BAB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan dasar dari pembangunan. Manusia dapat menikmati hidup dengan nyaman apabila sehat dan untuk dapat hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara bersama-sama menempati peran penting dalam mengembangkan kapasitas manusia dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang mengadopsi teknologi dari negara-negara maju melalui pendidikan untuk membangun negaranya. Sementara kesehatan menjadi salah satu syarat untuk meningkatkan produktivitas dari masyarakat (Todaro dan Smith, 2015: 382). Pendidikan juga merupakan hak dasar bagi warga negara. Usaha peningkatan pendidikan bagi warga negara merupakan jalur menuju kesejahteraan. Pendidikan merupakan cara untuk meningkatkan kemampuan bekerja dan kemampuan bertahan hidup. Oleh karena itu, pendidikan merupakan instrumen penting bagi pembangunan (Bloom, 2005). Menurut World Health Organization (WHO) (1946 dalam Bloom, 2005), Kesehatan didefinisikan sebagai keadaan yang melingkupi kesejahteraan fisik, mental dan sosial secara lengkap bukan hanya tidak adanya penyakit. Badan yang sehat tidak hanya meningkatkan kualitas hidup manusia namun meningkatkan juga produktivitas dan tahun aktif bekerja. Kesehatan yang baik juga dapat mengubah pertumbuhan penduduk untuk mendukung pembangunan ekonomi yang lebih baik. 1
Berdasarkan uraian tersebut dapat dilihat peranan penting pendidikan dan kesehatan dalam kebijakan pembangunan terutama bagi negara-negara berkembang dalam upaya mengejar ketertinggalan dari negara maju. Paradigma keberhasilan pembangunan tidak hanya dilihat dari sisi pendapatan saja tapi disertai kesehatan dan pendidikan atau ketiganya secara simultan. Untuk mengukur keberhasilan pembangunan simultan dari 3 aspek yaitu pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan. Salah satu indikator untuk mengukur ketiga aspek tersebut adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM merupakan indikator yang diinisiasi oleh United Nations Development Program (UNDP). Tujuan penggunaan IPM oleh UNDP adalah untuk mengukur kesejahteraan manusia, dan memberikan data tingkat negara untuk berbagai kesejahteraan indikator. IPM diperkenalkan UNDP sejak tahun 1990 dalam Human Development Report (HDR), HDR tersebut secara rutin diterbitkan setiap tahun. Melalui HDR, UNDP berusaha mengubah lanskap teori pembangunan, pengukuran, dan kebijakan pembangunan negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (Stanton, 2007). Berdasarkan United Nations Development Program (2015), Indonesia menempati peringkat 110 dari 179 negara bersama dengan Gabon. Peringkat Indonesia tersebut masih di bawah negara-negara Afrika seperti Trinidad Tobago (64), Tunisia (96), dan Tonga (100). Untuk kawasan ASEAN, peringkat IPM Indonesia berada di bawah Singapura (11), Brunei Darussalam (31), Malaysia (62), dan Thailand (93). Apabila melihat perbandingan tersebut, peringkat IPM Indonesia tidak terlalu baik. 2
Capaian IPM tidak lepas dari peranan pemerintah selaku pengendali utama pembangunan. Untuk kasus di Indonesia unsur-unsur pembangunan manusia sebenarnya telah masuk dalam tujuan bernegara sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu...memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,... Unsur pendidikan dan pendapatan tersirat pada kesejahteraan umum sementara unsur pendidikan pada kecerdasan. Sejak tahun 1999 Indonesia telah melaksanakan otonomi daerah yang memindahkan sebagian besar wewenang pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dengan harapan pembangunan akan lebih memperhatikan kebutuhan daerah tersebut. Otonomi daerah merupakan pelimpahan sebagian wewenang pemerintahan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang diwujudkan melalui Undang-Undang Nomor 22 1999 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 23 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang tersebut memperluas kewenangan pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan aspirasi masyarakat dan peraturan perundang-undangan. Dalam hal keuangan, pemerintah daerah diberi keleluasaan untuk menentukan dan melaksanakan anggaran pendapatan dan belanjanya sesuai dengan prioritas dan kebutuhan utama daerah tersebut. Konsekuensi dari otonomi daerah adalah pemindahan sebagian besar tanggung jawab atas keberhasilan pembangunan daerah dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. 3
