BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun pelajaran 2013/2014, pemerintah sudah menerapkan kurikulum yang

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 diimplementasikan di sekolah secara bertahap mulai tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis,

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif

ARTIKEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKULRAL MELALUI MODUL DI SEKOLAH DASAR SEBAGAI SUPLEMEN PELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar

Kata Kunci: Pendidikan multikultural, keberagamaan inklusif, dan materi PAI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. konsep pendidikan yang berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. yang tertulis dalam Pembukaan UUD Negara Indonesia Tahun 1945 dalam Alinea

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

BAB I PENDAHULUAN. peradaban dunia modern menuntut sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan yang dikonsep secara apik namun tidak mampu

DESAIN DAN PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SAINTIFIK PROBLEM SOLVING TEORI SEMIKONDUKTOR

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi pembentukan karakter

BAB I PENDAHULUAN. jarak antar Negara melalui fitur-fitur komunikasi yang terus dikembangkan. Hal ini

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN KAJIAN KETERBACAAN DAN NILAI KARAKTER TEKS ARTIKEL HARIAN KOMPAS SERTA UPAYA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR MEMBACA KRITIS

Kurikulum SD Negeri Lecari TP 2015/ BAB I PENDAHULUAN

STANDAR KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI

MATA KULIAH PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU. Dr. Ali Mustadi, M. Pd NIP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum memainkan peran yang sangat penting dalam Sistem Pendidikan

PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER. Muh.Anwar Widyaiswara LPMP SulSel

1. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan siswa guna mencapai hasil

DESKRIPSI BUTIR INSTRUMEN 1 (BUKU SISWA) BUKU TEKS PELAJARAN SOSIOLOGI SMA/MA KELAS X

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika Multikulturalisme Kanada ( ). Kesimpulan tersebut

BAB II KAJIAN TEORI. dari kultur menurut Elizabeth Taylor dan L.H. Morgan (Ainul Yaqin, 2005:

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. informal dalam keluarga, komunitas suatu suku, atau suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriani Yulianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter.

BAB 1 PENDAHULUAN. sejumlah tahapan belajar yang didesain untuk siswa dengan petunjuk

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Alokasi Waktu. Sumber Belajar

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN PPKn

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 diberlakukan untuk meningkatkan mutu serta hasil pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan siswa untuk mencapai keterampilan berbahasa tertentu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dalam pengembangan pendidikan di Indonesia pihak

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP)

PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DI SEKOLAH DASAR UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER BANGSA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum. Menurut Hamid

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,

Kurikulum Berbasis TIK

BAB I PENDAHULUAN. mampu berinteraksi dengan lingkungan dengan selayaknya. meningkatkan dan mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

2. SILABUS MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn)

KONSEP PENDEKATAN SAINTIFIK

BAB I PENDAHULUAN. satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34)

KELAS: X. 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

BAB I PENDAHULUAN. Sastra tumbuh, hidup, dan berkembang seiring dengan kemajuan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat

Peningkatan Kesalehan Sosial demi Terjaganya Harmoni Sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Contoh File KKM, PROTA, PROMES, SILABUS, RPP, SK & KD, PEMETAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia memiliki suku, adat istiadat, bahasa, agama, ras, seni dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

ULTURAL DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM DI SEKOLAH PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

PANDUAN PENGEMBANGAN RPP

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Latar belakang pengelolaan pendidikan multikultural terdiri dari (1) latar

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (PPKn) SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) / MADRASAH TSANAWIYAH (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR PROGRAM KURIKULUM 2013 MUATAN LOKAL BAHASA JAWA

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

2015 PENERAPAN PENILAIAN OTENTIK D ALAM RANGKA MENINGKATKAN PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA PAD A MATA PELAJARAN TEKNOLOGI MEKANIK D I SMK

Transkripsi:

