SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
SINTESA RPI: AGROFORESTRY. Koordinator: Encep Rachman

SINTESA HASIL PENELITIAN TAHUN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan pangan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, baik di dunia maupun nasional.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan salah satu tindakan yang mendukung untuk

Jumlah informasi dan paket iptek pendukung produktivitas hutan dan pola agroforestry berbaris kayu pertukangan

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI MELALUI PENGEMBANGAN AGROFORESTRY

I. PENDAHULUAN. terutama pangan dan energi dunia, termasuk Indonesia akan dihadapkan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m. Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk

TINJAUAN PUSTAKA. kombinasi antara produksi pertanian, termasuk pohon, buah-buahan dan atau

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang. Pertambahan penduduk merupakan faktor utama pendorong bagi upaya

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN MODEL AGROFORESTRY DI DAERAH TANGKAPAN AIR KADIPATEN, TASIKMALAYA, JAWA BARAT

PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS AGROFORESTRI KAYU BAWANG DI PROVINSI BENGKULU

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan. 1. Sistem pertanaman agroforestry dengan komposisi

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF TAHUN AGROFORESTRY

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Studi kasus (lanjutan)

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Hutan adalah sumber daya alam yang mempunyai peranan sangat penting dalam

RPI 7 : PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

HASIL DAN PEMBAHASAN

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian

KONDISI BEBERAPA KOMPONEN HIDROLOGI PADA TEGAKAN SENGON WURI HANDAYANI DAN EDY JUNAIDI

OPTIMALISASI PEMANFAATAN PEKARANGAN MELALUI PENGEMBANGAN TANAMAN BIOFARMAKA UNTUK MENINGKATKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT DI KABUPATEN KARANGANYAR

Menengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry

PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT OLEH PETANI DI KABUPATEN CIAMIS Oleh: Dian Diniyati dan Eva Fauziyah ABSTRAK

LAND AVAILABILITY FOR FOOD ESTATE. Oleh : MENTERI KEHUTANAN RI ZULKIFLI HASAN, SE, MM

BAB 2 Perencanaan Kinerja

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan mulai dari tanaman keras, non kayu, satwa, buah-buahan, satuan budi

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu

PENGEMBANGAN TANAMAN NYAMPLUNG (CALOPHYLLUM INOPHYLLUM L) Oleh H. Marthias Dawi

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.

ASPEK Agroforestry JENIS: BAMBANG LANANG GELAM

II. TINJAUAN PUSTAKA. berinteraksi dalam satu sistem (pohon, tanaman dan atau ternak) membuat

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perhutani KPH Surakarta, dimulai dari pelaksanaan pada periode tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. menggabungkan unsur tanaman dan pepohonan. Agroforestri adalah suatu

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

1.PENDAHULUAN. minimal 0,25 ha, penutupan tajuk tanaman kayu-kayuan dan/atau jenis tanaman

commit to user BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan tanaman bunga hias berupa tanaman semusim berbentuk herba termasuk

Oleh Indri Puji Rianti dan Victor Winarto

TEKNIS PEREMAJAAN TANAMAN KELAPA SAWIT

PENDAHULUAN. Hutan sebagai sumberdaya alam mempunyai manfaat yang penting bagi

PENDAHULUAN Latar Belakang

-- Tanah dingin: pemahaman petani terhadap kesuburan tanah

Pengembangan Kedelai Di Kawasan Hutan Sebagai Sumber Benih

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya hutan tropis untuk kepentingan pertanian terkait dengan upayaupaya

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan lingkungan. Fungsi hutan terkait dengan lingkungan, sosial budaya

PENELITIAN BUDIDAYA JENIS KAYU BAWANG

ANALISIS PRODUKTIVITAS LAHAN DAN ANALISIS FINANSIAL SISTEM AGROFORESTRI DI BERBAGAI ZONA AGROKLIMAT. Latar Belakang

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA JAGUNG BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENANAMAN JAGUNG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

PENGEMBANGAN BIDANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan seperti tempe, tahu, tauco, kecap dan lain-lain (Ginting, dkk., 2009).

