BAB 1 PENDAHULUAN. era globalisasi dan keterbukaan informasi. Pariwisata telah menjadi salah satu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata merupakan industri yang banyak dikembangkan di negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan

Fian Damasdino Dosen Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakara

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi agenda utama pemerintah Indonesia.

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

ARAHAN BENTUK, KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA PADA PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PANTAI PARANGTRITIS. Oleh : MIRA RACHMI ADIYANTI L2D

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai negara kepalauan terbesar di dunia. Kekayaan alam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber pendapatan daerah.program pengembangan dan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PUSAT PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA AGRO PAGILARAN BATANG JAWA TENGAH Dengan Tema Ekowisata

BAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya

BAB I PENDAHULUAN. telah tertuang rencana pembangunan jaringan jalur KA Bandara Kulon Progo -

BAB I PENDAHULUAN. daerah pegunungan, pantai, waduk, cagar alam, hutan maupun. dalam hayati maupun sosio kultural menjadikan daya tarik yang kuat bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. transportasi telah membuat fenomena yang sangat menarik dimana terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beribu

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. proses penyediaan lapangan kerja, standar hidup bagi sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak kepariwisataan menjadi suatu industri yang populer karena manfaat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Yogyakarta yang memiliki luasan 1.485,36 kilometer persegi. Sekitar 46,63 %

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. proses untuk menarik wisatawan dan pengunjung lainnya (McIntosh : 4, 1972). Kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia setelah Bali. Aliran uang yang masuk ke provinsi DIY dari sektor

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, ciri itulah yang menandai pola kehidupan manusia. Mobilitas merupakan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 6.1 Kesimpulan. 1. Rendahnya tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kulon Progo dapat

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan ekonomi nasional sebagai sumber penghasil devisa, dan membuka

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Demikian pula dengan kondisi tanah dan iklim yang beragam, sehingga keadaan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT '

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

BAB I PENDAHULUAN. melimpah, mulai dari sektor migas, pertanian yang subur serta pariwisata. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian yang telah dibahas oleh peneliti pada bab-bab sebelumnya mengenai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai wilayah

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

Denpasar, Juli 2012

BAB I PENDAHULUAN ± 153 % ( ) ± 33 % ( ) ± 14 % ( ) ± 6 % ( )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini dapat menggerakkan pertumbuhan industri pada sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. daerah tersebut. Menurut Masyhudzulhak dalam Proceeding Book. Simposium Ilmu Administrasi Negara untuk Indonesia (2011) daerah

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bermacam macam ras, suku, dan etnis yang berbeda-beda. Masing-masing daerah

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sektor pariwisata mengalami kemajuan yang cukup pesat di era globalisasi dan keterbukaan informasi. Pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia dan merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara. Beberapa negara seperti Thailand, Singapura, Filipina, Maladewa, Hawaii, dan Karibia sangat tergantung devisa yang di dapat dari kedatangan wisatawan (Pitana, 2005:3). Sektor pariwisata menjadi urat nadi perekonomian di banyak negara. Banyak manfaat dari dunia pariwisata yang secara signifikan mempunyai dampak pada perkembangan perekonomian suatu negara. Selain peningkatan devisa negara, pariwisata juga berperan dalam bentuk perluasan lapangan kerja, peningkatan pertumbuhan ekonomi, peningkatan kesejahteraan masyarakat, kemiskinan, dan pemerataan pembangunan spasial. Pariwisata muncul sebagai salah satu kekuatan dan harapan bagi pemulihan kembali pembangunan nasional (Hendrie dalam Fandeli, 2000:33). Pembangunan pariwisata yang bermuara kepada tujuan tersebut, pada dasarnya tidak terlepas dari peran serta masyarakat dan pemerintah daerah sebagai regulator. Potensi sektor pariwisata yang tersebar dari ujung barat sampai ujung timur kepulauan Indonesia sangat beragam. Indonesia sebagai negara dengan megabiodiversity nomor dua di dunia telah dikenal memiliki kekayaan alam, flora, dan fauna yang sangat tinggi (Fandeli, 2000:3). Indonesia memiliki pantai-pantai nan indah yang membentang sepanjang ujung barat Pulau Sumatra sampai Pulau

