BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN AGROBISNIS, KABUPATEN SEMARANG

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

SAINS ARSITEKTUR II BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS. Di Susun Oleh : AHMAD NIDLOM ( )

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis.

BAB V PROGRAM PERENCANAAN & PERANCANGAN KOLAM RENANG INDOOR UNDIP

BAB V KONSEP. mengasah keterampilan yaitu mengambil dari prinsip-prinsip Eko Arsitektur,

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB VI LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

BAB V. Tabel 5.1. Besaran Kebutuhan Ruang Kelompok Kegiatan Belajar-Mengajar (Sumber: Analisa Pribadi, 2016)

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIKAL

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

Bab V Konsep Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

Lapas Kelas I A Kedungpane

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

BAB V KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perancangan Batu convention and exhibition center merupakan salah satu

Tabel 6.1. Program Kelompok Ruang ibadah

Pengembangan RS Harum

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB IV: KONSEP Pendekatan Aspek Kinerja Sistem Pencahayaan Sistem Penghawaan Sistem Jaringan Air Bersih

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS TIPE A DI CILACAP

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

BAB V KONSEP. Konsep Dasar dari Balai Pengobatan Kanker terpadu adalah Thibbun Nabawi. Adapun pemaparan konsep adalah sebagai berikut:

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

BAB VI KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Aktivitas Utama Ruang Jumlah Kapasitas Luas (m 2 ) Entrance hall dan ruang tiket

BAB V KONSEP. Secara umum, arahan yang diberikan dalam rangka perencanaan Apartemen Di

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN MUSEUM BATIK INDONESIA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V Program Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Adapun pengelompokkan jenis kegiatan berdasarkan sifat, yang ada di dalam asrama

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR KUDUS

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

Konsep Arsitektur Tropis pada Green Building sebagai Solusi Hemat Biaya ( Low Cost )

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN SMAN 54 JAKARTA

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI. KONSEP DESAIN MUSEUM dan PUSAT PELATIHAN BENCANA di YOGYAKARTA

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL RESORT

STADION AKUATIK DI SEMARANG


BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb :

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PROYEK

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PENGEMBANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

BAB IV KONSEP. Gambar 4.2 Pemintakatan berdasarkan fungsi hunian dan publik yaitu fungsi hunian berada di lantai atas dan umum di lantai dasar

Tabel 5.1 : Rekapitulasi Program Ruang Depo Lokomotif

BAB V KONSEP PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Sentra Agrobisnis tersebut. Bangunan yang tercipta dari prinsip-prinsip Working

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB IV ANALISA TAPAK

REDESAIN PASAR INDUK KABUPATEN WONOSOBO

Cut Nuraini/Institut Teknologi Medan/

AKADEMI SEPAKBOLA INDONESIA KONSEP EKSTERIOR

Transkripsi:

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1. Program Dasar Perencanaan Konsep dasar pada perencanaan Pangkalan Pendaratan Ikan Tambak Mulyo Semarang ini didasari dengan pembenahan fasilitas didalamnya agar dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan dan masyarakat sekitar kawasan Tambak Mulyo Semarang. 5.1.1. Program Ruang 1. Pangkalan Pendaratan Ikan 1. Ruang Pengelola 145 m 2 2. Tempat Pelelangan Ikan 440 m 2 3. Parkir 1.600 m 2 Total Luas Bangunan 2.185 m 2 KDB 60 % 1.311 m 2 Total Luas Lahan 5.104 m 2 Tabel. 5.1. Rekapitulasi Jumlah Ruang Terbangun PPI 2. Dermaga 1. Dermaga 11.200 m² Total Luas Bangunan 11.200 m² KDB 60 % 6.720 m 2 Total Luas Lahan 17.920 m 2 Tabel. 5.2. Rekapitulasi Jumlah Ruang Terbangun Dermaga 3. Kolam Pelabuhan 1. Kolam Pelabuhan 4.500 m² Total Luas Bangunan 4.500 m² KDB 60 % 2.700 m 2 Total Luas Lahan 7.200 m 2 Tabel. 5.3. Rekapitulasi Jumlah Ruang Terbangun Kolam Pelabuhan Heru Topan Wijaya / 21020112120003 75

