II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajarn berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di SMAN 1 Bandar Sribhawono Kabupaten

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROJECT BASED LEARNING BAGI SISWA SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI

I. PENDAHULUAN. Kreativitas merupakan hasil interaksi antara individu dan lingkungannya,

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Berbasis Proyek (project-based learning) dan Zain (2006:83) metode proyek adalah cara penyajian pelajaran yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Pembina Menggala pada bulan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terjadi karena interaksi dengan lingkungan (Hamalik, 2008: 28).

I. PENDAHULUAN. suatu konsep baru (Semiawan, 2009: 44). Menurut Munandar (2009: 12),

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DENGAN MEDIA VIDEO UNTUK PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. Ditinjau dari aspek kehidupan manapun, kebutuhan akan kreativitas sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. Global Monitoring report, (2012) yang dikeluarkan UNESCO menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mencapai tujuan belejar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan dan

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.41 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. dasar tidak dilatih untuk berekspresi secara bebas dan terlalu lama dibiasakan

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk. mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr.

Penerapan Integrasi Model Pembelajaran Group Investigation (Gi) dan Inkuiri Terbimbing Berbasis Lesson Study

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia sangatlah besar dan mencakup berbagai aspek. Hal ini

maupun kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pendekatan ilmiah atau scientific approach. Dalam implementasi kurikulum

PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER (PLC) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PEMROGRAMAN MAHASISWA

dewasa ini merupakan perkembangan yang terjadi sebelumnya. yang dimiliki dan merupakan peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan.

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang

interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2005: 461).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang kompleks yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

BAB II KAJIAN TEORITIK

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

BAB I PENDAHULUAN. kini, dan pendidikan berkualitas akan muncul ketika pendidikan di sekolah juga

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama

METODE INKUIRI DALAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) Oleh : Legiman, S.Pd., M.Pd. Widyaiswara Muda LPMP DIY

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNING)

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Oleh karena itu kiranya tidaklah terlalu berlebihan bila dikatakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn kelas VIII SMP N 40

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dan mempunyai daya saing tinggi sangat diperlukan dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Oleh: Ernawati SMA Negeri 1 Gondang, Tulungagung

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antara siswa yang belajar dengan guru

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. pelaku, seperti yang dinyatakan Cooney, et al. berikut:...

Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2), Tisna Megawati 3) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan satu dari empat keterampilan berbahasa. Menulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Risa Meidawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI DENGAN STRATEGI BELAJAR BERBASIS PROYEK PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 SUWAWA TP 2014/2015 SKRIPSI.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (UUSPN) No. 20 Tahun 2003, menyatakan bahwa: Penyelenggaraan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk

BAB II LANDASAN TEORI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP

II. TINJAUAN PUSTAKA. Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

Jurusan Pendidikan Fisiska Fakultas tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAHAN KULIAH Orientasi Baru Dalam Psikologi

Ernanda Ariyatna Drs. Malan Lubis, M.Hum.

MENUMBUHKEMBANGKAN DAN MENGELOLA KREATIVITAS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

BAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah

BAB I PENDAHULUAN. berpikir dan berupaya para pemerhati pendidikan merupakan hal yang bersifat. tantangan zaman dalam era globalisasi ini.

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. globalisasi ini, karena yang dibutuhkan bukan hanya sumber daya manusia dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Model Pembelajaran Kreatif - Produktif. pembelajaran hal tersebut harus ditumbuhkan secara bersamaan.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

Transkripsi:

7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Proyek Pembelajarn berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek (Thomas, dkk dalam Wena, 2014:144). Melalui pembelajaran kerja proyek, kreatifitas dan motivasi siswa akan meningkat (Clegg & Berch dalam Wena, 2014:144). Kerja proyek dapat dipandang sebagai bentuk open-ended contextual activity-bases learning, dan merupakan bagian dari proses pembelajaran yang memberi penekanan kuat pada pemecahan masalah sebagai suatu usaha kolaboratif (Richmond & Striley dalam Wena, 2014:144), yang dilakukan dalam proses pembelajaran pada periode tertentu (Hung & Wong dalam Wena, 2014:144). Kerja proyek memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan pemecahan (problem) yang sangat menantang dan menuntut siswa untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri (Thomas, dkk dalam Wena, 2014:144). Tujuannya adalah agar siswa mempunyai kemandirian dalam menyelesaikan tugas yang dihadapinya.

