R194. Rekomendasi mengenai Daftar Penyakit Akibat Kerja dan Rekaman serta Notifikasi Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (Revisi 2010)

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1993 TENTANG PENYAKIT YANG TIMBUL KARENA HUBUNGAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPPRES 22/1993, PENYAKIT YANG TIMBUL KARENA HUBUNGAN KERJA PENYAKIT YANG TIMBUL KARENA HUBUNGAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Keputusan Presiden No. 22 Tahun 1993 Tentang : Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR : PER.01/MEN/1981 TENTANG KEWAJIBAN MELAPOR PENYAKIT AKIBAT KERJA

PENTINGNYA IMPLEMENTASI K3 (KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA) DALAM PERUSAHAAN

PERATURAN KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA (K3)

PENYAKIT AKIBAT KERJA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT DI PROVINSI JAWA TENGAH

Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Di dalam berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

R121. Rekomendasi Jaminan Kecelakaan Kerja, 1964 (No. 121)

PENYAKIT AKIBAT KERJA DAN PENCEGAHAN

Penyakit Akibat Kerja Kuliah 7

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS. Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed)

BAB 5 PENCEMARAN LINGKUNGAN

Minggu VIII PENCEMARAN UDARA

Kesehatan Lingkungan Kerja

K176. Tahun 1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan di Tambang

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang International Labour Organization (ILO), pada tahun 2008 memperkirakan

K 173 KONVENSI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992

2 1. Kesehatan Lingkungan adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkun

CEGAH KANTOR MENJADI LADANG PENYAKIT, KENALI KONDISI PEKERJAAN ANDA

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan

Pengertian Bahan Kimia Berbahaya dan Beracun Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif terhadap

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di daerah yang memiliki banyak kegiatan konstruksi dan manufaktur, yaitu:

Material Safety Data Sheet. : Resin Pinus Oleo

PRAKIRAAN DAMPAK KEGIATAN TERHADAP KESMAS

K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177)

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja terdapat berbagai potensi bahaya yang dapat

Dasar Manajemen Lingkungan

Peraturan Pemerintah RI No. 20 tahun 1990, tanggal 5 Juni 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air

SIMBOL BAHAYA DAN KLASIFIKASI BAHAN- BAHAN KIMIA MENURUT EROPA (EUROPEAN ECONOMIC COMMUNITY-EEC)

Waspada Keracunan. Akibat Kandungan Logam Berat pada Kosmetik

K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 3. MELAKUKAN PENGAMATANLatihan Soal 3.2

R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958

K187. Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi dan industri berdampak pula pada kesehatan.

Nama : Irritant. Lambang : Xi. Contoh : NaOH, C 6 H 5 OH, Cl 2. Nama : Harmful. Lambang : Xn

R197 REKOMENDASI MENGENAI KERANGKA PROMOTIONAL UNTUK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PENCEGAHAN KERACUNAN SECARA UMUM

PLENO SKENARIO 5. Blok Community Medicine Oleh : Kelompok Tutorial 7

Kimia Lingkungan (M. Situmorang) Halaman i

AlCl₃ (Aluminium Klorida) Ishmar Balda Fauzan ( ) Widya Fiqra ( ) Yulia Endah Permata ( )

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

Material Safety Data Sheet

PENDAHULUAN. 1 (5 September 2006)

PENYAKIT AKIBAT KERJA YANG SERING TERABAIKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGESAHAN MINAMATA CONVENTION ON MERCURY (KONVENSI MINAMATA MENGENAI MERKURI)

Armaidi Darmawan, dr. M.Epid Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas/Keluarga PSPD Unja PAK/PSPS UNJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya sehari-hari. Pada lingkungan yang kadar logam beratnya cukup

BAHAN PENCEMAR DARI BAHAN KIMIAWI

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

Ag2SO4 SIFAT FISIKA. Warna dan bentuk: serbuk putih BM: Titik leleh (derajat C) : tidak ada. Titik didih: 1085 C. Tekanan uap: tidak berlaku

PENCEMARAN LINGKUNGAN

Air mineral alami SNI 6242:2015

PENYAKIT AKIBAT KERJA BAHAN KIMIA

Pokok Bahasan : Pendekatan ekologi terhadap sumberdaya udara Sub Pokok Bahasan : a. Polusi udara

BAB I PENDAHULUAN. mengimpor dari luar negeri. Hal ini berujung pada upaya-upaya peningkatan

