I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan alternatif (Aboulfalzli et al., 2015). Es krim merupakan produk olahan susu

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

%, laktosa 4,80 % dan mineral 0,65 % (Muchtadi dkk., 2010).

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing sebesar ton dan hektar. Selama lima

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. banyak disukai oleh segala kalangan dari anak-anak, remaja maupun orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan lokal, termasuk ubi jalar (Erliana, dkk, 2011). Produksi ubi

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk semi padat yang biasa dikonsumsi sebagai makanan selingan

EKSTRAKSI GELATIN DARI LIMBAH TULANG IKAN TENGGIRI (Scomberomorus sp.) DENGAN JENIS DAN KONSENTRASI ASAM YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. seperti selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Karbohidrat pada ubi jalar juga

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman umbi-umbian, baik

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Salah satu genus umbi-umbian yaitu genus Dioscorea atau

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. Kepulauan Indonesia dengan daerah continental dengan perairan

I. PENDAHULUAN. Es krim di Indonesia telah dikenal oleh masyarakat luas sejak tahun 1970-an dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu produk olahan susu di Indonesia yang berkembang pesat

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

BAB I PENDAHULUAN ,5 ribu US$ (Kemenperin, 2014).

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan salah satu jajanan pasar yang telah lama dikenal oleh

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kacang tolo adalah salah satu jenis kacang-kacangan yang sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BABI PENDAHULUAN. bubur), gula dan bahan penstabil yang dibekukan dalam alat pembeku es krim

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Es krim adalah salah satu makanan kudapan berbahan dasar susu

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

PEMANFAATAN UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas varietas Ayamurasaki) DALAM PEMBUATAN ES KRIM SINBIOTIK SKRIPSI

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN

SIFAT ORGANOLEPTIK, OVERRUN, DAN DAYA TERIMA ES KRIM YANG DIBUAT DARI CAMPURAN SUSU KEDELAI DAN SUSU SAPI DENGAN PERBANDINGAN YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5)

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan suatu produk minuman atau jajanan tradisional yang

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

TINJAUAN PUSTAKA. Tulang adalah subtansi hidup yang dapat diperbaharui yang memiliki

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki taksonomi menurut Rukmana (2003), sebagai berikut: : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

PEMBUATAN ES KRIM SIRSAK (Annona muricata L.) dan ANALISA EKONOMI PRODUKNYA

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Gelatin memiliki sifat yang khas, yaitu berubah secara reversible dari bentuk sol

I PENDAHULUAN. protein berkisar antara 20% sampai 30%. Kacang-kacangan selain sumber protein

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PEMBUATAN ES KRIM UBI JALAR (Ipomea HOMOGENIZER

BABI PE:NDAHULUAN. Nenas merupakan buah klimakterik dan salah satu buah tropis yang

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

PEMANFAATAN KEDELAI (Glycine soja) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN ES KRIM MENGGUNAKAN ALAT HOMOGENIZER

untuk diaplikasikan dalam produk jelly, pasta, mayonnaise, es krim atau marshmallow. Gelatin dalam industri pangan bersifat sebagai pembentuk gel

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

PENGOLAHAN ES KRIM KAYA ANTIOKSIDAN DARI SARI BUAH MERAH ( Pandanus Conoideus Lamk )

I PENDAHULUAN. perubahan pola makan yang ternyata berdampak negatif pada meningkatnya

PENDAHULUAN. mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga perlu mendapat perhatian besar

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN ES KRIM TOMAT MENGGUNAKAN ALAT HOMOGENIZER

BAB 1 PENDAHULUAN. 2000, dimana dalam satu tanaman biasanya menghasilkan 1 Kg buah. Dalam satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lemak teremulsi dan udara, dimana sel-sel udara berperan untuk memberikan

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

4. PEMBAHASAN Karaktersitik Fisik Sorbet Liqueur Jahe Merah

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

KECEPATAN MELELEH DAN SIFAT ORGANOLEPTIK ES KRIM BIJI NANGKA

TINJAUAN PUSTAKA. berat kering beras adalah pati. Pati beras terbentuk oleh dua komponen yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kini banyak dikembangkan di Indonesia. Gelato termasuk jenis frozen dairy food