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RENCANA KERJA ANGGARAN PERUBAHAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL Tahun Anggaran 2015

Tahun Bawang

TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di

I. PENDAHULUAN. dan menjadi suatu sistem yang menguntungkan adalah sistem agroforestri.

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

Kata Kunci : Hutan rakyat, pertumbuhan tegakan, bambang lanang, kualitas tempat tumbuh, model matematik, model sistem simulasi

SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS HUTAN RAKYAT UNTUK PETANI

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang menjadi sentra penanaman jati adalah puau Jawa (Sumarna, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kebutuhan hidupnya. Manfaat hutan bagi manusia diantaranya menghasilkan

POTENSI PENGEMBANGAN KEDELAI DI KAWASAN HUTAN

PERAN MASYARAKAT DALAM MONITORING KARBON

PENDAHULUAN. Latar Belakang

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

VI. DAYA DUKUNG WILAYAH UNTUK PERKEBUNAN KARET

BUKU RENCANA MANAJEMEN PLAN SUB DAS GOPGOPAN

Seminar Nasional Kesehatan Hutan dan Kesehatan Pengusahaan Hutan untuk Produktivitas Hutan Bogor, 14 Juni 2012

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Undang-Undang RI No. 41 tahun 1999, hutan rakyat adalah hutan yang

RENCANA AKSI MITIGASI 9S TRATEGI PELAKSANAAN RENCANA TATA GUNA LAHAN

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

III. METODE PENELITIAN. Hutan rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah milik dengan luas

I. PENDAHULUAN. dunia. Jagung menjadi salah satu bahan pangan dunia yang terpenting karena

Moch Taufiq Ismail_ _Agroekoteknologi_2013

Kasus Desa Sebadak Raya: Dapatkah Budidaya Kopi Mendukung Keberhasilan Hutan Desa?

Transkripsi:

SINTESA HASIL PENELITIAN RPI AGROFORESTRI TAHUN 2012-2014

TUJUAN untuk merumuskan model agroforestry yang dapat diterapkan dengan mempertimbangkan aspek budidaya, lingkungan dan sosial ekonomi

SASARAN Tersediannya paket IPTEK peningkatan produktivitas lahan pada berbagai pola agroforesatry Tersedianya paket data dan informasi sosial, ekonomi dan kebijakan pengembangan agroforestry dan produk-produk nya Tersedianya paket data dan informasi dampak penerapan pola agroforestry terhadap kualitas lingkungan Tersedianya model penataan ruang dan kelembagaan yang diperlukan dalam pengelolaan lahan dengan pola agroforestry

OUTPUT 1. Paket IPTEK pendukung peningkatan produktivitas lahan dengan pola agroforestry berbasis kayu pertukangan 2. Paket teknik pengaturan hasil jenis-jenis pohon penghasil kayu pertukangan pada berbagai pola agroforestry 3. Paket data dan informasi lingkungan pada berbagai pola agroforestry 4. Paket analisis sosial, ekonomi, finansial, dan kebijakan pembangunan hutan tanaman/hutan rakyat pola agroforestry 5. Paket informasi tata niaga dan pasar (pola, permasalahan, marjin) hasil-hasil hutan dengan pola agroforestry 6. Model penataan ruang dan kelembagaan pengelolaan lahan dengan pola agroforestry pada DAS Prioritas 7. Model pengelolaan lahan konflik berbasis agroforestry