70,00 68,90 68,78 68,31 69,00 67,70 68,02 68,00 67,09 67,21 66,53 66,64 67,00 66,08 66,00 65,00 64,00 2010 2011 2012 2013 2014 Jawa Tengah 66,08 66,64 67,21 68,02 68,78 Indonesia 66,53 67,09 67,70 68,31 68,90 Jawa Tengah Indonesia Sumber: BPS, 2015b (diolah) Gambar 1.1 Perbandingan IPM Nasional Indonesia dan Provinsi Jawa Tengah 2010 2014 Dalam konteks pemerintah daerah di Provinsi Jawa Tengah capaian IPMnya berada di bawah level nasional sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2014, walaupun selisih capaian IPM-nya tidak terlalu jauh. Perkembangan dan perbandingan capaian IPM provinsi Jawa Tengah dan IPM Nasional dapat dilihat pada Gambar 1.1. Tabel 1.1 Perkembangan Belanja Pemerintah Daerah Sektor Pendidikan dan Kesehatan Kabupaten dan Kota di Jawa Tengah 2010 2014 dalam rupiah Variabel 2010 2011 2012 2013 2014 Belanja pendidikan rata-rata kab/kota 362.257 513.775 577.352 646.517 684.234 Belanja kesehatan rata-rata kab/kota 95.064 111.380 132.035 155.440 190.176 Sumber: Badan Pemeriksa Keuangan, 2011; 2012; 2013; 2014a; 2015a; Kementerian Keuangan, 2015 (diolah) Sementara itu, alokasi anggaran belanja pendidikan dan kesehatan secara rata-rata pada kabupaten dan kota di Jawa Tengah terus meningkat, seperti terlihat di Tabel 1.1. Kondisi tersebut membuat pemerintah daerah di Jawa Tengah terutama pemerintah kabupaten dan kota harus melakukan evaluasi agar capaian IPM setidaknya dapat mengimbangi IPM level nasional. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas penulis melaksanakan penelitian dengan judul Pengaruh Belanja 4
Pemerintah Daerah Sektor Pendidikan, Kesehatan dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap Indeks Pembangunan Manusia 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian ini akan melihat pengaruh dari belanja pemerintah daerah dan kondisi perekonomian yang diproksikan melalui Produk Domestik Regional Bruto terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Sebelumnya, sudah terdapat banyak penelitian tentang Indeks Pembangunan Manusia seperti diuraikan pada Tabel 1.2. Tabel 1.2 Keaslian Penelitian Peneliti Metode Hasil Umihani 2004 Regresi Data Panel Variabel pendapatan per kapita, pengeluaran pemerintah daerah bidang kesehatan, persentase pengeluaran pemerintah pendidikan untuk program perguruan tinggi, persentase pengeluaran bidang pendidikan luar sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM. Brata 2005 Pooled Least Square Variabel bebas adalah pengeluaran bidang pendidikan dan kesehatan sementara variabel terikatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan tingkat kemiskinan. Hasilnya dua variabel bebas berpengaruh positif terhadap IPM. Subagyo 2006 Regresi Data Panel Pengeluaran pemerintah sektor pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM, sedangkan pengeluaran pemerintah sektor kesehatan dan PDRB per kapita tidak berpengaruh terhadap IPM. Assem 2007 Regresi Data Panel Variabel penduduk, PDRB per kapita dan sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM. Sedangkan belanja pelayanan publik tidak berpengaruh signifikan terhadap IPM. Ram 2009 Inequality Index Terdapat ketimpangan IPM antara negara dalam beberapa periode terutama di negara-negara berkembang. Daerah Sub Sahara Afrika terdapat hubungan sangat erat antara IPM dan pendapatan per kapita yang rendah membuat ketimpangan IPM antar negara. Binder dan 2010 Regresi Data Panel Pertumbuhan PDB India terus menunjukkan tren Georgiadis positif dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010, akan tetapi dampaknya terhadap IPM sangat rendah 5
