ANALISA PERGERAKAN SIKLON TROPIS STAN DAN SIKLON TROPIS YVETTE DAN DAMPAKNYA TERHADAP CURAH HUJAN DI SUMBAWA BESAR Oleh : Umam Syifaul Qolby, S.tr Stasiun Meteorologi Klas III Sultan Muhammad Kaharuddin Sumbawa I. PENDAHULUAN Secara geografis, Indonesia terletak di antara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudra (Hindia dan Pasifik). Oleh karenanya segala peristiwa cuaca yang terjadi di wilayah Indonesia sangat dipengaruhi oleh wilayah di sekitarnya seperti Samudra Hindia, Samudra Pasifik dan Laut Cina Selatan. Cuaca di suatu wilayah juga dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti faktor global, regional (meso) dan lokal kondisi wilayah tertentu. Siklon tropis merupakan salah satu fenomena atmosfer yang turut mengatur keadaan cuaca dalam skala meso (Radjab, 2011). Letak wilayah Indonesia yang berada pada ekuator tidak memungkinkan siklon tropis untuk dapat tumbuh di wilayah Indonesia. Akan tetapi dampak yang ditimbulkan oleh siklon tropis terhadap wilayah Indonesia cukup nyata terlihat, terutama di wilayah-wilayah yang dekat dengan daerah pertumbuhan siklon tropis (Zakir A, 2006). Atas dasar itulah diperlukan penyajian informasi pergerakan siklon tropis berupa arah dan kecepatan gerak untuk megetahui kemungkinan posisi siklon tropis dan informasi dampak siklon tropis yang diharapkan dapat mengurangi kerugian di berbagai aspek kehidupan akibat kejadian siklon tropis. Pada penelitian ini penulis mengambil studi kasus kejadian siklon tropis Stan dan siklon tropis yvette dan dampaknya terhadap curah hujan yang terjadi di Sumbawa Besar. II. RINGKASAN a. Siklon Tropis STAN Bibit siklon 08U sudah terdeteksi sejak tanggal 27 Januari 2016 dengan angin maksimum 20 knots dan tekanan 1005 hpa. Bibit siklon ini berada di wilayah Samudera Hindia sebelah selatan Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Bibit sikon ini terus menguat dan Australia meningkatkan statusnya menjadi siklon tropis dengan nama STAN pada tanggal 29 Januari 2016. Selama siklon tropis STAN ini hidup, angin maksimumnya mencapai 55 knot
dengan tekanan minimum pada pusat siklon mencapai hingga 980 hpa. Pergerakan siklon tropis STAN ke arah Selatan - Tenggara menjauhi wilayah Indonesia. TC STAN Gambar 1. Peta Lintasan Siklon Tropis STAN Sumber : TCWC Jakarta b. Siklon Tropis YVETTE TC YVETTE tumbuh dari bibit 90S yang pertama kali teridentifikasi di Samudera Hindia selatan Jawa Timur, sekitar 15.3 LS 116.3 BT, pada 19 Desember 2016, dengan tekanan minimumnya 1006 hpa dan kecepatan angin maksimum mencapai 20-25 knot. Awalnya bibit ini tumbuh di lingkungan yang kurang mendukung untuk pertumbuhannya menjadi siklon tropis dikarenakan lemahnya konvergensi di lapisan bawah serta shear vertikal yang terlalu kuat, yaitu antara 15-25 knot. Namun, pada dua hari kemudian, kondisi lingkungan semakin mendukung untuk bibit ini tumbuh menjadi siklon tropis, dimana konvergensi lapisan bawah serta divergensi lapisan atas makin kuat, shear vertikal yang melemah, serta vortisitas kuat, sehingga bibit ini berkembang menjadi TC YVETTE pada 21 Desember 2016 pukul 19.00 WIB. TC YVETTE masuk ke dalam wilayah tanggungjawab TCWC Australia, sehingga yang berkewajiban melakukan monitoring dan membuat prediksi intensitas dan pergerakan dari TC ini adalah TCWC Australia. Sedangkan TCWC Jakarta berkewajiban melakukan monitoring terhadap TC YVETTE dikarenakan badai tropis ini masih berada dalam wilayah monitoring TCWC Jakarta, yang meliputi 20 S - 20 N, 90 E - 141 E.
