PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT. Debora M Sinaga 1, Krisman 2, Defrianto 2

dokumen-dokumen yang mirip
PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT. Krisman, Defrianto, Debora M Sinaga ABSTRACT

PENGUKURAN TINGKAT PENYERAPAN BUNYI KEPINGAN BATANG KELAPA SAWIT DENGAN MENGGUNAKAN TABUNG IMPEDANSI. Septina Sari 1, Erwin 2,Krisman 3

DESAIN PEREDAM SUARA TABUNG KACA DENGAN SAMPEL CAMPURAN SERBUK KAYU MERANTI DAN PAPAN TELUR UNTUK MENGUKUR KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI

ANALISA KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI MATERIAL SERAT BATANG KELAPA SAWIT DENGAN GYPSUM MENGGUNAKAN SONIC WAVE ANALYZER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENGARUH JUMLAH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK

KARAKTERISTIK ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK SERAT ALAM AMPAS TAHU (GLYCINE MAX) MENGGUNAKAN METODE TABUNG

PENENTUAN PENGURANGAN KEBISINGAN OLEH KARPET PADA RUANG TERTUTUP

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa

PENGARUH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia semakin meningkat. Baik peralatan tersebut berupa sarana informasi,

MENENTUKAN POLA RADIASI BUNYI DARI SUMBER BERBENTUK CORONG. Robi ullia Zarni 1, Defrianto 2, Erwin 3

STUDI TENTANG PENGARUH PROSENTASE LUBANG TERHADAP DAYA ABSORPSI BUNYI

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORBSI MATERIAL AKUSTIK DARI SERAT ALAM AMPAS TEBU SEBAGAI PENGENDALI KEBISINGAN

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK RESONATOR PANEL KAYU LAPIS (PLYWOOD) BERLUBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

KARAKTERISASI KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI LIMBAH SERAT KAYU MERANTI MERAH (SHOREA PINANGA) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

ANALISA TINGKAT REDUKSI KEBISINGAN OLEH BAHAN BUSA PADA RUANG TERTUTUP DALAM SKALA LABORATORIUM. Krisman, Riad Syech, Rosdiawan Obby Novaldy ABSTRACT

EFEK PARTISI TERHADAP UPAYA PENGENDALIAN KEBISINGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelapa Sawit yang sudah tidak produktif. Indonesia, khususnya Sumatera Utara,

TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM)

Komposit Serat Batang Pisang (SBP) Epoksi Sebagai Bahan Penyerap Bunyi

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI SERAT ALAM ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

PERNYATAAN. Mahasiswa

ANALISIS GELOMBANG AKUSTIK PADA PAPAN SERAT KELAPA SAWIT SEBAGAI PENGENDALI KEBISINGAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Dasar Teori Serat Alami

Pengertian Kebisingan. Alat Ukur Kebisingan. Sumber Kebisingan

PENGARUH FRAKSI BERAT SERAT TERHADAP SIFAT AKUSTIK KOMPOSIT rhdpe-cantula

STUDI TENTANG PENGARUH RONGGA TERHADAP DAYA ABSORPSI BUNYI

KAJIAN EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK MATERIAL AKUSTIK DARI CAMPURAN SERAT BATANG KELAPA SAWIT DAN POLYURETHANE DENGAN METODE IMPEDANCE TUBE

PENGGUNAAN GELOMBANG AKUSTIK PADA PROSES PEMISAHAN PARTIKEL PENGOTOR DALAM AIR DENGAN MENGGUNAKAN TABUNG RESONANSI

KOLOM UDARA BERDINDING BAMBU SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN PAGAR

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 02 (2016), Hal ISSN :

PENGARUH FRAKSI BERAT SERAT TERHADAP SIFAT AKUSTIK KOMPOSIT rhdpe-cantula

PERBANDINGAN RESAPAN BISING PANEL AKUSTIK LIMBAH BONGGOL JAGUNG DENGAN AMPAS TEBU. Sebelas Maret Surakarta

SUHARDIMAN / TM

Pembuatan dan Pengujian Bahan Peredam Suara dari Berbagai Serbuk Kayu

PEMBUATAN ALAT UKUR DAYA ISOLASI BAHAN

DINDING PEREDAM SUARA BERBAHAN DAMEN DAN SERABUT KELAPA

Pemanfaatan Limbah Kulit Pinang (Areca catechu L.) sebagai Filler Papan Komposit Penyerap Bunyi