PENDAHULUAN. peningkatan mutu, penggunaan bahan pembentuk rasa dan warna, serta

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan

PENDAHULUAN. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas (2014), sebanyak 40,6%

BAB I PENDAHULUAN. baik di daerah tropis salah satunya yaitu tanaman munggur. Tanaman ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN KUALITAS UMBI UBI JALAR SEBAGAI SUBSTITUSI SUSU SKIM DALAM PEMBUATAN ES KRIM

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

bermanfaat bagi kesehatan manusia. Di dalam es krim yoghurt dapat

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BABI PENDAHULUAN. digemari karena rasanya yang lezat, kandungan serat yang tinggi dan kandungan

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (6) Hipotesa dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1960-an ubi jalar telah menyebar hampir di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi tubuh. Menurut Dewanti (1997) bahan-bahan pembuat es krim

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2017 Februari 2017 di

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB III BAHAN DAN METODE

Transkripsi:

I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian 1.1. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu sumber daya alam yang cukup melimpah di Indonesia. Berdasarkan data statistik kelautan dan perikanan Indonesia tahun 2014 mencapai 20,8 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 19,4 juta ton. Produksi ikan patin pada kuhususnya mencapai 147.888 ton pada tahun 2010, capaian produksi ikan patin nasional terus meningkat sehingga pada tahun 2011 produksi ikan patin sebesar 229.267 ton, tahun 2012 sebesar 347.000 ton dan meningkat secara signifikan pada tahun 2013 yaitu sebesar 972.778 ton. Peningkatan capaian ikan patin pada tahun 2010 sampai dengan 2013 tidak diikuti perkembangan pada tahun 2014, karena pada tahun 2014 produksi ikan patin menurun menjadi 418.002 ton (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2015). Ikan patin yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis Pangasius hypotalamus. Ikan patin (Pangasius hypotalamus) merupakan jenis ikan tawar yang saat ini banyak dibudidayakan, misalnya di Sumatera dan Kalimantan. Ikan patin dikenal sebagai komoditas yang berprospek cerah, rasa dagingnya yang lezat membuat banyak kalangan pengusaha perikanan yang tertarik akan budidaya ikan ini (Susanto dan Amri 1997 dalam Asni 2004). Industri pengolahan ikan patin menghasilkan limbah berupa tulang, kepala, isi perut, sisik, kulit dan air sisa pencucian. Umumnya limbah hasil olahan ini

langsung dibuang atau dikubur di dalam tanah karena belum ada usaha pemanfaatan limbah di kalangan industri pengolahan ikan patin secara komersial. Prioritas utama pemanfaatan limbah ikan ini untuk pangan manusia, pakan ternak dan ikan serta untuk tujuan non pangan (Asni,2004). Apabila limbah ini tidak segera ditangani, maka tidak tertutup kemungkinan akan menyebabkan terjadinya pembusukan sehingga dapat menimbulkan bau serta pencemaran lingkungan yang cukup serius. Limbah ini nilainya sangat rendah namun jika dimanfaatkan secara optimal akan memberikan nilai tambah yang cukup berarti. Limbah ikan patin dapat diolah sebagai bahan pangan, tepung ikan, bahan untuk farmasi atau pupuk (Suryaningrum, 2008). Nurilmala (2004) menyatakan bahwa dalam penelitian pendahuluannya diperoleh bahwa bagian ikan patin terdiri dari daging sebesar 54,20%, tulang sebesar 12,44%, kulit sebesar 4,46%, kepala sebesar 20,59%, isi perut sebesar 5,53% dan ekor sebesar 2,79%. Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan air tawar yaitu ikan patin spesies Pangasius hypotalamus yang dimanfaatkan tulangnya. Ikan patin dipilih karena Haris (2008) menyatakan bahwa dalam pengujian proksimat terhadap beberapa jenis gelatin diantaranya gelatin komersil (gelatin dari tulang dan kulit sapi) diperoleh hasil kadar protein tertinggi terdapat pada gelatin ikan patin yaitu sebesar 85,92% lebih tinggi dibanding gelatin komersil dan gelatin dari ikan nila yaitu berturut-turut 80,5% dan 84,85%. Gelatin dari tulang ikan merupakan usaha pemanfaatan limbah pengolahan ikan. Selama ini tulang ikan sebagai limbah belum termanfaatkan secara optimal,