Gambar 2. Peta Lintasan Siklon Tropis YVETTE Sumber : TCWC Jakarta III. DATA DAN METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini data yang digunakan terdiri atas : 1. Data siklon tropis STAN pada tanggal 27 Januari sampai 01 Februari 2016 dan Siklon Tropis YVETTE 19 sampai 23 Desember 2016 keduanya terjadi di Samudera Hindia yang didapat dari TCWC BMKG. 2. Data curah hujan observasi pada periode terjadinya siklon tropis STAN (27 Januari 01 Februari 2016) dan YVETTE (19 23 Desember 2016) dari Stasiun Meteorologi Klas III Sultan Muhammad Kaharudin. 3. Data reanalysis RH dan vektor angin keluaran model ECMWF yang didisplay menggunakan aplikasi GrADS. Metode dalam penelitian ini adalah yang pertama mencari kejadian siklon tropis yang berada di samudera hindia dekat wilayah Nusa Tenggara Barat pada tahun 2016 di TCWC BMKG. Mengumpulkan data curah hujan di Stasiun Meteorologi Klas III Sultan Muhammad Kaharudin Sumbawa Besar selama kejadian Siklon Tropis, Membuat grafik curah hujan per enam jam dan perhari saat kejadian siklon tropis. Mengumpulkan data RH dan vector angin keluaran model ECMWF yang didisplay menggunakan aplikasi GrADS. Terakhir analisa Data. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Curah Hujan 6 jam-an a. Siklon Tropis STAN
CH (mm) CH (mm) 60 Depresi Badai Tropis SIKLon Tropis Badai Tropis Depresi 50 40 30 CH Sumbawa Besar 20 10 0 0 6 1218 0 6 1218 0 6 1218 0 6 1218 0 6 1218 0 6 1218 Jan-Feb 2016 27 28 29 30 31 01 Gambar 3. Curah Hujan 6 jam-an pada Setiap FasePertumbuhan TC STAN di Sumbawa Gambar 3 di atas menjelaskan mengenai dampak kejadian siklon tropis pada masingmasing fase pertumbuhan siklon tropis STAN terhadap curah hujan 6 jam-an di wilayah Sumbawa Besar NTB. Pada fase tropical depresion (L) hingga tropical storms (1) teramati adanya hujan di Sumbawa Besar.Pada fase puncak siklon tropis terjadi hujan lebat dengan intensitas 54 mm. Hujan Lebat tersebut terjadi pada tanggal 30 Januari jam 18 UTC. Hujan juga terjadi pada keesokan harinya pada fase siklon tropis mulai memudar. Hujan yang teramati cukup tinggi yakni dengan intensitas curah hujan 40 mm yang terjadi pada tanggal 31 Januari 2018 pada jam 18 UTC. b. Siklon Tropis YVETTE 45 40 Depresi Badai Tropis SIKLon Tropis Badai Tropi s 35 30 25 20 15 10 5 Depresi CH Sumbawa Besar 0 0 6 1218 0 6 1218 0 6 1218 0 6 1218 0 6 1218 19 20 21 22 23 Desember 2016 Gambar 4. Curah Hujan 6 jam-an pada Setiap FasePertumbuhan TC YVETTE di Sumbawa
Curah Hujan mm/h Gambar 4 di atas menjelaskan mengenai dampak kejadian siklon tropis pada masingmasing fase pertumbuhan siklon tropis YVETTE terhadap curah hujan 6 jam-an di wilayah Sumbawa Besar NTB. Pada fase tropical depresion (L) hingga tropical storms (1) teramati adanya hujan di Sumbawa Besar. Hujan tertinggi teramati terjadi pada fase tropical depresion (L) yang terjadi pada tanggal 19 Desember 2016 jam 18.00 UTC dengan intensitas curah hujan 42 mm. Sedangkan pada fase puncak siklon tropis teramati hujan terus menerus per 6 jam-nya dari jam 12 UTC tanggal 21 Januari 2016 sampai dengan jam 18 UTC tanggal 22 Januari 2016. 2. Akumulasi Hujan Harian 70 Tidak Terjadi Siklon Tropis Siklon Tropis 60 50 40 30 20 10 0 2011 2012 2013 2014 2015 2016 19 20 21 22 23 Desember Gambar 5. Curah Hujan harian pada saat TC YVETTE di Sumbawa Gambar 5 menunjukan akumulasi curah hujan harian pada fase siklon tropis YVETTE. Terlihat pada saat kejadian siklon tropis YVETTE akumulasi curah hujan harian pada tanggal 19 sampai dengan 23 Desember 2016 teramati menunjukan peningkatan bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya saat tidak terjadi siklon tropis. Teramati di Stasiun Meteorologi Sumbawa akumulasi harian curah hujan tertinggi terjadi pada tanggal 19 Desember 2016 dengan intensitas curah hujan 66 mm.