1 A. Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN Nilai-nilai yang dimiliki sebuah bangsa terbentuk dalam kelompok kebudayaan yang telah diinternalisasikan dalam nilai-nilai yang sama dan memiliki keinginan kuat untuk hidup bersama. Nilai-nilai kebersamaan didasarkan atas wujud budaya dan unsur-unsur kebudayaan masyarakat yang mempersatukan bangsa. Atas dasar itulah yang menjadi salah satu alasan ditetapkan asas yang dianut oleh suatu bangsa. Penetapan asas suatu bangsa yang dianut tentu saja berdasarkan kesepakatan bersama antarkomponen dalam masyarakat yang dianggap sebagai asas pemersatu berbagai wujud dan unsur kebudayaan yang terdapat dalam asas bangsa tersebut. Penetapan untuk memilih suatu asas disesuaikan dengan kenyataan dalam bangsa itu sendiri. Realitas suatu bangsa yang menunjukkan adanya kondisi kemajemukan budaya mengarahkan pada pilihan untuk menganut asas multikulturalisme. Dalam asas multikulturalisme yang dianut suatu bangsa ada kesadaran bahwa bangsa itu tidak tunggal, tetapi terdiri atas banyak komponen yang majemuk. Multikluturalisme menekankan prinsip tidak ada kebudayaan yang dominan, dan tidak ada kebudayaan yang minoritas di antara keragaman wujud kebudayaan dan adat istiadat suatu bangsa. Semua kebudayaan pada prinsipnya sama. Oleh karena itu, harus diperlakukan dalam konteks duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi. Perkembangan terakhir menunjukkan adanya keragaman budaya justru menjadi sumber pertentangan dan dapat memunculkan berbagai persolan seperti yang dihadapi bangsa sekarang ini. Adanya korupsi, kolusi, nepotisme, premanisme, perseteruan politik, kemiskinan, penjarahan, kekerasan seksual, kekerasan, separatisme, perusakan lingkungan dan hilangnya rasa kemanusiaan untuk dapat saling menghormati hak azasi orang lain, merupakan bentuk nyata sebagai bagian dari fenomena multikultural (Raharja, 2010, hlm. 27-40). Fenomena yang sekarang menjadi tantangan besar bangsa Indonesia, adalah konflik dan kekerasan fisik dalam kelompok masyarakat. Bentuk krisis multidimensional yang sekarang dialami bangsa Indonesia menujukan belum

2 dapat teratasi maksimal. Berbagai kerusuhan, kekerasan, dan konflik sosial, baik yang bersifat vertikal maupun horizontal dalam komponen masyarakat sudah mengarah pada disintegrasi bangsa (Naim dan Sauqi, 2011, hlm. 14). Pada kenyataannya apresiasi dan interaksi keberagaman kebudayaan belum sepenuhnya menjadi keniscayaan. Masyarakat belum meyakini sepenuhnya bahwa kehidupan dapat dibangun dalam naungan keragaman budaya. Dalam konteks keberagaman tersebut falsafah yang dimiliki masyarakat berbudaya seharusnya berpegang pada falsafah di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Fenomena yang berkembang sekarang ini, dipengaruhi oleh identitas etnis sebagai bagian yang esensial, dan tak dapat diubah lagi. Fenomena tersebut memunculkan pemahaman yang menganggap identitas kelompoknyalah yang paling benar, Contoh yang paling nyata dari kecenderungan ini yaitu, munculnya fundamentalisme agama, bom bunuh diri yang mengatasnamakan agama, dan kekerasan seksual yang sekarang menjadi tren di kalangan publik. Konflik yang terjadi pada Suku Anak Dalam di Jambi, ataupun daerah lain seperti di Ambon, Medan, Aceh dan daerah lainya. Fenomena ini merupakan bentuk ketidaksaman pemahaman yang diakibatkan adanya perasaan diperlakukan tidak sama oleh golongan tertentu yang berada lebih tinggi, sehingga melakukan perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma agama, seperti merusak tempat ibadah, membakar fasilitas umum, pengeboman, penjarahan, dan perampokan. Prilaku inilah yang mengancam terbangunnya ide pemahaman multikulturalisme. Salah satu solusi yang ditawarkan untuk kecenderungan ini adalah dengan pemahaman dan kesadaran terhadap realitas multikultural (Abdullah, 2006, hlm. 12-21). Dampak dari persoalan di atas harus segera mendapat perhatian untuk mengatasi kondisi di atas. Diperlukan suatu aksi dan langkah yang tepat dalam mengembangkan sikap dan pemikiran masyarakat untuk peduli, hormatmenghormati, memahami mengaplikasikan nilai-nilai keragaman budaya sebagai landasan berdirinya bangsa dan negara Indonesia. Mengatasi kondisi tersebut dapat dilakukan dengan menjadikan sekolah dengan pluralisme budaya sebagai strategi pendidikan untuk hidup bersama. Nilai-nilai Pendidikan multikultural sangat penting diterapkan guna meminimalisasi dan mencegah terjadinya konflik di beberapa daerah. Melalui nilai-nilai pendidikan multikultural, sikap dan