4. Bengkel Kapal 1. Bengkel Kapal 290 m 2 Total Luas Bangunan 290 m 2 KDB 60 % 174 m 2 Total Luas Lahan 464 m 2 Tabel. 5.4. Rekapitulasi Jumlah Ruang Terbangun Bengkel Kapal 5. SPBN 1. SPBN 1.500 m 2 Total Luas Bangunan 1.500 m 2 KDB 60 % 900 m 2 Total Luas Lahan 2.400 m 2 Tabel. 5.5. Rekapitulasi Jumlah Ruang Terbangun SPBN 6. Mess Nelayan 1. Mess Nelayan 620 m 2 Total Luas Bangunan 620 m 2 KDB 60 % 372 m 2 Total Luas Lahan 848 m 2 Tabel. 5.6. Rekapitulasi Jumlah Ruang Terbangun Mess Nelayan 7. Pasar Ikan 1. Pasar Ikan 780 m 2 2. Parkir 2.000 m 2 Total Luas Bangunan 2.780 m 2 KDB 60 % 1.668 m 2 Total Luas Lahan 4.448 m 2 Tabel. 5.7. Rekapitulasi Jumlah Ruang Terbangun Pasar Ikan Heru Topan Wijaya / 21020112120003 76

8. Pasar Tradisional 1. Pasar Tradisional 510 m 2 2. Parkir 1.000 m 2 Total Luas Bangunan 1.510 m 2 KDB 60 % 906 m 2 Total Luas Lahan 2.416 m 2 Tabel. 5.8. Rekapitulasi Jumlah Ruang Terbangun Pasar Tradisional 9. Restoran 1. Restoran 660 m 2 2. Parkir 1.720 m 2 Total Luas Bangunan 2.380 m 2 KDB 60 % 1.428 m 2 Total Luas Lahan 3.808 m 2 Tabel. 5.9. Rekapitulasi Jumlah Ruang Terbangun Restoran Total Luas Lahan yang dibutuhkan sebesar : 42.432 m 2 Luas Tapak : 268.815 m2 5.1.2. Hububungan Antar Fasilitas Dermaga Kolam Pelabuhan Mess Nelayan Bengkel Kapal SPBN Pangkalan Pendaratan Ikan Tempat Pelelangan Ikan Restoran Pasar Ikan Pasar Tradisional Tabel. 5.1. Hubungan Antar Fasilitas Heru Topan Wijaya / 21020112120003 77

5.1.3. Tapak Terpilih 1. Pangkalan Pendaratan Ikan 2. Dermaga 3. Kolam Pelabuhan Tabel. 5.2. Kondisi Eksisting Kawasan Tambak Mulyo, Semarang Heru Topan Wijaya / 21020112120003 78

4. SPBN 5. Mess Nelayan 6. Pasar Tradisional Tabel. 5.3. Kondisi Eksisting Kawasan Tambak Mulyo, Semarang Heru Topan Wijaya / 21020112120003 79

Tapak berada Tambak Mulyo, Kelurahan Tanjung Mas, Kec. Semarang Utara, Jawa Tengah Lebar Jalan Depan Tapak : 350 m 2 Luas Lahan : 268.815 m² Batas-Batasan : a. Utara : Laut Jawa 5.2. Program Dasar Perancangan 5.2.1. Aspek Kinerja b. Timur : Laut Jawa c. Selatan : Jalan Arteri d. Barat : Tambak Lorok Thermal dan Gas Power 1. Sistem jaringan listrik Sumber penyediaan listrik pada bangunan tersebut berasal dari: Sumber utama dari PLN Cadangan penyedian listrik dari genset, apabila aliran listrik dari PLN terputus Listrik PLN diterima trafo untuk penstabilan tegangan, diteruskan ke Main Distribution Panel (MDP), diteruskan ke Secondary Distribution Panel (SDP) untuk kemudian diterima oleh peralatan listrik. Terdapat juga energi alternatif yang bersumber dari energi matahari, angin dan air. Yang kemudian disimpan di trafo kemudian disalurkan ke kawasan Tambak Mulyo Semarang. 2. Sistem air bersih Menggunakan sistem down feed. Dengan sistem ini air bersih dipompakan ke atas, ditampung dalam reservoir (roof tank) kemudian disalurkan ke ruang-ruang yang membutuhkan. Selain air bersih dari mata air yang disalurkan ke bangunan-bangunan dan fasilitas lain. 3. Sistem air kotor dan limbah Pembuangan kotoran padat berupa kotoran dari ikan-ikan, adanya saluran yang dihubungkan dengan bak-bak penampung melalui pipa-pipa atau saluran tertutup dan selanjutnya melalui proses pengolahan limbah. Pembuangan kotoran cair air kotor dipisahkan dari saluran pembuangan lain, melalui pipa-pipa atau saluran tertutup ditampung pada treatment sebelum disalurkan ke sungai atau riol kota. Pada jaringan air kotor, terdapat pemisahan antara grey water dan black water. Air dari air hujan dialirkan melalui pipa-pipa yang dirancang berada dalam kolom bangunan. Kemudian dari pipa ini difilter untuk menghasilkan air yang baik untuk dimanfaatkan kembali pada kebutuhan-kebutuhan air (konservasi air). Heru Topan Wijaya / 21020112120003 80

