BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menerapkan metode pembelajaran inkuiri dalam pendekatan saintifik di kelas VII

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. seluruh siswa kelas X MIPA, sedangkan sampel berasal dari kelas X MIPA 6

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengumpulan data penelitian, hasil analisis data dan pembahasannya. Dari uraian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperiment yang dilakukan di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keefektifan pembelajaran menggunakan model problem based learning dan model

BAB III METODE PENELITIAN. semu (quasy experiment). Desain dari penelitian ini adalah One-Group Pretest

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperiment yang dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis Penelitian ini adalah eksperimen semu. Penelitian ini bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Quasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian quasi experiment atau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. April 2017 sampai dengan Senin, 22 Mei 2017 di SMP Negeri 1 Manisrenggo.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian, deskripsi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan pendekatan open-ended dipadukan dengan model learning cycle

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas mengenai analisis data dari hasil pengolahan

BAB III METODE PENELITIAN. dihasilkan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini yaitu siswa kelas VII SMPN 1 Gadingrejo pada semester

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian. yaitu kelas VIII E sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII C sebagai kelas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga perlunya peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kaliurang Km 17 Pakembinangun, Pakem, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. lain yang subjek penelitiannya adalah manusia (Sukardi, 2003:16). Tujuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Kemudian data tentang hasil belajar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jeruklegi tahun ajaran 2011/2012 sebanyak 34 siswa yang terdiri dari 16

KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP/ MTs DI KECAMATAN PREMBUN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandar Lampung yang terletak di

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tabel 18 Deskripsi Data Tes Awal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data Pretest, Posttest dan Indeks Gain Penguasaan Konsep

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen (experiment research).

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandarlampung yang terletak di Jl.

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai bulan April. Mulai dari tahap persiapan, observasi, eksperimen dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pretest dan posttest kreativitas belajar serta pretest dan posttest prestasi belajar.

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. experimental research) yaitu metode eksperimen yang tidak memungkinkan peneliti

Ibnu Hadjar Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Tadulako

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Jenis penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi experimen (experimen

BAB III METODE PENELITIAN. (RME) berbasis Teori Multiple Intelligence Howard Gardner. Waktu : 23 Maret April 2016

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment).

III. METODE PENELITIAN. SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Tahun Pelajaran 2012/2013 Kelas VIII semester

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran dengan metode Genius Learning sedangkan kelompok yang lainnya

Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu atau kuasi eksperimen. Penelitian. kemampuan berpikir kreatif dan rasa ingin tahu peserta didik.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah merupakan penelitian eksperimen semu.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan model pengembangan ADDIE yaitu tahap analysis (analisis),

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian jenis quasi eksperimental. Quasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 10 Bandarlampung yang berlokasi di

BAB III DESAIN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Quick On The Draw pada Mata Pelajaran Matematika Di SMPN 6 Banjarmasin Tahun Pelajaran

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Jenis penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Quasi Experimental Research (penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperbandingkan kedua model pembelajaran tersebut untuk mengetahui model

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terhadap matematika awal-akhir dan data tes prestasi pretest posttest. Data yang

BAB IV HASIL PENELITIAN. kontrol ditampilkan pada tabel 4.1 di bawah ini:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengembangan dengan model ADDIE (Analysis, Design, Develop, Implement,

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA

BAB III METODE PENELITIAN. B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 di MTs Imam Syafi i.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kelompok pada materi Keanekaragaman Makhluk Hidup yang meliputi data (1)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Sejarah Singkat SMP Negeri 4 Yogyakarta. berdiri pada tahun 1994, di tanah seluas 3890 m dan memiliki

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah quasi experiment atau eksperimen semu. Quasi

: Perlakuan (Pembelajaran dengan model pembelajaran M-APOS),

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi-experimental

III. METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VII di SMPN 2 Way Tenong

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian pengembangan. Hasil dari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas XI MAN 1 Bandar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Analisis deskripsi dalam penelitian ini membahas mengenai deskripsi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan yang telah dijelaskan dalam kajian pustaka bahwa cara untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. digunakan pada penelitian yaitu berupa data tentang karakter

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. satu faktor, dua sampel, dan satu kovariabel. Satu faktor yang dimaksud

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1 April 2017 sampai dengan 29 April 2017 di SMP Negeri 1 Sanden. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP, sedangkan sampel berasal dari kelas VII D yang diambil secara acak untuk menjadi kelas eksperimen. Kelas eksperimen mendapat perlakuan pembelajaran matematika dengan model Problem Based Learning. Proses pembelajaran pada kelas VII D dilakukan dengan mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat dan disesuaikan dengan model pembelajaran yang digunakan yaitu model Problem Based Learning. Penelitian diawali dengan pemberian angket untuk mengukur tingkat kepercayaan diri awal siswa. Selanjutnya, diakhir penelitian siswa diberikan soal tes kemampuan pemecahan masalah yang terdiri dari 5 soal dan angket kepercayaan diri akhir. Selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan observasi oleh seorang observer. Lembar observasi bertujuan untuk mengetahui keterlaksanaan proses pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning yang sudah dirancang sebelumnya. Hasil isian dan rekap penilaian lembar observasi keterlaksanaan pembelajaraan dapat dilihat pada lampiran 2.4. halaman 245. Presentase hasil observasi tentang 60