3 mindset (pemikiran) siswa akan lebih terbuka untuk memahami dan menghargai kemajemukan budaya. Pengembangan model pendidikan nilai-nilai multikultural diharapkan mampu menjadi salah satu pendekatan efektif meredam konflik. Selain itu, nilai-nilai pendidikan multikultural bisa menanamkan sekaligus mengubah pemikiran siswa untuk benar-benar tulus menghargai keberagaman etnis, agama, ras, dan antargolongan. Konsep sikap dan pemikiran seorang siswa pada khususnya dan masyarakat pada umumnya agar dapat ditanamkan konsep pemikiran bahwa lain ladang lain ilalang, lain lubuk lain pula ikannya. Pendekatan pendidikan dalam kurikulum memuat tujuan tertentu dengan menggunakan pendekatan dan strategi serta sarana yang telah dirancang untuk mencapai tujuan. Kurikulum merupakan suatu rencana pendidikan yang memberikan pedoman dan pegangan mengenai materi, ruang lingkup, urutan isi serta proses pendidikan. Oleh karena itu, kurikulum memiliki kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan, sebagai pedoman dan pegangan guru dalam proses pembelajaran (Naim dan Sauqi, 2011, hlm. 190). Nilai-nilai pendidikan multikultural menjadi konsep yang urgen untuk diintegrasikan dan diaplikasikan dalam model dan kurikulum pendidikan di Indonesia. Bila dilihat dari sisi yuridis, pendekatan pendidikan akan nilai-nilai multikultural sejalan dengan prinsip penyelengaraan pendidikan negara yang termaktub dalam UU Sisdiknas (Undangundang Sistem Pendidikan Nasional) Tahun. 2008 Pasal 4 Ayat: 1 yang berbunyi, Sistem Pendidikan nasional diselenggarakan secara berkeadilan dan tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM), nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukkan bangsa. Pengintegrasian konsep nilai-nilai pendidikan multikultural tersebut menuntut pengimplementasian nilainilai pendidikan multikultural dalam pendekatan dan strategi serta sarana pendidikan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Salah satu sarana yang penting untuk pemanfaatan dan pengimplementasian muatan nilai-nilai pendidikan multikultural adalah buku teks.

4 Pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan pula membentuk sikap, perilaku, serta kepribadian positif. Hal ini seperti disebutkan pada latar belakang dalam Standar Isi mata pelajaran Bahasa Indonesia Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2006, hlm. 109) sebagai berikut. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sistem sosial, emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan mampu membantu peserta didik mengenali dirinya, kebudayaanya, dan budaya orang lain, mengemukakan pendapat, perasaan, dan berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa Indonesia, dan menemukan serta menggunakan analitis dan imaginatif yang terdapat dalam dirinya. Standar Kompetensi pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan pemahaman pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar Kompetensi menjadi dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global. Melalui kebijakan tersebut diharapkan mampu membentuk peserta didik menjadi individu kritis yang mampu beradaptasi dan merespons situasi lokal, regional, nasional, dan global. Pemahaman peserta didik sekolah menengah pertama (SMP) kompetensi tersebut merupakan aspek yang penting untuk dibekalkan karena pada masa ini peserta didik sedang berada dalam masa peralihan menuju kedewasaan menemukan jatidirinya. Masa perkembangan peserta didik ketika mereka menginjak masa dewasa, bekal tersebut akan menjadi dasar bagi pemikiran dan perilaku mereka dalam menghadapi masa depan. Pendidikan merupakan salah satu media yang paling efektif untuk melahirkan generasi yang memiliki pandangan yang mampu menjadikan keberagaman sebagai bagian yang harus diapresiasi secara kontruktif. Pendidikan bersifat sistemik, dengan tingkat penyebaran yang cukup merata. Lembagalembaga pendidikan dari berbagai tingkatan telah tersebar secara luas di berbagai wilayah Indonesia. Oleh karena itu, pendidikan menjadi sarana yang cukup efektif untuk mencapai tujuan ideal pemahaman dan kesadaran terhadap realitas pluralismultikultural. lewat jalur pendidikan disemua jenjang tentu akan memiliki dampak yang konkret dalam kehidupan secara luas di masa mendatang. Pemanfaatan muatan kompetensi nilai-nilai pendidikan multikultural, pada tahun pelajaran 2013/2014, pemerintah sudah menerapkan kurikulum yang

