BAB V PEMBAHASAN. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada anak-anak di SDN Barengan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PEMBAHASAN. usus sebesar 18,3%. Prevalensi infeksi parasit tersebut lebih sedikit bila

BAB 1 PENDAHULUAN. yang kurang bersih. Infeksi yang sering berkaitan dengan lingkungan yang kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. tanah untuk proses pematangan sehingga terjadi perubahan dari bentuk non-infektif

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat sehingga perlu dipersiapkan kualitasnya dengan baik. Gizi dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Helminthes (STH) merupakan masalah kesehatan di dunia. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. infeksi parasit usus merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang diperhatikan dunia global,

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang dan beriklim tropis, termasuk Indonesia. Hal ini. iklim, suhu, kelembaban dan hal-hal yang berhubungan langsung

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

SUMMARY PERBEDAAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KECACINGAN DI SDN 1 LIBUO DAN SDN 1 MALEO KECAMATAN PAGUAT KABUPATEN POHUWATO

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ditularkan melalui tanah. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan infeksi cacing yang

I. PENDAHULUAN. tropis dan subtropis. Berdasarkan data dari World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. belum mendapatkan perhatian serius, sehingga digolongkan dalam penyakit

HUBUNGAN ANTARA INFEKSI KECACINGAN SOIL- TRANSMITTED HELMINTH (STH) DENGAN ANEMIA PADA ANAK- ANAK DI SDN BARENGAN, KECAMATAN TERAS, KABUPATEN BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. Mewujudkan misi Indonesia sehat 2010 maka ditetapkan empat misi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Kebijakan Penanggulangan Kecacingan Terintegrasi di 100 Kabupaten Stunting

I. PENDAHULUAN. dengan sekitar 4,5 juta kasus di klinik. Secara epidemiologi, infeksi tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. rawan terserang berbagai penyakit. (Depkes RI, 2007)

SKRIPSI. Oleh: Dian Kurnia Dewi NIM

I. PENDAHULUAN. Kecacingan adalah masalah kesehatan yang masih banyak ditemukan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi parasit pada saluran cerna dapat disebabkan oleh protozoa usus dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. depan yang perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Sekolah selain

BAB 1 PENDAHULUAN. lumbricoides dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia, dengan rata-rata kejadian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (cacing) ke dalam tubuh manusia. Salah satu penyakit kecacingan yang paling

SKRIPSI. Oleh. Yoga Wicaksana NIM

BAB I PENDAHULUAN. yang menentukan kualitas sumber daya manusia adalah asupan nutrisi pada

ABSTRAK. Infeksi kecacingan yang disebabkan oleh Soil Transmitted Helminths (STH)

BAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN.

PREVALENSI CACING USUS MELALUI PEMERIKSAAN KEROKAN KUKU PADA SISWA SDN PONDOKREJO 4 DUSUN KOMBONGAN KECAMATAN TEMPUREJO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

Pemeriksaan Kualitatif Infestasi Soil Transmitted Helminthes pada Anak SD di Daerah Pesisir Sungai Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar, Riau

I. PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan STH di Indonesia masih relatif tinggi pada tahun 2006,

Lampiran III : Tabel Frekuensi. Frequency Table. Universitas Sumatera Utara. Infeksi kecacingan STH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Infeksi cacing merupakan salah satu masalah. kesehatan masyarakat yang paling penting di seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK. Desy Apriani Sari, Pembimbing: drg. Donny P. SKM

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan sumber kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan,

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Mekanisme Penurunan Kognitif pada Infeksi STH. Infeksi cacing dapat mempengaruhi kemampuan kognitif.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

MALNUTRISI DAN INFEKSI CACING STH PADA IBU HAMIL DI DAERAH PESISIR SUNGAI SIAK PEKANBARU. Yanti Ernalia, Dietisien, MPH dr Lilly Haslinda, M.

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang, salah satunya adalah Indonesia. Helminthiasis atau

BAB 1 : PENDAHULUAN. SDKI tahun 2007 yaitu 228 kematian per kelahiran hidup. (1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit infeksi cacing usus terutama yang. umum di seluruh dunia. Mereka ditularkan melalui telur

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. nematoda yang hidup di usus dan ditularkan melalui tanah. Spesies cacing

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH PERILAKU HIDUP SEHAT TERHADAP KEJADIAN ASCARIASIS PADA SISWA SD NEGERI SEPUTIH III KECAMATAN MAYANG KABUPATEN JEMBER

BAB 1. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh. ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam memilih jenis makanan yang di konsumsi. Kecukupan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak

FAKTOR RISIKO PENYAKIT KECACINGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BELIMBING PADANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan manusia, yaitu sebagai vektor penular penyakit. Lalat berperan

Hubungan Infeksis Askariasis dengan Status Sosial Ekonomi pada Murid Sekolah Dasar Negeri 29 Purus

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

ABSTRAK. Kata Kunci: Cirebon, kecacingan, Pulasaren

MAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI

HUBUNGAN INVEKSI HELMINTHIASIS DENGAN KADAR HEMOGLOBIN (HB) PADA SISWA SD GEDONGBINA REMAJA KOTA SEMARANG 2011

Gambaran Kejadian Kecacingan Dan Higiene Perorangan Pada Anak Jalanan Di Kecamatan Mariso Kota Makassar Tahun 2014

