BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGI

OSTEOARTHRITIS GENU. 1. Definisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Disusun Oleh : Nama : Ariyanto Nim : J

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia prevalensi OA lutut yang tampak secara radiologis mencapai 15,5%

I. PENDAHULUAN. baru pada permukaan sendi (Khairani, 2012). Terjadinya osteoarthritis itu

BAB I.PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Masalah. Osteoarthritis merupakan penyakit sendi yang. paling sering dijumpai pada masyarakat dan jumlah

I. PENDAHULUAN. dunia, menurut Arthritis Research UK (2013) osteoartritis dapat mempengaruhi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap grade osteoarthritis menurut Kellgren dan Lawrence. Diagnosis. ditegakkan berdasarkan klinis dan radiologinya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pembimbing Residen : dr. Praharsa Akmaja Chaetajaka Supervisor : dr. Taufiqqulhidayat, Sp.Rad. Anggota : Monareza Restantia Shirly D.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010),

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kerusakan kartilago articulatio serta menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Syaikh Al

Kiat-Kiat Menjaga Kesehatan Sendi Lutut. Fanny Aliwarga Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi.

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu gerak yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas

PENGARUH TERAPI LATIHAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI GABUNGAN ULTRASOUND DAN TENS PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Penurunan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. klinis, histologist, dan radiologi. Penyakit ini bersifat asimetris, tidak ada

OSTEOARTHRITIS GENU (

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Usia, Jenis Kelamin, dan Indeks Masa Tubuh dengan Osteoartritis Lutut.

BAB 1 PENDAHULUAN. semua organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dengan kerusakan tulang rawan (kartilago) hyalin sendi, meningkatnya ketebalan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. osteoarthritis. Usia paling muda terjadi pada usia 12 tahun, sedangkan usia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU UNILATERAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. degeneratif atau osteoarthritis (OA). Sendi merupakan faktor penunjang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbentang antara dua Condylus femoris. Sumbu longitudinal yang. Tuberculum intercondylare mediale (Paulsen & Waschke, 2010)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dan lansia di seluruh dunia (Joern, 2010).OA juga dikenal sebagai

osteoarthritis By : Kelompok 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendi mengalami perubahan patologis. Ditandai dengan kerusakan tulang rawan

Tinjauan Pustaka DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN OSTEOARTHRITIS TANGAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsurangsur

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi yang sangat modern untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin tingginya. tuntut untuk memperbaiki kualitas kehidupan manusia, karena banyak

Penetapan Masalah Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sendi lutut berada di antara tulang femur dan tibia. a. Permukaan Artikulasi Sendi Lutut

Osteoarthritis. Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior padabagian/smf Ilmu Bedah RSUDZA/FK Unsyiah Banda Aceh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya stress cell dan degradasi matriks ekstraseluler yang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, mobilitas manusia menjadi. semakin tinggi. Dengan dampak yang diakibatkan, baik positif maupun

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas dinegara yang

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri pinggang bawah atau dalam istilah medisnya Low Back Pain (LBP)

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan kartilago yang

BAB I PENDAHULUAN. penelitian telah banyak di kembangkan untuk mengatasi masalah-masalah penuaan.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi mempermudah manusia dalam kehidupan sehari hari,

Diagnosa dan Penatalaksanaan Osteoarthritis

BAB I PENDAHULUAN. sangat berperan penting sebagai penopang berat badan dalam aktivitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN MWD DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP DENGAN TENS DAN LATIHAN ISOMETRIK QUADRISEP TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA OA LUTUT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA. PADA KELUARGA Tn. H KHUSUSNYA Tn. H DENGAN GANGGUAN PENCERNAAN: GASTRITIS DI WILAYAH PUSKESMAS GROGOL I

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala utama nyeri (Dewi, 2009). Nyeri Sendi merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat progresif lambat, ditandai dengan adanya degenerasi tulang rawan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan

Gangguan Pada Bagian Sendi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoarthritis dapat terjadi bersamaan dengan arthritis jenis lain, seperti gout atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (JBM), Volume 6, Nomor 3, November 2014, hlm ). sehingga membatasi gerakannya.( Stanley, et al, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup. Namun peningkatan umur

yang sangat penting dalam aktifitas berjalan, sebagai penompang berat tubuh dan memiliki mobilitas yang tinggi, menyebabkan OA lutut menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap warga Negara Republik Indonesia berhak memperoleh kesehatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai khusus pada orang lanjut usia atau sering disebut penyakit

