BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Tuberkulosis Dapat Disembuhkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan kewajiban sehari-hari,

Lampiran 1. Denah Rumah Tahanan Negara Kelas I Tanjung Gusta Medan

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP. TB Paru

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh sejenis mikroba atau jasad renik. Mikroba ini

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tuberkulosis paru (Tb paru) adalah penyakit infeksius. 5 Tb paru ini bersifat menahun

APA ITU TB(TUBERCULOSIS)

S T O P T U B E R K U L O S I S

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit TB paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Penyakit TBC banyak menyerang usia kerja produktif, kebanyakan dari

melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENANGANAN DAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS. Edwin C4

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

ANALISA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU Dhilah Harfadhilah* Nur Nasry Noor** I Nyoman Sunarka***

BAB I PENDAHULUAN. Dan untuk mengenang jasanya bakteri ini diberi nama baksil Koch,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit TB disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis).

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT

KUESIONER PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 1 DAN RUMAH TAHANAN KELAS 1 MEDAN

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB XXV. Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB?

I. PENENTUAN AREA MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif yaitu tahun,

6. Umur Responden :...Tahun

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Mikobakterium tuberculosis dan kadang-kadang oleh Mikobakterium bovis

Lampiran 1 KUESIONER. DATA KHUSUS A. Perilaku Pengetahuan 1. Apakah saudara/saudari tahu penyakit Tuberkulosis Paru? Universitas Sumatera Utara

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

Maria Jita Iba Badu¹, Tedy Candra Lesmana², Siti Aspuah³ ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernafasan akut yang meliputi saluran pernafasan bagian atas seperti rhinitis,

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Gejala utama

No. Responden : Tanggal wawancara: Kuesioner Penelitian Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Kota Datar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III RESUME KASUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN PRAKTIK PENCEGAHAN PENULARAN TB PARU DI KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI I KABUPATEN PEKALONGAN ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh: MEI FATMAWATI NIM:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) : Kp. Kebon kelapa RT 06/04 Desa Cimandala, Kec. Sukaraja, Bogor Hari / Tanggal : Senin, 7 November 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia, menurut WHO 9 (sembilan) juta orang penduduk dunia setiap tahunnya

PANDUAN WAWANCARA PENDERITA TB PARU DI KLINIK SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian dilaksanakan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kuman TBC (Microbecterium Tuberkalosis). Sebagian besar kuman TBC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman. lainnya seprti ginjal, tulang dan usus.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INOVASI KEPERAWATAN PENCEGAHAN DAN PERAWATAN TBC ANAK. Perawatan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan merawat. Keperawatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. paru,tetapi juga dapat mengenai organ tubuh lainnya. Kuman Mycobacterium

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi penyakit

1. Pendahuluan SANITASI LINGKUNGAN RUMAH DAN UPAYA PENGENDALIAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN PADA KAWASAN KUMUH KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Kecamatan Kao. Kabupaten Halmahera Utara, Propinsi Maluku Utara. Luas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tuberkulosis Paru (TB Paru) suatu penyakit kronis yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikategorikan high burden countries. Kasus baru Tuberkulosis di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

BAB 1 : PENDAHULUAN. fenomena penyakit yang terjadi pada sebuah kelompok masyarakat, yang berhubungan,