4. Sistem pengolahan sampah Sistem distribusi sampah dibedakan menurut jenisnya masing-masing yaitu sampah anorganik dan sampah organik melalui tempat sampah dengan pemisah jenis sampah. Kemudian sampah dikumpulkan untuk dibuang ke tempat penampungan akhir. 5. Sistem pemadam kebakaran Sistem pemadam kebakaran yang dapat digunakan pada bangunan Tambak Mulyo Semarang mandiri ini berupa Hydrant kebakaran dan Fire Extenghuise. 6. Sistem penangkal petir Sistem penghantar petir yang digunakan adalah sistem Franklin yang berupa tongkat panjang terbuat dari logam berupa tiang-tiang kecil setinggi 50 cm yang dipasang di atap sebagai penangkap petir. Kemudian dihubungkan dengan kabel-kabel timah yang telah diberi isolator dialirkan ke bumi. 7. Sistem komunikasi Untuk kelancaran komunikasi dan menunjang aktivitas di dalam kawasan Tambak Mulyo Semarang, maka bangunan dilengkapi dengan alat komunikasi, seperti telepon, internet. Sedangkan untuk komunikasi di dalam antar bangunan digunakan interkom. 5.2.2. Aspek Teknis 1. Sistem struktur Syarat utama sistem struktur bangunan antara lain : a. Kuat terhadap gaya-gaya yang bekerja b. Fleksibel c. Stabil, dalam arti tidak bergeser dari tempat semula Sistem struktur bangunan akan mempengaruhi terbentuknya bangunan, sehingga akan mempengaruhi penampilan bangunan tersebut. Ada beberapa persyaratan pokok struktur antara lain : a. Keseimbangan, agar massa bangunan tidak bergerak b. Kestabilan, agar bangunan tidak goyah akibat gaya luar dan punya daya tahan c. terhadap gangguan alam, misalnya gempa, angin, dan kebakaran. d. Kekuatan, berhubungan dengan kesatuan seluruh struktur yang menerima beban. e. Fungsional, agar sesuai dengan fungsinya yang didasarkan atas tuntutan besaran ruang, fleksibilitas terhadap penyusunan unit- unit hunian, pola sirkulasi, system utilitas, dan lainlain. f. Ekonomis, baik dalam pelaksanaan maupun pemeliharaan. Sistem struktur bangunan yang direncanakan harus memiliki kemampuan untuk mengatasi kondisi alam yang ada disesuaikan dengan topografi lahan, iklim, dan jenis bangunan yang direncanakan. Mengingat ukuran-ukuran ruangnya tidak begitu besar, Heru Topan Wijaya / 21020112120003 81