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 Tahun 2009 tentang

K 95 KONVENSI PERLINDUNGAN UPAH, 1949

Pasal 76 berisi larangan untuk mempekerjakan pekerja/buruh perempuan yang berumur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesawat, alat kerja, bahan dan pengolahannya, landasan tempat kerja dan

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.5

GUBERNUR JAWA TIMUR, 4. Peraturan Pemerintah Nomor 93 Tahun 1999 tentang Perusahaan Umum Jasa Tirta I ;

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

Jenis Bahaya Dan Cara Penanganan Kecelakaan Yang Terjadi Laboratorium Biologi

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

R-90 REKOMENDASI PENGUPAHAN SETARA, 1951

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu. ada pengaruhnya terhadap kesehatan tersebut.

Pengertian Rokok dan Bahaya Merokok bagi Kesehatan Manusia

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh dunia telah mendorong lahirnya era industrialisasi. Dalam

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai daerah penghasilan furniture dari bahan baku kayu. Loebis dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

R-166 REKOMENDASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran serta polusi. Pada tahun 2013 industri tekstil di Indonesia menduduki

Perlakuan dan pembuangan limbah kimia dari pekerjaan laboratorium sehari-hari

MAKALAH PENYAKIT AKIBAT KERJA (PAK) January 31, 2013 //

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH BERUPA LABORATORIUM

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

HEMATOLOGIC AND CARDIOVASCULAR DISORDERS. By :dr.hj.fauziah Elytha M.Sc

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai suatu keadaan

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Transkripsi:

R194 Rekomendasi mengenai Daftar Penyakit Akibat Kerja dan Rekaman serta Notifikasi Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja (Revisi 2010)

2 R194 - Rekomendasi mengenai Daftar Penyakit Akibat Kerja dan Rekaman serta Notifikasi Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja

R194 Rekomendasi mengenai Daftar Penyakit Akibat Kerja dan Rekaman serta Notifikasi Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja Konferensi Umum Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), Telah diselenggarakan di Jenewa oleh Dewan Pimpinan Kantor Perburuhan Internasional (ILO), dan telah bertemu dalam sesi ke-90 pada tanggal 3 Juni 2002, dan Memperhatikan ketentuan-ketentuan Konvensi dan Rekomendasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 1981, dan Konvensi dan Rekomendasi Pelayanan Kesehatan Kerja, 1985, dan Memperhatikan juga daftar penyakit akibat kerja sebagaimana telah diubah pada tahun 1980 ditambahkan ke Konvensi Manfaat Kecelakaan Kerja, 1964, dan Dengan memperhatikan kebutuhan untuk memperkuat identifikasi, pencatatan dan prosedur pemberitahuan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, dengan tujuan untuk mengidentifikasi penyebabnya, menetapkan tindakan pencegahan, mempromosikan harmonisasi sistem pencatatan dan pemberitahuan, dan memperbaiki proses kompensasi dalam kasus kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, dan Menimbang perlunya prosedur yang disederhanakan untuk memperbarui daftar penyakit akibat kerja, dan Setelah memutuskan untuk mengadopsi beberapa proposal sehubungan dengan pencatatan dan pemberitahuan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, dan untuk meninjau dan memperbarui daftar penyakit akibat kerja secara reguler, yang merupakan item kelima dalam agenda sesi, dan Setelah menentukan bahwa proposal ini harus berbentuk Rekomendasi; 3