8 1. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek Pembelajaran berbasis proyek adalah sebuah model pembelajaran yang inovatif, dan lebih menekankan pada belajar kontekstual melalui kegiatankegiatan yang kompleks (Thomas, dkk dalam Wena, 2014:145). Fokus pembelajaran terletak pada prinsip dan konsep inti dari suatu disiplin ilmu, melibatkan siswa dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan siswa bekerja secara otonom dalam mengonstruksi pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai puncaknya untuk menghasilkan produk nyata (Thomas dalam Wena, 2014:145). Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang besar untuk memberi pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi siswa (Gaer dalam Wena, 2014:145). Sedangkan menurut Buck Institute for education (dalam Wena, 2014:145), belajar berbasis proyek memiliki karakteristik berikut: a. Siswa membuat keputusan dan membuat kerangka kerja. b. Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya. c. Siswa merancang proses untuk mencapai hasil. d. Siswa bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan. e. Siswa melakukan evaluasi secara kontinu. f. Siswa secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan. g. Hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya.

9 h. Kelas memiliki atmosfir yang memberi toleransi kesalahan dan perubahan. 2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek Sebagai sebuah model pembelajaran, menurut (Thomas dalam Wena, 2014:145), pembelajaran berbasis proyek mempunyai beberapa prinsip, yaitu (a) sentralistis (centrality), (b) pertanyaan pendorong/penuntun (driving question), (c) investigasi konstruktif (contructive investigation), (d) otonomi (autonomy), dan (e) realistis (realism). a. Prinsip sentralistis (centrality) menegaskan bahwa kerja proyek merupakan esensi dari kurikulum.model ini merupakan pusat strategi pembelajaran, di mana siswa belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek. Oleh karena itu, kerja proyek bukan merupakan praktik tambahan dan aplikasi praktis dari konsep yang sedang dipelajari, melainkan menjadi sentral kegiatan pembelajaran di kelas. Dengan demikian, kegiatan pemblajaran akan dapat dilaksanakan secara optimal. Dalam pembelajaran berbasis proyek, proyek adalah strategi pembelajaran, siswa mengalami dan belajar konsep-konsep inti suatu disiplin ilmu melalui proyek. b. Prinsip pertanyaan pendorong/ penuntun (driving question) berarti bahwa kerja proyek berfokus pada pertanyaan atau permasalahan yang dapat mendorong siswa untuk berjuang memperoleh konsep atau prinsip utama suatu bidang tertentu. Kaitan antara pengetahuan konseptual dengan aktivitas nyata dapat ditemui melalui pengajuan pertanyaan (Blumenfeld, dkk dalam Wena, 2014:146). Jadi, dalam

10 hal ini kerja sebagai external motivation yang mampu menggugah siswa (internal motivation) untuk menumbuhkan kemandiriannya dalam mengerjakan tugas-tugas pembelajaran (Clegg dalam Wena, 2014:146). c. Prinsip investigasi konstruktif (contructive investigation) merupakan proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan, yang mengandung kegiatan inkuiri, pembangunan konsep, dan resolusi. Dalam investigasi memuat proses perancangan, pembuatan keputusan, penemuan masalah, pemecahan masalah, discovery, dan pembentukan model. Di samping itu, dalam kegiatan pembelajaran berbasis proyek ini harus tercakup proses transformasi dan konstruksi pengetahuan (Bereiter & Scardamalia dalam Wena, 2014:146). Jika kegiatan utama dalam kerja proyek tidak menimbulkan masalah bagi siswa, atau permasalahan itu dapat dipecahkan oleh siswa melalui pengetahuan yang dimiliki sebelumnya, maka kerja proyek itu sekedar latihan, bukan proyek dalam konteks pembelajaran berbasis proyek (Suhartadi dalam Wena, 2014:146). Oleh karena itu, penentuan jenis proyek haruslah dapat mendorong siswa untuk mengonstruksi pengetahuan sendiri untuk memecahkan persoalan yang dihadapinya. Dalam hal ini guru harus mampu merancang suatu kerja proyek yang mampu menumbuhkan rasa ingin meneliti, rasa untuk memecahkan masalah, dan rasa ingin tahu yang tinggi. d. Prinsip otonomi (autonomy) dalam pembelajaran berbasis proyek dapat diartikan sebagai kemandirian siswa dalam melaksanakan