Tabel 1.2 Lanjutan Peneliti Metode Hasil Rana dan Dzathor 2011 Regresi Linier Terdapat pengaruh yang signifikan antara usia harapan hidup dan kualitas hidup terhadap pertumbuhan ekonomi, akan tetapi faktor lingkungan tidak berkorelasi dengan pertumbuhan ekonomi. Foulkes 2011 Regresi Data Panel Lawal Abdulkadir dan 2011 Analisis Tren dan Regresi Linier Faktor kesehatan bayi, mortalitas, melek huruf, harapan hidup, dan urbanisasi berpengaruh terhadap IPM. Akan tetapi PDB tidak berpengaruh terhadap IPM. Pengeluaran pemerintah bidang pendidikan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan modal manusia. Dao 2012 Least Squares Estimates of Regression Yuanda 2012 Regresi Data Panel Craigwell, dkk. 2012 A Panel Ordinary Least Square Model Asril 2013 Regresi Data Panel Ilyas 2015 Two Stage Least Square Pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan dan kesehatan berpengaruh signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup penduduk di negara berkembang. Pertumbuhan ekonomi dan pengangguran tidak berpengaruh positif, belanja pemerintah di bidang pendidikan, kesehatan dan jumlah tenaga kesehatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM. Pengeluaran Pemerintah bidang pendidikan dan kesehatan berpengaruh positif dan signifikan mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup manusia. Pertumbuhan ekonomi, pengeluaran pemerintah daerah sektor pendidikan dan Kesehatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM. Pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui IPM. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah perbedaan penggunaan variabel, tempat, dan waktu. Penelitian ini akan menggunakan variabel belanja sektor pendidikan, kesehatan secara per kapita dan harga konstan, serta variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) riil per kapita serta IPM. 6
1.3 Rumusan Masalah Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah adanya otonomi daerah menimbulkan perbedaan kemampuan finansial antar daerah (kabupaten/kota). Konsekuensi lanjutan dari otonomi daerah adalah perbedaan prioritas dalam pembangunan antar daerah. Hal tersebut dapat menimbulkan hasil yang berbeda terutama dalam hasil pembangunan manusianya. Selanjutnya, sejak tahun 2010 metode penghitungan IPM mengalami perubahan dengan harapan angka yang dihasilkan lebih tepat dan lebih dapat digunakan perbandingan antar daerah. Perubahan metode penghitungan tersebut cenderung menurunkan angka IPM kabupaten dan kota di Jawa Tengah dibandingkan hasil perhitungan metode lama. Capaian IPM Provinsi Jawa Tengah selama periode tahun 2010 sampai dengan 2014 juga berada di bawah angka IPM nasional. Kondisi tersebut menyebabkan kebutuhan analisis perencanaan pembangunan yang lebih baik atas kebijakan alokasi belanja pemerintah daerah untuk mencapai nilai IPM yang optimal. 1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut muncul pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Berapa besar pengaruh belanja pemerintah daerah sektor pendidikan terhadap IPM pada kabupaten dan kota yang berada di Provinsi Jawa Tengah? 2. Berapa besar pengaruh belanja pemerintah daerah sektor kesehatan terhadap IPM pada kabupaten dan kota yang berada di provinsi Jawa Tengah? 3. Berapa besar pengaruh PDRB terhadap IPM pada kabupaten dan kota yang berada di provinsi Jawa Tengah? 7
1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hal-hal berikut. 1. Pengaruh belanja pemerintah daerah sektor pendidikan terhadap IPM di kabupaten dan kota di provinsi Jawa Tengah 2. Pengaruh belanja pemerintah daerah sektor kesehatan terhadap IPM di kabupaten dan kota di provinsi Jawa Tengah 3. Pengaruh PDRB terhadap IPM di kabupaten dan kota di provinsi Jawa Tengah 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah didapatkan informasi empiris pengaruh kebijakan belanja pemerintah daerah sektor pendidikan, kesehatan dan PDRB terhadap pembangunan manusia. Selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam evaluasi peranan pemerintah daerah di Provinsi Jawa Tengah untuk melaksanakan program-program pembangunannya dalam rangka meningkatkan kualitas hidup pembangunan manusia. 1.7 Sistematika Penulisan Penulisan tesis ini menggunakan format 5 bab. Rincian masing-masing bab adalah sebagai berikut. 1. Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian. 8
2. Bab II, Kajian Pustaka menguraikan tinjauan pustaka, yang dijadikan dasar dalam penelitian ini. 3. Bab III, Metode Penelitian menguraikan alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini. 4. Bab IV Analisis yang terbagi ke dalam beberapa subbab berupa deskripsi data, uji instrumen, uji hipotesis, dan pembahasan. 5. Bab V Simpulan dan Saran terbagi ke dalam beberapa subbab yaitu simpulan, implikasi, keterbatasan, dan saran. 9