yaitu hanya digunakan untuk bahan pembuatan pakan atau pupuk sehingga nilai ekonomisnya sangat kecil. Selain itu, pemanfaatan tulang ikan sebagai bahan baku gelatin merupakan pengolahan bersih (cleaner production) dari pengolahan ikan. Produksi bersih merupakan konsep pengolahan untuk mengurangi dampak terhadap pencemaran lingkungan (Hariyanto, 2010). Tulang ikan mengandung kolagen. Kolagen merupakan protein berbentuk serat yang terdapat pada jaringan pengikat. Apabila kolagen didihkan di dalam air, akan mengalami transformasi menjadi gelatin (Lehninger, 1982 dalam Nurilmala, 2004). Kandungan kolagen pada tulang ikan keras (teleostei) seperti patin berkisar 15-17%, sedangkan pada tulang ikan rawan (elasmobranch) berkisar 22-24% (Purwadi 1999 dalam Nurilmala, 2004). Gelatin merupakan protein konversi serat kolagen yang ada pada kulit, tulang, tulang rawan, dan bagian tubuh berkolagen lainnya. Gelatin merupakan produk utama dari pemecahan kolagen dengan pemanasan yang dikombinasikan dengan perlakuan asam atau alkali (Bennion, 1980 dalam Nurilmala, 2004). Gelatin yang diperoleh dari bahan baku ikan biasanya diproses dengan perendaman dalam larutan asam. Proses asam memerlukan waktu yang relatif lebih singkat dibandingkan dengan proses basa / alkali (Wiyono, 2001 dalam Nurilmala, 2004). Bagi industri pangan dan non pangan gelatin merupakan bahan yang tidak asing lagi. Kebutuhan gelatin dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Penggunaan gelatin yang beragam tidak diimbangi dengan tumbuhnya produksi gelatin dalam negeri sehingga masih impor. Pada tahun 2000 Indonesia

mengimpor sebanyak 3.092 ton dari Amerika Serikat, Perancis, Jerman, Brasil, Korea, Cina dan Jepang padahal pada tahun 1995 hanya mengimpor 1169 ton, dengan kenaikan seperti itu diperkirakan Indonesia dalam mengimpor gelatin akan meningkat (Nurilmala, 2004). Data dari Gelatin Manufacturers of Europe (GME) menunjukan bahwa produksi gelatin dunia pada tahun 2002-2005 mengalami kenaikan 272.500 ton menjadi 306.800 ton. Gelatin yang diproduksi berasal dari babi dan sapi (termasuk kulit dan tulang), sebagian orang khawatir mengkonsumsi bahan yang berasal dari limbah sapi karena adanya penyakit sapi gila (mad cow disease) serta penyakit kulit dan kuku (foot and mouth disease). Sebagian masyarakat tidak dapat mengkonsumsi bahan yang berasal dari babi karena kepercayaan yang mereka anut. Penggunaan gelatin babi merupakan penghambat utama bagi pengembangan produk-produk pangan di negara-negara yang penduduknya mayoritas beragama islam seperti halnya Indonesia (Astawan, 2002). Mencegah kekhawatiran tersebut, maka diperlukan bahan baku alternatif lain yang melimpah, murah dan halal. Salah satu alternatif yang dapat digunakan yaitu gelatin dari ikan. Gelatin merupakan salah satu bahan yang semakin luas penggunaannya, baik untuk produk pangan maupun produk non pangan. Bagi industri pangan ataupun industri non-pangan, gelatin merupakan bahan yang tidak asing, hal ini terkait dengan manfaatnya antara lain sebagai bahan penstabil, pembentuk gel, pengikat, pengental, pengemulsi, perekat, pembungkus makanan (Haris, 2008).