11 proses pembelajaran, yaitu bebas menentukan pilihannya sendiri, bekerja dengan minimal supervisi, dan bertanggung jawab. Oleh karena itu lembar kerja siswa, petunjuk kerja praktikum dan yang sejenisnya bukan merupakan aplikasi dari prinsip pembelajaran berbasis proyek (Suhartadi dalam Wena, 2014:146). e. Prinsip realistis (realism) berarti bahwa proyek merupakan sesuatu yang nyata, bukan seperti di sekolah (Suhartadi dalam Wena, 2014:146). Pembelajaran berbasis proyek harus dapat memberikan perasaan realistis kepada siswa termasuk dalam memilih topik, tugas, dan peran konteks kerja, kolaborasi kerja untuk pelanggan, maupun standar produknya, (Gordon dalam Wena, 2014:147) membedakan antara tantangan akademis, tantangan yang dibuat-buat, dan tantangan nyata. Menurut Semiawan (2006: 84-87) dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model PBL meliputi empat tahapan yaitu: 1. Tahap perencanaan: (a) mempelajari materi pembelajaran dalam silabus dari mata pelajaran yang menjadi tema dari proyek tersebut, (b) membuat diagram kaitan antara tema dengan materi pembelajaran dari mata pelajaran lain, (c) merumuskan tujuan pembelajaran dengan menggunakan model proyek tersebut, (d) menentukan langkahlangkah dalam kegiatan pembelajaran, (e) merencanakan organisasi kelas sesuai dengan kegiatan pembelajaran (misal bekerja dalam kelompok), (f) menyiapkan format-format pengamatan untuk siswa,

12 (g) merencanakan kegiatan tindak lanjut, dan (h) menyiapkan penilaian kegiatan belajar-mengajar, 2. Tahap pelaksanaan: (a)pada permulaan pembelajaran, guru mengemukakan tema proyek, (b) guru mengajak siswa menelaah kemungkinan mengaitkan tema dengan berbagai mata pelajaran (walaupun guru sebelumnya sudah menyiapkan diagram kaitan tema mata pelajaran lain), guru berperan membimbing dan mengatur jalannya diskusi serta memberikan bantuan bila diperlukan, (c) sesudah diagram kaitan tema dengan mata pelajaran lain itu terbentuk, guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, (d) tiap kelompok merencanakan bagaimana melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan materi yang telah dikaitkan dengan tema, guru membimbing setiap kelompok dan memberikan bantuan bila siswa memerlukannya, tiap kelompok mendiskusikan dan mencatat hasil diskusinya, (e) data/informasi yang terkumpul didiskusikan, diolah, dan ditulis serta siap untuk dilaporkan, (f) sesudah semua kelompok siap untuk melaporkan, maka guru (atau seorang siswa ataupun sekelompok siswa) memimpin pelaporan, (g) siswa-siswa lain memberikan komentar atau saran yang dicatat oleh anggota kelompok yang sedang melaporkan, guru kadang-kadang memberikan saran atau bantuan seperlunya bila ternyata diskusi kurang lancar atau terhenti, (h) berdasarkan komentar dan saran kelompok mendiskusikan dan bersepakat untuk menambah atau mengurangi, serta menyempurnakan