2 Jawa hingga ke timur sampai Papua. Indonesia memiliki gunung-gunung indah yang menjulang tinggi, beragam wisata kekayaan adat dan budaya dari suku-suku di Indonesia, bangunan-bangunan peninggalan masa kolonial yang masih dirawat dengan baik, serta tumbuh suburnya tempat-tempat wisata minat khusus berbasis konservasi/pelestarian alam. Konsep ini merupakan suatu perpaduan dari berbagai minat yang tumbuh dari keprihatinan terhadap lingkungan, ekonomi dan sosial budaya. Inilah trend perkembangan sektor pariwisata ke depan yang berkembang pesat di Indonesia. Wisatawan di sini beberapa tahun terakhir banyak yang menyukai jenis wisata yang berkonsep pada pelestarian alam. Khusus untuk yang terakhir, jenis wisata yang berbasis konservasi/pelestarian alam tersebut tidak hanya sekedar melakukan kegiatan wisata massal seperti mengunjungi obyek wisata, foto-foto, pengamatan lapangan tetapi juga terkait dengan konsep pendidikan, pelestarian alam/hutan atau satwa langka dan pemberdayaan masyarakat lokal (Fandeli, 2000:5). Perkembangan pariwisata di Yogyakarta cukup pesat selama 5 tahun terakhir. Hasil survei tahunan tentang pasar wisata DIY ke beberapa kota se-jawa sejak 2009 menyebutkan study tour ke Yogya sebagai pilihan utama di luar Jakarta dan Bali (Opini Kedaulaatan Rakyat, 20 Juni 2012 terarsip di http://epaper.krjogja.com/?edisi=2012-06-20). Hal ini tentu sejalan dengan Perda No 1 Tahun 2012 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (RIPPDA) DIY 2012-2025. Yogyakarta berusaha menjadi destinasi wisata yang terkemuka, berkelas dunia, berdaya saing, berwawasan budaya, berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah dan pemberdayaan masyarakat.

3 Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) juga berusaha menjadi MICE City yang menitikberatkan kepada aktivitas Meeting, Incentive Tour, Conference, and Exhibition. Pembangunan hotel sebagai salah satu akomodasi serta berbagai mana fasilitas yang sekiranya menunjang yang mempengaruhi sektor pariwisata terus menerus dilakukan di Yogya. Tercatat pada tahun 2013 terdapat penyelenggaraan 13.695 MICE di hotel berbintang DIY. Jumlah ini meningkat 6,13% dibandingkan tahun sebelumnya (RKPD DIY, 2014:185). Selain ketersediaan infrastruktur hotel dan ruang pertemuan, fasilitasfasilitas pelayanan publik seperti jalan, transportasi massal dalam kota, bandara baru, penataan stasiun, penataan obyek wisata, dipersiapkan sejak dini. Pembangunan berbagai macam fasilitas tersebut tidak cukup dipusatkan di wilayah perkotaan (Kodya Yogya dan Kabupaten Sleman), namun ikut menjalar ke wilayah Yogyakarta bagian selatan yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia meliputi Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulonprogo. Roda pembangunan di ketiga kabupaten tersebut mulai menggeliat. Berbagai infrastruktur baik skala nasional/pusat maupun daerah dibangun sedemikian rupa. Aktivitas pariwisata yang selama ini menjadi denyut nadi wilayah selatan DIY yang meliputi yang meliputi ketiga kabupaten diatas terus berkembang pesat. Visi Gubernur DIY Sri Sultan HB X dalam RPJMD 2012 2017 dengan tema Daerah Istimewa Yogyakarta menyongsong peradaban baru dengan membalik paradigma among tani menjadi dagang layar yang konsekuensinya laut selatan tidak lagi ditempatkan sebagai halaman belakang melainkan menjadi

4 halaman depan menjadi perhatiannya. Makna dari paradigma tersebut pada dasarnya menghadapkan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ke arah selatan dilakukan melalui pengembangan wilayah pesisir secara terpadu (RKPD DIY, 2014: 96). Adanya proyek pembangunan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) yang sedang dibangun di kawasan Pantai Selatan Yogyakarta yang melewati tiga kabupaten di DIY (Gunungkidul, Bantul, Kulonprogo) mendukung arah kebijakan rencana pengembangan kawasan pesisir pantai selatan DIY. Gambar 1.1. di bawah ini ke depan diproyeksikan menjadi jalan nasional yang menghubungkan Cilacap-Banyuwangi pada tahun 2025. Pembangunan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) di wilayah DIY sendiri dibangun sepanjang 117,60 km yang akan menghubungkan semua garis pantai di DIY mulai ujung barat Kabupaten Kulonprogo yang berbatasan dengan Kabupaten Purworejo hingga ke ujung timur Gunungkidul yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah (lihat Gambar 1.1). Gambar 1.1. Peta Jalur Jalan lintas Selatan (JJLS) Kab. Bantul Sumber: Dokumentasi Pribadi