5 dikembangkan dari kurikulum sebelumnya. Keberadaan Kurikulum 2013 dalam kalangan akademisi masih kontradiksi dan dipertentangkan dalam materi pembelajarannya. Terlepas dari kontradiksi pengembangan Kurikulum 2013 yang menjadi langkah lanjutan pengembangan terhadap pemahaman dan kesadaran terhadap realitas yang ada. Tujuan dalam pembelajaran kurikulum 2013 yaitu, untuk mempersiapkan insan Indonesia yang memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang produktif, kreatif, inovatif, interaktif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan kemajuan peradaban dunia (Mahsun, 2014, hlm. 3-4). Pada pembelajaran bahasa Indonesia Kurikulum 2013 menekankan pada pembelajaran berbasis teks. Teks dimaknai sebagai satuan bahasa yang mengungkapkan makna secara konteks sosial budaya. Dalam kurikulum 2013 teks tidak diartikan sebagai bentuk bahasa tulis. Teks didefinisikan satuan bahasa yang digunakan sebagai ungkapan suatu kegiatan sosial baik secara lisan maupun tulis dengan struktur berbikir yang lengkap (Mahsun, 2014, hlm. 1). Lebih lanjut pembelajaran berbasis teks, pelajaran bahasa Indonesia diajarkan bukan sekedar sebagai pengetahuan bahasa, melainkan sebagai teks yang mengemban fungsi untuk menjadi sumber aktualisasi diri penggunanya pada konteks sosial-budaya akademis. Teks dalam Kurikulum 2013 dapat dibedakan antara teks sastra dan teks nonsastra serta berupa teks lisan maupun tulisan. Pembelajaran berbasis teks, siswa menggunakan bahasa tidak hanya dijadikan sebagai sarana komunikasi, tetapi sebagai sarana mengembangkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan siswa. Adapun materi pembelajaran di SMP/MTs pada mata pelajaran bahasa Indonesia ditemukan 14 teks yang meliputi 3 teks sastra (23%) dan 11 teks nonsastra (77%) (Kemendikbud, 2013b). Substansi materi pembelajaran kurikulum 2013, proses pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik dan kontekstual yang menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajarannya, dengan menggunakan pendekatan ilmiah dan penilaian otentik. Materi pembelajaran bahasa Indonesia berorientasi fakta dan fenomena pembelajaran yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran siswa, tidak sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau

6 dongeng semata. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran tersebut meliputi mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran. (Kemendikbud, 2013b). Pengajaran bahasa Indonesia dapat memasukan materi mengenai nilai-nilai pendidikan multikultural dalam buku teks siswa. Dalam hal ini buku teks mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki ruang yang luas untuk memasukkan muatan nilai-nilai pendidikan multikultural di dalamnya. Teks dalam buku bahasa Indonesia dapat dimanfaatkan menjadi materi ajar, buku teks dapat dipilih sesuai memuatan mengenai wujud kebudayaan suatu etnis tertentu. Teks bahasa Indonesia yang memuat pembelajaran nilai-nilai pendidikan multikultural dapat diintegrasikan dalam bagian subtema, kegiatan dan tugas siswa. Oleh karena itu, buku teks bahasa Indonesia memiliki peran yang penting dalam pemanfaatan muatan nilai-nilai pendidikan multikultural tersebut. Pemanfaatan dan pengintegrasian muatan nilai-nilai pendidikan multikultural tersebut akan tampak dalam kajian penelitian ini. Nilai-nilai pendidikan multikultural mememberikan kesempatan kepada semua siswa dapat mengakses pengalaman belajar secara inklusif. Kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia harus memberikan kesempatan siswa agar mahir dalam berbahasa Indonesia dan bahasa daerah sebagai bahasa bawaan, memiliki pengetahuan dan kesadaran yang mendalam tentang kebudayaannya dan budaya lain, memahami hakikat multikultural, memahami dan terampil berinteraksi pada lintas budaya, memiliki apresiasi unsur kebudayaan lokal, nasional, internasional saling berkomunikasi dalam lingkungan sosial, dan memahami keberagaman sebagai hal yang vital untuk membangun harmoni bangsa. Nilai-nilai pendidikan multikultural mengakomodasi dalam semua aspek kehidupan bangsa. Mengenalkan perbedaan kebudayaan sebagai pengalaman belajar yang positif, saling berintegrasi secara interkultural antara guru dan siswa. Membangun pemahaman interkultural dan keterampilan komunikasi lintas budaya sehingga terbangun kesatuan dan persatuan melalui perbedaan. Nilai-nilai pendidikam multikultural perlu ditanamkan pada setiap jenjang pendidikan dan melibatkan berbagai tatanan masyarakat dalam pembentukan karakter siswa pada khususnya dalam memahami dan saling menghormati antar

7 berbagai suku/etnis. Pendidikan multikultural di pandang sebagai trasmisi wujud kebudayaan dan unsur kebudayaan membebasakan pendidikan dari asumsi keliru bahwa tanggung jawab primer dalam mengembangkan kompetensi kebudayaan di kalangan siswa hanya semata-mata berada di tangan guru; tetapi justru semakin banyak pihak yang bertanggung jawab akan lebih baik, karena program sekolah seharusnya terkait dengan pembelajaran informal di luar sekolah (Mahfud, 2014, hlm. 192). Publikasi hasil penelitian sebelumnya yang terkait dengan pendidikan multikultural dalam teks buku pelajaran bahasa Indonesia, yaitu: Jurnal penelitian yang dilakukan Al-Pansori. dkk, (2013). Berdasarkan hasil penelitian tersebut pengitergrasian pendidikan multikultural dari buku sekolah elektronik (BSE) mata pelajaran bahasa Indonesia yang dimanfaatkan belum terintegrasi secara penuh dengan subdimensi budaya dan sastra, pemahaman dan aplikasi, suku, ras, etnis, sosial ekonomi, keadilan dan demokrasi. Subdimensi muatan materi pendidikan multikultural masih kurang memadai, bahkan subdimensi bahasa, kelompok masyarakat, agama, dan struktur sosial tidak terintegrasi. Kualitas pengitegrasian pendidikan multikultural dalam BSE masih belum memadai, karena subdimensi yang telah terintegrasi masih perlu diperkaya. Penelitian lain yang relevan dari penelitian ini yaitu: Jurnal penelitian yang diteliti oleh Gagaramusu, dkk, (2010). Dalam penelitian tersebut berorientasi pada tujuan proses komunikasi pendidikan melalui interaksi anak remaja usia sekolah, dalam upaya membangun kesadaran demi mewujudkan rasa damai dan tumbuhnya persaudaraan. Menyadari adanya bingkai pluralisme agama dan keragaman budaya. Pluralisme secara esensial mengesankan kehidupan manusia tentang usaha menolak kejahatan dengan menciptakan kebaikan. Proses pendidikan multikultural, mengaplikasikan sikap peduli dan mau mengerti atau pengakuan terhadap orang lain dari kelompok minoritas. Pendidikan multikultural melihat kemajemukan masyarakat Indonesia dalam konteks lebih luas. Berdasarkan pandangan dasar bahwa sikap menghargai dan memahami kebudayaan lain tidak hanya berakar dari ketimpangan strata rasial, tetapi paradigma pendidikan multikultural mencakup subjek mengenai ketidakadilan, pediskriminasian, kemiskinan, penindasan, penolakan budaya tertentu dan