13 laporan dengan mencari data yang perlu ditambahkan atau memperbaiki gambar dan tulisan. 3. Tahap tindak lanjut: untuk lebih memantapkan hasil kegiatan belajar para siswa dilibatkan lagi dalam kegiatan tindak lanjut. Salah satu kegiatan tindak lanjut yang diterapkan adalah pameran, 4. Tahap penilaian: (a) secara verbal, misalnya tanya jawab dan diskusi, (b) secara tertulis, misalnya berupa laporan dan tes, dan (c) penilaian hasil karya siswa. Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek Keuntungan Pembelajaran Berbasis Proyek yaitu sebagai berikut: 1) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai. 2) Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah. 3) Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks. 4) Meningkatkan kolaborasi. 5) Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi. 6) Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber, (Dimyati dan Mujiono, 2013:42)

14 Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek yaitu sebagai berikut: 1) Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah. 2) Membutuhkan biaya yang cukup banyak. 3) Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur memegang peran utama di kelas. 4) Banyak peralatan yang harus disediakan. 5) Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan. 6) Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok. 7) Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan, (Dimyati dan Mujiono, 2013:43) B. Kreativitas Kreativitas merupakan suatau bidang kajian yang kompleks, yang menimbulkan berbagai perbedaan pandangan. Perbedaan definisi kreativitas yang dikemukakan oleh banyak ahli merupakan definisi yang saling melengkapi. Sudut pandang para ahli terhadap kreativitas menjadi dasar perbedaan dari definisi kreativitas. Definisi kreativitas tergantung pada segi penekanannya, kreativitas dapat didefinisikan kedalam empat jenis dimensi sebagai Four P s Creativity, (dalam Susanto, 2008:1)

15 yaitu dimensi Person (kreativitas yang berfokus pada individu), Proses (kreativitas yang berfokus pada proses berpikir), Press (kreativitas yang menekankan faktor press atau dorongan) dan Product (kreativitas yang berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah elaborasi / penggabungan yang inovatif). Adapun indikator penilaian kreativitas (dimodifikasi dari Balitbang Depdiknas, 2002: 4) meliputi: (1) membuat perencanaan, (2) bereksplorasi dan mengembangkan gagasan dalam mendesain produk, (3) interdisiplin ilmu dan aplikasi konsep, (4) memilih bahan-bahan yang tepat, dan (5) menggunakan alat. Indikator penilaian produk (dimodifikasi dari Balitbang Depdiknas, 2002: 4) meliputi: (1) fungsional produk, (2) keorisinilan produk, (3) daya tahan produk, (4) manfaat produk, (5) nilai ekonomi produk, (6) nilai estetika produk, dan (7) menunjukkan inovasi dan kreasi dalam teknik pembuatan. (Amabile dalam Supriadi 1994: 9) sesuatu produk dinilai kreatif apabila: a) produk tersebut bersifat baru, unik, berguna, benar, atau bernilai dilihat dari segi kebutuhan tertentu, b) lebih bersifat heuristik, yaitu menampilkan metode yang masih belum pernah atau jarang dilakukan oleh orang lain sebelumnya. Jadi definisi ini lebih didasarkan atas pertimbangan penilai yang biasanya lebih dari satu orang, dalam definisi ini pertimbangan subyektif sangat besar.

16 Munandar (2004: 45-46) mengemukakan stategi 4P dalam pengembangan kreativitas. Dalam mengembangkan kreativitas siswa, perlu mempertimbangkan 4 aspek yaitu pribadi, pendorong, press, proses dan produk. 1. Pribadi Kreativitas adalah ungkapan (ekpresi) dari keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Dari ungkapan pribadi yang unik dapat diharapkan timbulnya ide-ide baru dan produkproduk yang inovatif. Oleh karena itu pendidik hendaknya dapat menghargai keunikan pribadi dan bakat-bakat siswanya (jangan mengharapkan semua melakukan atau menghasilkan halhal yang sama, atau mempunyai minat yang sama). Guru hendaknya membantu siswa menemukan bakat-bakatnya dan menghargainya. 2. Pendorong (press) Bakat kreatif siswa akan terwujud jika ada dorongan dan dukungan dari lingkungannya, ataupun jika ada dukungan kuat dari dirinya sendiri (motivasi internal) untuk menghasilkan sesuatu. Bakat kreatif dapat berkembang dalam lingkungan yang mendukung, tetapi dapat pula terhambat dalam lingkungan yang tidak menunjang. Di dalam keluarga, di sekolah, di dalam lingkungan pekerjaan maupun di dalam masyarakat harus ada penghargaan dan dukungan terhadap sikap dan perilaku kreatif individu atau kelompok individu.