R194 - Rekomendasi mengenai Daftar Penyakit Akibat Kerja dan Rekaman serta Notifikasi Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja mengadopsi pada tanggal dua puluh bulan Juni tahun dua ribu dua rekomendasi berikut, yang dapat disebut sebagai Daftar Rekomendasi Penyakit Kerja, 2002. 1. Dalam pendirian, peninjauan dan penerapan sistem untuk catatan dan notifikasi kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pejabat yang berwenang harus mempertimbangkan Kode Etik 1996 tentang pencatatan dan pemberitahuan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, dan kode praktik atau panduan lain yang berkaitan dengan masalah ini yang disetujui di masa depan oleh Organisasi Perburuhan Internasional (ILO). 2. Daftar penyakit akibat kerja nasional untuk tujuan pencegahan, pencatatan, notifikasi dan, jika ada, kompensasi harus ditetapkan oleh otoritas yang berwenang, melalui konsultasi dengan organisasi pengusaha dan pekerja yang paling representatif, dengan metode yang sesuai dengan kondisi dan praktik nasional, dan secara bertahap sebagaimana perlu. daftar ini harus: a) Untuk tujuan pencegahan, pencatatan, notifikasi dan kompensasi terdiri dari paling tidak atas penyakit yang disebutkan pada Jadwal I Konvensi Manfaat Kecelakaan Kerja, 1964, sebagaimana telah diubah pada tahun 1980; b) Terdiri dari, sejauh memungkinkan, penyakit lain yang terdapat dalam daftar penyakit akibat kerja yang dicakup dalam Rekomendasi ini; dan c) Terdiri dari, sejauh memungkinkan, bagian yang berjudul Penyakit yang Diduga Akibat Kerja. 3. Daftar yang dilampirkan pada Rekomendasi ini harus ditinjau dan diperbarui secara berkala melalui pertemuan tripartit para ahli yang diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Kantor Perburuhan Internasional (ILO). Setiap daftar baru yang dibuat harus diserahkan ke Dewan Pimpinan untuk mendapatkan persetujuannya, dan setelah disetujui akan menggantikan daftar sebelumnya dan harus dikomunikasikan kepada Anggota Organisasi Perburuhan Internasional (ILO). 4. Daftar nasional untuk penyakit akibat kerja harus ditinjau dan diperbarui dengan memperhatikan daftar paling mutakhir yang ditetapkan sesuai dengan paragraf 3 di atas. 4

5. Setiap anggota harus mengomunikasikan daftar penyakit kerja nasionalnya ke Kantor Perburuhan Internasional (ILO) segera setelah dibuat atau direvisi, dengan maksud untuk memfasilitasi tinjauan reguler dan pemutakhiran daftar penyakit akibat kerja yang dicakup dalam Rekomendasi ini. 6. Setiap anggota harus memberikan statistik komprehensif setiap tahun kepada Kantor ILO tentang kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan, jika sesuai, kejadian berbahaya dan kecelakaan di perjalanan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertukaran informasi internasional dan perbandingan statistik-statistik ini. LAMPIRAN Daftar Penyakit Akibat Kerja (Revisi 2010) 1. Penyakit kerja disebabkan oleh paparan bahan yang timbul dari aktivitas kerja 1.1. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia 1.1.1. Penyakit yang disebabkan oleh berilium atau 1.1.2. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau 1.1.3. Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau 1.1.4. Penyakit yang disebabkan oleh kromium atau 1.1.5. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau 1.1.6. Penyakit yang disebabkan oleh arsenik atau 1.1.7. Penyakit yang disebabkan oleh merkuri atau 5

R194 - Rekomendasi mengenai Daftar Penyakit Akibat Kerja dan Rekaman serta Notifikasi Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja 1.1.8. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau 1.1.9. Penyakit yang disebabkan oleh fluor atau 1.1.10. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida. 1.1.11. Penyakit yang disebabkan oleh turunan halogen dari hidrokarbon alifatik atau aromatik. 1.1.12. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya. 1.1.13. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amino dari benzena atau homolognya. 1.1.14. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya. 1.1.15. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton. 1.1.16. Penyakit yang disebabkan oleh asphyxiants seperti karbon monoksida, hidrogen sulfida, hidrogen sianida atau turunannya. 1.1.17. Penyakit akibat akrilonitril. 1.1.18. Penyakit yang disebabkan oleh oksida nitrogen. 1.1.19. Penyakit yang disebabkan oleh vanadium atau 1.1.20. Penyakit yang disebabkan oleh antimon atau 1.1.21. Penyakit yang disebabkan oleh heksana. 1.1.22. Penyakit yang disebabkan oleh asam mineral. 1.1.23. Penyakit yang disebabkan oleh bahan obatobatan/farmasi. 1.1.24. Penyakit yang disebabkan oleh nikel atau 1.1.25. Penyakit yang disebabkan oleh thallium atau 1.1.26. Penyakit yang disebabkan oleh osmium atau 6

