BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting, karena selain bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, pertanian juga merupakan sektor andalan penyumbang devisa negara dari sektor non migas. Besarnya kesempatan kerja yang diserap dan besarnya jumlah penduduk yang masih bergantung pada sektor ini memberikan arti bahwa dimasa mendatang sektor ini masih perlu ditingkatkan (Soekartawi, 1995). Di Indonesia, jagung merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat kedua setelah beras. Di samping itu, jagung pun digunakan sebagai bahan makanan ternak (pakan) dan bahan baku industri. Penggunaan sebagai bahan pakan yang sebagian besar untuk ternak ayam ras menunjukkan tendensi makin meningkat setiap tahun dengan laju kenaikan lebih dari 20%. Sebaliknya, penggunaan jagung untuk bahan pangan menurun (Adisarwanto dan Erna, 2000). Provinsi Sumatera Utara dalam tahun 2008 diharapakan menjadi sentra produsen jagung terbesar di Indonesia. Hal ini diupayakan untuk menjawab tantangan kekurangan jagung di Sumatera Utara. Untuk berbagi kepentingan, Sumatera Utara masih kekurangan jagung. Kebutuhan jagung Sumatera Utara mencapai 2000 ton per hari sementara kebutuhan ini hanya dipenuhi sebesar 700 ton. Akibatnya kekurangan itu harus dipenuhi dengan cara mengimpor. Agar
impor itu bisa dikurangi, Sumut terus berupaya mengembangkan produksi jagung. Diantaranya Kabupaten Toba Samosir dengan melakukan kerjasama dengan investor Singapura telah mengembangkan lahan jagung seluas 40000 Ha, di Tapanuli Utara 52000 Ha serta di Tapanuli Selatan 41000 Ha (Pemprovsu, 2007). Kebutuhan jagung tidak setiap saat terpenuhi. Walaupun jagung mudah diusahakan dan selalu ditanam, namun pada saat tertentu persediaan jagung dipasaran bebas berkurang. Meskipun ada kadang-kadang harganya cukup tinggi. Hal ini merupakan masalah bagi peternak, sebab peternak dituntut untuk memenuhi ransum ternaknya demi kelangsungan usahanya. Agar kelangsungan persediaan jagung tetap ada, berbagai cara dan usaha telah dilakukan (Aak, 1993). Dengan basis data yang memadai kita bisa memperkirakan produksi atau kebutuhan secara lebih tepat. Dari data ini kita baru bisa melakukan pengembangan daerah yang pantas menjadi sentra jagung hingga produksi jagung sesuai dengan kebutuhan sehingga pasokan komoditas ini lebih terjamin. Penataan wilayah sentra juga akan memudahkan pedagang melakukan pengangkutan sehingga biaya transportasi lebih murah. Selama ini pedagang mengalami kesulitan melakukan pengumpulan jagung karena wilayah penghasil jagung terpencar sehingga mengakibatkan ongkos transportasi mahal. Pada akhirnya biaya ini akan di bebankan kepada petani (Kompas, 2007). Pemasaran merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat pendapatan petani dari semua penjualan produksi usahataninya. Pemasaran atau marketing pada prinsipnya adalah aliran barang dari produsen ke konsumen..
Aliran barang ini dapat terjadi karena adanya lembaga pemasaran (Soekartawi, 1995). Pemasaran produk agraris, termasuk hortikultura, cendurung merupakan proses yang agak kompleks, sehingga saluran distribusi lebih panjang dan mencakup lebih banyak perantara. Ada beberapa ciri produksi pertanian yang mempengaruhi pemasaran hasil hasil pertanian : pertama, produksi dilakukan secara kecil kecilan. Kedua, produksi terpencar. Ketiga, produksi musiman, menyebabkan kesulitan dalam tataniaga, yang mengharuskan adanya fasilitas fasilitas penyimpanan yang sudah pasti menyebabkan bertambahnya biaya tataniaga (Soekartawi, 2002). Dalam ilmu ekonomi, faktor produksi adalah sumber daya yang digunakan dalam sebuah proses produksi barang dan jasa. Pada awalnya, faktor produksi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam, dan kewirausahaan. Namun pada perkembangannya, faktor sumber daya alam diperluas cakupannya menjadi seluruh benda, baik langsung dari alam ataupun tidak, yang digunakan oleh perusahaan, yang kemudian disebut sebagai faktor fisik (physical resources). Selain itu, beberapa ahli juga menganggap sumber daya informasi sebagai sebuah faktor produksi, mengingat semakin pentingnya peran informasi di era globalisasi ini (Satari, 1982). Produksi pertanian itu terjadi karena adanya perpaduan antara faktor faktor alam, tenaga kerja dan modal di bawah asuhan atau pengelolaan manusia (petani). Fungsi unsur alam dalam usahatani atau usaha pertanian di pandang dari sudut social ekonomi sangat tergantung pada sifat atau tujuan dari usaha pertanian itu (Tohir, 1991).