kemungkinan bentuk massa bangunannya tidak terlalu rumit, maka struktur yang dapat atau mampu mendukung yaitu system rangka dan pondasi setempat. 2. Bahan Bangunan Pemilihan bahan bangunan dalam perancangan dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut : a. Sesuai dengan system struktur, modul dan konstruksi bangunan. b. Penggunaan material lokal yang sesuai dengan teknologi, mudah dirawat, dipelihara. c. Kekuatan dan kemudahan perawatan bahan banguna yang digunakan. 3. Pola Lanscape 1. Sirkulasi Pedestrian Sirkulasi pedestrian membentuk jaringan penting didalam menghubungkan aktivitasaktivitas didalam tapak. Pedestrian pada umumnya mengikuti jalur-jalur yang paling terarah jika sistem berjalan dikembangkan dengan menggunakan point of visual interest. Ada beberapa macam pola penataan jalur pedestrian, yaitu pola geometris, pola natural, dan pola campuran dari keduanya. Pola pedestrian yang digunakan adalah pola campuran. Jalan setapak harus dirancang untuk memungkinkan untuk digunakan oleh berbagai macam pejalan kaki, bahkan untuk berlari, bergerak dengan bebas, aman, dan tidak terhalangi oleh lingkungan tata ruang. Agar dapat dilalui oleh difable, maka jalur pedestrian yang memiliki perbedaan ketinggian harus dilengkapi dengan ramp. 2. Penataan Vegetasi Penataan vegetasi yang akan digunakan yaitu : a. Vegetasi sebagai pengarah ruang b. Vegetasi sebagai pembatas ruang c. Vegetasi sebagai pengalas ruang d. Vegetasi sebagai peneduh ruang e. Vegetasi sebagai estetis f. Vegetasi sebagai desain 3. Penataan hard material Sarana-sarana seperti tempat sampah, signage, dan pot bunga dirancang dengan bentuk-bentuk yang dapat menyatu dengan lingkungan dan tidak memberikan kesan asing. 4. Penerangan Jenis lampu untuk penerangan luar yang digunakan pada kawasan ini, yaitu: a. Lampu tingkat rendah (ketinggian di bawah mata) b. Lampu pejalan kaki (ketinggian 4-4,5m) c. Lampu untuk maksud khusus (ketinggian 6-9m) d. Lampu parkir dan jalan raya (ketinggian 9-15m) Heru Topan Wijaya / 21020112120003 82

5.2.3. Aspek Arsitektur Konsep desain pada beberapa bangunan pada kawasan Tambak Mulyo Semarang ini bercirikan Arsitektur Pesisir, yang bercirikan sebagai berikut (Soegiarto,1976), 1. Mempunyai atap yang relatif tinggi dengan kemiringan diatas 30 derajat. Ruang di bawah atap berguna untuk meredam panas. 2. Mempunyai teritisan / overstek atap yang cukup lebar untuk mengurangi efek tampias dari hujan yang disertai angin. Juga untuk menahan sinar matahari langsung yang masuk ke dalam bangunan. 3. Mempunyai lubang / bukaan untuk ventilasi udara secara silang, sehingga suhu di dalam ruangan bisa tetap nyaman. Namun kondisi yang berpengaruh dalam perancangan bangunan pada iklim tropis lembab adalah, yaitu : 1. Kenyamanan Thermal Usaha untuk mendapatkan kenyamana thermal terutama adalah mengurangi perolehan panas, memberikan aliran udara yang cukup dan membawa panas keluar bangunan serta mencegah radiasi panas, baik radiasi langsung matahari maupun dari permukaan dalam yang panas. Perolehan panas dapat dikurangi dengan menggunakan bahan atau material yang mempunyai tahan panas yang besar, sehingga laju aliran panas yang menembus bahan tersebut akan terhambat.permukaan yang paling besar menerima panas adalah atap. Sedangkan bahan atap umumnya mempunyai tahanan panas dan kapasitas panas yang lebih kecil dari dinding. Untuk mempercepat kapasitas panas dari bagian atas agak sulit karena akan memperberat atap. Tahan panas dari bagian atas bangunan dapat diperbesar dengan beberapa cara, misalnya rongga langit-langit, penggunaan pemantul panas reflektif juga akan memperbesar tahan panas. Cara lain untuk memperkecil panas yang masuk antara lain yaitu : a. Memperkecil luas permukaan yang menghadap ke timur dan barat. b. Melindungi dinding dengan alat peneduh. Perolehan panas dapat juga dikurangi dengan memperkecil penyerapan panas dari permukaan, terutama untuk permukaan atap. Warna terang mempunyai penyerapan radiasi matahari yang kecil sedang warna gelap adalah sebaliknya. Penyerapan panas yang besar akan menyebabkan temperatur permukaan naik.sehingga akan jauh lebih besar dari temperatur udara luar. Hal ini menyebabkan perbedaan temperatur yang besar antara kedua permukaan bahan, yang akan menyebabkan aliran panas yang besar. Heru Topan Wijaya / 21020112120003 83

