KETERANGAN PERS DITJEN PAJAK Terkait Penerbitan PP 36 Tahun 2017 tentang Pengenaan Pajak Penghasilan atas Penghasilan Tertentu Berupa Harta Bersih yang Diperlakukan atau Dianggap Sebagai Penghasilan TINDAK LANJUT AMNESTI PAJAK
OVERVIEW AMNESTI PAJAK
Konsekuensi Pasal 13 dan Pasal 18 UU TA PESERTA Tax Amnesty Jika: Tidak jadi repatriasi atau tidak menginvestasikan selama 3 tahun; Mengalihkan harta ke luar NKRI sebelum 3 tahun Konsekuensi: harta dalam Surat Keterangan diperlakukan sebagai penghasilan Tahun Pajak 2016; dikenai PPh + sanksi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan di bidang perpajakan. Jika: ditemukan Harta lain yang tidak diungkapkan dalam SPH Konsekuensi: harta yang ditemukan dianggap sebagai penghasilan saat ditemukan; dikenai PPh sesuai ketentuan perundang-undangan di bidang PPh + sanksi sebesar 200%.
Konsekuensi Pasal 13 dan Pasal 18 UU TA Tidak ikut Tax Amnesty Jika: ditemukan Harta yang diperoleh sejak 1 Januari 1985 s.d. 31 Desember 2015 dan belum dilaporkan dalam SPT PPh Konsekuensi: harta yang ditemukan dianggap sebagai penghasilan saat ditemukan; dikenai PPh + sanksi sesuai ketentuan peraturan perundangundangan di bidang perpajakan.
KEPASTIAN HUKUM Pemerintah menunjukkan konsistensi kebijakan dan memberikan kepastian hukum yang menjamin hak dan kewajiban bagi Wajib Pajak serta kewenangan Direktorat Jenderal Pajak dalam melaksanakan amanat Pasal 13 dan Pasal 18 UU Pengampunan Pajak.
KEADILAN PP ini memberikan rasa keadilan bagi WP yang sudah melaksanakan kewajiban perpajakan selama ini dengan benar, termasuk bagi para peserta program Amnesti Pajak, melalui pemerataan beban pajak kepada WP yang belum melaksanakan kewajiban pajak dengan benar namun tidak mengikuti program amnesti pajak
NAMUN PP ini tidak berlaku bagi masyarakat yang memiliki penghasilan di bawah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) atau memiliki penghasilan dari warisan dan/atau hibah yang sudah dilaporkan dalam SPT pewaris dan/atau pemberi hibah. Sebagai wujud keberpihakan Pemerintah. (Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-11/PJ/2016)
PER-11/PJ/2016 1 2 3 4 5 Penghasilan Anda di bawah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) meskipun memiliki harta, seperti: berpenghasilan rendah (misalnya petani dan nelayan kecil) seorang pensiunan yang penghasilannya hanya dari uang pensiun Anda tinggal di luar negeri lebih dr 183 hari dlm jangka waktu 12 bulan dan tidak punya penghasilan di Indonesia Anda memiliki warisan yg belum dilaporkan di SPT Tahunan, namun penghasilan Anda tidak ada atau di bawah PTKP Anda adalah Orang Pribadi yg memiliki harta berupa hibah yang belum dilaporkan di SPT Tahunan, namun penghasilan Anda tidak ada atau di bawah PTKP Anda memilih untuk melakukan Pembetulan SPT Tahunan
KEBERPIHAKAN PEMERINTAH DARI SEGI TARIF WP Badan maupun Orang Pribadi yang memiliki: a. penghasilan bruto dari usaha dan/atau pekerjaan bebas hingga Rp 4,8 miliar, b. penghasilan bruto selain dari usaha dan/atau pekerjaan bebas hingga Rp 632 juta, atau c. penghasilan bruto selain dari usaha dan/atau pekerjaan bebas hingga Rp 632 juta dan penghasilan bruto dari usaha dan/atau pekerjaan bebas, yang secara total jumlah penghasilan bruto dari keduanya paling banyak Rp4,8 miliar. diberikan tarif yang lebih ringan (12,5%) dibandingkan dengan tarif yang dikenakan kepada kelompok WP Badan (25%) dan WP OP (30%) lainnya. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa WP tersebut masih perlu dibina dan dikembangkan, tanpa dibebani pajak yang tinggi.
