I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS POTENSI EKSPOR CRUDE PALM OIL (CPO) EMPAT NEGARA MITRA DAGANG UTAMA DENGAN PENDEKATAN GRAVITY MODEL

PRODUKSI PANGAN DUNIA. Nuhfil Hanani AR

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan sebuah negara. Hal ini serupa dengan pendapat yang

Kajian SSM terhadap komoditas ekspor Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

PASAL 4 PENENTUAN STATUS PENDUDUK

2017, No Perdagangan Indonesia menerima permohonan perpanjangan Tindakan Pengamanan, maka Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia melakukan pe

DAYA SAING KARET INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. Nuhfil Hanani dan Fahriyah. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 54/PMK.011/2011 TENTANG

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 30 SEPTEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

PRODUK IMPOR BERUPA BENANG KAPAS SELAIN BENANG JAHIT (COTTON YARN OTHER THAN SEWING THREAD) YANG DIKENAKAN BEA MASUK TINDAKAN PENGAMANAN

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

JUMLAH PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA ASAL NEGARA BERDASARKAN JENIS KELAMIN PERIODE 1 JANUARI S.D 31 OKTOBER 2015


JASO Presentasi. PROMOSPAIN SERVICES LTD., Pondok Indah Office Tower I, 3rd floor, room 304. Jakarta, Indonesia

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

Lampiran I Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor : PER-16/BC/2011 Tanggal : 20 April 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

I. PENDAHULUAN. di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang

KOPI ANDALAN EKSPOR INDONESIA

Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B)

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

PASAL 5 AGEN TIDAK BEBAS YANG DAPAT MENIMBULKAN BUT BAGI SUATU PERUSAHAAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Indeks Persepsi Korupsi Indonesia Tahun 2010

Mendobrak Pasar Ekspor Melalui Pendekatan Total Football


V HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Kebijakan WTO terhadap Perdagangan CPO Indonesia dan Empat Mitra Dagang Utama


Sekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA


BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 55/PMK.011/2011 TENTANG

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN SELATAN BULAN APRIL 2011

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/PMK.010/2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MENTER! KEUANGA.N REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 165/PMK.010/2015 TENT ANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 87/PMK.011/2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

Ringkasan Eksekutif. Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Oktober 2014

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 2/PMK.010/2018 TENT ANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Ringkasan Eksekutif. Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Mei 2013

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw. (2003), pendapatan nasional yang dikategorikan dalam PDB (Produk

Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan Januari 2013

LAPORAN MINGGU XXXI PENGAMATAN PENYAKIT INFEKSI EMERGING Tanggal 8 Agustus 2016 pukul WIB

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE

Ringkasan Eksekutif Ekspor Impor Hasil Industri Bulan April 2013

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. penting dalam perekonomian nasional. Ditinjau dari kontribusinya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

Profile Perusahaan CEIC DATA COMPANY (HK)Limited.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI

Perkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Isu Strategis Pengelolaan Industri Dalam Perpekstif Kebijakan Fiskal (Kementerian Keuangan)

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

MENTERI KEUANGANN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN TENTANG. Tindakan. Perdagangan. dan Tindakan. b. bahwaa. barang. yang.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama

Tenaga Kerja Sektor Pertanian: Hasil dari Transformasi Struktural

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh suatu

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

Transkripsi:

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian dunia saat ini mendorong setiap penganut perekonomian terbuka didalamnya untuk merasakan dampak dari adanya dinamika ekonomi internasional yang dipandang sebagai suatu upaya untuk menjaga eksistensi dan meningkatkan daya saing ekonomi. Perekonomian dunia sedang memasuki era sejarah baru, dimana ekonomi dan budaya nasional serta batas-batas geografis kenegaraan sudah kehilangan makna oleh sebuah proses globalisasi yang berjalan cepat. Hal ini diindikasikan oleh timbulnya liberalisasi perdagangan. Konsekuensianya, pasar domestik di setiap negara tidak akan terlepas dari gejolak pasar dunia yang semakin liberal karena kebijakan unilateral dan ratifikasi kerjasama yang harus mereka lakukan. Manifestasi dari liberalisasi perdagangan tersebut adalah terjadinya perdagangan internasional yang lebih kompetitif dan transparan. Perdagangan internasional berdampak positif terhadap kepentingan tatanan ekonomi, sosial dan politik dengan mendorong industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional sejak beberapa abad lalu. Dengan demikian, semua teori perdagangan menyatakan bahwa perdagangan internasional memberikan manfaat bagi dunia. Manfaat perdagangan internasional antara lain memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri, memperoleh keuntungan dari spesialisasi, memperluas pasar dan menambah keuntungan serta transfer teknologi modern 1. Umumnya perdagangan internasional diregulasikan melalui perjanjian bilateral antara dua negara dan regulasi tersebut diselesaikan melalui World trade Organization (WTO) pada level global, juga melalui beberapa kesepakatan regional seperti MerCOSUR di Amerika Selatan, NAFTA antara Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko, dan Uni Eropa antara 27 negara mandiri. Adapun kesepakatan regional lainnya dapat dilihat pada Tabel 1. 1 Sadono S. 1994. Pengantar Teori Mikroekonomi. Ed ke-2. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasasa. Hlm 334-348 1

Tabel 1. Kesepakatan Regional (Partner Region) Negara-negara yang Melakukan Perdagangan Internasional EFTA CIS CACM Partner Region Countries Iceland, Liechtenstein, Norway, Switzerland; Candidates: Croatia, FYR of Macedonia, Turkey; Andean Community: Bolivia, Colombia, Ecuador, Peru Armenia, Azerbaijan, Belarus, Georgia, Kyrgyzstan, Kazakhstan, Moldova Republic of, Russian Federation, Tajikistan, Turkmenistan, Ukraine, Uzbekistan; Honduras, El Salvador, Nicaragua, Costa Rica, Guatemala, Panama; Mercosur: Argentina, Brazil, Paraguay, Uruguay; NAFTA: Canada, Mexico, United States; Latin America Countries ASEAN CAFTA ACP:79 countries; MEDA (excl EU & Turkey) CACM, Mercosur, ANCOM, Chile, Cuba, Dominican Republic, Haiti, Mexico, Panama, Venezuela; BRIC: Brazil, Russia, India, China; Brunei Darussalam, Indonesia, Cambodia, Lao People's Democratic Republic, Myanmar, Malaysia, Philippines, Singapore, Thailand, Vietnam; ASEAN, China Algeria, Egypt, Israel, Jordan, Lebanon, Morocco, Occupied Palestinian Territory, Syrian Arab Republic, Tunisia. Sumber : IMF, 2009 (diolah) Sebagai salah satu sektor yang ambil bagian dalam kesepakatan regional, sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia tengah berada pada posisi yang strategis. Sejak disahkannya Persetujuan Bidang Pertanian (Agreement on Agriculture) oleh WTO dengan instrumen kebijakan antara lain mengurangi, subsidi domestik, subsidi ekspor, dan memperluas akses pasar, juga instrumen yang meliputi isu-isu lainnya seperti ketahanan pangan, perlindungan lingkungan, perlakuan khusus dan berbeda (special and differential treatment) bagi negaranegara berkembang, sektor pertanian menjadi salah satu sektor riil yang menunjukkan kinerja positif. Adapun penilaian kinerja perdagangan komoditas 2