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI PAPAN AKUSTIK DARI CAMPURAN SERAT KULIT ROTAN DAN PEREKATPOLIVINIL ASETAT SKRIPSI AMALUDDIN NASUTION

ANALISA PENGARUH KEBERADAAN BANGUNAN TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN DI SEPANJANG JALAN RAYA PEKANBARU-BANGKINANG. Sandra Septiana*, Erwin, Defrianto

PENENTUAN KOEFISIEN SERAP BUNYI PAPAN PARTIKEL DARI LIMBAH TONGKOL JAGUNG

I. PENDAHULUAN. bunyi dengan melakukan perhitungan koefisien penyerapan bunyi. Doelle pada

Rancang Bangun Loudspeaker Enclosure untuk. (Imam Try Wibowo) 156

PENGARUH ORIENTASI SERAT TERHADAP REDAMAN SUARA KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT PINANG

STUDI TENTANG PENGARUH PROSENTASE LUBANG PADA DINDING PENGHALANG TERHADAP PENGURANGAN SPL

Kajian tentang Kemungkinan Pemanfaatan Bahan Serat Ijuk sebagai Bahan Penyerap Suara Ramah Lingkungan

MATERIAL AKUSTIK SERAT PELEPAH PISANG (Musa acuminax balbasiana calla) SEBAGAI PENGENDALI POLUSI BUNYI

PENENTUAN TINGKAT REDUKSI KEBISINGAN OLEH PAGAR BUATAN DI SEKITAR BANGUNAN RUMAH PENDUDUK DI KOTA PEKANBARU

KARAKTERISTIK AKUSTIK PAPAN KOMPOSIT SERAT SABUT KELAPA BERMATRIK KERAMIK

AKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA. Dani Ridwanulloh

KAJIAN EKSPERIMENTAL PENGUKURAN TRANSMISSION LOSS DARI PADUAN ALUMINIUM-MAGNESIUM MENGGUNAKAN METODE IMPEDANCE TUBE SKRIPSI

Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia.

PENGARUH PENAMBAHAN JARAK TERHADAP SUMBER BUNYI BIDANG DATAR BERBENTUK LINGKARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi telah memberikan manfaat yang besar terhadap

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Penyerapan Bunyi

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORPSI GELOMBANG BUNYI DARI KERTAS KARDUS. Wahyuddin Siregar, Tengku Emrinaldi, Walfred Tambunan

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI BAHAN AMPAS TEBU DENGAN METODE RUANG AKUSTIK KECIL. Oleh: Arif Widihantoro NIM: TUGAS AKHIR

DESAIN PENGENDALIAN BISING PADA JALUR PEMBUANGAN EXHAUST FAN KAMAR MANDI DALAM. Batara Sakti Pembimbing: Andi Rahmadiansah, ST, MT

KAJIAN KINERJA SERAPAN BISING SEL AKUSTIK DARI BAHAN KAYU OLAHAN (ENGINEERING WOOD)

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan potensi lokal sebagai material dinding kedap. bila dibandingkan dengan makhluk lain adalah akal.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGUKURAN ABSORPSI BAHAN ANYAMAN ENCENG GONDOK DAN TEMPAT TELUR DENGAN METODE RUANG AKUSTIK KECIL

Pengaruh Penambahan Bahan Redam pada Kebocoran Alat Ukur Daya Isolasi Bahan

PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK MEMANASKAN AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR PARABOLA MEMAKAI CERMIN SEBAGAI REFLEKTOR

ANALISA AKUSTIK RUANG KULIAH 9222 GKU TIMUR ITB UTS TF 3204-AKUSTIK. Disusun Oleh: Suksmandhira H ( )

DATA HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS

KAJIAN KETEBALAN TANAH LIAT SEBAGAI BAHAN DIELEKTRIK KAPASITOR PLAT SEJAJAR. Jumingin 1, Susi Setiawati 2

LIMBAH PELEPAH PISANG RAJA SUSU SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN DINDING KEDAP SUARA

Saintek Vol 5, No 2 Tahun 2010 PENGARUH KERAPATAN SAMPEL CAMPURAN SEKAM DAN DEDAK PADA KOEFISIEN REFLEKSI DAN KOEFISIEN TRANSMISI GELOMBANG KUSTIK