5 Selain itu, potensi besar yang memanfaatkan potensi adanya pembangunan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) antara lain adalah kemudahan aksesibilitas wisata di obyek wisata di sepanjang pantai selatan DIY, pembangunan bandara baru Yogyakarta (dibangun di daerah Paliyan, Temon, Kab. Kulonprogo), dan pembangunan pelabuhan perikanan Tanjung Adikarto (berbatasan langsung dengan obyek wisata Pantai Glagah). Hal tersebut tentu mempengaruhi aktivitas pariwisata dan perekonomian masyarakat di sepanjang pantai selatan Yogyakarta. Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten di DIY yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia dan memiliki potensi yang sangat besar di bidang pariwisata. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor strategis di Kabupaten Bantul. Selain sebagai lokomotif penggerak peningkatan perekonomian masyarakat, sektor ini juga memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Bantul pada tahun 2014 mencapai 2.298.351 orang, meningkat dari tahun 2011 sebanyak 1.740.417 orang, sedangkan dari sisi kontribusi PAD pada tahun 2014 mencapai Rp 9.767.144.025, meningkat drastis dari perolehan tahun 2011 sebesar Rp 5.289.407.718,00. Peningkatan tersebut di atas selain didukung oleh keanekaragaman obyek wisata yang meliputi obyek wisata alam, budaya/religius, dan minat khusus/buatan, juga didukung oleh pengembangan desa-desa wisata sebagai alternative tourism di Kabupaten Bantul, sehingga dapat memberikan pilihan-pilihan destinasi wisata bagi wisatawan.

6 Salah satu masalah yang dihadapi obyek wisata yang berupa pantai di selatan DIY dan Bantul khususnya adalah kondisi alam yang kurang menguntungkan. Karakteristik pantai selatan di Pulau Jawa secara umum yang didominasi oleh gelombang besar dan arus angin yang kuat dapat berdampak buruk pada berkurangnya areal daratan akibat abrasi (erosi pantai). Terdapat banyak pantai yang berderet memanjang dari timur ke barat hingga muara Sungai Progo yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia. Mulai dari Pantai Parangtritis, Pantai Parangkusumo, Pantai Depok, Pantai Goa Cemara, Pantai Kuwaru, dan Pantai Pandansimo Baru. Selama ini pantai-pantai tersebut menjadi penyumbang retribusi paling besar ke Kabupaten Bantul. Mulai tahun 1998 digalakkan besar-besaran penanaman pohon Cemara Udang (Casuarina Equessetifolia) di sepanjang pesisir pantai mulai Pantai Depok ke barat hingga Pantai Pandansimo di tepi muara Sungai Progo (Windyanti, 2013:4). Penanaman pohon cemara udang tersebut bertujuan untuk menahan abrasi pantai yang semakin mengkhawatirkan serta menahan arus angin (wind barrier) yang menuju ke daratan. Deretan pohon cemara udang tersebut selain bermanfaat buat ekosistem pantai ternyata bermanfaat juga bagi sektor pariwisata. Pada tahun 2010 dibukalah secara hampir bersamaan tiga pantai wisata yang ekosistemnya mirip, didominasi rerimbunan pohon cemara udang, Pantai Goa Cemara, Pantai Kuwaru, dan Pantai Pandansimo Baru. Penulis memberikan batasan dalam penelitian ini yang menyoroti pada aktivitas wisatawan di tiga obyek wisata (Pantai Goa Cemara, Pantai Kuwaru, dan Pantai Pandansimo Baru). Ketiga pantai itu merupakan pantai wisata baru yang