Setelah tanah, modal adalah nomor dua pentingnya dalam produksi pertanian dalam arti sumbangannya pada nilai produksi. Dalam arti kelangkaannya bahkan peranan faktor modal lebih menonjol lagi. Itulah sebabnya telah disebutkan pula bahwa kadang kadang orang mengatakan bahwa modal satu satunya milik petani adalah tanah disamping tenaga kerjanya yang dinilai rendah. Pengertian modal disini bukanlah dalam arti kiasan yaitu barang atau apapun yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan petani dalam hal ini tidak lain adalah untuk mempertahankan hidupnya bersama keluarganya. Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang yang bersama sama faktor faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru yaitu dalam hal ini hasil pertanian (Mubyarto, 1972). Untuk meningkatkan produktivitas petani, meningkatkan pendapatan atau kesejahteraan dapat di tempuh dengan upaya meningkatkan persatuan luas, persatuan waktu, serta mendistribusikan tenaga kerja seoptimalnya (Satari, 1982). Banyak kendala yang dihadapi petani dalam mengelola tanamannya seperti kurangnya modal petani dalam membeli input produksi seperti bibit, pupuk, dan obat obatan. Selain itu petani kurang mengetahui informasi pasar sehingga dalam berusahatani mereka selalu tidak pernah untung (Mubyarto, 1972). Usahatani pada umumnya dilaksanakan pada areal sempit, dimana tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Teknologi yang dipakai sederhana. Umumnya cara permodalannya lebih baanyak padat karya dari pada padat modal sehingga petani tidak mampu membeli teknologi (Hernanto, 1996).
Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan jasa baik kepada para konsumen saat ini maupun konsumen yang akan datang (Stanton, 1996). Sistem pemasaran adalah kumpulan lembaga lembaga yang melakukan tugas pemasaran, barang, jasa, ide, orang, dan faktor-faktor lingkungan yang saling memberikan pengaruh, dan membentuk serta mempengaruhi hubungan perusahaan dengan pasarnya. Sistem pemasaran sangat kompleks lagi dengan masuknya faktor resiko dan faktor ketidakpastian. Dalam sistem pemasaran total perusahaan terdapat suatu bauran pemasaran sebagai inti dari sistem pemasaran total perusahaan (Swastha dan Irawan, 1990). Di daerah penelitian umumnya petani mengusahakan tanaman jagung dari berbagai jenis varietas yaitu P- 12 (varietas A), Bisi 9 (varietas B), dan NK- 22 (varietas C). 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : a. Bagaimanakah saluran pemasaran jagung di daerah penelitian? b. Fungsi-fungsi pemasaran apa saja yang dilakukan oleh lembaga pemasaran di daerah penelitian? c. Berapa besar biaya pemasaran, price spread dan share margin pada setiap saluran pemasaran jagung yang ada di daerah penelitian?
d. Bagaimana tingkat efesiensi setiap saluran pemasaran jagung di daerah penelitian? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka ditetapkan tujuan penelitian sebagai berikut: a. Untuk menganalisis saluran pemasaran jagung di daerah penelitian b. Untuk menganalisis fungsi-fungsi pemasaran jagung yang dilakukan setiap lembaga pemasaran di daerah penelitian. c. Untuk menganalisis besar biaya pemasaran, price spread dan share margin pada setiap saluran pemasaran jagung yang ada di daerah penelitian. d. Untuk menganalisis tingkat efesiensi setiap saluran pemasaran jagung di daerah penelitian. 1.4. Kegunaan Penelitian Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain: a. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah maupun lembaga lainnya dalam membuat kebijakan khususnya dalam bidang Analisis Pemasaran Jagung. b. Memberi masukan bagi pihak yang membutuhkan, baik untuk kepentingan akademis maupun non akademis. c. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang berhubungan dengan analisis pemasaran jagung di Sumatera Utara.