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

BAB 1 PENDAHULUAN. satu kejadian yang masih marak terjadi hingga saat ini adalah penyakit kecacingan

HUBUNGAN ANTARA INFEKSI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS (STH) DENGAN KADAR EOSINOFIL DARAH TEPI PADA SISWA SD BARENGAN DI KECAMATAN TERAS BOYOLALI

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

Factors correlated with helminthiasis incidence on students of Cempaka 1 Elementary School Banjarbaru

STATUS GIZI IBU HAMIL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP BAYI YANG DILAHIRKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN INFEKSI CACING DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA SD INPRES NDONA 4 KECAMATAN NDONA KOTA ENDE ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional sebagai landasan kemajuan suatu bangsa, salah satu ciri bangsa yang maju adalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Anemia defisiensi besi (ADB) masih menjadi. permasalahan kesehatan saat ini dan merupakan jenis

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan yang sehat telah diatur dalam undang-undang pokok kesehatan

HUBUNGAN PERILAKU ANAK SEKOLAH DASAR NO HATOGUAN TERHADAP INFEKSI CACING PERUT DI KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2005

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja adalah tahapan umur yang datang setelah masa anak anak

HUBUNGAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN KECACINGAN DI SD ATHIRAH BUKIT BARUGA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terbentang antara 6 o garis Lintang Utara sampai 11 o. terletak antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia.

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) ambang menurut umur dan jenis kelamin (WHO, 2001).

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada anak-anak di SDN Barengan, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali pada bulan November 2014 didapatkan prevalensi infeksi kecacingan STH sebesar 47,3%. Terdapat peningkatan prevalensi infeksi kecacing STH dibandingkan penelitian sebelumnya yang dilakukan Zulkarnain (2004) pada anak-anak di SDN Salakan II, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali sebesar 15,68%. Jika dibandingkan dari jenis cacing yang menginfeksi, pada penelitian yang dilakukan penulis didapatkan hasil infeksi kecacingan Ascaris lumbricoides sebesar 25,7%, Hookworm sebesar 13,5%, Trichuris trichiura sebesar 1,3%, dan infeksi ganda Ascaris lumbricoides dengan Hookworm sebesar 6,8%. Sedangkan pada penelitian Zulkarnain (2004), infeksi kecacingan Ascaris lumbricoides sebesar 4,9%, Hookworm sebesar 3,92%, dan Trichuris trichiura sebesar 6,86%. Hasil tersebut terlihat pada penelitian penulis, cacing yang paling dominan menginfeksi adalah cacing Ascaris lumbricoides, sama halnya seperti penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ginting (2009); Osazuwa (2011); Jaya dan Romadilah (2013). Sedangkan pada penelitiaan Zulkarnain (2004) yang paling dominan menginfeksi adalah cacing Trichuris trichiura. Intensitas infeksi kecacingan STH dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu iklim dan kelembapan, sanitasi pribadi maupun lingkungan dan kondisi sosio-ekonomi demografi masyarakatnya (Palgunadi, 2010). Kecamatan Teras memiliki iklim dan kelembapan yang sesuai bagi cacing 60

61 STH untuk tumbuh, terbukti dengan tingginya angka infeksi kecacingan STH. Namun, pemahaman mengenai sanitasi pribadi maupun lingkungan dan kondisi sosio-ekonomi demografi masyarakat antar daerah mungkin tidaklah sama sehingga meyebabkan perbedaan intensitas infeksi kecacingan STH. Pada hasil pemeriksaan hemoglobin, didapatkan prevalensi anemia pada anak-anak di SDN Barengan, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali sebesar 14,9%. Kemudian antara infeksi kecacingan STH dengan anemia dilakukan analisis bivariat dengan uji Chi Square, didapatkan hasil bahwa kedua variabel yang dinilai tidak berhubungan secara statistik. Analisis bivariat dilanjutkan secara spesifik cacing penyebabnya dengan anemia, didapatkan hasil yang seluruhnya menunjukkan bahwa tidak memiliki hubungan yang signifikan secara statistik. Hasil tersebut sama seperti penelitian yang dilakukan Jaya dan Romadilah (2013) pada 68 anak di SDN 51 Cakranegara, Kota Mataram, bahwa tidak ada hubungan antara infeksi kecacingan STH dengan anemia. Namun, jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Osazuwa (2011) pada 316 anak di Edo, Nigeria, menunjukkan hasil yang signifikan antara infeksi kecacingan Ascaris lumbricoides, dan Hookworm dengan anemia. Faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada orang yang terinfeksi kecacingan STH, diantaranya karena lamanya infeksi, cadangan besi tubuh, asupan makanan, dan kebutuhan besi untuk proses fisiologi tubuh (Bethony et al., 2006). Tahap terjadinya anemia defisiensi besi terbagi menjadi 3 tahap, yaitu tahap Iron Depleted, tahap Iron Deficient erythropoiesis, dan tahap Iron Deficient merupakan tahap terakhir yang dapat menunjukkan manifestasi berkurangnya

