4 KONDISI UMUM WILAYAH

dokumen-dokumen yang mirip
IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

LAMPIRAN. Laju Pertumbuhan PDRB ADHK 2000 menurut Kab/ Kota di Provinisi Jawa Barat (Persen)

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV PROFIL DAN PERENCANAAN WILAYAH DI KOTA SUKABUMI

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH


DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

PROGRAM PEMANFAATAN RUANG BERDASARKAN INDIKASI PROGRAM UTAMA LIMA TAHUNAN Waktu Pelaksanaan No Program Utama Lokasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONTEKS LOKASI PENELITIAN

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB IV KONDISI UMUM. A. Letak Geografis, Iklim

PEMERINTAH KOTA SUKABUMI

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUNINGAN, KECAMATAN CIBEUREUM, CIBINGBIN, DAN CIGUGUR

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. Kecamatan Bantul berada di Ibukota Kabupaten Bantul. Kecamatan Bantul

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Pugung memiliki luas wilayah ,56 Ha yang terdiri dari

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. Kondisi Kebun Buah Mangunan. 1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Kebun Buah Mangunan

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) Jo.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SUBYEK PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

KAJIAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kondisi Geografis

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB III PENYAJIAN DATA

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Geografis Kabupaten Indragiri Hulu. yang meliputi wilayah Rengat dan Tembilahan di sebelah Hilir.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

Transkripsi:

25 4 KONDISI UMUM WILAYAH 25 Kondisi Fisik Geografi dan Administrasi Kota Sukabumi secara Geografis terletak di bagian selatan Jawa Barat pada koordinat 106 45 50 Bujur Timur dan 106 45 10 Bujur Timur, 6 50 44 Lintang Selatan, di kaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango yang ketingiannya 584 meter di atas permukaan laut, dengan batas wilayahnya sebagai berikut: Sebelah Utara Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi Sebelah Selatan Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi Sebelah Barat Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi Sebelah Timur Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi Peta wilayah administrasi Kota Sukabumi ditampilkan pada Gambar 5 sedangkan kecamatan dan kelurahan yang berada dalam wilayah administrasi Kota Sukabumi tertera pada Tabel 6. Gambar 5 Peta Wilayah Administrasi Kota Sukabumi Wilayah Administratif Kota Sukabumi berbatasan langsung dengan Kabupaten Sukabumi. Kota Sukabumi terdiri dari 7 kecamatan dan 33 kelurahan dengan luas wilayahnya kurang lebih 4.800 ha/48 Km 2. Kecamatan Lembursitu merupakan wilayah dengan luas terbesar yaitu 890 ha dan Kecamatan Citamiang adalah wilayah dengan luas terkecil yaitu 404 ha.

26 Tabel 6 Kecamatan dan Kelurahan dalam Wilayah administrasi Kota Sukabumi No Kecamatan Luas (ha) Kelurahan 1 Cikole 708 Selabatu (6 Kelurahan) Gunungparang Kebonjati Cikole Cisarua Subangjaya 2 Citamiang 404 Cikondang (5 Kelurahan) Gedongpanjang Nanggeleng Citamiang Tipar 3 Gunungpuyuh 550 Gunungpuyuh (4 Kelurahan) Karamat Sriwedari Karangtengah 4 Warudoyong 760 Warudoyong (5 Kelurahan) Nyomplong Benteng Dayeuhluhur Sukakarya 5 Baros 611 Sudajaya Hilir (4 Kelurahan) Jaya Mekar Jayaraksa Baros 6 Cibeureum 877 Sindangpalay (4 Kelurahan) Limusnunggal Babakan Cibeureum Hilir 7 Lembursitu 890 Lembursitu (5 Kelurahan) Situmekar Cipanengah Cikundul Sindangsari Luas Kota Sukabumi 4.800 Kota Sukabumi yang berjarak 120 km dari Ibukota Negara (Jakarta) atau 96 km dari Ibukota Provinsi Jawa Barat (Bandung) mengakibatkan pergerakan orang dan barang dari kota-kota tersebut ke Kota Sukabumi cukup tinggi. Kedekatan jarak dengan dua kota besar tersebut juga membuka kesempatan untuk mengembangkan diri sebagai pusat pelayanan berkualitas di bidang perdagangan, pendidikan dan kesehatan yang merupakan visi Kota Sukabumi.