keterlaksanaan model pembelajaran model Problem Based Learning yaitu 95% termasuk dalam kriteria sangat baik dengan rekap penilaian dapat dilihat di lampiran 2.5. halaman 261. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan sebagai berikut. 1. Menyajikan masalah Dalam kegiatan ini, 1 masalah disajikan di depan kelas menggunakan PPT sebagai motivasi. Kemudian diamati secara bersamasama. Masuk dalam proses menanya, siswa diminta membuat pertanyaan dari masalah tersebut. Dalam membuat pertanyaan ini, 3-5 orang siswa diberi kesempatan untuk menyampaikan pertanyaannya dengan mengacungkan tangan terlebuh dahulu. Tujuan dari kegiatan ini adalah melatih siswa untuk lebih percaya diri dalam mengungkapkan pertanyaan yang telah mereka buat sebelumnya. Untuk memberi semangat agar siswa berani dan percaya diri dalam mengungkapkan pertanyaan, kepada siswa yang berani menyampaikan pertanyaannya akan diberi bintang untuk ditempel pada tabel bintang. Kegiatan menyajikan masalah dan menanya dapat dilihat pada gambar 5 dan 6 berikut ini. G ambar 5. Menyajikan masalah Gambar 6. Siswa menanya 61

Untuk penyajian masalah yang lainnya disajikan dalam LKS untuk diamati bersama-sama setiap kelompok. Dalam LKS terdiri dari beberaa masalah yang disesuaikan dengan indikator yang akan dipelajari pada pertemuan tersebut. 2. Mengorganisasi untuk mendiskusikan masalah Setelah disajikan masalah, siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa. Dalam setiap pertemuan, siswa dibagi dalam kelompok yang berbeda-beda. Dalam masing-masing kelompok, para siswa diminta untuk mengerjakan LKS. Berikut gambar 7 merupakan kegiatan siswa dalam berkelompok. Gambar 7. Siswa berdiskusi dalam kelompok 3. Membimbing penyelidikan Dalam kegiatan ini, siswa diarahkan guru untuk memahami masalah dan menyusun strategi penyelesaian masalah dengan berdiskudi dan mengumpulkan informasi dari buku siswa. Dalam setiap pertemuan, ada beberapa kelompok yang salah dalam memahami masalah sehingga siswa akan salah dalam menyusun strategi penyelesaian. Guru harus selalu berkeliling mengarahkan pemahaman siswa yang salah dalam memahami 62

siswa dan mengawasi jalannya diskusi yang dilakukan siswa. Jika ada kelompok yang belum menemukan solusinya maka guru juga memberikan bantuan yang berupa pancingan pertanyaan secukupnya agar siswa dapat menemukan solusi yang tepat. Gambar 8. Guru mengawasi diskusi Gambar 9. Guru memberi bantuan 4. Membimbing siswa mempresentasikan hasil Setelah semua kelompok berhasil menyelesaikan masalah-masalah dalam LKS maka pembelajaran dilanjutkan dengan presentasi. Dalam mempresentasikan hasil pengerjaan kelompok, setiap 1 soal dipresentasikan oleh 1 kelompok. Penentuan kelompok yang akan maju dilakukan dengan sukarela tanpa paksaan dari guru. Presentasi dilakukan oleh perwakilan kelompok yang terdiri dari 2 orang siswa. Dalam setiap 63

resentasi, siswa menulis jawaban di papan tulis dan memberikan penjelasan tentang penyelesaian yang telah siswa tulis tersebut. Tujuan dari kegiatan ini adalah melatih kepercayaan diri siswa agar berani mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya. Untuk memberi semangat agar siswa berani dan percaya diri untuk maju ke depan, setiap kelompok yang maju ke depan akan diberikan 1 bintang untuk masingmasing anggota kelompok. Suasana kelas ketika mempresentasikan hasil diskusi dapat dilihat pada gambar 10 di bawah ini. Gambar 10. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok 5. Mengevaluasi hasil Pada kegiatan ini, siswa bersama guru membahas hasil penyelesaian masalah dari kelompok yang sudah maju mempresentasikannya. Setelah siswa mempresentasikan hasil, semua siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan jawaban lain yang berbeda, mengomentari, menanya, atau memberi masukan tentang penyelesaian masalah yang telah disampaikan sebelumnya. Tujuan dari kegiatan ini adalah melatih kepercayaan diri siswa dalam mengungkapkan pendapat di depan kelas. Sebagai hadiah, jika terdapat siswa yang berani mengungkapkan pendapatnya, akan diberi 1 bintang. 64

Setelah itu, guru melakukan klarifikasi terhadap kebenaran dari hasil penyelesaian masalah yang sudah dipresentasikan dan memberi penguatan tentang konsep yang telah dipelajari siswa. Gambar dari kegiatan ini dapat dilihat pada gambar 11. Gambar 11. Guru memberi penguatan konsep Diakhir pembelajaran, guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari hari itu. Selanjutnya, untuk mengecek pemahaman siswa, guru memberi tugas untuk mengerjakan Uji Pemahaman yang terdapat dalam LKS. Pemberian tugas ini juga dilakukan untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah karena soal berupa masalah-masalah. Selain itu, untuk lebih menumbuhkan rasa percaya diri siswa dalam mengerjakan tugas, dalam LKS terdapat kunci jawaban sekalian skor perolehan siswa serta komentar penyemangat. Salah satu contoh terdapat kunci jawaban, skor perolehan siswa serta komentar penyemangat dapat dilihat pada gambar 12. 65