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulose (TBC) paru Tuberkulose paru adalah penyakit infeksi menahun menular yang disebabkan oleh kuman TB (mycobacterium tuberculose).kuman tersebut biasanya masuk kedalam tubuh manusia melalui udara (pernapasan) kedalam paru-paru. (13) 1. Penyebab Tuberculosis (TBC) Penyakit Tuberculose disebabkan oleh kuman TB.Kuman tersebut biasanya masuk kedalam tubuh manusia melalui udara (pernapasan) kedalam paru-paru.kuman ini akan berkembang biak, jumlahnya bertambah banyak sehingga dapat menimbulkan infeksi sehingga terjadi Tuberkulose.Terjadinya Tuberkulose ini sangat di tentukan oleh keadaan atau daya tahan tubuh pasien, kuman penyebab dan faktor lingkungan. (13) Secara umum penyakit TBC disebabkanoleh diantara salah satunya penderita TBC membuang ludah dan dahaknya sembarangan.dalam dahak dan ludah ada basil TBnya.Basil ini mengering lalu di terbangkan angin kemanamana, ukuran basilnya sangat kecil, tak tampak oleh mata telanjang, kita memerlukan kaca pembesar mikroskop untuk dapat melihatnya. (3) Penularan TBC mudah terjadi di lingkungan yang kumuh, penularan antar anggota keluarga, dapat pula antar tetangga, diantara anak sekolah, mungkin juga di lingkungan kerja. Semua orang yang keadaan tubuhnya lemah, semua orang yang kurang gizi, kurang protein, kurang darah dan kurang istirahat, mudah tertular. (3) 2. Gejala yang mempengaruhi terjadinya TBC Penyakit yang disebabkan oleh mycobacterium Tuberculose ini memiliki gejala-gejala batuk berdahak lebih dari 3 minggu, sakit dada, cepat merasa lelah, berat badan menurun, demam yang tidak terlalu tinggi, dan lain-lain, bergantung status penderita. Kelompok yang di serang umumnya kelompok usia produktif, antara 15 sampai 64 tahun, yang memiliki pola hidup tidak sehat

serta kurang gizi. Oleh karena itu penyakit yang menyerang paru-paru ini pada umumnya menyerang masyarakat yang berada di golongan sosial ekonomi rendah, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. (2) Keluhan batuk-batuk yang berkepanjangan yang mengeluarkan dahak berwarna kekuningan, kadang-kadang bercampur darah, kadang-kadang batuk darah, kehilangan nafsu makan, berat badan turun dapat timbul bersama-sama atau sendiri-sendiri pada penderita dewasa muda. Gejala-gejala tersebut berlangsung dalam beberapa minggu, berbulan-bulan, tetapi kadang-kadang (terutama pada usia lanjut) tak terdapat keluhan sama sekali walaupun dahaknya menular. (11) 3. Pencegahan penyakit TBC Penyakit TBC dapat dicegah. Di Indonesia penyakit ini tergolong masih banyak. Dimana-mana terdapat pengidap TBC. Berarti sangat mudah kita tertular TBC, munkin ddalam Bus kota, mungkin di pasar atau dipingir jalan, disekitar tempat tinggal kita. (3) Oleh kerena itu pemerintah memberikan suntikan immunisasi TBC secara cuma-cuma. Semua bayi yang baru lahir harus di vaksinasi BCG.Suntikan dilakukan di bagian lengan atas atau di pangkal paha, pada bagian tubuh yang jarang kelihatan dari luar karena suntikan BCG biasanya berbekas.tampak benjolan seperti kacang hijau pada bekas suntikannya. (3) Penderita TBC tidak membuang ludah dan dahak sembarangan. Buanglah ludah dan dahak pada wadahnya. Tidak meludah di lantai rumah. Lantai rumah di sapu dan di pel setiap hari. Air pel di beri larutan lisol bahan pembunuh kuman. Upayakan agar semua ruangan rumah berjendela. Buat ventilasi udara, buat agar cahaya Matahari sebanyak mungkin memasuki setiap ruangan rumah. (3)

4. Pengobatan penyakit TBC Penyakit TBC dapat di sembuhkan, lebih cepat di obati lebih baik, karena penyakit TBC dapat menimbulkan penyulit.jika sudah sampai terjadi penyulit, jika sudah timbul komplikasi, penyakit TBC menjadi lebih berat.pengobatannya menjadi lebih sukar, mungkin perlu perawatan rumah sakit, mungkin perlu tindakan bedah atau perawatan khusus. (3) Penyakit TBC yang belum berat mudah di sembuhkan. Jika di obati selagi belum berat, paru-paru belum terlanjur rusak.mungkin tidak sampai menimbulkan cacat, mungkin tidak berakhir dengan kerusakan tulang, ginjal atau usus. (3) Pengobatan diantaranya adalah : a. Pengobatan suntikan b. Obat Anti TBC yang di minum c. Tidak lupa minum obat d. Perlu makanan bergizi e. Pengobatan yang lama f. Udara segar dan cahaya matahari g. Cegah batuk h. Cari dokter kalau batuk darah i. Bawa ke rumah sakit kalau muntah dara 5. Faktor karakter yang mempengaruhi kejadian penyakit TB paru a. Pendapatan Pada masyarakat dengan tingkat pendapatan tinggi lebih mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk melakukan pengobatan sedangkan sesorang dengan tingkat pendapatan yang rendah kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada, mungkin oleh karena tidak mempunyai cukup uang untuk membeli obat atau untuk yang lain. Hal itu dapat mengakibatkan penyakit yang di derita bertambah parah. (20) b. Pendidikan