17 3. Proses Untuk mengembangkan kreativitas anak perlu diberi kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif. Pendidik hendaknya dapat merangsang anak untuk melibatkan dirinya dalam kegiatan kreatif, dengan membantu mengusahakan sarana dan prasarana yang diperlukan. Yang terpenting adalah memberi kebebasan kepada anak untuk mengekpresikan dirinya secara kreatif tentu saja dengan persyaratan tidak merugikan orang lain atau lingkungan. Caranya dengan mendorong anak menghasilkan produkproduk yang bermakna. 4. Produk Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang bermakna ialah kondisi pribadi dan kondisi lingkungan, yaitu sejauh mana keduanya mendorong (press) seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses (kesibukan, kegiatan) kreatif. Menurut Mulyasa (2007:51), kreativitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan ciri aspek dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu. Sedangkan menurut Hamalik (2006:181) menyimpulkan bahwa kreativitas merupakan sesuatu bentuk dan proses dari pemecahan masalah. Hal ini didasarkan pada pendapat Thorrance dan Cagne bahwa berpikir kreatif sebagai proses penyadaran (sensing) adanya gap, gangguan atau unsur-unsur yang keliru

18 (perkeliruan), pembentukan gagasan atau hipotesis, pengujian hipotesis tersebut, pengkomunikasian hasil-hasil, meungkin juga pengujian kembali atau perbaikan hipotesis. Cagne mengemukakan bahwa kreativitas merupakan sesuatu bentuk pemecahan masalah yang melibatkan intuitive leaps, atau suatu kombinasi gagasan yang bersumber dari berbagai pengetahuan yang terpisah secara luas. Kreativitas memiliki ciri yang berhubungan dengan kognisi (proses berfikir) meliputi: 1. keterampilan mengolaborasikan/merinci, adalah mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, 2. keterampilan menilai/ mengevaluasi, adalah menentukan patokan penilaian dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana, 3. rasa ingin tahu, adalah selalu terdorong untuk mengevaluasi lebih banyak, 4. bersifat ingin aktif, adalah kemampuan memperagakan atau membayangkan hal-hal yang tidak/ belum pernah terjadi, 5. merasa tertantang oleh kemajemukan, adalah terdorong untuk mengatasi masalah yang sulit dan rumit, 6. sikap berani mengambil resiko, adalah berani memberikan jawaban meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal atau mendapat kritik, sifat menghargai, adalah menghargai bimbingan dan pengarahan dalam hidup (Munandar dalam Suryosubroto, 2009: 223-224).

19 (Haris dalam Mustaji, 2005: 5) mengemukakan bahwa kreativitas dapat dilihat dari tiga aspek yakni: (1) kemampuan; kreativitas adalah sebuah kemampuan untuk memikirkan dan menentukan sesuatu yang baru, menciptakan gagasan-gagasan baru dengan cara mengkombinasikan, mengubah atau menerapkan kembali ide-ide yang telah ada, (2) perilaku; kreativitas adalah sebuah perilaku menerima perubahan dan kebaruan, kemampuan bermain-main dengan berbagai gagasan dan berbagai kemungkinan, cara pandang yang fleksibel, dan (3) proses; kreativitas adalah proses kerja keras dan berkesinambungan dalam menghasilkan gagasan dan pemecahan masalah yang lebih baik, serta selalu berusaha untuk menjadikan segala sesuatu menjadi lebih baik. Proses kreativitas tidak terlepas dari kegiatan berpikir dalam rangka pemecahan suatu masalah. Situasi atau kondisi yang baik perlu diberikan guru dalam rangka mengembangkan kreativitas siswa melalui teknik kelompok kecil ataupun penugasan yang mengondisikan siswa mmbentuk gagasannya dan menguji gagasan tersebut, kemudian mengomunikasikannya dengan baik. C. Kerangka Pikir Kreativitas merupakan suatu tuntutan pendidikan dan kehidupan yang sangat penting pada saat ini. Kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya baru inovatif, segar, menarik, aneh,