Produk pangan yang menggunakan bahan penstabil adalah es krim dan bahan penstabil yang sering umum digunakan untuk produk es krim adalah gelatin (Eckless, 1984 dalam syahrul 2005). Pada penelitian ini, pembuatan es krim ubi jalar ungu akan menggunakan bahan penstabil gelatin yang dibuat dari tulang ikan patin. Pembuatan es krim dengan penambahan gelatin kering dilarutkan dalam susu yang dipanaskan. Kemampuan bahan pesntabil untuk mengikat air menyebabkan molekul air terperangkap dalam struktur gel yang dibentuk oleh penstabil. Namun bahan penstabil mempunyai kemampuan menyerap air dan tidak semua air dapat terserap oleh bahan penstabil, sehingga gelatin yang secara langsung dilarutkan dalam bahan pembuatan es krim akan mengikat air lebih maksimal (Zahro, 2015). Ubi jalar ungu potensial dimanfaatkan sebagai bahan pangan fungsional karena memiliki antosianin, pigmen yang menyebabkan daging umbi berwarna ungu, yang mempunyai aktivitas antioksidan. Keberadaan senyawa fenol selain antosianin juga penting karena bersinergi dengan antosianin dalam menentukan aktivitas antioksidan ubi jalar. Hasil pengujian ekstrak delapan jenis ubi jalar ungu yang bervariasi intensitasnya, menunjukan bahwa antosianin dan senyawa fenol berkolerasi positif dengan aktivitas antioksidan. Kandungan serat pangan yang bermanfaat untuk pencernaan dan indeks glikemiknya yang rendah sampai medium, juga meruupakan nilai tambah ubi jalar sebagai pangan fungsional (Ginting, 2011 dalam Hamidah, 2017).

Reifa (2005) dalam Hamidah (2017) menyatakan ubi jalar merupakan tanaman yang sangat familiar bagi rakyat Indonesia, banyak ditemukan di pasar dengan harga relatif murah. Kita mengenal ada beberapa jenis ubi jalar. Jenis yang paling umum adalah ubi jalar putih, merah, ungu, kuning dan jingga. Kelebihan dari ubi jalar yang berwarna yaitu mengandung antioksidan yang juat untuk menetralisir keganasan radikal bebas penyebab penuaan dini dan pencetus penyakit degeneratif seperti kanker dan jantung. Zat gizi lain yang terdapat dalam ubi jalar adalah energi, Vitamin C, Vitamin B 6 (piridoksin) yang berperan penting dalam kekebalan tubuh. Kandungan mineralnya dalam ubi jalar seperti fosfor, kalsium, mangan, zat besi dan serat yang larut untuk menyerap kelebihan lemak/kolesterol dalam darah (Apriyanti, 2010). Tingginya gizi dan sifat fungsional ubi jalar ungu bagi tubuh tidak setinggi preferensi masyarakat terhadap bahan pangan ini. Padahal di negara-negara maju seperti Jepang, ubi jalar ungu menjadi bahan makanan favorit dan telah diolah menjadi berbagai macam bentuk bahan makanan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemanfaatan yang bisa meningkatkan minat masyarakat terhadap ubi jalar. Salah satunya dengan mengolah ubi jalar ungu menjadi es krim yang diminati oleh semua lapisan masyarakat (Setiawan, 2009). Ubi jalar ungu yang digunakan dalam pembuatan es krim merupakan varietas Ayamurasaki. Varietas Ayamurasaki dalam Ginting et al. (2006) merupakan varietas ubi jalar ungu yang mulai banyak ditanam petani di daerah Malang dan digunakan sebagai pembanding dalam program pemuliaan ubi jalar