Dengan pendidikan di harapkan dapat menyebabkan perubahan perilaku seseorang, karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin mudah pula menerima rangsangan perubahan di sekitarnya. Makin tinggi tingkat pendidikan keluarga maka makin mudah menerima pesan yang di sampaikan. (20) B. Perumahan Rumah bagi manusia mempunyai arti yang sangat penting, dan karena itulah bersama-sama dengan makanan dan pakaian sering di sebut kebutuhan pokok manusia.rumah berfungsi pula sebagai tempat tinggal serta di gunakan untuk berlindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup lainnya.selain itu rumah juga merupakan pengembangan kehidupan dan tempat berkumpulnya anggota keluarga untuk menghabiskan sebagian besar waktunya. Rumah sehat dan nyaman merupakan sumber inspirasi penghuninya untuk berkarya, sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya. (12) Rumah harus di bangun sedemikian rupa sehingga dapat terpenuhi kebutuhan fisik dasar dan penghuninya. Maka masyarakat atau kebangsaan apapun yang di hadapi, hal yang di tuntut adalah sama. Karena memanglah apa yang disebut kebutuhan fisik dasar manusia tidak berbeda antara satu masyarakat atau bangsa dengan masyarakat atau bangsa lainnya. Hal-hal yang perlu di perhatikan di sini ialah : (4) a. Rumah tersebut harus di bangun sedemikian rupa sehingga dapat di pelihara atau di pertahankan suhu lingkungan yang penting untuk mencegah kehilangan panas atau bertambahnya panas badan secara berlebihan. b. Rumah tersebut harus terjamin penerangannya yang di bedakan atas cahaya matahari (penerangan alamiah) serta penerangan dari nyala api lainnya (penerangan buatan). Kesemua macam penerangan ini harus di atur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu gelap atau tidak sampai menimbulkan rasa silau. c. Rumah tersebut harus mempunyai ventilasi yang sempurna sehingga aliran udara segar dapat terpelihara.

d. Rumah tersebut harus mampu melindungi penghuninya dari gangguan bising yang berlebihan. (4) Secara umum rumah dapat di katakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut : (12) 1. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebsingan yang mengganggu. 2. Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup, komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah. 3. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit agar penghuni rumah dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas viktor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar atahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, di samping pencahayaan dan penghawaan yang cukup. 4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena keadaan luar atau dalam rumah antara lain persyaratan garis sepadan jalan, konstruksi yang tidak roboh, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir. Sekalipun syarat-syarat di atas adalah syarat yang wajib di penuhi untuk suatu rumah yang sehat, namun dalam kehidupan sehari-hari, tidaklah mudah mengukur atau menetapkan apakah suatu rumah adalah rumah yang sehat atau tidak. Karena dari beberapa syarat di atas sifatnya amat relatif, terutama syarat kejiwaan. Oleh karena itu America Public Health Association telah menetapan sehat atau tidaknya suatu rumah. Disesuakan situasi serta kondisi masyarakat Indonesia, maka pedoman tersebut antara lain : (4) 1. Sistem pengadaan air di rumah tersebut baik atau tidak, jika air yang tersedia tidak memenuhi syarat kesehatan maka rumah tersebut tidak sehat. 2. Fasilitas untuk mandi. Jika fasilitas ini baik maka rumah tersebut di nilai baik. 3. Sistem pembuangan air bekas. Jika sistem pembuangan air tidak memenuhi syarat kesehatan, maka rumah tersebut termasuk katagori rumah yang tidak sehat.