20 mengejutkan, berguna lebih enak, lebih praktis, mempermudah, memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil lebih baik, dan dapat dibuat pada lain waktu. Kreativitas juga akan menghasilkan berbagai inovasi dan perkembangan baru dalam suatu kehiduapan. Upaya untuk menumbuhkan kreativitas belajar siswa tersebut diperlukan peranan seorang guru yang kreatif memilih metode pembelajaran yang tepat salah satunnya yaitu model pembelajaran berbasis proyek (PjBL). Dalam pembelajaran ini siswa mengkonstruk pengetahuan secara mandiri sehingga dari kegiatan tersebut siswa merasa peduli terhadap lingkungan, yang pada akhirnya dapat membentuk kreativitas dan perilaku positif terhadap lingkungan dan pengolahan limbah. Dalam penelitian ini menggunakan model pembelajaran berbasis proyek untuk mengetahui peningkatan kreativitas siswa dengan penerapan model pembelajaran tersebut pada materi daur ulang limbah. Melalui pembelajaran berbasis proyek, siswa menjadi terdorong lebih aktif dalam belajar, kreatifitas siswa menjadi berkembang, guru hanya sebagai fasilitator, guru mengevaluasi produk kinerja siswa dari proyek yang dikerjakan. Pembelajaran berbasis proyek akan membuat siswa tebiasa untuk berkreativitas dengan mengembangkan keterampilannya sehingga akan menghasilkan perubahan pengetahuan (hasil belajar). Saat pembelajaran

21 berlangsung akan diadakan penilaian kreativitas pada setiap aktivitas proyek yang dilakukan oleh siswa. Kegiatan pembelajaran dengan model PjBL merupakan kegiatan siswa dalam kelompok melakukan perencanaan untuk merancang proyek yang akan dilakukan, kemudian membuat produk, menindak lanjuti produk yang dihasilkan dengan mempresentasikan cara pembuatan dan alasan membuat produk tersebut, kemudian melakukan penilaian dan evaluasi terhadap produk yang dibuat dari masing-masing kelompok oleh kelompok lain dan guru. Pembelajaran PjBL memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kreativitas dan mengaitkan interdisiplin ilmu yang dimilikinya dalam perencanaan dan pembuatan produk. Adanya pembagian kelompok-kelompok dalam pembelajaran diharapkan masing-masing siswa bertanggung jawab demi keberhasilan kelompoknya seperti penyediaan alat dan bahan yang lengkap dan sesuai, merangkai alat atau produk, diskusi kelompok (diskusi hasil kegiatan, pembagian kerja dalam kelompok sampai presentasi kelompok. Diharapkan dengan pengelompokkan dalam membuat produk ini siswa mampu lebih aktif dan kreatif dalam mengembangkan kreativitasnya. Penelitian ini terdiri dari dua variabel yang terdiri atas variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat yaitu pembelajaran berbasis proyek dan variabel bebas yaitu kreativitas siswa. Kerangka pemikiran di atas dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

22 X O X = Perlakuan yang diberikan (Variabel independen) O = Observasi (Variabel dependen) Gambar 1. Desain kerangka pikir Keterangan : X : Variabel terikat yang menggunakan PjBL O : Variabel bebas yaitu observasi kreativitas (Fraenkel & Wallen, 2007).