2005). Menurut Saputri dkk., (2012), bakteri asam laktat (BAL) merupakan bakteri menguntungkan yang mampu menekan jumlah bakteri patogen di dalam usus halus dimana semakin banyak BAL yang terbentuk di usus halus maka ph akan semakin rendah. Keseimbangan mikroba dalam sistem pencernaan berperan penting terhadap kesehatan ternak ayam, kecernaan pakan dan efisiensi produksi (Kompiang, 2009). Tingginya mikrobiota baik dapat merangsang terbentuknya senyawasenyawa antimikrobial seperti asam lemak bebas dan zat-zat asam sehingga tercipta lingkungan yang kurang nyaman bagi pertumbuhan bakteri patogen (Gusminarni, 2009). Apabila mikroba di saluran pencernaan dalam keadaan seimbang maka ternak mampu menggunakan pakan secara efisien untuk perbaikan performa ternak itu sendiri (Kabir, 2009). Secara tidak langsung keseimbangan mikrobiota saluran pencernaan dapat menjaga kondisi optimal saluran pencernaan sehingga

18 mengefisienkan dalam proses pencernaan dan penyerapan nutrien. Dalam kesehatan hewan, rasio jumlah mikroorganisme pada kelompok bakteri tersebut adalah penting (Abun, 2008). Bakteri asam laktat mempunyai kemampuan untuk pengontrolan bakteri patogen. Asam laktat yang tinggi menyebabkan potensial hidrogen (ph) saluran pencernaan menjadi rendah atau asam dan mikroba lain terutama mikroba coliform atau patogen tidak dapat tumbuh (McNaught dan MacFie, 2000), selain itu asam organik dapat menurunkan produksi toksin oleh bakteri dan mengubah morfologi di dinding usus halus dan mengurangi kolonisasi bakteri patogen (Langhout, 2000).