Posisi Kota Sukabumi dalam Konstelasi Regional Jawa Barat berada pada posisi strategis karena berada di antara pusat pertumbuhan megaurban Jabodetabek dan Bandung Raya sehingga menjadi salah satu kawasan andalan dari 8 kawasan andalan di Jawa Barat yang berpotensi untuk pengembangan agribisnis, pariwisata dan bisnis kelautan yang berwawasan lingkungan dengan memanfaatkan modal investasi untuk menghasilkan daya saing global, serta menjadi motivator untuk memacu perkembangan wilayahnya juga mendorong pertumbuhan wilayah-wilayah disekitarnya (hinterland) (Bappeda, 2008). Secara historis Kota Sukabumi dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai Burgerlijk Bestuur (1914) dengan status Gemeenteraad Van Sukabumi yang bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada orang-orang Belanda dan Eropa sebagai pengelola perkebunan di wilayah Kabupaten Sukabumi, Cianjur dan Lebak. Memasuki era kemerdekaan dengan dibentuknya sistem pemerintahan daerah, Kota Sukabumi termasuk kedalam kategori kota kecil yang disebut sebagai Kotapraja, kemudian berubah menjadi Kotamadya dan terakhir menjadi Kota yang memiliki areal 1.215 Ha. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 3 Tahun 1995, Kota Sukabumi mengalami perluasan menjadi 4.800,23 Ha yang terbagi dalam 5 kecamatan dan 33 kelurahan. Selanjutnya berdasarkan Perda Nomor 15 tahun 2000 yang ditetapkan pada tanggal 27 September 2000, wilayah administratif Kota Sukabumi mengalami pemekaran wilayah menjadi 7 kecamatan, yaitu Kecamatan Cikole, Cibeureum, Citamiang, Lembursitu, Warudoyong, Baros dan Gunung Puyuh yang terdiri dari 33 kelurahan. Dengan jarak terjauh ke balai kota yaitu Kecamatan Lembursitu Sejauh 7 KM. Iklim dan Curah Hujan Sepanjang tahun 2011 keadaan iklim di Kota Sukabumi cenderung basah dengan suhu udara Kota Sukabumi berkisar antara 15º-30º celsius. Berdasarkan hasil pemantauan di Stasiun Cimandiri disetiap bulan pada tahun 2011 pasti terjadi hujan dengan intensitas tertentu. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November yang mencapai 323 mm dengan jumlah hari hujan 27 hari, sementara curah hujan terendah terjadi pada bulan september dengan jumlah curah hujan 6 mm dan jumlah hari hujan sebanyak 2 hari. Hidrologi Kondisi air tanah di wilayah Kota Sukabumi dan sekitarnya untuk kebutuhan sehari-hari secara umum cukup tersedia. Sumbernya berasal dari air tanah, mata air dan air tanah tertekan. Sebaran akuifer dengan produktivitas tinggi terdapat di sekitar Kota Sukabumi dengan sebaran paling dominan mulai dari barat hingga timur. Di bagian utara merupakan zona air tanah dengan akuifer berproduktifitas sedang dan berpenyebaran luas. Bagian selatan merupakan zona akuifer yang produktivitasnya rendah hingga langka. Sungai terpanjang yang melintasi Kota Sukabumi adalah Sungai Cipelang dengan panjang aliran sungai 15.814 m. Sungai yang berasal dari mata air di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango wilayah Kabupaten Sukabumi ini melintasi 3 kecamatan yang ada di Kota Sukabumi, yaitu Kecamatan Gunungpuyuh, Kecamatan Warudoyong dan Kecamatan Lembursitu. 27

