BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Belakangan ini kinerja instansi pemerintah banyak menjadi sorotan,

LAKIP INSPEKTORAT 2012 BAB I PENDAHULUAN. manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing,

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 59 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 55 TAHUN 2008

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG POLA ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BREBES

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KOTA BANJAR TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. manajemen pemerintah pusat dan daerah (propinsi, kabupaten, kota). Hal tersebut

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 7 TAHUN 2015

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKIP)

BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. memiliki arti suatu proses mengawasi dan mengevaluasi suatu kegiatan. Suatu

BAB I P E N D A H U L U A N

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kualitas Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 91 TAHUN No. 91, 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pemberian otonomi daerah yang dirumuskan dalam Undang-

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BUPATI CIAMIS PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI INSPEKTORAT

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

Profil Badan Kepegawaian Daerah Kota Mataram

DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BOYOLALI

P E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M

GUBERNUR SUMATERA BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG INSPEKTORAT KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB II LANDASAN TEORI. satu file sehingga menghasilkan satu hasil yang dikehendaki. (Abdul Kadir,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2016

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN TASIKMALAYA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TEKNIS ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI INSPEKTORAT KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR,

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN TASIKMALAYA

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. efisian sehingga tujuan organisasi dapat tercapai (Mardiasmo, 2002 :45).

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini adalah pengertian dari perangkat lunak : Menurut Jogiyanto H.M (1992 : 420), perangkat lunak adalah program yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG.

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN LANDAK

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUASIN INSPEKTORAT KABUPATEN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

PROFIL INSPEKTORAT KOTA SERANG

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

Jambi, Januari 2017 INSPEKTUR KOTA JAMBI, Drs. H. HAFNI ILYAS. Pembina Utama Muda. NIP

WALIKOTA SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 20 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN TASIKMALAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

II. TINJAUAN PUSTAKA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. mencoba mengatasi masalah ini dengan melakukan reformasi di segala bidang.

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. Prinsip ekonomi yaitu mencapai hasil sebesar-besarnya dengan pengorbanan

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR :32 TAHUN 2011

BUPATI BANGKA. Jalan A. Yani (Jalur Dua) Sungailiat Bangka Telp. : (0717) Faximile : (0717) 92534

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP)

KEDUDUKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI KECAMATAN MATARAM

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS INSPEKTORAT KABUPATEN WONOSOBO

BAB III OBJEK PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma baru tentang reformasi sektor publik telah mewarnai

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. ini ditandai oleh adanya tuntutan dari masyarakat akan menunjang terciptanya

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN GUBERNUR BANTEN

WALIKOTA TASIKMALAYA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengawasan Pengawasan merupakan bagian terpenting dalam praktik pencapaian evektifitas di Indonesia. Adapun fungsi dari pengawasan adalah melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi mengenai pelaksanaan kegiatan pemerintahan. Pengertian pengawasan dikemukakan oleh Basuki (2007:173) adalah: Suatu kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pelaksanaan pekerjaan atau kegiatan dilakukan sesuai dengan rencana dan aturan aturan yang telah ditetapkan. Pengawasan yang dimaksud disini adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawas secara fungsional yang dilakukan terhadap pelaksanan tugas umum pemerintahan dan pembangunan agar sesuai dengan rencana dan peraturan perundang undangan yang berlaku. Salah satu aspek pengawasan adalah pemeriksaan. Pemeriksaan merupakan kegiatan yang ditujukan untuk menilai apakah pelaksanaan kegiatan telah sesuai dengan yang seharusnya. Menurut Keputusan Presiden No. 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, pemeriksaan adalah:

Salah satu bentuk kegiatan pengawasan fungsional yang dilakukan dengan cara membandingkan antara peraturan/ rencana/ program dengan kondisi dan atau kenyataan yang ada. Adapun pengertian pegawasan fungsional menurut Basuki (2007:178) adalah: Pengawasan yang dilakukan oleh lembaga/ badan/ unit yang mempunyai tugas melakukan pengawasan melalui pemeriksaan, pengujian, penilaian, monitoring, dan evaluasi. Sedangkan pengertian pengawasan fungsional menurut Ihyaul Ulum (2005; 137) adalah: Pengawasan yang dilakukan oleh suatu aparat/ unit organisasi yang ditugaskan untuk melakukan pengawasan dalam batas-batas lingkungan kewenangan yang ditentukan. Selain itu pengertian pengawasan fungsional juga tersurat dalam keputusan Presiden Republik Indonesia No. 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, pasal 1 yang menyebutkan: Pengawasan Fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh lembaga/ badan/ unit yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan melalui pemeriksaan, pengujian, pengusutan, dan penilaian. Dari penjelasan pengawasan dapat ditarik kesimpulan bahwa pengawasan fungsional terdiri dari kegiatan pemeriksaan, pengujian, penilaian, monitoring, serta evaluasi yang diarahkan untuk mencegah timbulnya berbagai bentuk

penyimpangan dalam pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan agar pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan berlangsung sesuai dengan rencana dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sasaran pengawasan fungsional menurut Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 74 Tahun 2001, adalah melakukan pengawasan terhadap kinerja aparatur pemerintahan. 2.1.1 Tujuan Pengawasan Secara umum tujuan pengawasan adalah untuk menjamin agar suatu pekerjaan atau kegiatan berjalan sesuai dengan rencana dan aturan-aturan yang telah ditetapkan. Secara khusus tujuan pengawasan, yaitu: 1) Menilai ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku; 2) Menilai kesesuaian dengan pedoman akuntansi yang berlaku; 3) Mendeteksi adanya kecurangan. Dapat disimpulkan bahwa tujuan pengawasan adalah untuk menjamin terlaksananya penyelengaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku guna menciptakan aparatur pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

2.1.2 Aparat Pengawasan Akibat dari semakin luasnya kinerja pemerintahan, timbulah dampak negatif seperti makin jauhnya hubungan antara pimpinan dengan bawahan secara langsung. Dengan demikian diperlukan suatu alat penghubung untuk menjembataninya yang merupakan aparat pengawas yang ada di lingkungan pemerintahan dan selanjutnya disebut Inspektorat. Badan ini secara teknis oprasional berada dan bertanggungjawab kepada daerah. Sedangkan secara teknis administratif berada dibawah pembinaan Mendagri (Irjen Depdagri). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah Pasal 5, disebutkan: (1) Inspektorat merupakan unsur pengawas penyelenggaraan pemerintahan daerah. (2) Inspektorat mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah provinsi, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota dan pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah kabupaten/kota. (3) Inspektorat dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi: a. perencanaan program pengawasan; b. perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan; dan c. pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian tugas pengawasan. (4) Inspektorat dipimpin oleh inspektur. (5) Inspektur dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bertanggung jawab langsung kepada gubernur dan secara teknis administrative mendapat pembinaan dari sekretaris daerah.

Selain itu berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya No. 8 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Pasal 54: Inspektorat merupakan unsur pengawas penyelenggaraan pemerintahan daerah, dipimpin oleh Inspektur yang berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada Walikota, dan secara teknis administratif mendapat pembinaan dari Sekretaris Daerah. Berdasarkan Peraturan Walikota Tasikmalaya No. 35 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas Unit Inspektorat, Inspektorat mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan daerah Untuk melaksanakan tugas pokok seperti yang dijelaskan diatas Inspektorat mempunyai fungsi : 1. Perencanaan program pengawasan 2. Perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan 3. Pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan Penilaian tugas pengawasan 4. Pelaksanaan kegiatan pengelolaan ketatausahaan 5. Evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan dan kegiatan pengawasan 6. Pelaksanaan fungsi lain yang ditetapkan Walikota sesuai dengan bidang tugasnya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah N0. 79 tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaran Pemerintah Daerah, yang dinyatakan dalam pasal 26, Aparat pengawas dalam lingkungan internal pemerintahan terdiri dari:

1) Inspektorat Jendral Departemen Dalam Negeri (Irjen Depdagri) Aparat pengawasan internal di lingkungan Departemen Dalam Negeri adalah Inspektorat Jendral Departemen Dalam Negeri yang melaporkan hasil pengawasannya kepada Menteri Dalam Negeri sebagai penanggungjawab umum manajemen pemerintahan. Ruang lingkup pengawasan Inspektorat Jendral Dalam Negeri mencangkup substansi program dan administrasi manajemen pemerintahan. Substansi program tersebut meliputi tugas pokok dan fungsi serta segala sesuatu yang berkaitan dengan proses pelayanan. Sedangkan aspek administrasi yang menjadi objek pengwasan adalah pengelolaan sumberdaya baik aparatur dan pelayanan publik (dekonsentrasi dan tugas pembantuan) serta pengelolaan dan tanggungjawabnya dalam rangka menunjang keberhasilan program (akuntabilitas). 2) Inspektorat Provinsi Inspektorat provinsi merupakan organisasi pengawas yang berada di provinsi dibawah Gubernur. Badan ini melakukan pengawasan atas pelimpahan pengawasan oleh pemerintah pusat. Inspektorat Provinsi melakukan pengawasan terhadap: (1) Pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan di daerah kabupaten/kota; (2) Pelaksanaan urusan pemerintah di daerah provinsi; (3) Pelaksanaan urusan pemerintah di daerah kabupaten/ kota.

3) Inspektorat Kabupaten/ Kota Inspektorat kabupaten/ kota merupakan organisasi pengawas yang berada di daerah dibawah Bupati/ Walikota. Badan ini melakukan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pengawasan atas pelimpahan pengawasan oleh pemerintah pusat. Aparat pengawasan di pemerintah daerah Kabupaten Tasikmalaya diserahkan kepada aparat pengawasan daerah dengan nama Inspektorat. Inspektorat mempunyai tugas membantu Walikota selaku Kepala Daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidang pengawasan. Dalam Peraturan Menteri No. 64 Tahun 2007 pasal 1 dijelaskan: 1. Inspektorat Provinsi adalah aparat pengawas fungsional yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada gubernur. 2. Inspektorat Kabupaten/Kota adalah aparat pengawas fungsional yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada bupati/walikota. 3. Seksi Pengawas adalah pejabat struktural yang melaksanakan pengawasan terhadap urusan pemerintahan di daerah. 4.Kelompok jabatan fungsionai adalah pelaksana pemeriksaan/audit keuangan.

2.1.3 Pelaksanaan Pengawasan Pemerintah Daerah Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2005 Pasal 22, Pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah kabupaten/kota terdiri dari: a. pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah yang bersifat wajib; b. pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah yang bersifat pilihan; dan c. pelaksanaan urusan pemerintahan menurut tugas pembantuan Kegiatan-kegiatan dalam pelaksanaan pengawasan fungsional dapat digolongkan kedalam tiga bentuk kegiatan, yaitu: 1) Kegiatan pengawasan tahunan; 2) Kegiatan pengawasan khusus; 3) Kegiatan pengawasan hal-hal tertentu. Kegiatan pengawasan tahunan didasarkan atas Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT). Dalam pelaksanaanya PKPT dikoordinasikan oleh Inspektorat yaitu dengan jalan: 1. Menerbitkan nama pengawas aparat pengawasan fungsional; 2. Mengeluarkan pedoman pemeriksaan (pemeriksaan, pengujian dan penilaian); 3. Memantau pelaksanaan PKPT; 4. Menyelenggarakan rapat koordinasi aparat pengawasan fungsional pemerintah untuk mengevaluasi pelaksanaan PTKP.