pertanian dapat dilihat dari neraca perdagangan luar negeri periode tahun 2004-2008 pada Gambar 1. 25,000,000 20,000,000 15,000,000 Volume (Ton) 10,000,000 5,000,000 0-5,000,000-10,000,000-15,000,000 2004 2005 2006 2007 2008 Tanaman Pangan -8,500,357-7,813,005-10,595,290-8,399,060-6,601,965 Hortikultura -501,843-472,077-466,977-899,548-898,069 Perkebunan 14,203,288 16,488,155 19,602,015 17,821,046 17,851,703 Peternakan -651,955-664,443-682,023-491,618-429,931 Pertanian 4,549,133 7,538,630 7,857,725 8,030,820 9,921,738 Gambar 1. Perkembangan Volume Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Tahun 2004-2008 Sumber : Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2009 (diolah) Berdasarkan Gambar 1, trend volume neraca perdagangan sektor pertanian mengalami peningkatan setiap tahunnya dengan volume neraca perdagangan tertinggi pada tahun 2008 sebesar 9.921.738 ton. Sementara dilihat dari persentase pertumbuhan volume dari tahun 2004-2008, volume ekspor tumbuh sebesar 3,58 persen sedangkan volume impor turun sebesar 4,99 persen (Tabel 2). Peningkatan volume neraca perdagangan sektor pertanian tersebut secara signifikan dipengaruhi oleh performa surplus yang ditunjukkan oleh sub sektor perkebunan yang dapat menutupi defisit sub sektor lainnya dengan persentase pertumbuhan volume ekspor sebesar 3,74 persen dan penurunan volume impor sebesar 7,5 persen (Tabel 2). Hal tersebut menunjukkan bahwa sub sektor perkebunan menjadi satu-satunya andalan sektor pertanian dalam peningkatan perekonomian yang secara rinci ditunjukkan pada Tabel 2. 3

Tabel 2. Perkembangan Neraca Perdagangan Sektor Pertanian dan Perkembangan Persentase Neraca Perdagangan Sub Sektor Pertanian terhadap Sektor Pertanian di Indonesia Tahun 2004-2008 Uraian Volume Ekspor Tahun (Ribu Ton) 2004 2005 2006 2007 2008 Pertumbuhan (%) a. T. Pangan 1.170,25 1.123,43 861,22 999,46 812,33-4,79 b. Hortikultura 296,48 384,32 456,89 393,86 523,46 8,57 c. Perkebunan 15.556,89 18.579,81 21.378,19 22.089,29 20.533,16 3,74 d. Peternakan 221,66 246,49 198,41 458,90 635,30 10,84 Pertanian 17.245,28 20.334,04 22.894,71 23.941,51 22.504,25 3,58 Volume Impor a. T. Pangan 9.670,60 8.936,44 11.456,51 9.398,52 7.414,30-5,25 b. Hortikultura 798,32 856,39 923,87 1.293,41 1.421,52 3,03 c. Perkebunan 1.353,60 2.091,65 1.776,17 4.268,24 2.681,46-7,5 d. Peternakan 873,62 910.93 880,43 950,52 1.065,24 3,11 Pertanian 12.696,15 12.795,41 15.036,98 15.910,69 12.582,51-4,99 Volume Ekspor (%) terhadap Pertanian Rata-rata a. T. Pangan 6,79 5,52 3,76 4,17 3,61 4,77 b. Hortikultura 1,72 1,89 2,00 1,65 2,33 1,92 c. Perkebunan 90,21 91,37 93,38 92,26 91,24 91,69 d. Peternakan 1,29 1,21 0,87 1,92 2,82 1,62 Volume Impor a. T. Pangan 76,17 69,84 76,19 59,07 58,93 68,04 b. Hortikultura 6,29 6,69 6,14 8,13 11,30 7,71 c. Perkebunan 10,66 16,35 11,81 26,83 21,31 17,39 d. Peternakan 6,88 7,12 5,86 5,97 8,47 6,86 Sumber : Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2009 (diolah) Berdasarkan informasi pada Tabel 2, sub sektor perkebunan merupakan sub sektor yang berkontribusi cukup besar terhadap total volume ekspor pertanian dengan rata-rata yaitu 91,69 persen volume ekspor komoditas pertanian berasal dari komoditas perkebunan dan rata-rata volume impor hanya sebesar 17,39 persen dalam total volume impor komoditas pertanian. Sementara untuk sub sektor lainnya, persentase impor lebih tinggi dibandingkan ekspornya dengan ratarata persentase volume impor yang terbesar terjadi pada sub sektor tanaman pangan sebesar 68,04 persen. Sebagai salah satu komoditas perkebunan, CPO (Crude Palm Oil) dijadikan sebagai komoditas unggulan ekspor bagi perdagangan komoditas 4