2. Aliran Udara Melalui Bangunan Kegunaan dari aliran udara atau ventilasi adalah : a. Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan yaitu penyediaan oksigen untuk pernafasan, membawa asap dan uap air keluar ruangan, mengurangi konsentrasi gas-gas dan bakteri serta menghilangkan bau. b. Untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan thermal, mengeluarkan panas, membantu mendinginkan bagian dalam bangunan. Aliran udara terjadi karena adanya gaya thermal yaitu terdapat perbedaan temperatur antara udara di dalam dan diluar ruangan dan perbedaan tinggi antara lubang ventilasi. Kedua gaya ini dapat dimanfaatkan sebaikbaiknya untuk mendapatkan jumlah aliran udara yang dikehendaki. Jumlah aliran udara dapat memenuhi kebutuhan kesehatan pada umumnya lebih kecil daripada yang diperlukan untuk memenuhi kenyamanan thermal. Untuk yang pertama sebaiknya digunakan lubang ventilasi tetap yang selalu terbuka. Untuk memenuhi yang kedua, sebaiknya digunakan lubang ventilasi yang bukaannya dapat diatur. 3. Radiasi Panas Radiasi panas dapat terjadi oleh sinar matahari yang langsung masuk ke dalam bangunan dan dari permukaan yang lebih panas dari sekitarnya, untuk mencegah hal itu dapat digunakan alat-alat peneduh (Sun Shading Device). Pancaran panas dari suatu permukaan akan memberikan ketidaknyamanan thermal bagi penghuni, jika beda temperatur udara melebihi 40C. hal ini sering kali terjadi pada permukaan bawah dari langit-langit atau permukaan bawah dari atap. 4. Penerangan Alami pada Siang Hari Cahaya alam siang hari yang terdiri dari : a. Cahaya matahari langsung. b. Cahaya matahari difus Di Indonesia seharusnya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya cahaya ini untuk penerangan siang hari di dalam bangunan.tetapi untuk maksud ini, cahaya matahari langsung tidak dikehendaki masuk ke dalam bangunan karena akan menimbulkan pemanasan dan penyilauan, kecuali sinar matahari pada pagi hari. Sehingga yang perlu dimanfaatkan untuk penerangan adalah cahaya langit. Untuk bangunan berlantai banyak, makin tinggi lantai bangunan makin kuat potensi cahaya langit yang bisa dimanfaatkan. Cahaya langit yang sampai pada bidang kerja dapat dibagi dalam 3 (tiga) komponen : a. Komponen langit. b. Komponen refleksi luar c. Komponen refleksi dalam Heru Topan Wijaya / 21020112120003 84

Dari ketiga komponen tersebut komponen langit memberikan bagian terbesar pada tingkat penerangan yang dihasilkan oleh suatu lubang cahaya.faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya tingkat penerangan pada bidang kerja tersebut adalah : a. Luas dan posisi lubang cahaya. b. Lebar teritis c. Penghalang yang ada dimuka lubang cahaya d. Faktor refleksi cahaya dari permukaan dalam dari ruangan. 5. Permukaan di luar bangunan di sekitar lubang cahaya. Untuk bangunan berlantai banyak makin tinggi makin berkurang pula kemungkinan adanya penghalang dimuka lubang cahaya. Dari penelitain yang dilakukan, baik pada model bangunan dalam langit buatan, maupun pada rumah sederhana, faktor penerangan siang hari rata-rata 20% dapat diperoleh dengan lubang cahaya 15% dari luas lantai, dengan catatan posisi lubang cahaya di dinding, pada ketinggian normal pada langit, lebar sekitar 1 meter, faktor refleksi cahaya rata-rata dari permukaan dalam ruang sekitar 50% - 60% tidak ada penghalang dimuka lubang dan kaca penutup adalah kaca bening. Heru Topan Wijaya / 21020112120003 85