adalah: Manfaat yang diharapkan dari keberadaan program pengawasan tahunan 1. Dihindarinya sejauh mungkin tumpang tindih pelaksanaan pemeriksaan; 2. Terarahnya ruang lingkup dan sasaran pemeriksaan; 3. Menghindari identifikasi dan pemborosan penggunaan tenaga pemeriksaan; 4. Menghindari rencana penyusunan rencana kerja yang melebihi kemampuan. Disamping pengawasan tahunan yang berencana sesuai dengan PKPT, aparatur pengawasan fungsional dapat pula melakukan pengawasan khusus dan pengawasan hal-hal tertentu. Pengawasan khusus biasanya ditujukan terhadap penyimpanganpenyimpangan dan atau masalah-masalah dalam bidang administarasi dalam lingkungan pemerintahan, yang dinilai mengandung dampak luas terhadap jalannya pemerintahan dan kehidupan masyarakat. Pengawasan ini dapat dilakukan sendiri oleh Inspektorat atau tim pemeriksa gabungan yang dibentuk oleh kepala Inspektorat yang disebut Inspektur. Sedangkan pengawasan hal-hal tertentu dilaksanakan oleh Inspektur Jendral Pembangunan atas petunjuk Presiden dan/ atau Wakil Presiden. 2.2 Kinerja Kinerja disebut juga sebagai performance atau performansi yang artinya adalah pencapaian suatu target (keberhasilan) dari sesuatu yang direncanakan di dalam organisasi. Kinerja ini harus dinilai secara formal dengan mengunakan

ukuran-ukuran dari suatu sistem pengukuran kinerja. Kinerja organisasi terdiri dari: 1) Kinerja keuangan adalah kinerja (keberhasilan) yang dinilai berdasarkan ukuran-ukuran angka dalam satuan nilai uang, dengan cara membandingkan realisasi keuangan berdasarkan anggarannya. 2) Kinerja non keuangan adalah kinerja (keberhasilan) yang dinilai tidak berdasarkan ukuran-ukuran angka dalam satuan nilai uang dan digunakan untuk menilai kesuksesan organisasi melalui pengukuran kinerja yang mempunyai berbagai indikator oprasi yang kemudian dibandingkan dengan target kinerja atau standar kinerja yang hasilnya berupa feedback atau reward. Anwar Prabu Mangkunegara (2004:67) mengemukakan pengertian kinerja adalah: Hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya. Kinerja menurut Malayu S. P. Hasibuan (2001:87) yaitu: Hasil yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugastugas yang diberikan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.

Sedangkan menurut Bernandian dan Russel seperti yang dikutip oleh Sedarmayanti (2004 : 176-177) menyatakan bahwa : Performance is defined as the record of outcomes produced or a specific job function or activity during, a specific time periode. Atau kinerja merupakan catatan mengenai outcome yang dihasilkan dari suatu aktivitas tertentu selama kurun waktu tertentu. Jadi secara umum dapat juga dikatakan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dapat dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu. Adapun pengertian kinerja menurut Indra Bastian (2001:329) adalah: Gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program/ kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang relevan dalam perumusan skema strategis (strategic planning) suatu organisasi. Maksudnya, setiap kegiatan organisasi harus dapat diukur dan dinyatakan keterkaitannya dengan pencapaian arah instansi dimasa yang akan datang yang dinyatakan dalam visi dan misi instansi. Produk dan jasa yang dihasilkan diukur berdasarkan kontribusinya terhadap pencapaian visi dan misi instansi. 2.2.1 Penilaian Kinerja Setiap instansi pemerintah menjalankan aktivitasnya berdasarkan tujuan yang ditetapkan. Tujuan instansi pemerintah dapat diwujudkan secara optimal jika didukung oleh sumber daya manusianya baik. Jika kualitas dari para sumber daya manusianya baik, maka akan menghasilkan kinerja yang baik pula dan kondisi seperti itu akan memberikan dampak bagi kemajuan instansi.penilaian kinerja pegawai mutlak harus dilakukan untuk mengetahuai prestasi yang dicapai oleh

setiap instansi. Penilaian kinerja ini penting bagi setiap instansi untuk menetapkan tindakan kebijakan selanjutnya. Dengan adanya penilaian kinerja berarti para bawahan mendapat perhatian dari para atasannya, sehingga mendorong mereka semangat bekerja, asalkan proses penilaiannya jujur dan objektif, serta ada tindak lanjutnya. Tindak lanjut penilaian ini memungkinkan program dipromosikan, didemosikan, dikembangkan, dan atau balas jasanya dinaikkan. Penilaian kinerja yang merupakan aktivitas yang secara kontinyu memperbaiki kualitas sumber daya manusia dan sejauh mana kemampuan sumber daya manusia perlu dikembangkan. Tindak lanjut yang dilakukan instansi dapat berupa kompensasi/ insentif yang positif (pemberian penghargaan) atau yang negatif (hukuman). Pemberian penghargaan akan merangsang kepuasan kebutuhan seseorang pada saat bergabung pada instansi tersebut. Ada beberapa jenis kompensasi/ insentif yang dapat diberikan oleh instansi kepada para programnya, meliputi: 1) Penghargaan keuangan, yang terdiri dari: 1) Peningkatan Gaji; 2) Bonus; 3) Fasilitas.