28 Topografi dan Kemiringan Lereng Wilayah Kota Sukabumi merupakan lereng selatan dari Gunung Gede dan Gunung Pangrango, yang berada pada ketinggian 584 meter di atas permukaan laut pada bagian selatan dan 770 meter di atas permukaan laut bagian utara. Sedangkan di bagian tengah mempunyai ketinggian rata-rata 650 meter dari permukaan laut. Bentuk bentangan alam Kota Sukabumi berupa perbukitan bergelombang dengan sudut lereng beragam (Bappeda, 2011). Wilayah Kota Sukabumi didominasi oleh kemiringan lereng 0 2% dengan luas mencapai 2.237,51 ha atau sekitar 45,62% dari luas kota dan kemiringan lereng 2 15% mencapai 2.560,14 ha atau sekitar 52,2% dari luas kota. Selanjutnya, sekitar 2% dari luas Kota Sukabumi terdiri dari wilayah yang memiliki kemiringan lereng 15% hingga kemiringan lereng > 40%. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di Kota Sukabumi dibedakan menjadi dua yaitu lahan sawah dan lahan bukan sawah (lahan kering). Dengan luas wilayah sebesar 4.800 Ha, berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa menurut penggunaannya, sebesar 1.751 Ha (36,48%) digunakan untuk tanah sawah dan sisanya seluas 3.049 Ha (63,52%) merupakan tanah kering dan lain-lain. Tabel 7 Luas Tanah per Kecamatan dan Penggunaannya tahun 2011 (Ha) Kecamatan Lahan Sawah Lahan Kering Lain-lain Jumlah Cikole 77 52 579 708 Citamiang 80 33 291 404 Gunungpuyuh 92 34 424 550 Warudoyong 365 54 341 760 Baros 299 73 240 612 Cibeureum 522 77 278 877 Lembursitu 316 89 484 889 Jumlah 1.751 412 2.637 4.800 Penggunaan lahan untuk pertanian/ lahan sawah terluas adalah wilayah Kecamatan Cibeureum yaitu sebesar 59,52% (522 Ha) dari luas wilayahnya. Sementara Kecamatan Lembursitu yang memiliki luas wilayah terbesar di Kota Sukabumi memiliki luas lahan sawah sebesar 35,54% (316 Ha) dari luas wilayahnya. Dan penggunaan lahan sawah terkecil adalah Kecamatan Cikole yang hanya memiliki 10,87% (77 Ha) dari luas wilayahnya. Fenomena yang terjadi didaerah perkotaan menunjukkan bahwa luas lahan sawah akan semakin berkurang sejalan dengan banyaknya pembangunan di bidang perumahan, perdagangan ataupun industri sehingga fungsi lahan pertanian berubah fungsi menjadi lahan bukan pertanian/ lahan kering. Di Kota Sukabumi penggunaan lahan kering dan luasannya masing-masing adalah seperti yang tertera pada Tabel 8.

Penggunaan lahan kering di Kota Sukabumi terbesar dimanfaatkan untuk pekarangan dan rumah yaitu 69,13% (2.108 ha) dari luas lahan kering. Kecamatan Cikole adalah wilayah yang paling besar memanfaatkan lahan keringnya sebagai pekarangan dan rumah yaitu sebesar 81,14% (512 ha) dari luas lahan keringnya. Tabel 8 Luas Lahan Kering/Bukan Sawah dan Penggunaannya tahun 2011 (Ha) Kecamatan Pekarangan + Rumah Tegal/ Kebun Lain-lain Kolam/ Tebat/ empang Jumlah Bukan Sawah Cikole 512 6 106 7 631 Citamiang 208 2 102 12 324 Gunungpuyuh 366 19 67 6 458 Warudoyong 280 12 87 16 395 Baros 179 33 91 10 313 Cibeureum 210 41 85 19 355 Lembursitu 353 44 155 21 573 Jumlah 2.108 157 693 91 3.049 29 Kondisi Sosial Penduduk Secara umum mayoritas penduduk Kota Sukabumi beragama Islam, dengan jumlah warga dari Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2012 meningkat pesat pada Tahun 2012. Mayoritas penduduk Kota Sukabumi sebesar 95,64% beragama Islam, Katolik sebesar 2,21%, Protestan sebesar 1,08%, Buddha sebesar 0,02% dan Hindu sebesar 1,03%. Jumlah Rumah Peribadatan pada tahun 2012 untuk Mesjid sebanyak 386 buah, Musholla 197 buah, Langgar sebanyak 629 buah, Gereja sebanyak 19 buah dan Vihara sebanyak 2 buah Pada Akhir Tahun 2011 berdasarkan hasil registrasi penduduk jumlah penduduk Kota Sukabumi tercatat sebanyak 356.085 dengan penyebarannya seperti yang tertera pada Tabel 9. Tabel 9 Jumlah Penduduk, Luas dan Kepadatan Kota Sukabumi, tahun 2011 Kecamatan L (Jiwa) Penduduk Luas Kepadatan P (Jiwa) Jml (Jiwa) (%) (Km) (%) (Jiwa/ Km) Cikole 34.079 34.093 68.172 19,14 7,08 14,76 9.625,01 17,13 Citamiang 28.273 27.700 55.973 15,72 4,04 8,42 13.854,70 24,65 Gunungpuyuh 25.642 24.797 50.439 14,16 5,50 11,45 9.177,75 16,33 Warudoyong 32.771 30.783 63.554 17,85 7,60 15,83 8.364,24 14,88 Baros 18.530 17.771 36.301 10,19 6,11 12,74 5.937,46 10,56 Cibeureum 21.622 20.759 42.381 11,90 8,77 18,28 4.830,35 8,59 Lembursitu 19.779 19.486 39.265 11,03 8,90 18,54 4.412,97 7,85 Jumlah 180.696 175.389 356.085 100 48,00 100 7.418,08 100 (%)