Gambar 12. Kunci jawaban, skor perolehan, dan penghargaan 2. Analisis Deskriptif a. Kemampuan Pemecahan Masalah Kemampuan pemecahan masalah diukur menggunakan instrumwn berua soal tes berbentu uraian yang terdiri dari 5 nomor. Tes kemampuan pemecahan masalah ini diberikan kepada siswa sebanyak 1 kali, yaitu setelah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning. Statistik data tes kemampuan pemecahan masalah siswa kela VII D dapat dilihat pada lampiran 3.4. halaman 274. Rentang skor yang mungkin diperoleh siswa adalah dari 0 sampai 100. Sebagai contoh hasil pekerjaan siswa pada tes kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat pada lampiran 2.1. halaman 237. 66

Tabel 16. Data Statistik Kemampuan Pemecahan Masalah Jumlah siswa 30 Rata-rata nilai 74,87 Standar deviasi 14,248 Nilai terendah 47 Nilai tertinggi 100 Nilai minimal yang mungkin 0 Nilai maksimal yang mungkin 100 Dari tabel 16 terlihat bahwa rata-rata skor tes kemampuan pemecahan masalah sudah lebih dari 70. Tingkat kemampuan pemecahan masalah dipengaruhi oleh beberapa aspek/indikator. Persentase hasil nilai dari masing-masing aspek kemampuan pemecahan masalah pada siswa disajikan pada tabel 17 berikut. Tabel 17. Persentase Hasil Nilai Kemampuan Pemecahan Masalah Dari Setiap Aspek No Aspek Persentase (%) 1 Memahami masalah 92,09 2 Merencanakan penyelesaian 79,89 3 Menyelesaikan masalah 66,00 4 Melakukan pemeriksaan kembali 46,80 Dari tabel 17 terlihat bahwa kemampuan melakukan pemeriksaan kembali memiliki persentase yang paling kecil yaitu 46,80%. Secara lebih rinci, daftar nilai tes pada kelas eksperimen yang dihitung pada masingmasing aspek kemampuan pemecahan masalah tercantum pada lampiran 3.4. halaman 274. 67

Perolehan skor pemecahan masalah yang dicapai oleh masingmasing siswa dikategorikan sesuai dengan skor yang diperoleh. Berikut tabel 18 disajikan persentase siswa sesuai perolehan skor kemampuan pemecahan masalah dalam berbagai kategori. Tabel 18. Persentase Siswa Sesuai Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Kategori Persentase Jumlah Siswa Sangat baik (85 < X 100) 23,33% 7 Baik (70 < X 85) 53,33% 16 Cukup (55 < X 70) 6,67% 2 Kurang (40 < X 55) 16,67% 5 Sangat kurang (X 40) 0% 0 Jumlah 100% 30 Dengan memperhatikan tabel 18 di atas, persentase skor terbanyak pada kategori baik sebesar 53,33%. Selain itu, dapat dilihat juga persentase perolehan siswa yang mencapai kategori minimal baik sebanyak 76,66%. Untuk perolehan skor kemampuan pemecahan dan kategori setiap siswa dapat dilihat ada lampiran 3.4. halaman 274. b. Kepercayaan Diri Siswa Kepercayaan diri siswa diukur menggunakan skala likert dengan 5 alternatif jawaban yaitu selalu (S), sering (SR), kadang-kadang (K), jarang (J), dan tidak pernah (TP). Angket kepercayaan diri terdiri dari 10 butir pernyataan positif dan 10 butir pernyataan negatif. Angket diberikan kepada siswa sebanyak 2 kali, yaitu sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning. Skor maksimum dari angket kepercayaan diri ini adalah 100, sedangkan skor minimum yang dapat diperoleh adalah 20. Tabel 19 berikut ini menyajikan statistik untuk data 68

angket kepercayaan diri awal dan akhir siswa kelas VII D yang dihitung dari data penelitian pada lampiran 3.5. dan 3.6. halaman 277 dan 279. Sedangkan contoh pengisian angket kepercayaan diri dapat dilihat pada lampiran 2.2. dan 2.3. halaman 241 dan 243. Tabel 19. Data Statistik Kepercayaan Diri Siswa Angket Awal Angket Akhir Jumlah siswa 30 30 Rata-rata nilai 75,20 78,40 Standar deviasi 7,699 7,204 Nilai terendah 56 66 Nilai tertinggi 92 100 Nilai minimal yang mungkin 20 20 Nilai maksimal yang mungkin 100 100 Dari tabel 19 diatas terlihat bahwa skor kepercayaan diri siswa mengalami peningkatan. Demikian halnya dengan skor terkecil dan terbesar juga mengalami peningkatan, standar deviasi skor angket akhir juga lebih kecil dari pada standar deviasi skor angket awal. Peningkatan kepercayaan diri siswa juga dapat dilihat dari persentase pada setiap aspeknya. Adapun persentase hasil skor kepercayaan diri siswa setiap aspek dapat dilihat pada tabel 20 di bawah ini. Tabel 20. Persentase Hasil Skor Kepercayaan Diri Setiap Aspek No Aspek Angket Awal Akhir 1. Keyakinan akan kemampuan diri 78,56% 82% 2. Optimis 75,67% 78,44% 3. Aktif 72,33% 75,67% Berdasarkan tabel 20, diketahui bahwa persentase hasil skor tiap aspek kepercayaan diri siswa mengalami peningkatan. Peningkatan 69