2) Penghargaan sosial dan psikologi, yang terdiri dari: (1) Kemungkinan promosi; (2) Peningkatan tanggungjawab; (3) Peningkatan otonomi; (4) Menempatkan pada wilayah geografis yang lebih baik; (5) Pengakuan. Menurut Veithzal Rivai (2003:309) pengertian penilaian kinerja adalah: Sebagai sebuah mekanisme yang baik untuk mengendalikan program. Sedangkan pengertian penilaian kinerja menurut Siswanto Sastrohadiwiryo (2002:231) adalah: Suatu kegiatan yang dilakukan manajemen/ penyelia penilai untuk menilai kinerja tenaga kerja dengan cara membandingkan kinerja dengan uraian/ deskripsi pekerjaan dalam suatu periode tertentu biasanya setiap akhir tahun. Peningkatan kinerja pegawai dalam pemerintahan berpengaruh terhadap pencapaian sasaran yang telah ditetapkan serta lancarnya koordinasi sehingga organisasi bergerak sebagai suatu kesatuan yang bulat dan utuh. Dengan terwujudnya realisasi pelaksanaan peakerjaan yang sesuai dengan rencana awal, sehingga terlaksana kegiatan yang efektif dan efisien, perlu dilakukan pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.

2.2.2 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja Penilaian kinerja merupakan aktivitas yang penting dalam pelaksanaan pemerintahan karena penialian kinerja dapat penjadi penghubung antara maksud dan tujuan dari pihak pemerintah dengan pihak program. Adapun tujuan penilaian kinerja menurut Siswanto Sastrohadiwiryo (2002:232), adalah sebagai berikut: dari: 1) Sumber data untuk perencanaan ketenagakerjaan dan kegiatan pengembangan jangka panjang; 2) Nasihat yang perlu disampaikan kepada para program; 3) Alat untuk memberikan umpan balik (feedback) yang mendorong ke arah kemajuan dalam kemungkinan memperbaiki/ meningkatkan kualitas kerja bagi para pegawai; 4) Landasan/ bahan informasi dalam pengambilan keputusan pada bidang ketenagakerjaan, baik promosi, mutasi, maupun kegiatan ketenagakerjaan lainnya. Dalam penilaian kinerja ada manfaat dalam pelaksanaannya, yang terdiri 1) Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian personel secara maksimum; 2) Membantu pengambilan keputusan yang berkaitan dengan penghargaan personel, seperti: promosi, transfer, dan pemberhentian; 3) Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan personel dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan personel; 4) Menyediakan suatu dasar untuk mendistribusikan penghargaan.

2.2.3 Indikator Kinerja Indikator kinerja merupakan ukuran kuantitatif dan kualitatif. Oleh karena itu, indikator kinerja merupakan sesuatu yang akan dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja baik dalam tahap perencanaan (ex-ante), tahap pelaksanaan (on going), maupun tahap setelah kegiatan selesai dan berfungsi (ex-post). Selain itu indikator juga digunakan untuk meyakinkan bahwa kinerja hari demi hari organisasi/ unit kerja yang bersangkutan menunjukkan kemajuan dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian, tanpa indikator kinerja sulit untuk menilai kinerja (keberhasilan atau ketidak berhasilan) kebijaksanaan/ program/ kegiatan dan pada akhirnya organisasi/ unit kerja pelaksananya. Dengan indikator kinerja, organisasi mempunyai wahana yang jelas bagaimana akan dikatakan berhasil atau gagal di masa yang akan datang. Istilah ukuran kinerja pada dasarnya berbeda dengan istilah indikator kinerja. Ukuran kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara langsung, sedangkan indikator kinerja mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung, yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja. Untuk dapat mengukur kinerja pemerintah, maka perlu diketahui indikator-indikator kinerja sebagai dasar penilaian kinerja.