30 Dari Tabel 9 dapat diketahui penyebaran tertinggi ada di Kecamatan Cikole sebanyak 19,14% (68.172 jiwa), dan yang terendah di Kecamatan Baros sebesar 10,19% (36.301 jiwa). Sementara itu berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayah yang ada, maka rata-rata penduduk per km² di Kota Sukabumi adalah 7.418,08 jiwa/ km², dimana kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Citamiang dengan kepadatan penduduk 13.854,70 jiwa/km². Hal ini memungkinkan karena luas wilayah Kecamatan Citamiang paling kecil diantara kecamatan yang lain dan merupakan wilayah yang dekat dengan pusat perbelanjaan. Sedangkan yang terendah kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Lembursitu yang mempunyai wilayah terluas dengan kepadatan penduduk 4.412,97 jiwa/ km². Tenaga kerja Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Ketenagakerjaan merupakan aspek yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia, karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Oleh karenanya, setiap upaya pembangunan selalu diarahkan pada perluasan kesempatan kerja dan lapangan usaha, dengan harapan penduduk dapat memperoleh manfaat langsung dari pembangunan. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Penanggulangan Bencana Kota Sukabumi, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 6 tercatat bahwa pada tahun 2011 jumlah pencari kerja yang terdaftar mencapai 4.845 orang, yang terdiri dari 2.370 pencari kerja laki-laki dan 2.475 perempuan. 1500.0 1000.0 500.0.0 SD SMP SMA Sarjana Sarjana Muda Laki-laki 150.0 369.0 1462.0 234.0 155.0 Perempuan 317.0 546.0 1279.0 194.0 139.0 Gambar 6 Jumlah pencari kerja menurut tingkat pendidikan dan jenis kelamin pada tahun 2011 Dari Gambar 6 dapat diketahui bahwa jumlah pencari kerja menurut tingkat pendidikan yang berlatar belakang pendidikan SMA memiliki jumlah terbanyak yaitu 2.741 orang (56,57%), sementara jumlah paling sedikit adalah lulusan sarjana yang hanya berjumlah 294 orang (6%). Sementara komposisi jumlah Penduduk Kota Sukabumi menurut mata pencaharian (selain pelajar/mahasiswa, pengangguran, dan lainnya) dapat