OUTPUT Paket IPTEK pendukung peningkatan produktivitas lahan dengan pola agroforestry berbasis kayu pertukangan Paket teknik pengaturan hasil jenis-jenis pohon penghasil kayu pertukangan pada berbagai pola agroforestry Paket data dan informasi lingkungan pada berbagai pola agroforestry Paket analisis sosial, ekonomi, finansial, dan kebijakan pembangunan hutan tanaman/hutan rakyat pola agroforestry Paket informasi tata niaga dan pasar (pola, permasalahan, marjin) hasil-hasil hutan dengan pola agroforestry SASARAN Paket IPTEK peningkatan Produktivitas Lahan pada Berbagai Pola Agroforestry paket data dan informasi dampak penerapan pola agroforestry terhadap kualitas lingkungan Paket data dan informasi sosial, ekonomi dan kebijakan pengembangan agroforestry dan produk-produk nya ALUR PIKIR PENCAPAIAN TUJUAN SINTESA TUJUAN MODEL AGROFORESTRY YANG DAPAT DITERAPKAN DENGAN MEMPERTIMBA NGKAN ASPEK BUDIDAYA, LINGKUGAN DAN SOSIAL EKONOMI Model penataan ruang dan kelembagaan pengelolaan lahan dengan pola agroforestry pada DAS Prioritas Model pengelolaan lahan konflik berbasis agroforestry Model Penataan Ruang dan Kelembagaan yang diperlukan dalam Pengelolaan Lahan dengan Pola Agroforestry

Output 1 : Paket IPTEK pendukung peningkatan produktivitas lahan dengan pola agroforestry berbasis kayu pertukangan Peningkatan produktivitas lahan secara agroforestri pada daerah hulu DAS menggunakan kombinasi tanaman pohon berdaur pendek, menengah dan panjang memberikan produksi tanaman semusim (kacang tanah) paling tinggi. Agroforestri mampu meningkatkan riap volume pohon sengon sebesar 147,83% dibandingkan monokultur sengon dengan nilai LER sebesar 2,85. Agroforestry di bawah manglid dengan nilai LER tertinggi jika menggunakan kacang tanah (1,44/1,78), sedangkan jika menggunakan jenis umbi-umbian maka nilai LER tertinggi ditunjukkan pada penanaman suweg (2,88).

Output 1 : Paket IPTEK pendukung peningkatan produktivitas lahan dengan pola agroforestry berbasis kayu pertukangan Agroforestri di lahan pantai berpasir dengan tanaman pokok nyamplung terbukti meningkatkan pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman nyamplung masing-masing sebesar 144,5% dan 81,16% dibanding nyamplung monokultur, selain itu lahan pasir pantai marginal yang dikelola secara agroforestri mampu menghasilkan produksi berupa: kacang tanah di bawah nyamplung pada tahun pertama sebesar 1,388 ton/ha selanjutnya meningkat menjadi 1,653 ton/ha dan jagung 5,7 ton /ha pada tahun kedua, sedangkan pada tahun ketiga dengan menggunakan kedelai tahan naungan mampu menghasilkan biji kedelai sebesar 2,37 ton./ha

Output 1 : Paket IPTEK pendukung peningkatan produktivitas lahan dengan pola agroforestry berbasis kayu pertukangan Agroforestri di bawah tegakan hutan pinus dapat dilakukan dengan menggunakan jenis tanaman obat-obatan. Agroforestri di bawah tegakan pinus pada kelas umur III dapat menggunakan jenis kunyit akan menghasilkan produksi rimpang sebesar 15 ton per hektar, sedangkan pada kelas umur MR dapat menggunakan jenis jahe merah dengan potensi produksi 8,38 ton per hektar.

Output 1 : Paket IPTEK pendukung peningkatan produktivitas lahan dengan pola agroforestry berbasis kayu pertukangan Jenis-jenis hama yang menyerang tanaman kayu pertukangan pada pola agroforestry, seperti kutu putih Hamamelistes sp dan kumbang Sastra sp.pada tanaman manglid, Sauris austa pada tanaman afrika, kumbang pada tanaman tisuk, thrips dan ulat penggulung daun pada tanaman nyamplung tidak berpengaruh terhadap tanaman bawah karena tanaman kayu pertukangan bukan merupakan inang bagi hama tanaman bawah. Begitu juga sebaliknya kelimpahan hama pada tanaman bawah tidak menyerang tanaman kayu pertukangan. Teknik pengendalian hama secara kimiawi dengan bioinsektisida, serta penanaman sistem agroforestry multijenis pohon dapat menurunkan intensitas serangan hama. Hamamelistes sp Sastra sp. kumbang pada tisuk Sauris austa