8 keterbelakangan kelompok minoritas dalam berbagai sistem sosial, sistem pengetahuan, adat istiadat, budaya, ekonomi, keagamaan, dan lain sebagainya. Merujuk pada fenomena dan berbagai paradigma tersebut, serta penelitian tentang pemahaman nilai-nilai pendidikan multikultural dalam buku teks bahasa Indonesia khususnya di SMP dipandang penting untuk dilakukan penelitian. Hal ini dikarenakan, buku teks bahasa Indonesia yang digunakan oleh guru sebagai bahan pengajarannya di kelas yang memanfaatkan teks sebagai bahan pembelajaran belum terintegrasi dengan wujud nilai-nilai pendidikan multikultural. Untuk itu, penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan secara rinci dan mendalam tentang wujud dan pengitegrasian nilainilai pendidikan multikultural dalam buku teks bahasa Indonesia wahana pengetahuan tingkat SMP dan pemanfaatan nilai-nilai pendidikan multikultural dalam buku teks bahasa Indonesia wahana pengetahuan tingkat SMP mata pelajaran bahasa Indonesia. Pemilihan teks yang terdapat dalam buku pelajaran bahasa Indonesia wahana pengetahuan sebagai buku teks yang akan dianalisis wujud kebudayaan dan pengitegrasian nilai-nilai pendidikan multikulturalnya. Karena banyak sekolah yang diharapkan mampu mengintegrasikan dan mengimplementasikan buku teks bahasa Indonesia wahana pengetahuan sebagai bahan ajar pendidikan multikultural. Lebih lanjut, pemilihan buku teks bahasa Indonesia wahana pengetahuan tingkat SMP didasarkan hasil bincang-bincang dengan para guru, tenaga pengawas, dan peserta pelatihan, kalangan akademisi, dan para pemerhati pengajaran bahasa Indonesia lainnya, tampaknya keberadaan konsep serta pengembangan pemebelajaran berbasis teks belum begitu jelas bagi mereka. Atas dasar tersebut dipandang perlu untuk dilakukan penelitian, dikarenakan sampai sekarang sebagian masih dimanfaatkan di sekolah Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi dan menjadi polemik di dunia pendidikan pada umumnya, baik dari segi lanadasan teori, penamaan teks, struktur teks, gradasi teks, kurikulum padat teks, dan evaluasi.

9 B. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut. 1. Penelitian tentang nilai-nilai pendidikan multikultural dalam buku teks bahasa Indonesia untuk siswa tingkat SMP perlu dideskripsikan dan dilakukan analisis lebih mendalam. 2. Masih terbatasnya sumber belajar terkait dengan sajian nilai-nilai pendidikan multikultural dalam buku teks bahasa Indonesia untuk siswa SMP. 3. Masih kurangnya pemanfaatan nilai-nilai pendidikan multikultural dalam buku teks bahasa Indonesia untuk siswa SMP. C. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut. 1. Nilai-nilai pendidikan multikultural apa sajakah yang terdapat dalam buku teks Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan tingkat SMP? 2. Bagaimanakah sajian nilai-nilai pendidikan multikultural dalam buku teks Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan tingkat SMP? 3. Bagaimanakah pemanfaatan nilai-nilai pendidikan multikultural dalam buku buku Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan tingkat SMP? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan multikultural dalam buku teks bahasa Indonesia wahana pengetahuan tingkat SMP. 2. Mendeskripsiskan sajian nilai-nilai pendidikan multikultural dalam buku teks bahasa Indonesia wahana pengetahuan tingkat SMP. 3. Mendeskripsiskan pemanfaatan nilai-nilai pendidikan multikultural dalam buku teks bahasa Indonesia wahana pengetahuan tingkat SMP kelas VII?