BAB II LANDASAN TEORI

Perancangan piranti lunak untuk pengukuran TRANSMISSION LOSS dan Koefisien Serap Bahan menggunakan metode fungsi transfer

Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class (STC) pada Suatu Sampel Uji

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERANCANGAN KNALPOT BERBAHAN ALUMINIUM UNTUK MENGURANGI KEBISINGAN PADA SEPADA MOTOR

MODEL ANALITIK MUFFLER ABSORPTIVE PADA VENTILASI UDARA

STUDI AWAL PENGUKURAN KOEFISIEN HAMBURAN DIFUSER MLS (MAXIMUM LENGTH SEQUENCES) Oleh : M Farid Ardhiansyah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Panel Akustik Ramah Lingkungan Berbahan Dasar Limbah Batu Apung Dengan Pengikat Poliester

FISIKA FMIPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 Alfan Muttaqin/M

PENGARUH LEBAR DIFUSER TERHADAP POLA HAMBURAN DENGAN TIPE DIFUSER Heru Widakdo, Drs. Gontjang Prajitno, M.Si

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia

Efisiensi reduksi bunyi pada penghalang bersusunan pagar

PERANCANGAN TABUNG IMPEDANSI DAN KAJIAN EKSPERIMENTAL KOEFISIEN SERAP BUNYI PADUAN ALUMINIUM-MAGNESIUM

Performa (2011) Vol. 10, No. 2: 89-94

JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 03, No.02,juli 2015

Kinerja Akustik dan Mekanik Panel Sandwich Berbasis Ampas Tebu dan Bambu

Seminar Nasional - XII Rekayasa dan Aplikasi Teknik Mesin di Industri Kampus ITENAS - Bandung, Desember 2013

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2008

KARAKTERISASI KOMPOSIT SERAT SABUT KELAPA SAWIT DENGAN PEREKAT PVAc SEBAGAI ABSORBER

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) F-101

BAB I PENDAHULUAN. pendengaran manusia normal, maka manusia dapat mendengarkan musik dengan

INVESTIGASI MATERIAL PENYERAP SUARA DARI BAHAN LIMBAH TONGKOL JAGUNG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS

Pengaruh Penambahan Serat Sabut Kelapa (Cocofiber) Terhadap Campuran Beton Sebagai Peredam Suara

Evaluasi Kinerja Akustik Dari Ruang Kedap Suara Pada Laboratorium Rekayasa Akustik Dan Fisika Bangunan Teknik Fisika ITS

SIFAT MEKANIK TALI SERABUT BUAH LONTAR

QUALITATIVE ANALYSIS OF THE SAWDUST COMPOSED PERFORMANCE AS SOUND ATENUATION MATERIAL

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT Debora M Sinaga 1, Krisman 2, Defrianto 2 e-mail: Deborasinaga66@yahoo.co.id 1 Mahasiswa Program S1 Fisika FMIPA- Universitas Riau 2 Dosen Jurusan Fisika FMIPA- Universitas Riau Jurusan Fisika-Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia ABSTRACT The measurement of the sound absorption coefficient of oil palm stem has been conducted. A stem of oil palm which is used in this research was processed into square boards with size of 23 cm x 23 cm as a test sample. The sample then was cut into 4 pieces which has the same size but the thickness is varied, i.e 3 mm, 6 mm, 9 mm and 15 mm. Measurement of the sound absorption coefficient of the samples was done using impedance tube method made of acrylic. The generated frequencies used were 125 Hz, 25 Hz, 5 Hz, 1 Hz and 2 Hz. The highest sound absorption coefficient obtained from this research is 1.175 mm -1 at 2 Hz frequency. Meanwhile, the smallest sound absorption coefficient is.157 mm -1 at 125 Hz frequency. The sound absorption coefficient of the samples at low frequencies (125-5 Hz) is quite small compared to high frequency. The sound absorption coefficient of samples increases as the frequency is increased. The result of research at 125-5 Hz frequencies showed that the sound absorption coefficient of samples depends on the sample thickness. The sound absorption coefficient increases as the thickness of sample is increased. Keywords: oil palm stem, sound absorption coefficient, frequency PENDAHULUAN Kemajauan teknologi sangat berdampak terhadap peralatan yang digunakan manusia, baik peralatan sarana informasi, transportasi maupun hiburan. Semakin meningkatnya teknologi maka peralatan yang dipergunakan manusia juga semakin meningkat. Sebagian besar peralatan tersebut menghasilkan suara-suara atau bunyi yang tidak dikehendaki sehingga menimbulkan kebisingan. Kebisingan merupakan suatu permasalahan lingkungan yang dapat berdampak terhadap psikologis manusia, seperti menghilangkan konsentrasi, merusak pendengaran dan menimbulkan kesalahan komunikasi. Salah satu cara mencegah perambatan atau radiasi kebisingan adalah dengan menggunakan material akustik yang bersifat menyerap atau meredam bunyi sehingga bising yang terjadi dapat direduksi. Material penyerap bunyi yang umumnya dijual di pasaran adalah busa sintesis atau serat sintetis (Zulkarnain, 211). Material penyerap bunyi 1