7 dibuka hampir bersamaan, mempunyai karakteristik obyek yang mirip, sama-sama menjadi pendulang PAD terbesar setelah Pantai Parangtritis dari retribusi pariwisata dan terletak dalam satu deret yang sangat berdekatan satu sama lain dengan jarak ± 1 km. Pantai Goa Cemara berlokasi di Kecamatan Sanden, sedangkan Pantai Kuwaru dan Pantai Pandansimo Baru berlokasi di Kecamatan Srandakan. Berdasarkan observasi/pengamatan yang dilakukan, karakteristik dan produk wisata (atraksi, aksesibilitas, amenitas) yang ditawarkan ketiga pantai tersebut sangat mirip yakni sebuah pantai wisata keluarga yang didominasi oleh pohon cemara udang (Casuarina Equessetifolia). Respon yang diberikan baik masyarakat lokal sebagai pengelola maupun pengunjung/wisatawan ternyata cukup baik. Masyarakat di dua kecamatan tersebut berbondong-bondong ikut mengelola ketiga obyek wisata tersebut. Ada yang menjadi pedagang makanan, souvenir, tukang parkir, dan penjaga pantai (SAR). Pengunjung/wisatawan pun cukup antusias untuk datang menikmati keindahan alam atau sekedar berekreasi bersama keluarga. Jumlah kunjungan wisatawan terus meningkat dari tahun ke tahun. Lokasi pantai yang teduh, nyaman, susasana yang masih alami membuat pengunjung/wisatawan merasa nyaman datang ke ketiga pantai tersebut. Bila dilihat data jumlah wisatawan dalam 2 tahun terakhir di ketiga pantai tersebut juga cukup signifikan. Data pengunjung dan penerimaan retribusi daerah pada Tabel

8 1.1. menunjukkan target penerimaan di tahun 2014 bisa melampaui yang dibebankan oleh Pemkab. Tabel 1.1 Kunjungan Wisatawan dan Penerimaan Retribusi Tahun 2014 Target Realisasi Nama Obyek Wisata Pendapatan Satu Tahun (Rp) Jumlah Wisatawan Besar Pendapatan Prosentase Pencapaian Obyek Pantai Goa Cemara 230.015.500 88.909 250.699.750 108.99 % Pantai Kuwaru 249.997.000 77.732 218.803.000 87.52 % Pantai Pandansimo 299.997.500 141.573 400.798.750 133.60 % Baru Total 780.010.000 308.214 870.301.500 110.04 % (Diolah dari data wisatawan dan penerimaan retribusi DISBUDPAR Kab. Bantul 2014) Panduan pengembangan ketiga pantai tersebut sudah tertuang dalam RIPPDA DIY 2012-2017 yang menyebutkan arah pembangunan ketiga pantai tersebut ditetapkan sebagai kawasan wisata berbasis keluarga dan pendidikan (RIPPDA DIY, 2012:22). Selama ini tempat pemungutan retribusi (TPR) di ketiga pantai masih dilakukan sendiri-sendiri, namun seiring selesai dibangunnya jalur jalan lintas selatan (JJLS) yang melewati ketiga pantai maka TPR akan dibangun secara terpadu. Jadi pengunjung/wisatawan cukup melewati satu TPR untuk dapat berkunjung ke tiga pantai sekaligus. Tabel 1.2. menunjukkan tarif masuk di ketiga lokasi obyek wisata cukup terjangkau oleh semua wisatawan. Tabel 1.2 Tarif retribusi di Obyek Wisata Tahun 2014 Obyek Wisata Perda No 7 Tahun 2011 Perbup No 26 Tahun 2013 Pantai Goa Cemara Rp 2.750 Pantai Kuwaru Rp 2.750 Pantai Pandansimo Baru Rp 2.750 Retribusi Pengunjung Ditambah Premi Asuransi Sebesar Rp 250,00 (Diolah dari data wisatawan dan penerimaan retribusi DISBUDPAR Kab. Bantul 2014)