perkebunan di Indonesia karena kontribusi CPO dalam kinerja perdagangan komoditas perkebunan sangat tinggi. Hal tersebut dapat dilihat pada komparasi enam komoditas ekspor perkebunan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2 berikut ini. 25,000,000 20,000,000 Volume (Ton) 15,000,000 10,000,000 5,000,000 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 CPO 9,565,974 11,418,987 11,745,954 13,210,742 18,141,006 21,151,127 Kopi 344,077 445,829 413,500 321,404 468,749 510,898 Karet 1,874,261 2,024,593 2,286,897 2,407,972 2,283,154 1,991,533 Teh 98,572 102,389 95,338 83,658 96,209 92,305 Kakao 366,855 463,632 609,035 503,522 515,523 535,236 Kelapa 1,874,261 2,024,593 2,286,897 2,407,972 1,080,068 992,766 Gambar 2. Perbandingan Volume Ekspor Komoditas Perkebunan Indonesia Tahun 2004-2009 Sumber : Direktorat Jendral perkebunan, 2010 (Diolah) Gambar 2 menunjukkan komparasi keenam komoditas subsektor perkebunan dilihat dari volume ekspor antara tahun 2004-2009. Secara signifikan volume ekspor komoditas CPO memiliki trend positif dan jauh di atas komoditaskomoditas sub sektor perkebunan lainnya dengan volume ekspor tertinggi pada tahun 2009 sebesar 21.151.127 ton. Hal ikhwal tersebut membawa pemahaman akan begitu besarnya kontribusi CPO bagi perekonomian Indonesia sebagai komoditas andalan dalam perdagangan internasional. 1.2. Perumusan Masalah Tingginya kontribusi CPO (Crude Palm Oil) terhadap kinerja sektor pertanian secara umum maupun terhadap kinerja sub sektor perkebunan secara 5

khusus dalam perdagangan internasional dipengaruhi oleh tingginya kebutuhan minyak sawit atau Palm Oil (PO) dunia sebagai produk utama dari CPO. PO adalah komoditas yang paling besar diperdagangkan di pasar komoditi dunia yang meliputi 40 persen dari global trade diikuti Soybeans sebesar 22 persen 2. Adapun nilai ekspor Palm Oil sebagai representasi tingkat konsumsi Palm Oil dunia dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Nilai Ekspor Berbagai Komoditas Andalan Ekspor dari Negara-negara Eksportir Utama Tahun 2008 Ranking Negara Komoditas Nilai (Ribu US $) 1 United States of America Soybeans 15,537,200 2 United States of America Maize 13,884,500 3 Malaysia Palm oil 12,768,600 4 Indonesia Palm oil 12,375,600 5 United States of America Wheat 11,306,300 6 Brazil Soybeans 10,952,200 7 Netherlands Crude Materials 10,370,900 8 France Wine 10,000,600 9 Argentina Cake of Soybeans 7,127,460 10 United Kingdom Bever. Dist.Alc 6,752,110 11 Canada Wheat 6,727,650 12 Indonesia Rubber Nat Dry 6,041,880 13 Brazil Chicken meat 5,821,980 14 France Wheat 5,598,810 15 Thailand Rice Milled 5,359,540 16 Thailand Rubber Nat Dry 5,334,490 17 Italy Wine 5,277,540 18 Argentina Soybean oil 4,895,930 19 United States of America Cotton lint 4,832,010 Sumber : FAOSTAT 2010 Berdasarkan Tabel 3, nilai ekspor Palm Oil adalah nilai ekspor tertinggi kedua setelah Soybeans pada tahun 2008 dengan nilai ekspor sebesar 25,144,200,000 US $. Nilai tersebut merupakan gabungan nilai ekspor Palm Oil Indonesia dan Malaysia sebagai dua negara eksportir terbesar Palm Oil. Penyerapan CPO dunia pada perdagangan internasional umumnya didominasi oleh empat negara importir diantaranya India, Belanda, Malaysia dan 2 UN Comtrade. 2011, diolah 6