berbahan dasar serat dan busa sintetis ini memiliki kelemahan yaitu dapat berdampak buruk terhadap kesehatan bila serat-seratnya terhirup dan harganya relatif lebih mahal. Untuk itulah, perlu dikembangkan material penyerap bunyi berbahan dasar kayu dan serat organik alami (Wassilieff, 1996). Beberapa peneliti telah melakukan terobosan baru mengembangkan serat alami dan kayu sebagai penyerap bunyi yang baru. Serat bambu dikembangkan sebagai penyerap bunyi yang mutunya sebagus glasswool (Koizumi, 22). Partikel kayu sebagai bahan dasar penyerap kebisingan (Wassilieff, 1996). Penelitian ini mengembangkan batang kelapa sawit sebagai material penyerap bunyi. Riau merupakan daerah yang memiliki lahan perkebunan kelapa sawit terluas di Indonesia sekitar 35% dari luas perkebunan nasional (Antara, 21). Data statistik perkebunan (DisBun) kelapa sawit Indonesia tahun 29, menunjukkan bahwa luas daerah perkebunan sawit untuk seluruh daerah di Indonesia mencapai 7.125.331 juta Ha sedangkan untuk daerah Riau mencapai 2.658.44 juta Ha. Tanaman kelapa sawit memiliki umur produtif sampai 25 tahun. Kelapa sawit yang tidak lagi produktif akan ditebang dan dibiarkan membusuk atau dibakar. Semakin luas perkebunan kelapa sawit di Riau mengakibatkan semakin banyak limbah batang kelapa sawit yang dihasilkan. Batang kelapa sawit merupakan salah satu jenis kayu yang berpotensi dijadikan sebagai material penyerap bunyi. Batang kelapa sawit memiliki sifat lembut, struktur yang berpori dan berserat yang diyakini mampu menyerap bunyi yang mengenainya. Kualitas bahan penyerap bunyi ditentukan dengan tetapan koefisien absorpsi bunyi (α). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai koefisien absorpsi bunyi dari limbah batang sawit berdasarkan variasi ketebalan sampel. Range frekuensi yang digunakan adalah 125 Hz, 25 Hz, 5 Hz, 1 Hz, dan 2 Hz. Variasi ketebalan sampel, yaitu 3 mm, 6 mm, 9 mm dan 15 mm. Pengukuran koefisien absopsi bunyi dari sampel menggunakan metode tabung impedansi yang terbuat dari akrilik. BAHAN DAN METODE Intensitas bunyi adalah aliran energi yang dibawa gelombang udara dalam suatu daerah per satuan luas. Tingkat intensitas bunyi dinyatakan dalam desibel yang didefenisikan sebagai berikut (Kinsler, 2): ΙL = 1 log I (1) I ref dimana: IL = tingkat intensitas bunyi I = intensitas bunyi (W/m 2 ) I reff = intensitas bunyi refrensi 1-12 W/m 2 Perambatan gelombang bunyi yang mengenai bidang akan mengalami pemantulan, penyerapan dan penerusan bunyi. Kondisi bunyi dalam ruang tertutup bisa dianalisa dalam beberapa sifat bunyi, yaitu bunyi langsung, bunyi pantulan (refleksi), bunyi yang diserap 2

