ANALISIS CUACA TERKAIT ANGIN KENCANG DI RANTEPAO TANA TORAJA TANGGAL 16 MARET 2017 BADAN Eusebio METEOROLOGI Andronikos Sampe, DAN GEOFISIKA S.Tr STASIUN PMG METEOROLOGI Pelaksana Lanjutan NABIRE Stasiun Meteorologi Nabire I. PENDAHULUAN RANTEPAO Hujan lebat disertai angin kencang melanda wilayah Rantepao, Tallunglipu, dan sekitarnya, Kamis petang, 16 Maret 2017, membuat beberapa batang pohon tumbang dan melintang di jalan. Kondisi ini cukup membahayakan pengguna jalan raya. Laporan seorang warga Rantepao, Irma Libra, menyebut beberapa batang pohon tumbang diterjang angin di wilayah Panga dan Tagari. Di Panga, sebatang pohon tumbang dan hampir menutup akses jalan menuju ke kantor bupati Toraja Utara yang baru. Demikian pula di Tagari, sebatang pohon yang tumbang melintang di jalan dan nyaris menimpa rumah warga. Beberapa warga kemudian membersihkan batang dan ranting pohon tersebut, meski dibawah guyuran hujan. Tadi sore waktu pulang kantor, hujan lebat, saya lihat ada pohon tumbang di dua lokasi, yakni di jalan menuju ke Panga dan di Jalan Tagari, ujar Irma. Hujan yang disertai angin kencang memang terjadi di wilaya kota Rantepao, sore tadi. Beruntung, hujan dan angin kencang itu tidak berlangsung lama. Meski begitu, beberapa batang pohon sempat tumbang dihantam kerasnya angin dan hujan. Cuaca di wilayah Toraja Utara dan Tana Toraja, beberapa waktu terakhir ini memang berubah-ubah. Warga dihimbau untuk waspada terhadap perubahan cuaca yang cukup ekstrim ini Gambar 1. Sumber Informasi kejadian angin kencang di Rantepao Tana Toraja tanggal 16 Maret 2017 http://karebatoraja.com/dihantam-angin-serta-hujan-pohon-tumbang-di-panga-dan-tagari/
Gambar 2. Lokasi Peta Wilayah Rantepao Tana Toraja (Sumber : google maps) II. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Dinamika Atmosfer A.1 Suhu Muka Laut Nilai analisis suhu muka laut di perairan dekat wilayah Rantepao, tanggal 16 Maret 2017 berkisar 28 s/d 34 0 C dengan anomaly (-0.5) s/d (+0.5). Nilai negatif ini menunjukkan kondisi laut lebih dingin dan kurang adanya penguapan sehingga kurang pula pasokan untuk terbentuknya awan-awan hujan di sekitar wilayah Rantepao Tana Toraja. Gambar 3. SST dan anomaly perairan Indonesia tanggal 16 Maret 2017 (Sumber : weather.unisys.com/) A.2 MJO (Madden Julian Oscillation) Berdasarkan data diagram fase MJO pada tanggal 16 Maret 2017 yang berada di tengah lingkaran, sehingga tidak mempengaruhi kondisi curah hujan di sekitar wilayah Indonesia.
Gambar 4. Track MJO tanggal 16 Maret 2017 (Sumber : www.bom.gov.au) A.3 Outgoing Longwave Radiation (OLR) Berdasarkan hasil analisis Outgoing Longwave Radiation (OLR) tanggal 17 September 2016 s/d 18 Maret 2017 nilai anomali OLR disekitar wilayah Rantepao : -10 W/m2 s/d -30 W/m2. Anomali OLR bernilai negatif menandakan tutupan awan cenderung tebal dari rata-rata klimatologisnya. Gambar 5. Outgoing Longwave Radiation (OLR) tanggal 17 September 2016 s/d 18 Maret 2017 (Sumber : www.bom.gov.au)
A.4 Analisa Isobar Berdasarkan gambar isobar dari tanggal 16 Maret 2017 terlihat bahwa secara umum wilayah Indonesia bagian selatan terdapat beberapa pola gangguan cuaca yakni 6 (enam) daerah tekanan rendah (Low Pressure). Hal BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA tersebut BALAI menandakan BESAR bahwa METEOROLOGI kondisi yang mendukung DAN GEOFISIKA aktifnya pergerakan WILAYAH massa V udara dari wilayah Indonesia bagian utara menuju wilayah Indonesia STASIUN bagian METEOROLOGI selatan. NABIRE Gambar 6. Analisa Isobar Jam 00.00 tanggal 16 Maret 2017 (Sumber : www.bom.gov.au) A.5 Angin Streamline Dari peta streamline, pola angin dengan ketinggian 3000 feet menunjukkan diatas terlihat adanya pola shearline belokan angin massa udara, tepat diatas wilayah Rantepao Tana Toraja. Kondisi ini yang dapat menyebabkan untuk pembentukan awan awan konvektif penghasil hujan lebat maupun angin kencang. Kecepatan angin diperkirakan mencapai 10 knots. Gambar 7. Analisa Streamline Jam 00.00 tanggal 16 Maret 2017 (Sumber : www.bmkg.go.id/)