9 Pola pergerakan dan karakter wisatawan yang tedapat di ketiga obyek tersebut akan mirip dengan yang terjadi di Pantai Parangtritis, Pantai Parangkusumo dan Pantai Depok. Selama ini banyak wisatawan datang ke Pantai Parangtritis kemudian bergeser ke barat melewati Pantai Parangkusumo, lokasi laboratorium geospasial dan gumuk pasir kemudian berakhir di Pantai Depok untuk berwisata kuliner. Jarak semua obyek wisata tersebut sangat berdekatan dengan akses jalan langsung yang cukup bagus. Pergerakan wisatawan seperti di area Pantai Parangtritis dan sekitarnya bisa terjadi juga di ketiga obyek wisata yang dijadikan obyek penelitian ini. Pantai Pandansimo Baru dan Pantai Goa Cemara merupakan obyek wisata baru yang didirikan tahun 2010 yang tentu saja pada awalnya belum sepopuler Pantai Kuwaru yang lebih dahulu dikenal oleh wisatawan. Tentu sangat menarik untuk melihat karakteristik dan pergerakan wisatawan di ketiga obyek. Melihat besarnya aktivitas pariwisata di tiga obyek wisata tersebut penulis merasa perlu penelitian lebih lanjut untuk melakukan analisis terhadap karakteristik pengunjung/wisatawan yang datang. Rencana pengembangan pariwisata yang sudah tertuang di RPJMD, RKPD dan RIPPDA harus didukung oleh data riset yang kuat yang dijadikan basis/acuan pengembangan pariwisata daerah lebih lanjut. Penelitian ini menitikberatkan pada analisis pengunjung/wisatawan yang datang ke tiga obyek. Analisis pengunjung/wisatawan ini sangat penting dalam hubungannya dengan perencanaan, diversifikasi obyek wisata, daya dukung obyek, analisis

10 kecenderungan (trend analysis), analisis segmentasi pasar, dan strategi promosi pemasaran. Cakupan analisis pengunjung/wisatawan adalah sebagai berikut: a. Pola kunjungan (trend, musiman/bulanan) b. Lama kunjungan (menginap, tidak menginap) c. Distribusi spasial pengunjung (dalam negeri, luar negeri) d. Tujuan kunjungan (rekreasi, penelitian, pendidikan) e. Klasifikasi umur f. Alat transportasi (Sumber: Wiratno dalam Fandeli, 2000: 263). Analisis pengunjung sangat baik apabila dilakukan secara berkala untuk memprediksi kecenderungan/trend yang muncul di obyek wisata. Data pengunjung yang lengkap dan komprehensif serta konsisten akan sangat diperlukan baik oleh pengelola, lembaga-lembaga riset, maupun pemerintah setempat untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap obyek wisata. Identifikasi terhadap pengunjung obyek wisata juga bisa dijadikan gambaran kebutuhan pasar. Minat dan pola konsumsi wisatawan bisa dikontrol, ragam atraksi juga bisa dipersiapkan sejak dini, akomodasi dan sarana transportasi ditata rapi, oleh-oleh dan cinderamata menjadi menu wajib di setiap obyek.

11 1.2 Rumusan Masalah Mengacu pada latar latar belakang diatas dijelaskan bahwa aktivitas, pola pergerakan, serta karakter wisatawan di suatu obyek wisata dapat memberikan pengaruh yang cukup kuat terhadap produk pariwisata secara keseluruhan. Analisis karakteristik terhadap wisatawan di suatu obyek wisata sangat berhubungan dengan perencanaan, diversifikasi obyek wisata, daya dukung obyek, analisis kecenderungan (trend analysis), analisis segmentasi pasar, dan strategi promosi pemasaran. Setiap obyek wisata pasti memiliki keunikan dan karakter masing-masing walaupun secara keseluruhan produk pariwisatanya mirip/serupa. Karakter wisatawan yang datang pun bisa sama atau justru berbeda antara satu obyek dengan obyek yang lain. Oleh karena itu untuk memberikan analisis yang komprehensif dan mendalam, pertanyaan penelitian yang diangkat dalam riset ini adalah: a. Bagaimana karakteristik wisatawan di Pantai Goa Cemara, Pantai Kuwaru dan Pantai Pandansimo Baru? b. Bagaimana aktivitas dan pola pergerakan wisatawan di Pantai Goa Cemara, Pantai Kuwaru dan Pantai Pandansimo Baru? c. Apa saja faktor yang mempengaruhi wisatawan untuk berkunjung di Pantai Goa Cemara, Pantai Kuwaru dan Pantai Pandansimo Baru? d. Mengacu pada hasil analisis karakteristik wisatawan, bagaimana upaya penyusunan produk pariwisata yang paling sesuai di ketiga lokasi obyek wisata berdasarkan unsur segmentasi pasar?