ungu. Kandungan antosianinnya cukup tinggi (292 mg/100g bb) dengan potensi hasil 15-20 ton/ha. Es krim merupakan salah satu jenis makanan yang sangat disukai oleh konsumen segala usia dari anak-anak hingga dewasa. Konsumsi es krim saat ini meningkat dari waktu ke waktu ditandai dengan makin meningkatnya varian dan jumlah es krim di pasaran. Konsumsi es krim di Indonesia berkisar 0,5 liter/orang/tahun dan diperkirakan makin meningkat seiring dengan memasyarakatnya es krim (Ulya, 2014). Istilah es krim secara umum digunakan untuk menyebut makanan beku yang dibuat dari adonan atau campuran produk susu (lemak, pewarna dan stabilizer, dengan atau tanpa telur, buah, kacang-kacangan dan selalu susu serta padatan susu bukan lemak) pada persentase tertentu bersama gula, perisa, dibuat lembut dengan cara pengembangan dan pengadukan selama proses pembekuan (Arbuckle, 1986). Menurut SNI 01-3713-1995, es krim adalah sejenis makanan semi padat yang dibuat dengan cara pembekuan tepung es krim atau campuran susu, lemak hewani maupun nabati, gula dan dengan atau tanpa bahan makanan lain yang diizinkan. Es krim merupakan produk olahan susu yang dibuat dengan cara membekukan dan mencampur krim yang disebut ice cream mix (ICM), dengan pencampuran bahan yang tepat dan pengolahan yang benar maka dapat dihasilkan es krim dengan kualitas baik (Susilorini, 2006). Skim bubuk adalah bagian susu yang tertinggal setelah diambil krim atau kepala susunya. Susu skim sering disebut sebagai susu tanpa lemak atau susu

bebas lemak. Menurut Masdiana Padaga (2005) dalam Aliyah (2010), penambahan skim bubuk berfungsi meningkatkan kandungan padatan pada es krim sehingga lebih kental dan sebagai sumber protein yang penting sehingga dapat meningkatkan nilai nutrisi es krim. Pada proses pembuatan es krim protein berfungsi menstabilkan emulsi lemak setelah proses homogenisasi, menambah cita rasa, membantu pembuihan, meningkatkan dan menstabilkan daya ikat air yang berpengaruh pada kekentalan es krim dan menghasilkan tekstur es krim yang lembut. 1.2.Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh konsentrasi gelatin dari tulang ikan patin terhadap karakteristik es krim ubi jalar ungu? 2. Bagaimana pengaruh konsentrasi susu skim terhadap karakteristik es krim ubi jalar ungu? 3. Bagaimana pengaruh interaksi antara konsentrasi gelatin tulang ikan patin dan konsentrasi susu skim terhadap karakteristik es krim ubi jalar ungu? 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk membuat produk es krim ubi jalar ungu dengan menggunakan gelatin tulang ikan patin sebagai bahan penstabil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan konsentrasi gelatin tulang ikan patin dan susu skim pada pembuatan es krim ubi jalar ungu. 1.4.Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Meningkatkan nilai guna dari tulang ikan. 2. Memanfaatkan tulang ikan patin untuk suatu produk. 3. Memperkaya jenis produk olahan ubi jalar ungu. 4. Diversifikasi pangan olahan ubi jalar ungu. 1.5.Kerangka Pemikiran Zaitev (1969) dalam Nurilmala (2004) menyatakan bahwa umumnya bagian ikan yang tidak dimakan dapat mencapai 37,9%. Secara rasional bagianbagian yang tidak dapat dimakan dari tubuh ikan adalah bagian kepala sekitar 10-12%, bagian tulang sekitar 11,7%, sirip sekitar 3,4%, kulit 4,0%, duri 2,0%, sebagian isi perut 4,8%. Bagian-bagian ini disebut juga sebagai limbah yang masih mempunyai bagian-bagian yang bernilai tinggi diantaranya adalah bagian kulit, gelembung renang, duri dan tulang yang mengandung kolagen, kalsium, fosfat dan bahan nitrogen. Hadiwiyoto (1983) menyatakan bahwa asam yang biasa digunakan dalam proses demineralisasi adalah asam klorida (HCl) dengan konsentrasi 4-7%. Perendaman dilakukan pada wadah tahan asam selama beberapa hari sampai empat minggu tergantung pada sifat bahan baku, suhu dan konsentrasi asam. Konsentrasi HCl 5% akan menghasilkan laju hidrolisis protein yang minimal (Hinterwaldner, 1977 dalam Nurilmala, 2004). Nurilmala (2004), berhasil membuat gelatin tipe A dari tulang ikan patin. Berdasarkan hasil penelitian, dibuat perlakuan perendaman ph 0,17 ; 0,37 ; 0,57