DITJEN PAJAK MENGIMBAU apabila wajib pajak tidak mengikuti amnesti pajak masih terdapat harta yang diperoleh dari penghasilan yang belum dibayarkan pajaknya, dan harta tersebut belum dilaporkan dalam SPT Tahunan, maka selama belum dilakukan pemeriksaan, wajib pajak masih dapat melakukan pembetulan SPT dengan melaporkan harta tersebut serta penghasilan dan pajak yang harus dibayar.
JANGAN KHAWATIR Ditjen Pajak akan menerapkan PP ini secara profesional dengan mengedepankan semangat rekonsiliasi dan perbaikan kepatuhan pajak sambil tetap menjaga confidence dunia usaha dan iklim investasi
POKOK-POKOK REGULASI PP 36 TAHUN 2017
Dasar Hukum Pasal 4 ayat (2) huruf e UU PPh: Penghasilan tertentu lainnya dapat dikenai pajak bersifat final, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah Harta bersih yang diperlakukan atau dianggap sebagai penghasilan berdasarkan UU TA
SUBJEK & TARIF
Objek Pajak
Pengenaan Pajak TARIF X DASAR PENGENAAN PAJAK WP Badan WP Orang Pribadi 25% 30% WP Tertentu* (Badan dan OP) 12,5%
Wajib Pajak Tertentu WP yang menerima penghasilan dari usaha/pekerjaan bebas Paling banyak Rp4,8 miliar (Bruto) WP yang menerima penghasilan selain dari usaha/pekerjaan bebas Paling banyak Rp632 juta (bruto) WP menerima penghasilan gabungan (bruto), paling banyak RP4,8 miliar dari total penghasilan Rp632 juta penghasilan selain dari usaha meliputi seluruh penghasilan yang merupakan objek PPh yang bersifat final tidak bersifat final
Wajib Pajak Tertentu (2) Penghasilan Bruto Wajib Pajak Tertentu ditentukan berdasarkan: Bagi yang ikut TA: SPT PPh Terakhir; surat pernyataan mengenai besaran peredaran usaha yang dilampirkan dalam Surat Pernyataan; atau Bagi yang Tidak Ikut TA : SKP, SK Pembetulan, SK Pengurangan Ketetapan Pajak, SK Keberatan, Put. Banding, Put. PK, yang paling akhir atas kewajiban PPh Tahun Pajak Terakhir; SPT PPh Terakhir, jika belum SKP; surat pernyataan besaran penghasilan bruto pada Tahun Pajak Terakhir (dalam hal tidak terdapat dokumen-dokumen diatas)
Harta Dianggap Sebagai Tambahan Penghasilan
Dasar Pengenaan (Objek Pajak)
Saat Terutang
Penilaian Harta
CONTOH
PENERAPAN TARIF Tuan A merupakan pengusaha katering. Pada Tahun Pajak 2015, Tuan A hanya menerima penghasilan berupa: penghasilan usaha katering sebesar Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) yang dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final; dan penghasilan sebagai pembawa acara di televisi sebesar Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) yang dikenai Pajak Penghasilan yang tidak bersifat final. Penghasilan bruto dari usaha dan/atau pekerjaan bebas Jumlah Dikenai PPh final (a) Rp 2.000.000.000,00 Dikenai PPh tidak final (b) Rp 500.000.000,00 Penghasilan bruto (a+b) Rp 2.500.000.000,00 Mengingat Tuan A menerima penghasilan bruto dari usaha dan/atau pekerjaan bebas pada Tahun Pajak 2015 sebesar Rp 2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah) maka tarif yang berlaku bagi Tuan A sebesar 12,5% (dua belas koma lima persen).
PENERAPAN TARIF
Wajib Pajak tidak melakukan kewajiban untuk tidak mengalihkan Harta ke luar wilayah NKRI dan/atau tidak melaksanakan pengalihan harta dan investasi ke dalam wilayah NKRI
Wajib Pajak tidak melakukan kewajiban untuk tidak mengalihkan Harta ke luar wilayah NKRI dan/atau tidak melaksanakan pengalihan harta dan investasi ke dalam wilayah NKRI
Wajib Pajak tidak melakukan kewajiban untuk tidak mengalihkan Harta ke luar wilayah NKRI dan/atau tidak melaksanakan pengalihan harta dan investasi ke dalam wilayah NKRI
Wajib Pajak mengikuti Pengampunan Pajak namun belum atau kurang mengungkapkan Harta Bersih dalam Surat Pernyataan
Wajib Pajak tidak mengikuti Pengampunan Pajak namun Direktur Jenderal Pajak menemukan data dan/atau informasi terkait dengan Harta yang belum dilaporkan dalam SPT PPh.