1.1.27. Penyakit yang disebabkan oleh selenium atau 1.1.28. Penyakit yang disebabkan oleh tembaga atau 1.1.29. Penyakit yang disebabkan oleh platinum atau 1.1.30. Penyakit yang disebabkan oleh timah atau 1.1.31. Penyakit yang disebabkan oleh seng atau 1.1.32. Penyakit yang disebabkan oleh phosgene. 1.1.33. Penyakit yang disebabkan oleh iritan kornea seperti benzoquinone. 1.1.34. Penyakit yang disebabkan oleh amonia. 1.1.35. Penyakit yang disebabkan oleh isosianat. 1.1.36. Penyakit yang disebabkan oleh pestisida. 1.1.37. Penyakit yang disebabkan oleh sulfur oksida. 1.1.38. Penyakit yang disebabkan oleh pelarut organik. 1.1.39. Penyakit yang disebabkan oleh produk lateks atau produk yang mengandung lateks. 1.1.40. Penyakit yang disebabkan oleh klorin. 1.1.41. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lain di tempat kerja yang tidak disebutkan dalam item sebelumnya di mana hubungan langsung dibuat secara ilmiah, atau ditentukan oleh metode yang sesuai dengan kondisi dan praktik nasional, antara paparan bahan kimia ini yang timbul dari aktivitas kerja dan penyakit yang diderita oleh pekerja. 1.2. Penyakit yang disebabkan oleh agen fisika 1.2.1. Gangguan pendengaran disebabkan oleh kebisingan. 1.2.2. Penyakit yang disebabkan oleh getaran (gangguan otot, tendon, tulang, persendian, pembuluh darah perifer atau saraf perifer). 7

R194 - Rekomendasi mengenai Daftar Penyakit Akibat Kerja dan Rekaman serta Notifikasi Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja 1.2.3. Penyakit yang disebabkan oleh udara terkompresi atau dekompresi. 1.2.4. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi ionisasi. 1.2.5. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi optik (ultraviolet, cahaya tampak, inframerah) termasuk laser. 1.2.6. Penyakit yang disebabkan oleh paparan suhu ekstrem. 1.2.7. Penyakit yang disebabkan oleh agen fisik lainnya di tempat kerja yang tidak disebutkan dalam item sebelumnya di mana hubungan langsung dibuat secara ilmiah, atau ditentukan oleh metode yang sesuai dengan kondisi dan praktik nasional, antara paparan terhadap agen fisik yang timbul dari aktivitas kerja dan penyakit yang diderita oleh pekerja. 1.3. Bahan biologis dan penyakit menular atau parasit. 1.3.1. Brucellosis. 1.3.2. Virus hepatitis. 1.3.3. Human immunodeficiency virus (HIV). 1.3.4. Tetanus. 1.3.5. Tuberkulosis. 1.3.6. Sindrom toksik atau inflamasi yang terkait dengan kontaminan bakteri atau jamur. 1.3.7. Anthrax. 1.3.8. Leptospirosis. 1.3.9. Penyakit yang disebabkan oleh bahan biologis lain di tempat kerja yang tidak disebutkan dalam item sebelumnya di mana hubungan langsung terjadi secara ilmiah, atau ditentukan oleh metode yang sesuai dengan kondisi dan praktik nasional, antara keterpaparan terhadap bahan biologis yang timbul dari aktivitas kerja dan penyakit yang diderita oleh pekerja. 8

2. Penyakit akibat kerja oleh sistem organ target 2.1. Penyakit pernapasan 2.1.1. Pneumoconiosis yang disebabkan oleh debu mineral fibrogenik (silikosis, anthraco-silicosis, asbestosis). 2.1.2. Silicotuberculosis. 2.1.3. Pneumoconiosis disebabkan oleh debu mineral non-fibrogenik. 2.1.4. Siderosis. 2.1.5. Penyakit bronchopulmonary disebabkan oleh debu logam keras. 2.1.6. Penyakit bronchopulmonary disebabkan oleh debu kapas (byssinosis), rami, sisal atau tebu (bagassosis). 2.1.7. Asma disebabkan oleh zat sensitisasi atau iritasi yang melekat pada proses kerja. 2.1.8. Alveolitis alergi ekstrinsik yang disebabkan oleh inhalasi debu organik atau aerosol yang terkontaminasi mikrobiotik, yang timbul dari aktivitas kerja. 2.1.9. Penyakit paru obstruktif kronik yang disebabkan oleh penghirupan debu batubara, debu dari tambang batu, debu kayu, debu dari sereal dan pekerjaan pertanian, debu di kandang binatang, debu dari tekstil, dan debu kertas, timbul dari aktivitas kerja. 2.1.10. Penyakit paru disebabkan oleh aluminium. 2.1.11. Gangguan saluran napas bagian atas disebabkan oleh zat sensitisasi atau iritan yang melekat pada proses kerja. 2.1.12. Penyakit pernapasan lainnya tidak disebutkan dalam item sebelumnya di mana hubungan langsung ditetapkan secara ilmiah, atau ditentukan oleh metode yang sesuai dengan kondisi dan praktik nasional, antara terpaparnya faktor risiko yang timbul dari aktivitas kerja dan penyakit yang diderita oleh pekerja. 9