62 kadar hemoglobin (Muhammad dan Sianipar, 2005). Perbedaan hasil penelitian Osazuwa et al. (2011) dengan penelitian penulis mungkin dikarenakan perbedaan dalam pemeriksaan anemia yang digunakan dan karakteristik status gizi subjek penelitian. Peneliti menggunakan pemeriksaan cyanmethemoglobin yang memberikan hasil kadar hemoglobin yang merupakan indikator anemia tahap Iron Deficient, sedangkan serum ferittin dapat digunakan untuk indikator anemia tahap awal yaitu Iron Depleted sehingga lebih sensitif untuk deteksi dini anemia. Selain itu, pada penelitian Osazuwa et al. (2011) dilakukan pemeriksaan status gizi dan didapatkan hasil malabsorbsi yang nyata pada anak-anak di Edo, Nigeria dengan 37% mengalami stunted, 19,3% mengalami wasted, dan 44% underweight. Diyakini bahwa dengan kondisi status gizi yang buruk sebagai indikator lamanya infeksi kecacingan STH dan akan mempengaruhi kejadian anemia yang dialami. Namun pada penelitian penulis tidak dilakukan pemeriksaan status gizi, hanya dilakukan pemeriksaan asupan nutrisi dengan foodrecall sehingga mungkin mempengaruhi hasil yang tidak signifikan antara infeksi STH dengan anemia pada anak-anak di SDN Barengan, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali. Pada penelitian Jaya dan Romadilah (2013) hasil yang tidak signifikan antara infeksi kecacingan STH dengan anemia dikarenakan pola makan anak-anak yang bergizi dan seimbang sehingga walaupun terinfeksi kecacingan namun dengan pola makan yang sehat, bergizi, dan seimbang menyebabkan kadar hemoglobin > 12 gr/dl. Berbeda dengan Jaya dan Romadilah (2013), jika pada penelitian penulis hasil yang tidak signifikan antara infeksi kecacingan STH dengan anemia mungkin dikarenakan tahapan terjadinya anemia defisiensi besi pada anak-anak di

63 SDN Barengan belum sampai pada tahap akhir yaitu tahap Iron Deficient, sehingga dari hasil pemeriksaan kadar hemoglobin sebagian besar anak dengan infeksi kecacingan STH masih terlihat normal. Mungkin saat ini cadangan besi untuk membuat hemoglobin masih tercukupi, namun tidak menutup kemungkinan anak-anak yang terinfeksi kecacingan STH dengan berjalannya waktu dapat mengalami anemia defisiensi besi jika infeksi kecacingan STH-nya tidak diobati. Selain itu, pada penelitian ini tidak dilakukan hitung kuantitatif telur per gram sehingga tidak bisa menilai lamanya infeksi yang dialami. Mungkin infeksi yang dialami belum mencapai kronis sehingga belum memperlihatkan manifestasi anemia. Berdasarkan analisis bivariat faktor yang mempengaruhi infeksi STH di SDN Barengan, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali, diantaranya sosial-ekonomi demografi dan sanitasi pribadi menunjukkan bahwa pada hasil sosio-ekonomi demografi tidak ada yang berpengaruh secara signifikan namun secara data, UMK baik ayah maupun ibu lebih banyak dengan penghasilan < UMK. Kelompok masyarakat dengan sosial-ekonomi rendah akan kesulitan untuk menyediakan sanitasi pribadi, sehingga dapat mempengaruhi terjadinya infeksi kecacingan STH (Palganudi, 2010). Sedangkan pada hasil sanitasi pribadi yang berpengaruh diantaranya diperoleh dari hasil kebiasaan menggunakan alas kaki dan penilaian sanitasi pribadi secara keseluruhan. Faktor sanitasi pribadi memang memegang peranan yang penting dalam infeksi kecacingan STH pada anak, diantaranya perilaku tidak mencuci tangan setelah buang air besar, setiap kali mandi tidak menggunakan sabun, tidak mencuci kaki dan tangan dengan sabun setelah

64 bermain di tanah, tidak menggunakan alas kaki ketika bermain dan keluar dari rumah, kebersihan kuku tidak dijaga dengan baik, kondisi air yang tidak baik dan sering mengkonsumsi air yang belum matang (Ginting, 2009). Perilaku anak di SDN Barengan, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali dengan sanitasi yang kurang terutama saat bermain tanpa menggunakan alas kaki menjadi faktor penting dalam penularan rantai infeksi kecacingan STH. Analisis bivariat faktor yang mempengaruhi anemia di SDN Barengan, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali, menunjukan hasil yang berhubungan secara signifikan pada asupan protein namun tidak signifikan pada asupan energi. Asupan protein dari daging merah merupakan sumber asupan zat besi yang penting dalam pembentukan hemoglobin (Price and Wilson, 2003). Anemia yang terjadi pada anak-anak di SDN Barengan bukan dikarenakan infeksi kecacingan STH, melainkan sesuai dengan analisis mungkin karena asupan protein yang kurang tercukupi.