(absorpsi), bunyi yang disebar (difusi), bunyi yang dibelokkan (difraksi), bunyi yang diteruskan (transmisi) (Suptandar, 24). Koefisien absorpsi bunyi didefenisikan perbandingan antara energi bunyi yang diserap dengan energi bunyi yang datang pada permukaan material (Mediastika, 25). Besarnya kemampuan suatu material dalam menyerap bunyi digunakan parameter koefisien absorpsi bunyi (α). Koefisien absorpsi bunyi berdasarkan arah datangnya gelombang bunyi dibedakan menjadi dua, yaitu koefisien normal (α n ) dan koefisien sabine atau acak (α s ). Koefisien normal (α n ) untuk gelombang bunyi yang datangnya tegak lurus, sedangkan gelombang sabine (α s ) untuk gelombang bunyi yang datangnya dari berbagai arah. Bila suatu gelombang datang mengenai suatu material pembatas yang memisahkan dua daerah dengan laju gelombang yang berbeda, maka gelombang akan dipantulkan, diserap dan ditransmisikan (gambar 1) Gambar 1 Pemantulan dan Penyerapan Bunyi pada Material Akustik Gelombang bunyi yang diserap oleh material mengakibatkan berkurangnya amplitudo gelombang bunyi pada material tersebut. Penurunan amplitudo akibat penyerapan bunyi dinyatakan dalam persamaan berikut: αx A t = A o (2) dimana: A o = amplitudo gelombang datang (m) A t = amplitudo gelombang pada material (m) x = tebal material (m) α = koefisien absorpsi material (m -1 ) Nilai intensitas pada material dinyatakan dalam persamaan berikut: I t = I i e x (3) dimana: I i = intensitas gelombang bunyi awal (W/m 2 ) I t = intensitas gelombang bunyi transmisi (W/m 2 ) x = tebal material (m) α = koefisien absorpsi material (m -1 ) Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini mencakup generator fungsi, loudspeaker, sound level meter (SLM), laptop, tabung akrilik, oven, kayu sawit dan sekrup. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu pembuatan tabung impedansi yang terbuat dari akrilik, pembuatan sampel uji, dan pengambilan data. 3

Pembuatan tabung impedansi dilakukan di tempat khusus pembuatan tabung kaca. Tabung impedansi ini berfungsi sebagai tempat pengukuran koefisien absorpsi bunyi dari sampel. Tabung pengukuran terdiri dari 2 tabung. Tabung I (42.5 cm) digunakan sebagai ruang sumber bunyi dan tabung II (49.5 cm) digunakan sebagai ruang hasil transmisi bunyi. Pembuatan sampel uji dilakukan dengan tahap seperti berikut: penebangan dan pemotongan kelapa sawit serta pengolahannya menjadi balok dilakukan dengan menggunakan chainsaw. Balok sawit kemudian diolah menjadi sampel uji dengan bentuk yang sama tetapi ketebalan divariasikan, yaitu papan persegi ukuran 23 cm x 23 cm dengan ketebalan 3 mm, 6 mm, 9 mm dan 15 mm. Pembuatan sampel uji dilakukan dengan menggunakan sawmill. Sampel uji kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven dengan suhu 11 C. Sampel yang telah kering dilubangi dengan menggunakan bor, dengan tujuan sebagai tempat sound level meter (SLM) pada saat pengukuran tingkat intensitas bunyi awal. Prosedur pengambilan data yaitu menempatkan loudspeaker di dalam kotak akrilik, menghubungkan generator dengan loudspeaker, menyalakan semua alat (generator, SLM, laptop), meletakkan sampel 3 mm diantara kedua tabung kemudian menguncinya rapat dengan menggunakan sekrup, menempatkan SLM pada lubang yang terdapat pada sampel uji dengan jarak 44 cm terhadap loudspeaker, mengatur frekuensi pada generator dengan frekuensi 125 Hz, mengarahkan SLM ke loudspeaker untuk mendapatkan nilai tingkat intensitas bunyi awal, melakukan pengukuran tingkat intensitas bunyi transmisi di ruang II dengan cara meletakkan SLM tepat di belakang sampel dan posisinya sejajar dengan loudspeaker, mengulangi pengukuran seperti diatas untuk frekuensi 25 Hz, 5 Hz, 1 Hz dan 2 Hz, dan untuk bahan berikutnya (6 mm, 9 mm, 15 mm) melakukan langkahlangkah yang sama seperti di atas. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengukuran diperoleh data tingkat intensitas bunyi awal (IL i ) dan tingkat intensitas bunyi transmisi (ILt). Data yang didapatkan dalam penelitian kemudian dirata-ratakan. Hasil perhitungan tingkat intensitas bunyi rata-rata dari sampel uji dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Hasil pengukuran tingkat intensitas bunyi awal rata-rata (IL i ) dan tingkat intensitas bunyi transmisi rata-rata (IL t ) No Frekuensi 3 mm 6 mm 9 mm 15 mm (Hz) IL i IL t IL i IL t IL i IL t IL i IL t 1. 2. 3. 4. 5. 125 25 5 1 2 87.54 92.81 97.27 99.19 13.79 85.49 9.5 94.31 85.29 88.48 87.79 93.13 97.59 99.42 14.11 82.2 86.95 9.81 82.29 84.12 88.11 93.49 98.11 99.77 14.49 78.49 83.41 86.34 77.21 79.87 88.75 93.9 98.69 1.22 15.18 71.58 74.7 76.62 69.14 71.5 4