10 E. Manfaat Penelitian Secara praktis, penelitian ini bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu bagi guru, siswa, dan penyusun buku teks. Manfaat tersebut dapat diuraikan sebagai berikut; 1. Bagi guru hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan memilih buku teks yang baik dan tepat bagi pembelajaran siswanya dan berintegrasi dalam masyarakat dan lingkungan sosial budayanya. 2. Bagi siswa hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana pendorong pemahaman mengenai nilai-nilai pendidikan multikulturalisme dalam penerapan pergaulan dan berinteraksi dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari. 3. Bagi penyusun buku teks hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi penyempurnaan dalam penyusunan buku teks yang ideal dan kebermanfaatan bagi masyarakat yang homogenitas. F. Struktur Organisasi Tesis Struktur organisasi tesis merupakan sistematika penulisan yang disesuaikan dengan ranah dan cakupan disiplin bidang ilmu. Dalam hal ini, struktur organisasi tesis terdiri atas tiga bagian, yaitu sebagai berikut. 1. Bagian Awal Dalam bagian awal, disebutkan beberapa unsur yang terdapat di dalamnya, yaitu halaman judul, halaman pengesahan, halaman pernyataan tentang keaslian tesis, kata pengantar, ucapan terima kasih, abstrak, daftar isi, daftar tabel, dan daftar bagan/diagram. 2. Bagian Inti Dalam bagian inti, disebutkan beberapa unsur yang terdapat di dalamnya, yaitu sebagai berikut. a. Bab I Pendahuluan, dalam bagian ini dipaparkan mengenai latar belakang masalah penelitian, identifikasi masalah penelitian, pembatasan masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi tesis. b. Bab II Kajian Pustaka, dalam bagian ini dipaparkan mengenai teori-teori tentang, Pertama, Multikultural, terdapat kajian tentang, pengertian

11 multikultural, pendidikan multikultural, pendekatan pendidikan multikultural, tujuan pendidikan multikultural, fungsi pendidikan multikultural, dan nilai-nilai pendidikan multikultural. Kedua, Teks, terdapat kajian tentang, pengertian teks, dan genre, fungsi, dan struktur teks bahasa Indonesia (teks sastra dan teks nonsastra). Dan Ketiga, Buku Pelajaran Bahasa Indonesia, terdapat kajian tentang landasan penulisan buku pelajaran, kurikulum dalam buku pelajaran bahasa Indonesia, buku pelajaran sebagai sumber belajar, belajar dan pembelajaran bahasa Indonesia, kreteria buku pelajaran bahasa Indonesia, fungsi dan jenis buku pelajaran bahasa Indonesia, pendidikan multikultural dalam pembelajaran bahasa Indonesia, dan urgensi pendidikan multikultural dalam pembelajaran bahasa Indonesia. c. Bab III Metodologi Penelitian, dalam bagian ini diuraikan mengenai metode penelitian, desain penelitian, sumber data penelitian, instrumen penelitian, teknik validasi data, isu etik. d. Bab IV Analisis Data dan Pembahasan, dalam bagian ini diuraikan mengenai deskripsi data, analisis data, hasil analisis, dan pembahasan yang berupa nilai-nilai pendidikan multikultural dalam buku teks Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan, Penelaah M. Rapi Tang dan Rustono. Penyelia Penerbitan. Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud. e. Bab V Ancangan Revitalisasi Nilai-nilai Pendidikan Multikultural melalui Buku Teks Bahasa Indonesia Tingkat SMP Kurikulum 2013 dalam bagian ini dipaparkan mengenai pemanfaatan nilai-nilai pendidikan multikultural dalam buku teks Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan, Penelaah M. Rapi Tang dan Rustono. Penyelia Penerbitan. Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud. f. Bab VI, dalam bagian ini dipaparkan mengenai simpulan, implikasi dan rekomendasi. 3. Bagian Akhir Dalam bagian akhir, disebutkan beberapa unsur yang terdapat di dalamnya, yaitu daftar rujukan dan lampiran-lampiran penelitian.