terbesar terjadi pada aspek keyakinan akan kemampuan diri yaitu 3,44%. Sedangkan peningkatan terkecil terjadi pada aspek optimis yaitu sebesar 2,77%. Secara lebih rinci, daftar skor angket kepercayaan diri awal dan akhir pada kelas eksperimen yang dihitung pada masing-masing aspek kepercayaan diri tercantum pada lampiran 3.5. dan 3.6. halaman 277 dan 279. Peningkatan aspek kepercayaan diri secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel-tabel dibawah ini. Tabel-tabel ini digunakan untuk mengkaji butir-butir pernyataan yang mengalami peningkata atau penurunan ditinjau dari data skor yang diperoleh dari butir tersebut. Tabel 21. Rata-Rata Skor Kepercayaan Diri Pada Aspek Keyakinan Akan Kemampuan Diri Rata-Rata Skor No. Indikator Pernyataan Butir A 1 11 Saya mampu menyelesaikan tugas matematika sendiri dibantu bukubuku sumber jika perlu Saya tidak yakin dapat menyelesaikan soal matematika sendiri Angket Awal Angket Akhir 3,77 4,03 3,27 3,77 Rata-Rata 3,52 3,9 Saya yakin dengan kebenaran 2 4,03 4.03 jawaban matematika saya B Saya ragu dengan penyelesaian 12 3,33 3,5 masalah matematika saya Rata-rata 3,68 3,77 Saya mengerjakan soal ujian 3 tanpa bantuan orang lain dan tidak 4,6 4,57 C melihat catatan 13 Saya mencontek saat ulangan 4,57 4,7 Rata-rata 4,58 4,63 Rata-rata total 3,93 4,10 70

Keterangan indikator : A : Memiliki keyakinan dapat mengerjakan tugas atau PR dari guru tanpa bantuan orang lain B C : Memiliki keyakinan dalam menjawab soal matematika : Tidak mencontek saat ujian Dari tabel 21 terlihat bahwa rata-rata skor kepercayaan diri siswa untuk aspek keyakinan akan kemampuan diri mengalami peningkatan, yaitu sebesar 0,17. Indikator yang mengalami peningkatan paling besar adalah memiliki keyakinan dapat mengerjakan tugas atau PR dari guru tanpa bantuan orang lain yaitu sebesar 0,38. Peningkatan paling kecil terjadi pada indikator tidak mencontek saat ujian yaitu sebesar 0,05. Tabel 22. Rata-Rata Skor Kepercayaan Diri Pada Aspek Optimis Rata-Rata Skor No. Indikator Pernyataan Butir Angket Awal Angket Akhir 4 Saya belajar dengan giat agar mendapat nilai matematika yang 4,13 4,20 A lebih baik dari teman lain 14 Walaupun saya belajar, nilai tetap lebih jelek dari teman lain 3,20 3,50 Rata-Rata 3,67 3,85 Saya berusaha menyelesaikan soal 5 matematika sampai menemukan 4,33 4,40 hasil yang benar Saya tertantang mencari 6 B penyelesaian soal-soal yang sulit 3,83 3,73 15 Saya menyerah saat tidak bisa menyelesaikan soal matematika 3,47 3,70 16 Saya malas mengerjakan soal yang sulit 3,73 4,00 Rata-rata 3,84 3,96 Rata-rata total 3,78 3,92 Keterangan indikator : A : Memiliki semangat bersaing dengan teman-temannya 71

B : Pantang menyerah Dari tabel 22 terlihat bahwa rata-rata skor kepercayaan diri siswa untuk aspek optimis memperoleh peningkatan skor, yaitu sebesar 0,14. Indikator yang memperoleh peningkatan skor paling besar adalah memiliki semangat bersaing dengan teman-temannya yaitu sebesar 0,18. Tabel 23. Rata-Rata Skor Kepercayaan Diri Pada Aspek Aktif Rata-Rata Skor No. Indikator Pernyataan Butir Angket Awal Angket Akhir A 7 Saya bertanya tentang materi yang belum paham 3,37 3,47 17 Saya malu bertanya tentang materi yang belum paham 3,37 3,67 Rata-Rata 3,37 3,57 8 Saya menyampaikan apa yang saya pikirkan 3,50 3,50 9 Saya mengomentari pendapat teman yang tidak sesuai dengan pendapat 3,17 3,30 B saya 18 Saya takut untuk menyampaikan pendapat 3,67 4,00 19 Saya diam ketika tidak setuju dengan pendapat teman 3,67 3,83 Rata-rata 3,50 3,66 Saya membantu teman sekelompok 10 yang mengalami kesulitan saat 3,87 4,07 C diskusi kelompok 20 Saya memilih diam saat diskusi kelompok 4,33 4,43 Rata-rata 3,84 3,96 Rata-rata total 4,10 4,25 Keterangan indikator : A B C : Mau mengajukan pertanyaan : Mau memberi komentar / pendapat : Memberi kontribusi saat berdiskusi kelompok 72

Dari tabel 23 terlihat bahwa rata-rata skor kepercayaan diri siswa untuk aspek aktif mengalami peningkatan, yaitu sebesar 0,15. Indikator yang memperoleh peningkatan skor paling besar adalah mau mengajukan pertanyaan yaitu sebesar 0,20. Sedangkan indikator yang memperoleh peningkatan skor paling kecil adalah memberi kontribusi saat berdiskusi kelompok yaitu sebesar 0,12. Perolehan skor angket kepercayaan diri awal dan akhir yang dicapai oleh masing-masing siswa dikategorikan sesuai dengan nilainya. Berikut disajikan persentase siswa yang mencapai nilai kepercayaan diri sesuai kategori pada tabel 24. Tabel 24. Persentase Kepercayaan Diri Siswa Persentase Jumlah Klasifikasi Skor Angket Jumlah Siswa Awal Akhir Awal Akhir Sangat baik ( X > 83,99) 13,33% 20% 4 6 Baik (67,99 < X 83,99) 70% 73,33% 21 22 Cukup (52 < X 67,99) 16,67% 6,67% 5 2 Jumlah 100% 100% 30 30 Dari tabel 24 diatas, tampak bahwa persentase siswa yang mencapai klasifikasi sangat baik meningkat sebesar 6,67%. Sedangkan persentase siswa yang mencapai klasifikasi baik meningkat sebesar 3,33%. Serta persentase siswa yang mencapai klasifikasi cukup menurun sebesar 10%. 3. Analisis Data a. Uji Prasyarat Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui 73