Singapura. Daya serap keempat negara importir CPO diatas dapat dilihat dari persentase market share komoditas CPO tahun 2008-2010 yang merupakan tiga tahun terakhir impor CPO dunia. Adapun persentase market share CPO tahun 2008 dapat dilihat pada Gambar 3. 2.85% 2.31% 3.87% 3.84% 4.19% 6.38% 1.30% 1.82% 7.27% 1.65% 1.20% 12.25% 2.10% 48.98% Sum Total of Quantity (kg) : 7.904.178.630 India Netherlands Malaysia Singapore Italy Germany China Pakistan Ukraine Egypt Bangladesh Spain Viet Nam Other Gambar 3. Persentase Jumlah Impor CPO (Kg) dari Negara-negara Top Importers Tahun 2008 Sumber : UN Comtrade, 2011 (diolah) Gambar 3 memberikan informasi bahwa 48,98 persen dari total keseluruhan impor CPO dunia tahun 2008 dilakukan oleh India yaitu sebesar 3.871.466.693 kg diikuti oleh Belanda, Malaysia dan Singapuraa masing-masing 12,25 persen (968.261.882 kg), 7,27 persen (574.633.786 kg), dan 6,38 persen (504.286.597 kg). Pada data diatas, total volume impor CPO India mendekati angka 50 persen, dan masing-masing negara lainnya hanya mengimpor di bawah angka 15 persen dari total impor CPO dunia. Persentase Market Share komoditas CPO masing-masing negara pada tahun 2009 dapat dilihat pada Gambar 4. 7

1% 1% 1% 4% 4% 3% 2% 1% 2% 6% 46% 7% 11% 11% Sum Total of Quantity (kg) : 9.566.746.050 India Netherlands Malaysiaa Italy Singapore Germany China Spain Viet Nam Ukraine Egypt United Rep. of Tanzania Bangladesh Other Gambar 4. Persentase Jumlah Impor CPO (Kg) dari Negara-negara Top Importers Tahun 2009 Sumber : UN Comtrade, 2011 (diolah) Gambar 4 menunjukkan jumlah impor CPO masing-masing negara pada tahun 2009 yaitu India sebesar 46 persen (4.400.703.183 kg), Belanda sebesar 11,05 persen (1.057.125.438 kg), Malaysia sebesar 11,01 persen (1.053.298.740 kg) dan Italia sebesar 7 persen (669.672.233 kg) dari total impor CPO dunia sebesar 9.566.746.0500 kg. Pada tahun 2009 terjadi perubahan persentase jumlah impor CPO dunia pada empat besar negara importir CPO yaitu terjadi penurunan impor CPO India sebesar 48,98 persen pada tahun 2008 menjadi 46 persen pada tahun 2009 atau turun 2,98 persen, penurunan impor CPO Belanda sebesar 12,,25 persen pada tahun 2008 menjadi 11,05 persen pada tahun 2009 ataun turun 2,1 persen, kenaikan impor CPO Malaysia sebesar 7,27 persen pada tahun 2008 menjadi 11,01 persen pada tahun 2009 atau naik 3,74 persen, dan perubahan komposisi market share dengann masuknya Italia pada empat besar negaraa importir CPO. Adapun market share negara-negara importir CPO tahun 2010 dapat dilihat pada Gambar 5. 8