31 diketahui melalui Tabel 10. Dijelaskan bahwa penduduk yang bekerja sebagai pedagang/wiraswasta merupakan yang paling banyak jumlahnya yaitu 31.982 orang (28,1%). Mereka mayoritas bermukim di wilayah Kecamatan Citamiang, karena merupakan wilayah yang paling dekat dengan pusat keramaian dan perbelanjaan. Penduduk yang bekerja sebagai TNI adalah yang paling sedikit jumlahnya yakni hanya 612 orang (0,54%). Mata Pencaharian Tabel 10 Jumlah Penduduk menurut mata pencaharian tahun 2011 Cikole Cita miang Gunung puyuh Kecamatan Waru doyong Baros Cibeu reum Lembur situ Jumlah Petani 392 513 2.488 2.440 470 2.139 2.421 10.863 PNS 2.375 1.648 1.659 1.260 1.213 925 563 9.643 Peg. Swasta 5.098 2.451 2.212 3.113 2.514 1.686 2.319 19.393 TNI 59 99 200 127 24 45 58 612 Polri 184 51 570 115 80 94 44 1.138 Pensiunan 1.097 1.170 1.651 542 329 267 185 5.241 Wiraswasta 6.586 6.655 2.471 3.437 3.505 4.239 5.089 31.982 Buruh 4.670 3.526 2.423 3.119 1.834 2.756 2.828 21.156 Buruh Kasar 1.554 3.304 2.632 2.010 701 1.549 2.005 13.755 Jumlah 22.015 19.417 16.306 16.163 10.670 13.700 15.512 113.783 Kecamatan Cikole adalah wilayah yang penduduknya terbanyak memiliki pekerjaan yaitu sebanyak 22.015 orang (19,35%) dengan mayoritas pekerjaan utamanya adalah wiraswasta dan yang bermata pencaharian sebagai petani sangat sedikit sekali karena aktifitas penduduk lebih terkonsentrasi ke perdagangan dan jasa dimana wilayah Cikole merupakan pusat pertumbuhan di Kota Sukabumi. Kecamatan Baros merupakan wilayah dengan jumlah penduduk bekerjanya paling sedikit, yaitu hanya 10.670 orang (9,38%), dengan pekerjaan utama penduduknya juga sebagai wiraswasta. Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sementara itu pembangunan pendidikan dititikberatkan pada peningkatan mutu serta perluasan kesempatan belajar, terutama pada jenjang pendidikan dasar. Pada tahun 2011 di Kota Sukabumi (yang meliputi sekolah negeri dan swasta) memiliki 100 Taman Kanak-Kanak, 151 Sekolah Dasar, 54 SMP, 50 SMU sederajat, dan 17 Akademi/ Perguruan Tinggi. Berdasarkan jenjang pendidikan pada tahun ajaran 2010/ 2011, seperti yang tertera pada Tabel 11 dapat diketahui bahwa pelajar pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) memiliki jumlah terbanyak yaitu 33.265 orang. Selain itu dapat diketahui bahwa wilayah dengan jumlah pelajar terbanyak terdapat di Kecamatan Cikole yaitu 22.014 orang. Hal ini disebabkan banyaknya jumlah fasilitas pendidikan tersebar di wilayah tersebut. Sementara Kecamatan

32 Baros merupakan wilayah dengan jumlah pelajar paling sedikit, yaitu hanya 4.092 orang. Tabel 11 Jumlah Pelajar menurut jenjang pendidikan TA 2010/ 2011 Kecamatan Jenjang Pendidikan TK SD SMP SMA SMK Jumlah Cikole 1.098 7.770 5.783 3.746 3.617 22.014 Citamiang 162 6.413 2.295 1.417 2.505 12.792 Gunungpuyuh 426 4.481 1.146 1.028 650 7.731 Warudoyong 305 5.305 2.697 221 2.309 10.837 Baros 180 3.235 677 0 0 4.092 Cibeureum 58 3.225 731 965 0 4.979 Lembursitu 213 2.836 776 0 778 4.603 Jumlah 2.442 33.265 14.105 7.377 9.859 67.048 Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan, berdasarkan data 4 (empat) tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 7 dibawah ini. 35 30 25 20 15 10 5 0 Tidak/ belum sekolah Tidak tamat SD SD SMP SMA Pergurua n Tinggi 2008 0 19.41 31.46 20.83 23.67 4.62 2009 1.43 15.58 27.85 17.58 28.19 9.37 2010 2.49 16.83 20.06 18.51 29 13.11 2011 1.91 15.86 32.33 18.37 25.38 6.15 Gambar 7 Persentase penduduk 10 tahun ke atas menurut ijasah tertinggi yang dimiliki Pada Gambar 7 terlihat bahwa komposisi penduduk yang bisa menamatkan sampai tingkat SLTA paling banyak ada di tahun 2010 yaitu sebesar 29%. Untuk jenjang pendidikan dasar (SD) mengalami peningkatan yang cukup signifikan selama 4 tahun terakhir dimana pada tahun 2011 mencapai 32,33%. Adapun yang menamatkan sampai dengan Perguruan Tinggi/Akademi terbanyak ada di tahun 2010 sebanyak 13,11%.