4. Fasilitas pembuangan tinja. Jika rumah tidak tersedia kakus, atau kakus tersebut tidak sehat, maka rumah di nilai tidak sehat. 5. Jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam suatu ruangan (kamar). Ukuran yang di anggap sehat ialah sekurang-kurangnya tersedia 1,2 meter persegi ruangan untuk satu orang. 6. Jendela atau jalan masuk cahaya serta udara (ventilasi). Rumah yang tidak mempunyai jendela serta penerangan yang cukup adalah rumah yang tidak sehat. Faktor-faktor risiko lingkungan pada bangunan rumah yang dapat mempengaruhi kejadian penyakit, khususnya penyakit TB paru terutama pada kelompok komponen rumahnya, meliputi : (12) a. Lantai Lantai yang baik adalah kedap air dan tidak menimbulkan debu. b. Jendela ruang keluarga dan ruang tamu Dianjurkan jika membuat jendela sekurang-kurangnya seluas 15 sampai dengan 20% dari luas lantai yang terdapat dalam ruangan. Jika ruangan tidak begitu besar, cukup di bangun jendela pada satu sisi saja, tetapi jika ruangan tersebut besar, jendela harus di buat di kedua sisi. (10) c. Jendela kamar tidur Keberadaannya sangat penting agar kamar tidak lembab, basah, pengap dan berbau tidak sedap. (14) d. Ventilasi Tidak tersedianya ventilasi yang baik pada suatu ruangan, makin membahayakan kesehatan dan atau kehidupan, jika kebetulan dalam ruangan tersebut terjadi pula pencemaran oleh bakteri (misalnya oleh penderita TBC). Adanya bakteri di udara, biasanya di sebabkan karena adanya debu, uap air dan lain sebagainya yang melayang dan kebetulan mengandung kuman. Menurut Winslow, setip gram debu jalanan mengandung kira-kira 50 juta bakteri, sedangkan debu yang terdapat di dalam ruangan biasanya di perkirakan mengandung 5 juta bakteri per gram. Jumlah bakteri dalam udara akan bertambah jika kebetulan di ruanga tersebut terdapat sumbernya, misalnya penderita TBC. Oleh karena itu, untuk mengendalikan mikroorganisme, debu dan partikel lain sera agar udara dalam

ruangan selalu segar, maka ruangan tersebut harus mempunyai sistem ventilasi yang baik. Luas ventilasi permanen minimal 10% dari luas lantai. (12) e. Pencahayaan Salah satu syarat rumah sehat adalah tersedianya cahaya yang cukup. Karena suatu rumah atau ruangan yang tidak mempunyai cahaya kecuali dapat menimbulkan perasaan kurang nyaman, juga dapat mendatangkan penyakit. Cahaya perperan sebagai germicit dan atau penyembuhan penyakit karena cahaya merupakan gelombang-gelombang elektromagnetik, dan karena itu mempunyai energi. Sekalipun yang sering di pergunakan untuk membunuh bakteri ataupun penyembuhan penyakit adalah cahaya dengan gelombang di bawah 4000 A seperti sinar X serta sinar ultra violet, bukan berarti sinar yang tampak oleh mata seperti sinar matahari misalnya tidak mempunyai efek membunuh. Telah dapat di buktikan bahwa banyak jenis parasit dapat di matikan jika parasit tersebut mendapat sinar matahari secara langsung, seperti misalnya kuman TBC. Selanjutnya telah pula di ketahui bahwa efek mematikan dari cahaya terhadap suatu jasad renik, di tetukan pula oleh warna cahaya yang di pancarkan. Dari suatu hasil penelitian dengan melewakan cahaya matahari pada pelbagai warna kaca terhadap kuman TBC dapat di matikan dalam kurun waktu 45 menit. Tetapi jika warna merah atau warna biru yang di gunakan, waktu yang di pergunakan untuk mematikan kuman TBC lebih cepat, yakni antara 20 sampai dengan 30 menit pada cahaya merah dan antara 10 sampai dengan 20 menit pada cahaya biru. Sedangkan jika mempergunakan cahaya matahari langsung, kuman TBC di matikan dalam waktu 5 sampai 10 menit. Demikianlah agar suatu rumah atau ruangan mempunyai sistem cahaya yanga baik (untuk kepentingan penerangan ataupun untuk membunuh berbagai macam bakteri), maka haruslah di usahakan agar suatu ruangan mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Selain membuat jendela sekurang-kurangnya seluas 15 sampai dengan 20% dari luas lantai yang terdapat dalam ruangan, pemasangan genting kaca pada setiap ruangan juga sangat di perlukan. (10)

