BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

MAKALAH PANCASILA OLEH : MIKHAEL ALEXIUS WAHIDMA NIM : : SYSTEM INFORMASI(S1-SI) DOSEN. : MOHAMMAD IDRIS.P,Drs,MM

BAB 1 PENDAHULUAN. Kenakalan remaja adalah perilaku jahat secara social pada anak-anak dan

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan dewasa Sulistyawati (2014). fisik, psikis dan lingkungan Willis (2014). Tuntutan-tuntutan inilah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang remaja. Istilah remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,

BAB I PENDAHULUAN. indah itu adalah masa remaja, karena pada saat remaja manusia banyak

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha mencapai tujuan bangsa Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Remaja berasal dari bahasa latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi

BAB II LANDASAN TEORI. oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum.

BAB I PENDAHULUAN. Komnas Perlindungan Anak, yaitu Arist Merdeka Sirait dalam wawancara dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan masa remaja, kemudian masa dewasa. Masa remaja adalah masa. fisik, kognitif dan sosial emosional (Santrock, 2003).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak

FAJAR DWI ATMOKO F

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : STUDI DESKRIPTIF POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA DI KELAS XI SMK ISLAM AL HIKMAH MAYONG JEPARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan seluruh keluarga. Karena tujuan perkawinan adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber

A. LatarBelakangMasalah

BAB XII PERILAKU MENYIMPANG

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja semakin dirasa meresahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan kemudahan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, namun cenderung rasa penasaran itu berdampak negatif bagi remaja,

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak termasuk golongan dewasa dan juga bukan golongan anak-anak, tetapi remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebelumnya hanya menerima 30 kasus (Muchtar,2008). Data populasi kenakalan

HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DENGAN PERILAKU KENAKALAN REMAJA SISWA KELAS VII SMPN 2 PAGERWOJO TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

PENYIMPANGAN SOSIAL, DAMPAK DAN UPAYA PENCEGAHANNYA

PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

SOSIALISASI KENAKALAN REMAJA SMP N 2 NGAGLIK, SLEMAN, YOGYAKARTA.

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dijelaskan bahwa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERILAKU MENYIMPANG.

2015 UPAYA GURU PENJASORKES DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA SMA/SMK SE- KECAMATAN MARGAHAYU KABUPATEN BANDUNG

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama dan pertama dalam. terhadap pembentukan kepribadian dan perkembangan tingkah laku anak

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

I. PENDAHULUAN. kriminalitas nya tidak hanya dilakukan orang dewasa namun anak-anak pun saat

HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. Remaja sedang mencari-cari figur panutan, namun figur itu tidak ada didekatnya.

BAB I PENDAHULUAN. terbitan kota Medan seperti Waspada, Posmetro dan lain sebagainya tentang

BAB I PENDAHULUAN. karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dengan

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Remaja di Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul

BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih

Singgih D. Gunarso mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat, banyak ditemukan perubahan-perubahan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolesense adalah periode perkembangan selama individu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah moral adalah masalah yang sangat mendasar pada nilai manusia atau bangsa yang pada dasarnya terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. manusia, yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA KARENA KENAKALAN REMAJA DI RT RW VI KELURAHAN DARMO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

HUBUNGAN ANTARA URUTAN KELAHIRAN DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi demi perkembangan dan pertumbuhannya. kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat modern dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah sering

BAB I PENDAHULUAN. didalam mewujudkan suatu tujuan bersama-sama diantara masyarakat. anggotanya, dibandingkan dengan penduduk diluar batas wilayahnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu fenomena yang akhir-akhir ini hampir terjadi dimana-mana

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan alkohol pada tahun 2002, dan penyebab utama terjadinya

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

RASA BERSALAH PADA REMAJA NAKAL SKRIPSI

KENAKALAN REMAJA : PENYEBAB & SOLUSINYA. Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode kehidupan penuh dengan dinamika, dimana

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan peralihan transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 atau 17 tahun dan akhir masa remaja bermula dari 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun, yaitu usia matang secara hukum, dengan demikian akhir masa remaja merupakan periode yang sangat singkat (Monks, 2004). Pada masa transisi tersebut kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis, yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang. Pada kondisi tertentu perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang mengganggu (Tarwoto, dkk, 2010). Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturanaturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur tersebut berarti telah menyimpang (Sarwono, 2011). Hampir setiap hari kasus kenakalan remaja selalu kita temukan di media-media massa, dimana sering terjadi di Kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Medan, salah satu wujud dari kenakalan remaja adalah tawuran yang dilakukan oleh para pelajar atau remaja. Data Komnas PA merilis jumlah tawuran pelajar tahun 2010 sebanyak 128 kasus dan pada tahun 2011 sebanyak 339 kasus dan memakan korban jiwa 82 orang. Berdasarkan jumlah tersebut dapat dinyatakan dalam 1 tahun terdapat peningkatan mencapai hampir 2 kali lipat (Kompasiana, 2012). Kenakalan remaja selain dalam bentuk tawuran juga terdapat perilaku kriminalitas yang dilakukan oleh remaja. Berdasarkan data dari Badan Pusat