apakah data yang diuji berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini dilakukan uji normalitas terhadap nilai tes kemampuan pemecahan masalah, skor angket kepercayaan diri siswa awal, dan skor angket kepercayaan diri siswa akhir. Pengujian normalitas menggunakan uji One-Sample Kolmogorof Smirnov dengan taraf signifikansisi = 0,05. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut. H 0 : Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal H 1 : Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal Kriteria keputusan H 0 diterima jika Asymp. Sig (p-value) lebih dari α = 0,05. Data hasil uji normalitas disajikan pada Tabel 25 berikut. Tabel 25. Hasil Uji Normalitas Uji Normalitas Data yang diuji Nilai Kesimpulan α Interpretasi Signifikansi Nilai Kemampuan Pemecahan 0,428 0,05 H 0 diterima Normal Masalah Skor Angket Kepercayaan Diri 0,960 0,05 H 0 diterima Normal Awal Skor Angket Kepercayaan Diri Akhir 0,293 0,05 H 0 diterima Normal Dari tabel 25, terlihat bahwa nilai tes kemampuan pemecahan masalah, skor angket kepercayaan diri awal, dan skor angket kepercayaan diri akhir memiliki nilai signifikansi > α, dengan α = 0,05. Hal ini menunjukan bahwa ketiga data berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Adapun hasil uji normalitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.7 halaman 281. 74

b. Uji Hipotesis Penelitian ini terdiri dari satu faktordan dua respon. Siswa kelas VII D sebagai sampel penelitian yang diambil acak dari 5 kelas VII SMP Negeri 1 Sanden. Faktornya yaitu pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning, sedangkan responnya adalah kemampuan pemecahan masalah dan kepercayaan diri siswa. Penerapan model Problem Based Learning dapat dikatakan efektif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah apabila rata-rata skor tes kemampuan pemecahan masalah pada kelas eksperimen mencapai lebih dari 70 dan persentase banyaknya siswa yang mempunyai tingkat kemampuan pemecahan masalah dengan kategori baik lebih dari 75%. Sedangkan pembelajaran Problem Based Learning dikatakan efektif ditinjau dari kepercayaan diri siswa jika skor kepercayaan diri akhir lebih baik daripada skor kepercayaan diri awal dan rata-rata skor angket kepercayaan diri akhir minimal mencapai kategori baik, yaitu lebih dari 67,99. Adapun pengujian hipotesis secara lebih rinci dijabarkan sebagai berikut. 1) Pengujian Hipotesis untuk Menjawab Rumusan Masalah Pertama Uji hipotesis pertama untuk menjawab rumusan masalah yang pertama yaitu apakah model pembelajaran Problem Based Learning efektif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah siswa. Uji hipotesis yang dilakukan ada 2 yaitu sebagai berikut. 75

a) Uji 1 Uji pertama bertujuan untuk mengetahui nilai rata-rata tes kemampuan pemecahan masalah lebih atau tidak lebih dari 70. Hipotesis dari pengujian ini adalah sebagai berikut. H 0 : μ tpm 70 (Nilai rata-rata tes kemampuan pemecahan masalah tidak lebih dari 70) H 1 : μ tpm > 70 (Nilai rata-rata tes kemampuan pemecahan masalah lebih dari 70) Uji 1 hipotesis pertama dalam penelitian ini menggunakan uji One Sample t-test dengan bantuan program IBM SPSS Statistics 21. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 26 berikut ini. Tabel 26. Hasil Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah dengan One Sample t-test Berdasarkan tabel 26 diatas, diperoleh nilai signifikansi 2 = 0,071 2 0,0355 < α = 0,05. Dengan demikian, H 0 ditolak, sehingga H 1 diterima. Artinya, rata-rata skor tes kemampuan pemecahan masalah minimal mencapai kategori baik. = 76

b) Uji 2 Uji kedua bertujuan untuk mengetahui persentase skor tes kemampuan pemecahan masalah yang mencapai kategori baik yaitu lebih dari 70 mencapai lebih dari 75%. H 0 : p 75% (Banyaknya siswa yang mencapai nilai lebih dari 70 kurang dari 75%) H 1 : p > 75% (Banyaknya siswa yang mencapai nilai lebih dari 70 lebih dari atau sama dengan 75%) Uji 2 hipotesis pertama dalam penelitian ini menggunakan statistik uji yaitu uji proporsi satu sampel sebagai berikut. Taraf signifikasi α = 0,05 z = x np 0 np 0 q 0 Kriteria keputusan pada pengujian ini adalah H 0 ditolak jika Z > Z α, dengan Z α = 1,645. Hasil uji statistikanya sebagai berikut. z = x np 0 np 0 q 0 z = 23 30.75% 30.75%.25% = 23 22,5 5,625 = 0,5 2,37 = 0,21 77

Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai Z = 0,21 yang kurang dari Z α = 1,645 sehingga H 0 diterima. Artinya, proporsi siswa yang memperoleh nilai kategori minimal baik kurang atau sama dengan 75% Berdasarkan uji 2 maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning tidak efektif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah. 2) Pengujian Hipotesis untuk Menjawab Rumusan Masalah Kedua Uji hipotesis kedua untuk menjawab rumusan masalah yang kedua yaitu apakah model pembelajaran Problem Based Learning efektif ditinjau dari kepercayaan diri siswa. Uji hipotesis yang dilakukan ada 2 yaitu sebagai berikut. a) Uji 1 Uji pertama bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan skor angket kepercayaan diri awal dan akhir. Hipotesis dari pengujian ini adalah sebagai berikut. H 0 : μ akhir μ awal (Rata-rata skor kepercayaan diri akhir tidak lebih besar daripada rata-rata skor kepercayaan diri awal) H 1 : μ akhir > μ awal (Rata-rata skor kepercayaan diri akhir lebih besar daripada rata-rata skor kepercayaan diri awal) Uji 1 hipotesis pertama dalam penelitian ini menggunakan uji Paired Sample t-test dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics 21. Hasil dapat dilihat pada tabel 27 berikut ini. 78

Tabel 27. Hasil Analisis Angket Kepercayaan Diri Siswa dengan Paired Sample t-test Berdasarkan tabel 27 diatas, diperoleh nilai signifikansi 2 = 0,013 2 0,0065 < α = 0,05. Dengan demikian, H 0 ditolak, sehingga H 1 diterima. Artinya, rata-rata skor angket kepercayaan diri akhir lebih besar daripada rata-rata skor angket kepercayaan diri awal. b) Uji 2 Uji kedua bertujuan untuk mengetahui rata-rata skor angket kepercayaan diri akhir lebih dari 67,99. Hipotesis dari pengujian ini adalah sebagai berikut. H 0 : μ akhir 67,99 (Nilai rata-rata skor kepercayaan diri akhir tidak lebih dari 67,99) H 1 : μ akhir > 67,99 (Nilai rata-rata skor kepercayaan diri akhir lebih dari 67,99) Uji 2 hipotesis pertama dalam penelitian ini menggunakan uji One Sample t-test dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics 21. Hasil dapat dilihat pada tabel 28 berikut ini. = 79

Tabel 28. Hasil Analisis Kepercayaan Diri Siswa dengan One Sample t-test Berdasarkan tabel 28 diatas, diperoleh nilai signifikansi 2 = 0,000 < α = 0,05. Dengan demikian, H 0 ditolak, sehingga H 1 diterima. Artinya, rata-rata skor angket kepercayaan diri akhir lebih dari 67,99. Berdasarkan uji 1 dan uji 2 maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning efektif ditinjau dari kepercayaan diri siswa. B. Pembahasan 1. Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning Ditinjau dari Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Efektivitas pembelajaran model Problem Based Learning ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah didasarkan pada kriteria keefektivan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Pembelajaran dikatakan efektif jika nilai rata-rata nilai tes kemampuan pemecahan masalah siswa dapat mencapai lebih dari 70 dan lebih dari 75% siswa memperoleh skor tes kemampuan pemecahan masalah minimal pada kategori baik yaitu lebih dari 70. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama dengan uji 1 menggunakan One Sample t-test dengan bantuan IBM SPSS Statistics 21 80

diperoleh bahwa nilai signifikansi 0,0355. Nilai signifikansi tersebut kurang dari 0,05, sehingga H 0 ditolak. Hal ini berarti bahwa nilai rata-rata tes kemampuan pemecahan masalah lebih dari 70. Sedangkan uji 2 menggunakan uji proporsi satu sampel diperoleh bahwa nilai z = 0,21 yang kurang dari Z α = 1,645 sehingga H 0 diterima. Artinya, proporsi siswa yang memperoleh nilai kategori minimal baik kurang atau sama dengan 75%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwaa model Problem Based Learning tidak efektif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh Dyah Sartika Putri (2013) yang menunjukan bahwa strategi pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) efektif digunakan dalam pembelajaran matematika pokok bahasan dimensi tiga kelas X semester 2 ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematika. Selain itu, penelitian ini berbeda dengan penelitian Laili Kodariyati dan Budi Astuti (2016) bahwa model PBL berpengaruh positif dan signifikansi terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika. Hasil penelitian ini juga berbeda dengan yang disampaikan oleh Eggen & Kauchak (2012:309) bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Hal yang diduga menjadi faktor-faktor penyebab model pembelajaran Problem Based Learning tidak efektif ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sanden 81

antara lain karena jumlah pertemuan yang terlalu sedikit dan banyaknya waktu libur siswa. Jumlah pertemuan dalam penelitian ini yang terlalu sedikit yaitu hanya 5 kali pertemuan dengan 4 kali pembelajaran dengan model PBL dan 1 kali tes. Hal ini dirasa kurang untuk melatih kemampuan pemecahan masalah. Selain itu, disela-sela penelitian, siswa juga banyak libur karena tryout dan ujian kelas IX. Jadwal penelitian pada tabel 10 halaman 44. Dalam 5 kali pertemuan yang sudah direncanakan, pembelajaran mundur sebanyak 4 kali pertemuan. Selain itu, sebelum tes kemampuan pemecahan masalah, siswa juga baru saja libur untuk ujian siswa kelas IX sehingga jarak antara pembelajaran terakhir dan tes terlalu jauh. Selain itu, jika diperhatikan secara lebih rinci pada masing-masing aspek kemampuan pemecahan masalah diperoleh hasil/persentase yang berbeda-beda. Pada tabel 17 halaman 67 menunjukkan bahwa kemampuan memahami masalah mencapai persentase tertinggi dan kemampuan melakukan pemeriksaan kembali mencapai persentase terendah dibandingkan dengan aspek yang lainnya. Dilihat dari hasil pengerjaan siswa, rendahnya persentase nilai kemampuan pemeriksaan kembali disebabkan oleh siswa yang belum bisa dalam memeriksa kembali pengerjaan dengan cara lain. Hal ini terlihat dari beberapa siswa yang tidak mengerjakan soal yang menjadi indikator dari kemampuan memeriksa kembali dan ada juga siswa yang salah konsep dalam mengerjakannya. Sebagai contoh pengerjaan siswa pada 82