Output 2 : Paket teknik pengaturan hasil jenis-jenis pohon penghasil kayu pertukangan pada berbagai pola agroforestry Penanaman pohon sengon secara rapat tidak meningkatkan volume pohon, tetapi justru menekan pertumbuhan pohon. Idealnya kerapatan pohon adalah 1111 pohon/ha dengan jarak tanam 3 m x 3 m. Skor bonita jenis sengon di hutan rakyat yang dikelola dengan pola tanam agroforestry lebih tinggi dibandingkan dengan pola tanam monokultur. Bonita yang baik untuk hutan rakyat jenis sengon adalah pada ketinggian tempat tumbuh antara 200 s/d 400 m DPL. Pada ketinggian tersebut, petani bisa memacu perkembangkan hutan rakyat sengon untuk hasil kayu pertukangan, sedangkan pada ketinggian kurang dari 200 m DPL dan diatas 400 m DPL sebaiknya dicampur dengan tanaman bawah untuk memaksimalkan hasil.

Output 3 : Paket data dan informasi lingkungan pada berbagai pola agroforestry Sistem agroforestry berdampak positif terhadap kualitas lingkungan melalui perbaikan kondisi hidrologi dan tanah, antara lain peningkatan kapasitas infiltrasi, penurunan laju aliran permukaan, peningkatan hara tanah. Tanaman pohon dalam sistem agroforestry dapat menyimpan karbon pada permukaan tanah mencapai 95,99 % (46,9 ton/ha), tumbuhan bawah 1,84 % (0,9 ton/ha), nekromasa tidak berkayu 1,47 % (0,72 ton/ha) dan nekromasa berkayu 0,71 % (0,34 ton/ha), dengan tingkat penyimpanan karbon yang berbeda pada tiap jenis pohon. Sebagai contoh, cadangan karbon total sistem agroforestri jabon, manglid dan gmelina adalah masingmasing 114,40 ton/ha, 144,95 ton/ha dan 141,99 ton/ha.

Output 3 : Paket data dan informasi lingkungan pada berbagai pola agroforestry Tingginya persentase cadangan karbon dari pohon menunjukkan bahwa tingkat serapan karbon sistem agroforestri ditentukan oleh jenis pohon pokoknya. Sebaliknya persentase cadangan karbon yang rendah pada tanaman bawah juga menunjukkan pola agroforestry memiliki kontribusi nyata dalam menyerap karbon dibandingkan sistem monokultur tanaman musiman (tidak berkayu).

Output 4 : Paket analisis sosial, ekonomi, finansial, dan kebijakan pembangunan hutan tanaman/hutan rakyat pola agroforestry Hutan rakyat yang dikelola dengan pola agroforestry dipilih petani karena sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat, secara ekonomi layak untuk diusahakan, dan didukung oleh kelembagaan yang efektif. Hanya saja, pengelolaannya masih bersifat tradisional dengan input teknologi yang masih rendah akibat terbatasnya permodalan dan rendahnya adopsi iptek oleh petani. Program pengembangan kayu maupun non kayu yang dapat mendukung pengembangan agroforestry berupa penyuluhan, bantuan bibit tanaman kayu dan non kayu, pelatihan pengolahan hasil hutan non kayu baik instansi kehutanan maupun instansi lainnya. Meskipun demikian, belum ada kebijakan yang secara khusus mengatur mengenai pengembangan agroforestry.

Output 5 : Paket informasi tata niaga dan pasar (pola, permasalahan, marjin) hasil-hasil hutan dengan pola agroforestry Lembaga pemasaran hasil hutan rakyat agroforestry masih sederhana yang melibatkan sedikitnya dua lembaga. Margin keuntungan tertinggi dari pemasaran produk agroforestry di Jawa diperoleh oleh petani pada produk manglid dan kapulaga, sedangkan di Luar Jawa diperoleh oleh pedagang pengepul pada produk kacang tanah, karet, kencur, dan durian. Karakteristik petani yang berusia lanjut dan berpendidikan setara sekolah dasar berpengaruh pada terbatasnya kemampuan dalam menerima informasi pasar maupun teknologi pengelolaan hari agroforestry.