dengan waktu ekstraksi 5 dan 7 jam dan suhu ekstraksi adalah 70, 80 dan 90 C. Diperoleh perlakuan yang terbaik adalah perendaman HCl ph 0,37 suhu ekstraksi 90 C dan lama ekstraksi 7 jam, karena perlakuan ini menghasilkan rendemen tertinggi 15,38%. Damayanti (2007), melakukan penelitian tentang aplikasi gelatin dari tulang ikan patin pada pembuatan permen jelly. Penelitian pendahuluan yang dilakukan yaitu pembuatan gelatin dari tulang ikan patin berdasarkan modifikasi dari metode nurilmala (2004). Modifikasi yang dilakukan yaitu pada saat proses demineralisasi menggunakan larutan HCl konsentrasi 5% dan untuk suhu dan waktu ekstraksi menggunakan perlakuan terbaik penelitian Nurilmala (2014) yaitu pada suhu 90 C dan lama ekstraksi 7 jam. Hasil uji karakteristik fisika kimia terhadap gelatin tulang ikan patin yang diperoleh adalah rendemen gelatin 12,65%, viskositas 6,28 cp. Kekuatan gel 203,67 bloom, kadar lemak 1,83% dan kadar protein 87,89%. Rahayu (2015) melakukan penelitian waktu ekstraksi terhadap rendemen gelatin dari tulang nila merah. Proses perendaman tulang menggunakan HCl dengan konsentrasi 5% selama 36 jam. Pada proses ekstraksi dilakukan pada suhu 55 C selama variaso waktu 1,5 ; 3 ; 5 ; 7 ; 9 jam. Hasil penelitian ini didapatkan rendemen terbanyak yaitu sebesar 11,69% yang dilakukan pada waktu ekstraksi 5 jam. Astawan (2003) melakukan penelitian metode pengeringan terhadap gelatin dari kulit cucut. Metode pengeringan gelatin yang digunakan yaitu menggunakan freeze dryer dan pengering vakum. Rendemen yang diperoleh

dengan metode freeze dryer sebesar 6,9% dan rendemen yang diperoleh dengan metode pengeringan vakum sebesar 8,9%. Mawaddah (2013) melakukan penelitian mengenai karakterisasi gelatin kulit ikan kurisi dan aplikasinya sebagai pengemulsi dan penstabil dalam es krim. Proses ekstraksi gelatin kulit ikan kurisi menggunakan tiga variasi suhu 60, 80 dan 95 C. berdasarkan hasil penelitian, gelatin kulit ikan kurisi yang diekstraksi pada suhu 80 C menunjukan kekuatan gel yang paling baik diantara dua suhu lainnya dan menunjukan hasil yang lebih tinggi dan berbeda nyata dengan gelatin sapi komersial. Gelatin kulit ikan kurisi yang diekstrak pada suhu 80 C diaplikasikan dalam es krim. Hasil uji T antara gelatin kulit ikan kurisi suhu ekstraksi 80 C dengan es krim gelatin sapi komersial untuk parameter overrun dan uji sensoris tidak berbeda nyata. Waktu leleh pada gelatin kulit ikan kurisi menunjukkan hasil yang lebih rendah dan berbeda nyata dengan gelatinsapi komersial. Es krim merupakan salah satu makanan yang bergizi tinggi. Nilai gizi es krim sangat tergantung pada komposisi kandungan gizi yang terdapat dalam bahan baku yang digunakan dalam pembuatan es krim. Es krim merupakan produk pangan yang biasanya dibuat dari hasil olahan susu. Es krim juga dapat dibuat dengan menggunakan bahan lain seperti umbi-umbian yaitu ubi jalar ungu sebagai pengganti susu sapi. Kualitas karakteristik produk es krim ditentukan oleh warna, aroma, tekstur, rasa, kecepatan pelelehan, overrun (pembentukan unit kristal es dan pengikatan udara sehingga volume adonan es krim mengembang) (Padaga, 2006).