6% 3% 4% 6% 10% 1% 2% 2% 1% 1% 0% 1% 2% 14% 47% Sum Total of Quantity (kg) : 9.444.170.400 India Malaysiaa Netherlands Italy Singapore Germany Spain Viet Nam Ukraine China Bangladesh United Rep. of Tanzania Côte d'ivoire Egypt Other Gambar 5. Persentase Jumlah Impor CPO (Ton) dari Negara-negara Top Importers Tahun 2010 Sumber : UN Comtrade, 2011 (diolah) Berdasarkan informasi pada Gambar 5, dominasi impor CPO tetap dikuasai oleh India, Belanda, Malaysia, dan Singapura dengan persentase market share masing-masingg 47 persen, 14 persen, 10 persen, dan 6,61 persen dari total keseluruhan impor CPO sebesar 9.444.170.400 kg pada tahun 2010. Dengan demikian kedudukan keempat negara mitra dagang utamaa tersebut bagi penyerapan CPO dunia dapat dijadikan sebagai kepastian pasar bagi negara- dagang utama negara eksportir CPO seperti Indonesia. Indonesia sebagai negara eksportir dan empat negara mitra sebagai negara importir telah melakukan kerja sama perdagangan komoditas CPO dibawah naungan WTO. Sehingga berdasarkan hal tersebut, selanjutnya akan dilakukan analisis terhadap pengaruh kebijakan WTO terhadap aliran perdagangan komoditas CPO melalui pendekatan deskriptif. Selain pengaruh WTO tersebut, faktor-faktor lain penarik aliran perdagangan CPO lainnya adalah GDP negara Indonesia dan GDP keempat negara mitra dagang utama, jarak antara Indonesia dengan keempat negara mitra dagang utama, nilaii tukar diantara keduanya dan harga CPO Indonesia ke empat negara mitra dagang utama yang dibahas melalui pendekatan statistik berdasarkan Gravity Model atau model gravitasi. Upaya-upaya tersebut dilakukan dalam mempertahankan eksistensi 9

ekspor CPO untuk tetap menjaga kepastian pasar atau kembali mencari pasar potensial jika pasar yang telah ada sudah tidak berpotensi. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang menjadi fokus penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh kebijakan WTO terhadap aliran perdagangan CPO antara Indonesia dengan empat mitra dagang utama? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi volume ekspor Crude palm Oil (CPO) ke empat negara mitra dagang utama berdasarkan Gravity Model (model gravitasi)? 3. Bagaimanakah potensi ekspor Crude palm Oil (CPO) Indonesia ke empat negara mitra dagang utama? 1.3. Tujuan penelitian Berdasarkan permasalahan yang dihadapi, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis pengaruh kebijakan WTO terhadap aliran perdagangan CPO antara Indonesia dengan empat mitra dagang utama. 2. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi volume ekspor Crude palm Oil (CPO) ke empat negara mitra dagang utama berdasarkan Gravity Model (model gravitasi). 3. Menganalisis potensi ekspor Crude palm Oil (CPO) Indonesia ke empat negara mitra dagang utama. 1.4. Manfaat Penelitiaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan memberikan informasi serta sebagai referensi bagi pihak-pihak berkepentingan sebagai berikut : 1. Pengambil kebijakan strategis baik di tingkat makro seperti Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian dan di tingkat mikro seperti para forcester bisnis sebagai bahan dalam pengambilan kebijakan baik bersifat ekspansif ataupun preventif. 2. Lembaga Riset Komoditi Ekspor dan para pembaca umumnya yang membutuhkan informasi mengenai potensi ekspor komoditi perkebunan 10

khususnya CPO dan data time series ekspor CPO sebagai bahan dalam kajian-kajian berikutnya. 1.5. Keterbatasan Penelitiaan Keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Determinan dalam Gravity Model sebagai kerangka kerja dalam menganalisis potensi ekspor komoditi CPO terdiri dari volume ekpsor Indonesia ke empat negara mitra dagang sebagai variabel dependen, GDP negara Indonesia dan GDP negara keempat mitra dagang utama, jarak antara Indonesia dengan keempat negara mitra dagang utama, nilai tukar (excange rate) dan harga CPO dunia sebagai variabel independen. 2. Variabel jarak pada Gravity Model dimodifikasi dengan menambahkan pengaruh harga minyak dunia pada panel data karena keterbatasan dalam pengolahan data pada program Eviews 6.0. 3. Panel data yang digunakan dalam menganalisis potensi ekspor CPO Indonesia terdiri dari data time series tahun 2000-2010 dan data cross section empat negara utama pengimpor CPO. 11