A.6 Kelembaban Relatif Berdasarkan data kelembaban relatif pada lapisan 850, 700, 500 & 200 mb jam 06.00 UTC, kelembaban relatif berkisar antara 50-85%. Hal ini menunjukkan potensi pertumbuhan awan di level bawah sampai level BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA menengah BALAI cukup BESAR tinggi, sedangkan METEOROLOGI potensi pertumbuhan DAN GEOFISIKA awan di WILAYAH level atas cukup V rendah. Dapat disimpulkan bahwa pada saat kejadian angin kencang, STASIUN kondisi METEOROLOGI udara basah hingga NABIRE lapisan 500 mb, sangat berpotensi untuk perbentukan awan-awan konvektif di sekitar wilayah Rantepao Tana Toraja. Gambar 8. RH Lapisan 850, 700, 500 & 200 mb jam 06.00 UTC tanggal 16 Maret 2017 (Sumber : www.bom.gov.au) A.7 Indeks Labilitas Udara Nilai K.Indeks yaitu 40 yang mengindikasikan potensi pembentukan awan konvektif kuat. Nilai Lifted Indeks yaitu -3 yang mengindikasikan udara labil. Nilai Showalter Indeks yaitu -1 yang mengindikasikan kemungkinan terjadi badai guntur.
Gambar 9. KI, LI, SI jam 06.00 UTC tanggal 16 Maret 2017 B. Satelit Cuaca Berdasarkan gambar satelit Himawari 8 EH pada tanggal 16 Maret 2017 yang diambil mulai pukul 06.00 s/d 09.30 UTC (14.00 s/d 17.30 WITA) memperlihatkan terdapatnya awan-awan konvektif tebal meluas disekitaran wilayah Rantepao. Terlihat kumpulan awan-awan konvektif tebal tersebut bergerak masuk ke wilayah Rantepao berasal dari arah barat perairan Sulawesi. Dari klasifikasi jenis awan diketahui awan yang terbentuk adalah awan Cumulonimbus (Cb) yang dapat diketahui berdasarkan suhu puncak awan pada counter line satelit Himawari 8 EH yaitu (-69) s/d (-100) 0 C, yang berpotensi menimbulkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat maupun angin kencang. Kumpulan awan Cumulunimbus tersebut bergerak menuju wilayah Rantepao pada jam 06.00 UTC.
Gambar 10. Citra satelit Himawari 8 EH pukul 06.00 s/d 09.30 UTC tanggal 16 Maret 2017 III. KESIMPULAN 1. Berdasarkan analisa dinamika atmosfer secara global diatas menunjukkan bahwa OLR berpengaruh pada kejadian angin kencang di wilayah Rantepao Tana Toraja. 2. Kelembaban relatif (RH) pada lapisan 850, 700, 500 & 200 mb bernilai 50-85 %. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat kejadian angin kencang, kondisi udara basah hingga lapisan 500 mb, sangat berpotensi untuk perbentukan awan-awan konvektif di sekitar wilayah Rantepao Tana Toraja. 3. Analisa pola streamline terlihat adanya pola shearline belokan angin massa udara, tepat diatas wilayah Rantepao Tana Toraja. Kondisi ini yang dapat menyebabkan untuk pembentukan awan awan konvektif penghasil hujan lebat maupun angin kencang. 4. Dari citra satelit HIMAWARI menunjukkan bahwa pengumpulan awan-awan cumulonimbus telah terjadi sejak pukul 06.00 s/d 09.30 UTC tanggal 16 Maret 2017, menunjukkan sebaran awan-awan konvektif di wilayah Rantepao Tana Toraja. 5. Indeks labilitas udara : Nilai K.Indeks yaitu 40 yang mengindikasikan potensi pembentukan awan konvektif kuat. Nilai Lifted Indeks berkisar antara -3 yang mengindikasikan udara labil. Nilai Showalter Indeks yaitu -1 yang mengindikasikan kemungkinan terjadi badai guntur.