R194 - Rekomendasi mengenai Daftar Penyakit Akibat Kerja dan Rekaman serta Notifikasi Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja 2.2. Penyakit kulit 2.2.1. Dermatosis kontak alergi dan urtikaria kontak yang disebabkan oleh agen alergen yang diketahui lainnya yang timbul dari aktivitas kerja yang tidak termasuk dalam item lainnya. 2.2.2. Dermatosis kontak iritan disebabkan oleh zat iritasi lain yang diketahui yang timbul dari aktivitas kerja yang tidak termasuk dalam item lainnya 2.2.3. Vitiligo disebabkan oleh agen lain yang dikenali yang timbul dari aktivitas kerja yang tidak termasuk dalam item lainnya. 2.2.4. Penyakit kulit lainnya yang disebabkan oleh agen fisika, kimia atau biologi di tempat kerja tidak termasuk dalam item lain di mana hubungan langsung dibuat secara ilmiah, atau ditentukan oleh metode yang sesuai dengan kondisi dan praktik nasional, antara terpaparnya faktor risiko yang timbul dari aktivitas kerja dan kulit. penyakit yang didapatkan pekerja. 2.3. Gangguan muskuloskeletal 2.3.1. Radial styloid tenosynovitis karena gerakan berulang, pengerahan tenaga dan postur tubuh yang ekstrem. 2.3.2. Tenosinovitis kronis pada tangan dan pergelangan tangan karena gerakan berulang, pengerahan tenaga dan postur tubuh yang ekstrem dari pergelangan tangan. 2.3.3. Bursitis olekranon karena tekanan berkepanjangan pada daerah siku. 2.3.4. Bursitis prepatellar karena berlama-lama tinggal dalam posisi berlutut. 2.3.5. Epikondilitis akibat kerja keras berulang. 2.3.6. Lesi meniscus mengikuti masa kerja yang panjang dengan posisi berlutut atau jongkok. 2.3.7. Sindrom terowongan karpal karena kerja keras berulang dalam waktu yang lama, kerja yang 10

melibatkan getaran, postur tubuh yang ekstrem, atau kombinasi ketiganya. 2.3.8. Kelainan muskuloskeletal lainnya tidak disebutkan dalam item sebelumnya di mana hubungan langsung dibuat secara ilmiah, atau ditentukan oleh metode yang sesuai dengan kondisi dan praktik nasional, antara terpaparnya faktor risiko yang timbul dari aktivitas kerja dan gangguan muskuloskeletal yang diderita oleh pekerja. 2.4. Gangguan mental dan perilaku 2.4.1. Gangguan stres pasca-trauma. 2.4.2. Gangguan mental atau perilaku lainnya tidak disebutkan dalam item sebelumnya di mana hubungan langsung dibuat secara ilmiah, atau ditentukan oleh metode yang sesuai dengan kondisi dan praktik nasional, antara terpaparnya faktor risiko yang timbul dari aktivitas kerja dan gangguan mental dan perilaku yang diderita oleh pekerja. 3. Kanker okupasional (akibat kerja) 3.1. Kanker disebabkan oleh bahan/agen berikut 3.1.1. Asbes. 3.1.2. Benzidin dan garamnya. 3.1.3. Bis-klorometil eter (BCME). 3.1.4. Senyawa kromium VI. 3.1.5. Batu bara, lempeng tar batubara atau jelaga. 3.1.6. Beta-naphthylamine. 3.1.7. Vinyl chloride. 3.1.8. Benzena. 3.1.9. Turunan nitro dan amino beracun dari benzena atau homolognya. 3.1.10. Radiasi pengion/ionisasi. 3.1.11. Tar, pitch, aspal, minyak mineral, antrasena, atau senyawa, produk atau residu zat ini. 11