Koefisien absorpsi bunyi (mm -1 ) tingkat intensitas bunyi Tabel 1 menujukkan bahwa nilai tingkat intensitas bunyi awal (IL i ) semakin besar ketika nilai frekuensi diperbesar. Peningkatan nilai IL i ini disebabkan karena semakin besar frekuensi maka tinggi nada bunyi juga semakin besar, sehingga tingkat intensitas bunyi awal (IL i ) yang diperoleh juga semakin besar. Nilai IL i juga akan meningkat seiring dengan meningkatnya ketebalan bahan. Peningkatan nilai IL i ini disebabkan karena bahan yang digunakan adalah bahan berpori. Energi bunyi yang diserap oleh bahan berpori akan diubah menjadi energi panas yang mengakibatkan energi pantul bahan tersebut berkurang. Semakin kecil energi pantulnya maka selisih energi sumber bunyi dengan energi pantul semakin besar, sehingga energi awalnya besar. Grafik perbandingan tingkat intensitas bunyi awal (IL i ) dengan tingkat intensitas bunyi transmisi (IL t ) terhadap ketebalan dapat dilihat pada gambar 4.1 dibawah ini (misalnya pada frekuensi 5 Hz). 12 15 9 75 6 45 3 3 6 9 12 15 ILi ILt ketebalan (mm) Gambar 2. Perbandingan Nilai IL i Rata-Rata dengan Nilai IL t Rata-Rata terhadap Ketebalan Sampel pada Frekuensi 5 Hz Gambar 2 menunjukkan bahwa semakin tebal sampel yang digunakan maka nilai tingkat intensitas bunyi transmisi (IL t ) semakin berkurang. Penurunan nilai IL t ini disebabkan karena ketika gelombang bunyi mengenai sampel terjadi penyerapan energi oleh sampel tersebut, sehingga energinya berkurang. Semakin tebal suatu bahan maka kemampuannya untuk mengisolasi bunyi akan semakin baik.,8 1 25 5 75 1 125 15 175 2 frekuensi (Hz) Gambar 3. Grafik Hubungan Frekuensi terhadap Koefisien Absorpsi Bunyi pada Sampel 3 mm 5

Koefisien absorpsi bunyi (mm -1 ) Koefisien absorpsi bunyi (mm -1 ) Koefisien absorpsi bunyi (mm -1 ) Gambar 3 menunjukkan grafik hubungan frekuensi terhadap koefisien absorspi bunyi pada sampel 3 mm. Gambar 3 menunjukkan bahwa semakin besar frekuensi maka nilai koefisien absorpsi bunyi juga semakin besar. Nilai koefisien absorpsi bunyi terbesar pada sampel 3 mm adalah 1.175 (mm -1 ). Pada frekuensi rendah (125-5 Hz) nilai koefisien absorpsi bunyi yang diperoleh cukup kecil, tetapi pada frekuensi tinggi (1-2 Hz) nilai koefisien absorpsi bunyi naik secara mendadak. Peningkatan koefisien absorpsi bunyi ini disebabkan karena terjadi distorsi gelombang yang mengenai sisi sampel.,8 1 25 5 75 1 125 15 175 2 frekuensi (Hz) Gambar 4. Grafik Hubungan Frekuensi terhadap Koefisien Absorpsi Bunyi pada Sampel 6 mm,8 1 25 5 75 1 125 15 175 2 frekuensi (Hz) Gambar 5. Grafik Hubungan Frekuensi terhadap Koefisien Absorpsi Bunyi pada Sampel 9 mm,8 1 25 5 75 1 125 15 175 2 frekuensi (Hz) Gambar 6. Grafik Hubungan Frekuensi terhadap Koefisien absorpsi Bunyi pada Sampel 15 mm 6