2 Statistik (BPS) menemukan adanya kecenderungan yang meningkat yaitu dari tahun 2007 tercatat sekitar 3.100 orang pelaku remaja berusia 18 tahun atau kurang. Jumlah itu meningkat pada 2008 menjadi 3.300 pelaku dan menjadi 4.200 pelaku pada 2009. Hasil analisis data yang bersumber dari berkas laporan penelitian kemasyarakatan Bapas mengungkapkan bahwa 60,0% dari mereka adalah remaja putus sekolah; dan 67,5% masih berusia 16-17 tahun. Sebesar 81,5% mereka berasal dari keluarga yang kurang/tidak mampu secara ekonomi. Tindak pidana yang dilakukan remaja itu umumnya adalah pencurian (60,0%) dengan alasan faktor ekonomi sebesar 46,0% remaja (BPS, 2010). Polda Metro Jaya melaporkan bahwa pada ahir tahun 2012 menemukan kasus kenakalan remaja mengalami peningkatan cukup signifikan, yaitu sebesar 36,66 persen. Sebaliknya, tindak kejahatan pemerkosaan termasuk yang menurun cukup banyak, yakni 22,53 persen. Kesebelas jenis kasus menonjol itu sendiri di antaranya adalah pencurian dengan kekerasan (curas), pencurian dengan pemberatan (curat), penganiayaan berat, pembunuhan, pencurian kendaraan bermotor, kebakaran, judi, pemerasan, perkosaan, narkotika, serta kenakalan remaja (Beritasatu, 2012). Kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh remaja sangat beragam. Bentuk kenakalan remaja tersebut seperti: kabur dari rumah, membawa senjata tajam, dan kebut-kebutan di jalan, sampai pada perbuatan yang sudah menjurus pada perbuatan kriminal atau perbuatan yang melanggar hukum seperti; pemerasan, pencurian, mabuk-mabukan, penganiayaan, perampokan, pemerkosaan, seks bebas, pemakaian obat-obatan terlarang, dan tindak kekerasan lainnya yang sering diberitakan media-media masa (Gunarsa, 2009). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kenakalan pada remaja. Faktor yang menyebabkan kenakalan remaja itu sendiri antara lain identitas remaja itu sendiri, dimana karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja. Faktor lain adalah Faktor lingkungan merupakan peran

3 utama dalam membantu masa remaja untuk menyelesaikan tugas perkembangannya. Faktor lingkungan ini terdiri dari keluarga, sekolah dan kondisi masyarakat. Berkaitan dengan faktor keluarga dalam hal ini peran orang tua yang ikut membentuk kepribadian remaja sehingga remaja salah satu bentuk kepribadian yang menyimpang adalah bentuk kenakalan pada remaja (Sarwono, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Shanty (2012) menemukan bahwa faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja pada anak keluarga buruh pabrik rokok Djarum yaitu kurang tersedianya waktu orang tua untuk mendidik anak, tidak adanya pengawasan dari orang tua, pengaruh lingkungan, pengaruh teman sepermainan serta faktor kesenangan dari para remaja sendiri. Peran orang tua dalam mencegah kenakalan anak remajanya berjalan kurang efektif. Studi pendahuluan yang dilakukan di Desa Cangkring Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan melalui pendekatan dan wawancara singkat pada tanggal 5 Januari 2013 dengan 10 remaja yang ada di desa tersebut mendapatkan bahwa 6 diantaranya menyatakan memiliki kebiasaan berkumpul bersama-sama kemudian dari situ timbul keinginan-keinginan untuk melakukan hal-hal yang kurang terpuji. Pada beberapa kesempatan mereka ini secara patungan membeli minuman keras dan mengkonsumsinya bersama-sama. Bentuk kenakalan lain mereka seperti penuturan dari salah satu remaja tersebut yaitu mereka acapkali pergi ke tempat lokalisasi walaupun pertama kali hanya sekedar bermain kemudian akhirnya tergiur dan mencoba melakukan hubungan seks dengan perempuan pekerja seksual yang ada di tempat tersebut. Berkumpulnya mereka dengan sendirinya membentuk satu ikatan seperti kelompok gang yang juga kerap kali terlibat dalam aksi tawuran. Menurut penuturan dari dua remaja diantaranya mereka lebih senang berkumpul karena mereka mendapatkan kehangatan dalam berkumpul dengan teman sebayanya dibandingkan di rumah. Jika di rumah mereka merasakan kesepian dan dirasakan kurang terjalinnya komunikasi diantara angota keluarga. Peraturan-peraturan yang dibuat dalam keluarga sering kali dilanggar oleh remaja dan ada kecenderungan untuk mengikuti kondisi yang