Tingginya penduduk Kota Sukabumi yang sukses menamatkan pendidikan sampai tingkat SLTA, merupakan keberhasilan Pemerintah Kota Sukabumi dalam bidang pendidikan serta peran serta masyarakat yang telah sadar akan pentingnya pendidikan. Tingkat kemampuan membaca dan menulis masyarakat Kota Sukabumi pada Tahun 2012 tercatat sebesar 99.68%, atau hanya ada sekitar 0.32% penduduk Kota Sukabumi yang masih buta huruf. 33 Kondisi Ekonomi Keuangan Daerah Berdasarkan penghitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Kota Sukabumi tahun anggaran 2011, seperti yang ditampilkan pada Tabel 12, menunjukkan bahwa realisasi pendapatan daerah mencapai 631.323.058.313 rupiah. Dari jumlah tersebut, pendapatan paling besar bersumber dari Dana Perimbangan yang mencapai 65% (Rp. 407.721.918.044,-) dari total pendapatan. Sementara itu Pendapatan Asli Daerah memberikan sumbangan terhadap pendapatan daerah sebesar 18% (Rp. 115.473.386.833,-). Tabel 12 Ringkasan Laporan Realisasi APBD Tahun Anggaran 2011 No Uraian Realisasi (Rp) 1 Pendapatan Daerah 631.323.058.313 1.1 Pendapatan Asli Daerah 115.473.386.833 1.2 Dana Perimbangan 407.221.918.044 1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 108.627.753.436 2 Belanja Daerah 624.504.223.475 2.1 Belanja Tidak Langsung 374.297.983.217 2.2 Belanja Langsung 250.206.240.258 Surplus/ (Defisit) 6.818.834.838 Dari Tabel 12 diketahui bahwa Realisasi belanja daerah Kota Sukabumi tahun anggaran 2011 mencapai 624.504.223.475 rupiah yang terdiri dari Belanja tidak Langsung sebesar 60% dan Belanja Langsung sebesar 40%. Jadi pada tahun anggaran 2011 realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Sukabumi mengalami surplus dengan total nilai 6.818.834.838 rupiah. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat perkembangan dan struktur perekonomian di suatu daerah, dimana PDRB disajikan atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000. PDRB Kota Sukabumi atas dasar harga berlaku tahun 2011 mencapai 5.92 trilyun rupiah, sedangkan atas dasar

34 harga konstan 2000 mencapai 2,04 trilyun rupiah. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2010. Kondisi Perekonomian Kota Sukabumi yang ditunjukan dengan PDRB tahun 2007-2011 seperti yang tercantum pada Tabel 13, menunjukan adanya dominasi pencapaian oleh kelompok tersier atau sektor jasa yang merupakan ciri dari perekonomian modern, yaitu tumbuh pesatnya sektor jasa. Meskipun demikian Kota Sukabumi juga tidak meninggalkan pembangunan sektor lainnya meskipun tumbuh melambat. Tabel 13 Struktur Ekonomi Kota Sukabumi menurut Kelompok Sektor Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2007-2011 (persen) Kelompok Sektor Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 Sektor Primer 4,97 4,66 4,70 4,38 3,95 a Pertanian 4,96 4,65 4,69 4,38 3,95 b Pertambangan 0,01 0,01 0,01 - - Sektor Sekunder 11,64 12,09 12,26 12,04 11,70 c Industri Pengolahan 4,90 5,07 5,36 5,48 5,45 d Listrik, Gas & Air Bersih 1,22 1,48 1,32 1,28 1,27 e Bangunan 5,52 5,54 5,58 5,28 4,98 Sektor Tersier 83,39 83,25 83,04 83,57 84,34 f Perdagangan, Hotel & Restoran 42,69 43,46 43,30 45,70 46,83 g Pengangkutan & Komunikasi 15,83 15,79 16,31 15,89 15,58 h Keuangan, Jasa Perusahaan & Persewaan 10,43 9,30 8,29 7,27 8,02 i Jasa-jasa 14,44 14,70 15,14 14,71 13,91 Apabila dicermati pada Tabel 13, sampai pada tingkat sektor dapat diketahui bahwa kontributor utama di Kota sukabumi adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran yang pada tahun 2011 mencapai 46,83%. Hasil tersebut merupakan efek dari Kota Sukabumi dalam konstelasi regional yang terletak diantara Ibu Kota Negara dan Ibu Kota Provinsi Jawa Barat. Sedangkan sektor yang kontribusinya paling kecil terhadap PDRB adalah sektor pertambangan dan penggalian yang hanya 0%. Pendapatan Perkapita PDRB per kapita merupakan salah satu Gambaran makro rata-rata pendapatan yang diterima oleh penduduk selama satu tahun dalam suatu wioayah tertentu dan biasanya digunakan sebagai indikator tingkat kemakmuran. Namun perlu diingat bahwa tidak seluruh PDRB dapat dinikmati penduduknya, hal ini karena terdapat sebagian nilai PDRB yang dibawa keluar daerah. Perkembangan PDRB per kapita Kota Sukabumi atas dasar harga berlaku dalam kurun waktu 2007 2011 menunjukan kenaikan cukup berarti dari Rp. 11.317.124,59,- pada tahun 2007 menjadi Rp. 19.474232,65,- pada tahun 2011, atau meningkat sebesar 72,08 persen. Namun hal ini tidak seluruhnya mencerminkan adanya kenaikan daya beli masyarakat dalam periode waktu