Output 6 : Model penataan ruang dan kelembagaan pengelolaan lahan dengan pola agroforestry pada DAS Prioritas Penataan ruang dalam konsep DAS belum sepenuhnya mengacu pada RTRW yang dapat menyebabkan pengelolaan lanskap DAS belum berkelanjutan. Pendekatan pengelolaan lanskap dengan konsep agroforestry dengan optimalisasi jenis tanaman dapat membantu menurunkan tingkat erosi serta mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas air disamping meningkatkan pendapatan masyarakat. Kelembagaan pengelolaan agroforestry terbukti lebih mampu mengarahkan pemangku kepentingan untuk bekerjasama dibanding kelembagaan pengelolaan hutan monokultur.

Output 7 : Model pengelolaan lahan konflik berbasis agroforestri Pola agroforestry dapat dijadikan sebagai jalan tengah untuk mengatasi konflik dengan syarat adanya kejelasan status, fungsi, tata batas, serta pemangku lahan yang merupakan indikator kelestarian pengelolaan hutan.

REKOMENDASI DAN SARAN Pemanfaatan lahan di Hulu DAS sebaiknya menggunakan campuran pohon daur pendek, menengah dan panjang sehingga waktu tebang tidak bersamaan untuk mengurangi terjadinya erosi. Kompetisi antara pohon dan tanaman semusim dapat dikurangi dengan pengaturan jarak tanam serta dilakukan pemangkasan cabang pohon. Lahan dibawah tegakan pinus yang masih banyak belum dimanfaatkan dapat digunakan sebagai lokasi budidaya tanaman obat-obatan. Agroforestri secara berkelanjutan pada lahan pantai berpasir akan semakin meningkatkan pertumbuhan tanaman pokok serta hasil tanamans semusim. Hasil berupa kayu pertukangan yang maksimal bisa diperoleh antara 5 s/d 6 tahun jika hutan rakyat sengon dikembangkan pada ketinggian tempat tumbuh antara 200 s/d 400 m DPL dengan menerapkan jarak tanam yang direkomendasikan (3 m x 3 m, atau 3m x 4 m) dan harus dilakukan pemeliharaan (pemupukan, penjarangan, pembebasan dari gulma).

REKOMENDASI DAN SARAN Sejauh ini baik di Dinas Kehutanan maupun dinas lainnya belum ada peraturan maupun program yang secara komprehensif menaungi kegiatan pengembangan hutan rakyat pola agroforestry. Koordinasi antar lembaga masih belum terlihat, mengingat usaha untuk mencapai hal tersebut membutuhkan biaya, proses, dan waktu yang panjang. Oleh karena itu diperlukan koordinasi dan kerjasama antar lembaga dalam pelaksanaan kegiatan sehingga terjadinya tumpang tindih antara satu program dengan program lainnya dapat diminimalkan. Strategi diseminasi dan adopsi hasil-hasil iptek agroforestry dilakukan dengan cara pelaksanaan riset aksi terintegrasi, Sekolah Lapang Agroforestry, pengembangan agroforestry berbasis pasar, dan penyusunan kebijakan berbasis hasil riset.

REKOMENDASI DAN SARAN Dalam rangka mendukung keberlanjutan pengelolaan DAS, agroforestry perlu dipromosikan sebagai pola pengelolaan hutan dan lahan yang dapat dikoordinasikan dan disinergikan dengan kegiatan Dinas Kehutanan Perkebunan dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan, yaitu: (a) Pembangunan Agroforestri dan (b) Pembangunan Hutan Rakyat Pola Pengkayaan, (c) Budidaya Pertanian Ramah Lingkungan dan (d) Budidaya Tanaman Terpadu. Penelitian agroforestri sampai saat ini masih banyak dalam skala plot. Oleh karena itu, penelitian kedepan diarahkan untuk pengembangan agroforestri dalam pengelolaan lanskap yang lebih luas dengan melibatkan pemberdayaan masyarakat dalam kerangka riset aksi. Pengembangan agroforestri dengan mengakomodasi produk unggulan daerah diharapkan dapat semakin mengangkat produk lokal yang menunjang kebutuhan pangan, energi dan meningkatkan kualitas lingkungan.

TERIMA KASIH