Curah Hujan mm/h 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Tidak Terjadi Siklon Tropis Siklon Tropis 2011 2012 2013 2014 2015 2016 27 28 29 30 31 1 Jan-Feb Gambar 6. Curah Hujan harian pada saat TC STAN di Sumbawa Gambar 6 menunjukan akumulasi curah hujan harian pada fase siklon tropis STAN. Terlihat pada saat kejadian siklon tropis STAN. Akumulasi curah hujan harian pada tanggal 27 Januari sampai dengan 1 Februari 2016 teramati menunjukan peningkatan bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya saat tidak terjadi siklon tropis. Teramati di Stasiun Meteorologi Sumbawa akumulasi harian curah hujan tertinggi terjadi pada tanggal 30 Desember 2016 dengan intensitas curah hujan 84 mm yang terjadi pada fase puncak siklon tropis. 3. Kondisi Vektor Angin dan RH saat terjadi Siklon STAN
Gambar 7. Kondisi RH dan Vektor Angin (a) Lapisan 925 mb, (b) 850 mb, (c) 700 mb dan (d) 500 mb pada 29 Januari 2016 Jam 00.00 UTC Jika ditinjau dari vektor anginnya, terjadi konvergensi diwilayah selatan jawa sampai dengan Nusa Tenggara, kondisi tersebut menyebabkan terjadinya pertumbuhan awan yang berpotensi hujan disekitar wilayah tersebut. Pada lapisan 925 mb kondisi RH diwilayah sumbawa terlihat menunjukan kondisi lembab (90-95%),begitu juga pada lapisan 850 mb hingga 500 mb terlihat kondisi lembab yakni antar 80-85 %. 4. Kondisi Vektor Angin dan RH saat terjadi Siklon YVETTE
Gambar 7. Kondisi RH dan Vektor Angin (a) Lapisan 925 mb, (b) 850 mb, (c) 700 mb dan (d) 500 mb pada 21 Desember 2016 Jam 00.00 UTC Jika ditinjau dari vektor anginnya, terjadi Shear diwilayah Bali dan Nusa Tenggara, kondisi tersebut menyebabkan terjadinya pertumbuhan awan yang berpotensi hujan disekitar wilayah tersebut. Pada lapisan 925 mb kondisi RH diwilayah sumbawa terlihat menunjukan kondisi lembab (90-100%),begitu juga pada lapisan 850 mb hingga 500 mb terlihat kondisi lembab yakni antar 85-95 %. V. KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil kajian dampak siklon tropis STAN dan YVETTE menunjukkan bahwa wilayah Sumbawa terjadi peningkatan curah hujan pada periode hidup siklon tropis. Pada siklon tropis STAN curah hujan tertinggi terjadi pada fase puncak siklon tropis sedangkan pada siklon tropis YVETTE curah hujan tertinggi terjadi pada fase tropical depresion (L). 2. Fenomena Siklon tropis menyebabkan terjadinya konvergensi dan belokan angin (Shear) diwilayah Nusa Tenggara yang menyebabkan terjadinya pertumbuhan awanawan yang berpotensi menyebabkan terjadinya hujan. DAFTAR PUSTAKA Fachri R, A., 2011. Kolam Hangat di Samudera Pasifik Bagian Barat Laut dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Siklon Tropis. Tesis Universitas Indonesia, Agustus 2011. Universitas Indonesia, Depok.
Zakir, Ahmad., Widada Sulistya dan Mia Khusnul Khotimah., 2010. Perspektif Operasional Cuaca Tropis. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jakarta. TCWCBMKG, 2016. Peta Lintasan Siklon Tropis STAN. Jakarta. TCWCBMKG, 2016. Peta Lintasan Siklon Tropis YVETTE. Jakarta.