4 berkembang di dalam kelompok sebayanya sebagai usaha untuk diterima dalam kelompoknya. Remaja-remaja ini juga merasa canggung untuk mengungkapkan perasaannya kepada orang tua dan lebih merasa senang jika berkeluh kesah terhadap teman sebayanya, dan hal ini akan menjadi berbahaya jika pelampiasan perasaan tersebut dilakukan dalam bentuk yang salah. Berdasarkan dari uraian di atas, perlu untuk diteliti tentang peran orang tua dalam mencegah kenakalan pada remaja di Desa Cangkring Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan. B. Rumusan masalah Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka masalah penelitian yang dapat dirumuskan adalah Bagaimana peran orang tua dalam mencegah kenakalan remaja di Desa Cangkring Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan? C. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui peran orang tua dalam mencegah kenakalan pada remaja. 2. Tujuan khusus a. Mengidentifikasi pengetahuan orang tua tentang kenakalan remaja. b. Mengidentifikasi peran orang tua dalam mencegah kenakalan pada remaja yang meliputi pengasuhan, komunikasi, pengenalan sifat, upaya pencegahan kenalan remaja. c. Mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi orang tua dalam pengasuhan kepada anak remaja. D. Manfaat penelitian 1. Institusi Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi institusi kesehatan khususnya puskesmas berkaitan dengan

5 keperawatan jiwa remaja dan keperawatan keluarga. 2. Institusi Pendidikan Menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pendidik tentang psikologi perkembangan remaja sehingga pendidik dapat membimbing anak didiknya dalam upaya mencegah atau meminimalkan terjadinya kenakalan remaja. 3. Bagi perawat Dapat menambah pengetahuan dan wawasan perawat tentang perkembangan psikologi anak terutama anak remaja dengan penyimpangan sosial yang terjadi kaitannya dengan pola pengasuhan orang tua. 4. Bagi orang tua Sebagai tambahan atau masukan bagi orang tua dalam memberikan pengasuhan yang tepat sehingga dapat mendorong para remaja untuk menghindari perilaku yang menyimpang atau kenakalan remaja. E. Bidang Ilmu Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu keperawatan jiwa. F. Keaslian penelitian Tabel 1.1 Keaslian penelitian Judul Pengarang Desain Hasil Faktor penyebab kenakalan remaja pada anak keluarga buruh pabrik rokok djarum di kudus Ida Nor Shanty (2012) Kualitatif Faktor penyebab terjadinya kenakalan remaja pada anak keluarga buruh pabrik rokok Djarum yaitu kurang tersedianya waktu orang tua untuk mendidik anak, tidak adanya pengawasan dari orang tua, pengaruh lingkungan, pengaruh teman sepermainan serta faktor kesenangan dari para remaja sendiri. Peran orang tua dalam mencegah kenakalan anak remajanya berjalan kurang efektif. Ibu buruh pabrik rokok Djarum sibuk bekerja, sehingga kurang memperhatikan pendidikan dan aktivitas anaknya sehari-hari. Faktor pendukung peran orang tua dalam mencegah kenakalan anak remajanya yaitu tersedianya sarana televisi tetapi tidak.

6 Judul Pengarang Desain Hasil Hubungan Antara Tingkat Kontrol Diri Dengan Kecenderungan Perilaku Kenakalan Remaja Strategi penanggulangan kenakalan anakanak remaja usia sekolah Pola asuh orang tua terhadap perilaku sosial anak remaja di Desa Arang Limbung Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya Iga Serpianing Aroma dan Dewi Retno Suminar (2012) Armadi Arkhan (2006) Indang Maryati, Asrori, Donatianus BSEP3 (2009) Survey analitik dengan analisis korelasi Kualitatif Kualitatif dimanfaatkan secara baik. Faktor penghambatnya yaitu ketidaktegasan orang tua dalam mendidik anak, aktifitas anak yang sering bermain, pengaruh lingkungan, pengaruh teknologi dan pengaruh teman sepermainan Hasil analisis data penelitian menunjukkan nilai korelasi antara variabel kontrol diri dengan kecenderungan perilaku kenakalan remaja sebesar - 0,318 dengan p sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif yang signifikan antara tingkat kontrol diri dengan kecenderungan perilaku kenakalan remaja Penyebab kenakalan mereka adalah karena perilaku orangtua, perceraian, teman dekat, penyalah gunaan teknologi, dan pornografi. Sementara strategi penanggulangannya dengan penanaman akhlak dalam keluarga, meningkatkan kualitas kesalehan, dan memperluas wawasan mereka Hasil penelitian menemukan orang tua berusaha untuk mengatasinya menggunakan pola asuh yang domokratis. Pola asuh demokrastis yang diterapkan diantaranya memberikan kebebasan kepada anak untuk menentukan keinginannya sendiri, memberikan skala prioritas untuk pendidikan anak, dan melakukan komunikasi dengan baik. Pola asuh orang tua yang dilakukan selama ini dengan menggunakan pola asuh otoriter dianggap kurang efektif, karena anak remaja merasa diabaikan hak-haknya oleh orang tua. Selain pola asuh otoriter, pola asuh penelantar atau lepas kasih yang selama ini digunakan orang tua juga belum dianggap efektif, karena anak rema merasa diberikan batasan dalam menentukan pilihan mereka. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penekanan peran orang tua sebagai upaya dalam pencegahan kenakalan pada remaja, sementara penelitian sebelumnya meneliti tentang kejadian kenakalan remaja yang dikaitkan dengan variabel-variabel lain.