C. Perilaku kesehatan 1. Konsep perilaku kesehatan Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu mempunyai perilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masingmasing sehingga yang di maksud dengan perilaku manusia, pada hakekatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat di simpulkan bahwa yang di maksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat di amati langsung, maupun yang tidak dapat di amati oleh pihak luar. (15) Skiner (1938) seorang ahli psikologi, perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman serta lingkungan. Perilaku kesehatan dapat di klasifikasikan menjadi 3 kelompok. (15) 1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance) Adalah perilaku atau usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek : (15) a. Perilaku pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit. b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sakit. Kesehatan itu sangat dinakis dan relatif, maka dari itu orang yang sehatpun perlu di upayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin. c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman Makanan dan minuman dapat di pelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat menjadi

penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman. 2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem dan fasilitas pelayanan kesehatan atau sering disebut perilaku ini di mulai dari mengobati sendiri (selftreatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri. (15) 3. Perilaku kesehatan lingkungan Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatan sendiri, keluarga, atau masyarakat. Misalnya bagaimana pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah, dan sebagainya. (15) 2. Domain perilaku Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat di bedakan menjadi 2, yaitu : (15) 1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya : tingkat kecerdasa, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya. 2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang. Beberapa teori lain yang telah di coba untuk mengungkap determinan perilaku dari analisa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya

perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain teori Lawrence green (1980), Snehandu B kar (1983), dan WHO (1984). (15) Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesahatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat di pengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri di tentukan atau terbentuk dari 3 faktor. (15) a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. b. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tida tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya. c. Faktor-faktor pendorong (renforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi oleh perilaku masyarakat. Dalam perkembangannya, teori Bloom ini di modifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni : 1. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Perilaku di dasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak di dasari oleh pengetahuan. (15) 2. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit). Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnyaa akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek

kesehatan tersebut. Oleh sebab itu indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan, yakni : (15) a. Sikap terhadap sakit dan penyakit Adalah bagaimana penilaian atau pendapatan seseorang terhadap : gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit, cara pencegahan penyakit, dan sebagainya. b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat Adalah penilaian atau pendapatan seseorang terhadap cara-cara pemelihara dan cara-cara (berperilaku) hidup sehat. Dengan perkataan lain pendapat atau penilaian terhadap makanan, minuman, olahraga, relaksasi (istirahat) atau istirahat cukup, dan sebagainya bagi kesehatannya. c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya terhadap kesehatan. 3. Praktek atau tindakan Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang di ketahui, proses selanjutnya di harapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang di ketahui atau di sikapinya (di nilai baik). Inilaah yang di sebut praktek (practice) kesehatan, atau dapat juga di katakana prilaku kesehatan (overt behavior). (15) D. Kerangka Teori Faktor karakter penderita : - Pendapatan - Pendidikan Kondisi rumah - Jenis lantai - Pencahayaan - Ventilasi - Kepadatan hunian Pengetahuan, sikap, praktek pencegahan TBC paru BTA positif Kejadian TBC paru BTA positif Daya tahan tubuh

Sumber penularan Status gizi Sumber : Modifikasi dari berbagai sumber (H.L. Blum, L. Green, Winarto) E. Kerangka Konsep Variabel Bebas 1. Pengetahuan, sikap, praktek pencegahan TBC 2. Kondisi rumah 3. Faktor karakter : - Pendapatan - Pendidikan Variabel Terikat Kejadian TB Paru. BTA positif F. Hipotesa 1. Ada hubungan antara jenis lantai pada penderita TBC paru BTA positif 2. Ada hubungan antara luas ventilasi pada penderita TBC paru BTA positif 3. Ada hubungan antara intensitas pencahayaan pada penderita TBC paru BTA positif 4. Ada hubungan antara kepadatan hunian pada penderita TBC paru BTA positif 5. Ada hubungan antara pendapatan pada penderita TBC paru BTA positif 6. Ada hubungan antara pendidikan pada penderita TBC paru BTA positif 7. Ada hubungan antara pengetahuan pencegahan TBC pada penderita TBC paru BTA positif

8. Ada hubungan antara sikap pencegahan TBC pada penderita TBC paru BTA positif 9. Ada hubungan antara praktek pencegahan TBC pada penderita TBC paru BTA positif