Bahan penstabil yang biasa digunakan untuk membuat es krim adalah gelatin, CMC, agar-agar, guar gum dan pektin dengan konsentrasi 0,0-0,5%. Bahan penstabil mempunyai daya ikatan air yang tinggi, sehingga efektif dalam pembentukan tekstur halus yang memperbaiki struktur produk es krim (Arbuckle, 1986). Bahan penstabil bekerja dengan menurunkan tegangan permukaan melalui pembentukan lapisan pelindung yang menyelimuti globula fase terdispersi, sehingga senyawa tidak larut akan lebih terdispersi dan lebih stabil (Fennema, 1985). Zahro (2015) melakukan penelitian mengenai pengaruh penambahan sari anggur dan penstabil terhadap karakteristik fisik, kimia, dan organoleptik eskrim. Penambahan sari anggur 60, 80, dan 100 % (v/v) dan penstabil gelatin dengan konsentrasi 0,20 %, 0,40%, dan 0,6% (b/v). Perlakuan terbaik secara fisik kimia diperoleh dari eskrim dengan penambahan 100% sari anggur dan penambahan 0.40% penstabil gelatin dengan ph 4.69 (asam), kadar lemak 5,49%, total padatan 23,18%, overrun 42.18% dan kecepatan leleh 0.77 g/menit, sedangkan perlakuan terbaik secara organoleptik diperoleh dari eskrim dengan penambahan 80% sari anggur dan penambahan 0,40% gelatin dengan skor kesukaan terhadap rasa 5.16 (suka) dan skor kesukaan terhadap tekstur 5.52 (suka). Arbuckle (1996) menyatakan bahwa bahan penstabil berfungsi untuk memperbaiki kelembutan body, mencegah pembentukan kristal es, memberikan keseragaman produk, memberikan ketahanan untuk meleleh atau mencair dan memperbaiki sifat produk.

Nurul (2005) menyatakan bahwa es krim vanilla yang menggunakan jenis penstabil gelatin komersial 0,5% menghasilkan tekstur yang halus dan rasa yang sangat manis, sehingga paling banyak disukai panelis. Komponen susu skim pada pembuatan es krim menurut Effendy (2006), adalah sebagai pembentuk tekstur. kadar susu skim dalam es krim adalah antara 8-16%. Menurut Marshall (2000) susu skim merupakan bahan padatan bukan lemak yang mengandung protein, laktosa, vitamin dan mineral. Dalam penelitian Hamidah (2017) konsentrasi susu skim pada pembuatan es krim yang memiliki daya terima berdasarkan uji organoleptik yaitu dengan konsentrasi 20%, 25%, dan 30%. Pathonah (2008) menyatakan bahwa pengaruh konsentrasi susu skim berbeda nyata terhadap waktu pelelehan, dimana semakin tinggi konsentrasi susu skim maka waktu pelelehan pun semakin lama. Hal ini disebabkan karena susu skim mengandung protein yang berperan untuk mencegah body yang lemah dan resistensi pelelehan. 1.6.Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka diperoleh hipotesis bahwa konsentrasi gelatin tulang ikan patin dan konsentrasi susu skim serta interaksinya berpengaruh terhadap karakteristik es krim ubi jalar ungu. 1.7.Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan, Universitas Pasundan, Jl. Dr. Setiabudhi No.193, Bandung. Waktu Penelitian dimulai pada bulan Juli 2017 sampai dengan selesai.