tersebut, karena dalam kenaikan PDRB tersebut masih terdapat kenaikan harga (inflasi). Sementara pendapatan per kapita atas dasar harga konstan yang lebih mencerminkan kenaikan daya beli masyarakat secara umum menunjukan kenaikan yang cukup lambat, yaitu dari Rp. 5.732.527,- pada tahun 2007 menjadi Rp. 6.716.033,67,- pada tahun 2011, atau hanya mengalami kenaikan sebesar 17,16 persen. Pendapatan antar Wilayah Guna menyikapi kebutuhan data yang semakin beragam dalam unit yang lebih kecil, berbagai upaya dilakukan agar dapat memenuhi permintaan dari berbagai pihak konsumen data. Salah satu bentuknya adalah angka PDRB sampai pada tingkat Kecamatan, yang tentu saja akan bermanfaat bagi para pengambil keputusan sehingga penyusunan perencanaan program maupun evaluasi pembangunan ekonomi akan lebih terarah dan tepat sasaran. Tersedianya data PDRB sampai pada tingkat Kecamatan dapat dipergunakan untuk memperoleh informasi yang dapat memberikan Gambaran tentang peranan atau posisi masing-masing wilayah dalam perekonomian di Kota Sukabumi secara keseluruhan. Manfaat PDRB Kecamatan diantaranya dapat diketahui kemajuan/ pertumbuhan ekonomi masing-masing Kecamatan, potensi Kecamatan, tingkat kemakmuran Kecamatan, tingkat kesenjangan ekonomi antar Kecamatan / antar sektoral. Analisis terhadap distribusi PDRB menurut kecamatan dapat memberikan Gambaran kontribusi PDRB masing-masing kecamatan terhadap PDRB Kota Sukabumi. Adapun kontributor terbesar PDRB Kecamatan terhadap PDRB Kota Sukabumi pada periode Tahun 2007-2011 adalah kecamatan Cikole dan yang terendah adalah Kecamatan Cibeureum. Pada Tabel 14 disajikan kontribusi setiap wilayah terhadap PDRB berdasarkan atas dasar harga konstan maupun atas dasar harga berlaku tahun 2007 sampai Tahun 2011. Tabel 14 Kontribusi PDRB Kecamatan tahun 2007 2011 (persen) 35 Kecamatan Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 K B K B K B K B K B Cikole 26,7 27,2 26,4 27,0 26,5 27,0 27,0 27,9 27,1 28,4 Citamiang 18,7 19,0 18,7 19,1 18,9 19,2 18,7 19,1 18,7 19,3 Gunungpuyuh 14,9 14,8 15,0 14,7 15,0 14,7 14,8 14,4 14,8 14,5 Warudoyong 21,0 20,0 21,0 20,1 21,3 20,1 21,3 19,9 21,4 19,5 Baros 6,0 6,1 6,0 6,3 6,0 6,2 5,9 6,2 5,9 6,1 Cibeureum 5,4 5,4 5,4 5,4 5,3 5,4 5,2 5,3 5,1 5,2 Lembursitu 7,3 7,4 7,4 7,4 7,1 7,3 7,1 7,3 7,0 7,1 K = Atas Dasar Harga Konstan; B = Atas Dasar Harga Berlaku