R194 - Rekomendasi mengenai Daftar Penyakit Akibat Kerja dan Rekaman serta Notifikasi Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja 3.1.12. Emisi oven batubara. 3.1.13. Senyawa nikel. 3.1.14. Debu kayu. 3.1.15. Arsenik dan 3.1.16. Berilium dan senyawanya 3.1.17. Kadmium dan 3.1.18. Erionite. 3.1.19. Etilen oksida. 3.1.20. Virus hepatitis B (HBV) dan virus hepatitis C (HCV). 3.1.21. Kanker yang disebabkan oleh agen/bahan lain di tempat kerja yang tidak disebutkan dalam item sebelumnya di mana hubungan langsung terjadi secara ilmiah, atau ditentukan oleh metode yang sesuai dengan kondisi dan praktik nasional, antara paparan terhadap agen/bahan ini yang timbul dari aktivitas kerja dan kanker yang diderita oleh pekerja. 4. Penyakit lainnya 4.1. Nistagmus penambang. 4.2. Penyakit spesifik lainnya yang disebabkan oleh pekerjaan atau proses yang tidak disebutkan dalam daftar ini di mana hubungan langsung dibuat secara ilmiah, atau ditentukan oleh metode yang sesuai dengan kondisi dan praktik nasional, antara paparan yang timbul dari aktivitas kerja dan penyakit yang diderita oleh pekerja. 12

Daftar Penyakit Akibat Kerja (Revisi 2010) Daftar Rekomendasi Penyakit Akibat Kerja, 2002 (No. 194) mewajibkan daftar penyakit kerja nasional yang mencakup, sejauh memungkinkan, penyakit yang terdapat dalam daftar penyakit akibat kerja yang dilampirkan padanya. Berdasarkan hasil kerja dua pertemuan para ahli, Dewan Pimpinan ILO menyetujui daftar baru penyakit akibat kerja pada tanggal 25 Maret 2010 selama Sesi ke-307. Daftar baru ini menggantikan yang sebelumnya di lampiran Rekomendasi No. 194 yang diadopsi pada tahun 2002. Daftar baru ini mencakup berbagai penyakit kerja yang diakui secara internasional, dari penyakit yang disebabkan oleh agen/bahan kimia, fisika dan biologi hingga penyakit pernapasan dan kulit, gangguan muskuloskeletal dan kanker akibat kerja. Gangguan mental dan perilaku untuk pertama kalinya secara khusus disertakan dalam daftar ILO. Daftar ini juga memiliki item terbuka di semua bagian yang membahas penyakit yang disebutkan di atas. Item terbuka memungkinkan pengenalan penyebab penyakit biasa yang tidak disebutkan dalam daftar jika ada kaitan antara paparan terhadap faktor risiko yang timbul dari aktivitas kerja dan kelainan yang diderita pekerja. Kriteria yang digunakan oleh ahli tripartit untuk menentukan penyakit spesifik apa yang dipertimbangkan dalam daftar yang diperbarui meliputi: ada hubungan kausal dengan bahan, paparan atau proses kerja tertentu; ini terjadi sehubungan dengan lingkungan kerja yang spesifik dan/atau kejadian yang spesifik; mereka terjadi di antara kelompok pekerja yang bersangkutan dengan frekuensi yang melebihi kejadian rata-rata di dalam populasi lainnya; dan ada bukti ilmiah tentang pola penyakit yang jelas berikut pemaparan dan kemungkinan penyebabnya. Daftar baru untuk penyakit akibat kerja ini mencerminkan perkembangan mutakhir dalam identifikasi dan pengakuan atas penyakit akibat kerja di dunia saat ini. Ini menunjukkan dengan jelas di mana pencegahan dan perlindungan harus dilakukan. Daftar ILO ini mewakili konsensus terbaru mengenai penyakit akibat kerja yang diterima secara internasional. Daftar ini dapat menjadi model untuk pembuatan, kajian dan revisi daftar nasional untuk penyakitpenyakit akibat kerja. Populasi pekerja dunia dan keluarga mereka akan mendapatkan keuntungan dari daftar baru ini. 13

R194 - Rekomendasi mengenai Daftar Penyakit Akibat Kerja dan Rekaman serta Notifikasi Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja Program Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Kerja (SafeWork) International Labour Office (ILO) 4, rute des Morillons 1211 Jenewa 22 Swiss Tel: +41 (0) 22 799 6715 Faks: +41 (0) 22 799 6878 Website: www.ilo.org/safework E-mail: safework@ilo.org 14