12 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui karakteristik wisatawan di Pantai Goa Cemara, Pantai Kuwaru dan Pantai Pandansimo Baru. b. Untuk mengetahui aktivitas dan pola pergerakan wisatawan di Pantai Goa Cemara, Pantai Kuwaru dan Pantai Pandansimo Baru. c. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi wisatawan untuk berkunjung di Pantai Goa Cemara, Pantai Kuwaru dan Pantai Pandansimo Baru. d. Untuk memberikan analisis bagaimana upaya penyusunan produk pariwisata yang paling sesuai di ketiga lokasi obyek wisata berdasarkan unsur segmentasi wisatawan. 1.4 Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan memberi kontribusi bagi penelitan yang membahas mengenai karakteristik wisatawan, aktivitas dan pola pergerakan wisatawan di suatu obyek wisata. b. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan akademik bagi pengembang/pengelola, Pemda Bantul, dan stakeholder terkait dalam pengembangan Pantai Goa Cemara, Pantai Kuwaru, dan Pantai Pandansimo Baru sebagai kawasan pantai wisata berbasis keluarga dan pendidikan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan bagaimana perencanaan jangka pendek, menengah dan panjang di ketiga pantai tersebut.

13 1.5 Keaslian Penelitian Penelitian yang berhubungan dengan obyek wisata di Pantai Goa Cemara, Pantai Kuwaru, dan Pantai Pandansimo Baru Kabupaten Bantul belum banyak dilakukan. Berdasarkan studi literatur tercatat bahwa penelitian-penelitian yang selama ini dilakukan di ketiga lokasi obyek wisata sebagian besar merupakan lingkup Ilmu Kehutanan yang membahas mengenai pengaruh pohon Cemara Udang (Casuarina Equessetifolia) terhadap ekosistem pantai. Khusus penelitian mengenai aktivitas wisatawan yang datang ke tiga obyek wisata tersebut belum banyak diteliti. Oleh karena itu penulis mencoba mengambil kajian mengenai penelitian yang berfokus pada wisatawan di suatu obyek wisata. Sejauh ini terdapat beberapa penelitian yang khusus membahas mengenai segi karakteristik dan aktivitas wisatawan di obyek wisata. Pertama, dilakukan oleh Flamin Alamsyah dari prodi S2 Magister Ilmu Kehutanan UGM pada tahun 2005. Penelitian tersebut mengambil judul Analisis Sosiodemografi dan Psikografi Wisatawan Terhadap Obyek Daya Tarik Taman Wisata Alam Bantimurung. Ada tiga hal yang menjadi fokus dalam penelitian tersebut, yakni mengetahui potensi wisata yang terdapat di taman wisata alam Bantimurung, mengetahui jumlah kunjungan dan karakteristik wisatawan yang berkunjung di taman wisata alam Bantimurung serta menelaah rencana pengembangan taman wisata alam Bantimurung berdasarkan persepsi wisatawan dan masyarakat. Kedua, dilakukan oleh Hermansyah dari S2 Magister Kajian Pariwisata UGM pada tahun 2008. Penelitian yang berjudul Analisis Psikografi Wisatawan

14 Dalam Keputusan Memilih Obyek dan Daya Tarik Wisata Gunung Dempo di Kota Pagar Alam mengambil fokus untuk mengetahui aspek psikografis wisatawan paling dominan dalam memilih obyek dan daya tarik wisata Gunung Dempo di kota Pagar Alam. Ketiga, dilakukan oleh Syahrul dari S2 Magister Perencanaan Arsitektur Pariwisata Fakultas Teknik UGM pada tahun 2010. Judul penelitian adalah Pengaruh Faktor Psikografi Kunjungan Pasar Wisman Terhadap Pengembangan Produk Wisata di Sulawesi Selatan. Fokus dalam penelitian tersebut adalah untuk mengidentifikasi faktor psikografi (motivasi dan persepsi) kunjungan wisman ke Sulawesi selatan serta mengidentifikasi faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan produk wisata di Sulawesi selatan terkait dengan kunjungan wisatawan mancanegara ke Sulawesi Selatan. Keempat, dilakukan oleh I Ketut Suardana pada tahun 2014 dari prodi S2 Magister Perencanaan Arsitektur Pariwisata Fakultas Teknik UGM. Judul penelitian adalah Analisis Karakteristik Wisatawan dan Implikasinya pada Pengembangan Destinasi Wisata: Studi Kasus di Pantai Senggigi Kab. Lombok Barat NTB). Fokus dalam penelitian tersebut adalah utnuk mengetahui karakteristik wisatawan yang datang ke Senggigi berdasarkan sosiodemografis dan psikografis, serta merekomendasikan arah pengembangan produk pariwisata di Pantai Senggigi Kabupaten Lombok Barat NTB, berdasarkan hasil segmentasi pasar.