soal tes kemampuan pemecahan masalah nomor 4.f. (soal dapat dilihat pada lampiran 1.4. halaman 188) berikut pada gambar 13. Gambar 13. Pengerjaan Siswa pada Aspek Memeriksa Kembali Dalam gambar 13 terlihat bahwa siswa mengalami salah konsep dalam mengerjakan aspek memeriksa kembali. Dari soal 4.f., siswa diharapkan dapat mengecek kembali luas trapesium. Akan tetapi, siswa mengerjakan dengan mencari keliling persegi dan segitiga. Siswa sepertinya tertukar antara keliling dan luas trapesium. Pemeriksaan kembali merupakan tahap yang penting dalam memecahkan masalah. Seperti yang diungkapkan oleh Polya (1973:15) bahwa siswa harus memiliki alasan bagus untuk percaya bahwa solusinya benar karena kesalahan selalu saja dapat terjadi. Pemeriksaan kembali ini untuk lebih memantapkan siswa bahwa hasil pengerjaannya benar. Dari hasil penelitian yang masih rendah pada aspek ini maka waktu dalam pembelajaran Problem Based Learning dirasa kurang untuk mempelajari bagaimana pengecekan kembali menggunakan cara lain. Selain itu, dilihat dari hasil pekerjaan siswa, persentase nilai kemampuan menyelesaikan masalah juga masih belum optimal. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kesalahan siswa dalam menghitung (kurang teliti) dan salah konsep. Berikut beberapa contoh kesalahan siswa dalam mengerjakan tes kemampuan pemecahan masalah pada gambar 14 83

(pengerjaan soal 2.e. pada lampiran 1.4. halaman 188) dan gambar 15 (pengerjaan soal 5.e. pada lampiran 1.4. halaman 192). Gambar 14. Contoh 1 Pekerjaan Siswa pada Aspek Menyelesaikan Masalah Gambar 15. Contoh 2 Pekerjaan Siswa pada Aspek Menyelesaikan Masalah Pada gambar 14 terlihat bahwa siswa mengalami salah konsep yaitu keliling jajargenjang disamakan dengan keliling persegipanjang. Sedangkan Pada gambar 15 terlihat bahwa pada tahap merencanakan penyelesaian sudah benar, akan tetapi dalam tahap menyelesaikan masalah masih salah dalam mensubstitusikan panjang sisi. Soal yang seharusnya diselesaikan dengan mensubstitusikan panjang sisi, akan tetapi siswa tersebut mensubstitusikan panjang diagonal. Dari kesalahan-kesalahan tersebut, dapat disimpulkan bahwa siswa kurang latihan soal dalam menyelesaikan masalah. 84

Sementara itu, untuk kemampuan lain yang sudah memperoleh persentase bagus yaitu pada kemampuan memahami masalah dan merencanakan penyelesaian. Presentase hasil dari kedua kemampuan ini juga menduduki posisi pertama dan kedua dibandingkan kemampuan yang lain. Hal ini disebabkan karena pada tahap kedua pada pembelajaran Problem Based Learning setelah siswa disajikan masalah, siswa diorganisasikan untuk mendiskusikan masalah yaitu dengan siswa diminta untuk mengungkapkan pertanyaan dari permasalahan yang telah disajikan. Ketika mengungkapkan pertanyaan tersebut, siswa menjadi lebih memahami masalah yang diberikan dan dapat merencanakan penyelesaian. Dilanjutkan dengan tahap ketiga dalam Problem Based Learning yaitu membimbing penyelidikan. Dalam tahap ketiga ini, siswa dapat dilatih merencanakan penyelesaian masalah dalam kelompok. 2. Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning Ditinjau dari Kepercayaan Diri Siswa Efektivitas pembelajaran model Problem Based Learning ditinjau dari kepercayaan diri didasarkan pada kriteria keefektivan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Pembelajaran dikatakan efektif jika skor angket kepercayaan diri awal lebih baik dari skor angket kepercayaan diri akhir serta rata-rata skor angket kepercayaan diri akhir minimal mencapai kategori baik, yaitu lebih dari 67,99. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama dengan uji 1 menggunakan Paired Sample t-test dengan bantuan IBM SPSS Statistics 85