Adapun pengertian indikator kinerja menurut Indra Bastian (2001:337) adalah: Ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Indra Bastian (2001:337), Elemen indikator selanjutnya akan diperhitungkan, yang terdiri atas: 1) Indikator Masukan (inputs); 2) Indikator Proses (process); 3) Indikator Keluaran (outputs); 4) Indikator Hasil (outcomes); 5) Indikator Manfaat (benefits); 6) Indikator Dampak (impacts). Berdasarkan kutipan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Indikator Masukan (inputs) Adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk menghasilkan keluaran. Dalam arti perbndingan antara target yang diinginkan dengan hasil yang dicapai. Indikator ini dapat berupa dana, sumber daya manusia, informasi, kebijakan/ peraturan perundang-undangan, dan sebagainya. Indikator ini mengukur jumlah sumber daya seperti anggaran (dana), sumber daya manusia, peralatan, material, dan masukan lainnya yang dipergunakan untuk mengahasilkan keluaran(output) sesuai dengan yang diharapkan. Dengan meninjau distribusi sumber daya, suatu lembaga dapat menganalisis apakah alokasi sumber daya yang dimiliki telah sesuai dengan rencana strategik yang ditetapkan. Tolok ukur ini dapat pula digunakan untuk perbandingan (benchmarking) dengan lembaga-lembaga yang relevan.

2) Indikator Proses (process) Dalam proses indikator, efektivitas merupakan suatu ukuran untuk menilai seberapa baik pekerjaan yang dilakukan,sejauh mana seseorang menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Yang berarti bahwa apabila suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan perencanaan, baik dalam hal waktu, ketepatan, maupun mutu maka dapat dikatakan efektif. Rambu yang paling dominan dalam proses adalah tingkat efisiensi dan ekonomis dari suatu pekerjaan. Efisiensi berarti besarnya hasil yang diperoleh dengan pemanfaatan sejumlah input. Sedangkan ekonomis yang dimaksudkan adalah bahwa pelaksanaan pekerjaan tersebut secara lebih murah dibandingkan dengan standar biaya atau waktu yang telah ditentukan untuk itu. 3) Indikator Keluaran (outputs) Adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu pekerjaan yang dapat berupa fisik dan/ atau non fisik. Indikator atau tolak ukur keluaran digunakan untuk mengatur keluaran yang dihasilkan dari suatu pekerjaan. Dengan membandingkan keluaran, organisasi dapat menganalisis apakah pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana, indikator keluaran dijadikan landasan untuk menilai kemajuan suatu pekerjaan apabila tolak ukur dikaitkan dengan sasaran pekerjaan yang terdefinisi dengan baik dan terukur. Oleh karena itu, indikator keluaran harus sesuai dengan lingkup dan sifat kegiatan organisasi.

4) Indikator Hasil (outcomes) Adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung). Pengukuran indikator hasil seringkali rancu dengan pengukuran indikator keluaran. Indikator outcome lebih utama daripada sekedar output. Walaupun produk telah berhasil dicapai dengan baik, belum tentu secara outcome kegiatan tersebut telah tercapai. Outcome menggambarkan tingkat pencapaian atas hasil Iebih tinggi yang mungkin menyangkut kepentingan banyak pihak. Dengan indikator outcome, organisasi akan dapat mengetahui apakah hasil yang telah diperoleh dalam bentuk output memang dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan memberikan kegunaan yang besar bagi masyarakat banyak. 5) Indikator Manfaat (benefits) Adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan. Indikator kinerja ini menggambarkan manfaat yang diperoleh dari indikator hasil. Manfaat tersebut baru tampak setelah beberapa waktu kemudian, khususnya dalam jangka menengah dan jangka panjang. Indikator manfaat menunjukan hal yang diharapkan untuk dicapai bila keluaran dapat diselesaikan dan berfungsi dengan optimal (tepat lokasi dan waktu). 6) Indikator Dampak (impacts) Adalah pengaruh yang ditimbulkan baik positif maupun negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan asumsi yang telah ditetapkan.