Koefisien absorpsi bunyi (mm -1 ) Hasil dari pengujian untuk ketebalan sampel 6 mm, 9 mm dan 15 mm (gambar 4, 5 dan 6) menunjukkan hal yang sama dengan gambar 3 (sampel 3 mm) yaitu analisa koefisien absorpsi bunyi terhadap frekuensi. Nilai koefisien absorpsi bunyi semakin besar ketika frekuensi diperbesar. Koefisien absorpsi bunyi pada frekuensi rendah (125-5 Hz) nilainya cukup kecil dibandingkan pada frekuensi tinggi (1-2 Hz). Sampel lebih efisien menyerap bunyi pada frekuensi tinggi. Analisa koefisien absorpsi bunyi dari keseluruhan sampel terhadap ketebalannya dapat digambarkan seperti gambar 7 berikut. 1,8 3 6 9 12 15 125 (Hz) 25 (Hz) 5 (Hz) 1 (Hz) 2 (Hz) ketebalan sampel (mm) Gambar 7. Grafik Perbandingan Koefisien Absorpsi Bunyi Terhadap Ketebalan dari Keseluruhan Sampel. Gambar 7 menunjukkan bahwa pada frekuensi rendah (125-5 Hz) ada pengaruh ketebalan terhadap koefisien absorpsi bunyi. Koefisien absorpsi bunyi meningkat seiring bertambahnya ketebalan sampel. Peningkatan nilai koefisien absorpsi ini disebabkan karena getaran bunyi yang masuk pada sampel yang semakin tebal masih menyerap sehingga penyerapannya semakin besar. Nilai koefisien absorpsi bunyi frekuensi 1-2 Hz semakin menurun seiring dengan bertambahnya ketebalan sampel. Penurunan nilai koefisien absorpsi ini disebabkan karena partikel sudah jenuh maka terjadi pembuangan energi dan mengalami interferensi destruktif yang mengakibatkan koefisien absorpsi menurun. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan: ketebalan sampel sangat mempengaruhi nilai tingkat intensitas bunyi, baik tingkat intensitas bunyi awal (IL i ) maupun tingkat intensitas bunyi transmisi (IL t ). Semakin tebal sampel maka nilai IL i semakin meningkat dan sebaliknya semakin tebal sampel nilai IL t semakin menurun. Ketebalan sampel juga berpengaruh terhadap koefisien absorpsi bunyi. Koefisien absorpsi meningkat seiring dengan meningkatnya ketebalan sampel pada frekuensi rendah (125-5 Hz). Akan tetapi pada frekuensi tinggi (1-2 Hz) koefisien absorpsi bunyi menurun 7

ketika ketebalan sampel diperbesar. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya digunakan range frekuensi yang diantara 5-1 Hz untuk melihat bentuk grafik koefisien absorpsi bunyi terhadap ketebalan pada range frekuensi tersebut sekaligus sebagai perbandingan dengan hasil penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 212. Potensi Kelapa Sawit Di Riau. Statistik Perkebunan Indonesia: Jakarta. http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/commodityarea.php?ia=14&ic=2 (diunduh, 12 Mei 212). Kinsler, Lawrence E, Frey, Austin R, Coppen, Alan B, Sanders, James V. 2. Fundamental of Acoustic Fourth Edition. Jhon Willey & Sen Inc. United States Amerika. Koizumi, T. N. 22. The Development Of Sound Absorbing Material Using Natural Bambu Fiber. Jurnal Universitas Doshiba. WIT Press: Jepang http://library.witpress.com/pdf/abstract/hps216au.pdf. (diunduh, 17 Juli 212) Mangga, Ahmad. 21. Komoditas Kelapa Sawit di Riau. Antara: Pekanbaru. Mediastika. 25. Akustik Bangunan. Jakarta: Erlangga. Suptandar. 24. Faktor Akustik Dalam Perancangan Desain Interior. Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi. Wassilieff. C. 1996. Sound Absorption Of Wood Based Materials. Applied Acoustic 48 (4): 339-356. Zulkarnain, 211. Pengurangan Tingkat Kebisingan dengan Menggunakan Serat Serabut Kelapa Digunakan Sebagai Bahan Penyerap bunyi. Seminar Nasional AVoER ke- 3. Palembang. 8