21 diperoleh bahwa nilai signifikansi 0,0065. Nilai signifikansi tersebut kurang dari 0,05, sehingga H 0 ditolak. Hal ini berarti bahwa skor angket kepercayaan diri awal lebih baik dari skor angket kepercayaan diri akhir. Sedangkan uji 2 menggunakan One Sample t-test dengan bantuan IBM SPSS Statistics 21 diperoleh bahwa nilai signifikansi 0,000. Nilai signifikansi kurang dari 0,05, sehingga H 0 ditolak. Hal ini berarti bahwa rata-rata skor kepercayaan diri siswa akhir lebih dari 67,99. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning tidak efektif ditinjau dari kepercayaan diri. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Berta Apriza dan Ali Mahmudi (2015) yang menyimpulkan bahwa pendekatan PBL dengan setting TPS efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kritis, tetapi tidak efektif ditinjau dari prestasi belajar dan kepercayaan diri siswa. Hal yang menjadi faktor-faktor penyebab model pembelajaran Problem Based Learning dalam penelitian ini efektif ditinjau dari kepercayaan diri antara lain karena dalam proses pembelajaran terdapat kegiatan-kegiatan seperti, memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaiakan masalah, dan melakukan pemeriksaan kembali. Kegiatan-kegiatan tersebut berpotensi dalam mengembangkan kepercayaan diri siswa dari berbagai aspek. Walaupun dari hasil penelitian diperolah bahwa rata-rata skor kepercayaan diri siswa meningkat (tabel 19 halaman 69), namun jika diperhatikan secara lebih rinci pada masing-masing aspek kepercayaan diri 86

diperoleh hasil/persentase skor yang berbeda-beda. Pada tabel 20 halaman 69 menunjukkan bahwa aspek keyakinan akan kemampuan diri mengalami peningkatan yang paling tinggi dibanding aspek yang lainnya yaitu sebesar 3,44%. Hal ini diduga karena pada tahap menyajikan masalah, siswa mengamati masalah dan mengajukan pertanyaan secara individu serta tidak dibantu orang lain. Sebagai penghargaannya, bagi siswa yang berani mengajukan pertenyaan akan diberikan satu bintang untuk ditempel di tabel bintang. Keyakinan akan kemampuan diri sangat penting dimiliki untuk menumbuhkan percaya diri siswa. Seperti yang diungkapkan Perry (2006:11) bahwa kepercayaan diri adalah kemampuan mempercayai kemampuan sendiri dan jika seseorang telah memilikinya, maka orang tersebut telah diberi kemampuan untuk percaya diri. Sama dengan yang diungkapkan Angelis (2000:12) bahwa percaya diri harus mengandalkan tekad kepada kemampuan untuk melakukan apapun yang harus dikerjakan. Pada tabel 21 halaman 70 menunjukan rata-rata skor setiap indikator pada aspek keyakinan akan kemampuan diri. Indikator yang mengalami peningkatan paling besar adalah memiliki keyakinan dapat mengerjakan tugas atau PR dari guru tanpa bantuan orang lain yaitu sebesar 0,38. Hal ini mungkin dikarenakan pada setiap pertemuan terdapat uji kemampuan yang dikerjakan siswa secara individu. Dalam LKS, uji kemampuan disertakan dengan kunci jawabannya. Hal ini memiliki tujuan agar siswa dapat mencocokan sendiri jawaban akhir yang mereka 87

kerjakan, sehingga siswa menjadi lebih yakin dalam kemampuannya mengerjakan soal-soal tersebut. Pada halaman selanjutnya setelah uji kemampuan juga terdapat penghargaan berupa nilai, gambar dan ucapan selamat kepada para siswa atas hasil yang diperoleh. Hal tersebut bertujuan agar siswa menjadi lebih semangat dalam mengerjakan uji kemampuan. Penghargaan tersebut dapat dilihat pada gambar 12 halaman 66. Selanjutnya aspek yang mempengaruhi rasa percaya diri adalah aspek optimis. Pada tabel 22 halaman 71 terlihat bahwa rata-rata skor kepercayaan diri siswa untuk aspek optimis mengalami peningkatan, yaitu sebesar 0,14. Indikator yang mengalami peningkatan paling besar adalah memiliki semangat bersaing dengan teman-temannya yaitu sebesar 0,18. Hal ini dikarenakan siswa dituntut aktif dalam setiap proses pembelajaran. Siswa yang aktif dalam proses pembelajaran seperti menanya, mengerjakan soal di depan kelas, dan mengungkapkan pendapat akan mendapat penghargaan berupa bintang dan dapat ditempel di LKS pada tabel bintang. Setiap siswa berlomba-lomba mengumpulkan bintang sebanyak-banyaknya. Aspek terakhir yang mempengaruhi rasa percaya diri adalah aspek aktif. Pada tabel 23 halaman 72 terlihat bahwa rata-rata skor kepercayaan diri siswa untuk aspek aktif mengalami peningkatan, yaitu sebesar 0,15. Indikator yang mengalami peningkatan paling besar adalah mau mengajukan pertanyaan yaitu sebesar 0,20. Hal ini dikarenakan pada tahap 88

mengorganisasikan masalah terdapat proses menanya dari permasalahan yang telah disajikan. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, siswa yang aktif dalam bertanya akan memperoleh penghargaan berupa bintang. Hal ini sangat membuat siswa bersemangat mengajukan pertanyaan sehingga dapat membiasakan siswa untuk tidak takut dalam bertanya. C. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam segi materi dan subjek yang diteliti. Hasil dari penelitian ini hanya berlaku pada materi segiempat kelas VII SMP. Sedangkan subjeknya terbatas pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sanden. Akan tetapi, penelitian ini juga kemungkinan akan memberikan hasil yang sama jika dilakukan pada sekolah yang memiliki karakteristik yang sama dengan SMP Negeri 1 Sanden. Karakteristiknya seperti, sekolah dengan akreditasi A, nilai rata-rata input siswa berdasarkan hasil kumulatif nilai UN dan piagam penghargaan sekitar >24,00, dan menggunakan kurikulum 2013. 89