BAB I PENDAHULUAN. umum dijumpai diusia tua. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada perempuan

TUTORIAL OSTEOARTHRITIS. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh para penggerak yang produktif. Namun hal ini sedikit terganggu

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis (OA) merupakan salah satu penyakit muskuloskeletal yang

BAB I PENDAHULUAN. yang manifestasi utamanya melibatkan seluruh organ tubuh yang dapat terjadi

PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

Transkripsi:

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Osteoarthritis 1. Definisi Osteoarthritis merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinik ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban. Seringkali berhubungan dengan trauma atau mikrotrauma yang berulangulang, obesitas, stress oleh beban tubuh, dan penyakit-penyakit sendi lainnya (Mansjoer, 2000). Prevalensi keseluruhan OA pada tahun 2001 adalah 10,8%. 8,9% pada pria dan 12,6% pada wanita. Prevalensi lebih tinggi pada perempuan di semua kelompok umur. Pada usia 70-74 tahun, sekitar sepertiga dari pria dan 40% wanita memiliki OA. Tingkat insiden pada 2000-2001 adalah 11,7%. Jumlah meningkat dengan usia antara 50 dan 80 tahun. Data epidemiologi OA menunjukan kondisi patologis yang mendasari dapat diamati pada sendi yang memungkinkan klasifikasi sebagai OA sekunder sebanyak 41,7% pasien OA panggul dan 33,4% pasien OA lutut. 82,1% pasien OA pinggul dan 87,4% pasien OA lutut memiliki perubahan radiografi pada sendi mereka. Prevalensi OA meningkat dengan usia dan lebih tinggi pada pasien wanita. OA lebih sering diamati pada pasien OA lutut dibandingkan pada pasien OA panggul sebanyak 34,9% berbanding 19,3% (Kopec et al., 2007). 2. Etiologi Etiologi penyakit ini tidak diketahui dengan pasti. Hasil penelitian menunjukan 87% adalah kasus OA primer, dan 13% kasus OA sekunder. Menurut klasifikasi rontgentography, 38% adalah jenis awal, 28,5% jenis patellofemoral dan 23,2% jenis medio-patellofemoral. Klasifikasi radiologi itu terkait dengan manifestasi klinis jika varus dan deformitas valgus lebih 4

5 parah, penilaian X ray juga akan menjadi lebih parah (Yongping et al., 2000) Ada beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit ini, yaitu: a. Usia lebih dari 40 tahun b. Jenis kelamin c. Suku bangsa d. Genetik e. Kegemukan den penyakit metabolik f. Cedera sendi, pekerjaan, olahraga g. Kelainan pertumbuhan h. Kepadatan tulang, dan lain-lain (Mansjoer, 2000). 3. Patofisiologi Akibat peningkatan aktifitas enzim-enzim yang merusak makromolekul matriks tulang rawan sendi (proteoglikan dan kolagen) terjadi kerusakan fokal tulang rawan sendi secara progresif dan pembentukan tulang baru pada dasar lesi tulang rawan sendi serta tepi sendi (osteofit). Osteofit terbentuk sebagai suatu proses perbaikan untuk membentuk kembali persendian, sehingga dipandang sebagai kegagalan sendi yang progresif (Mansjoer, 2000). 4. Manifestasi Klinik Gejala utama OA ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mulamula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan. Lebih lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi tulang (Mansjoer, 2000). Tempat prediksi osteoarthritis adalah sendi karpometakarpal I, metatarsofalangeal I, apofiseal tulang belakang, lutut, paha. Pada falang

6 distal timbul nodus Heberden dan pada sendi interfalangproksimal timbul nodus Bouchard. Tanda-tanda peradangan pada sendi tersebut tidak menonjol dan timbul belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan (Mansjoer, 2000). Gambar 1 anatomi sendi lutut yang sehat dengan terserang osteoarthritis 5. Pemeriksaan Penunjang Pada penderita OA, dilakukannya pemeriksaan radiografi pada sendi yang terkena sudah cukup untuk memberikan suatu gambaran diagnostik (Soeroso, 2006). Gambaran Radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA adalah : a. Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian yang menanggung beban seperti lutut). b. Peningkatan densitas tulang subkondral (sklerosis). c. Kista pada tulang. d. Osteofit pada pinggir sendi.

7 e. Perubahan struktur anatomi sendi. Berdasarkan temuan radiografi, maka OA dapat diberikan suatu derajat. Kriteria OA berdasarkan temuan radiografi dikenal sebagai kriteria Kellgren dan Lawrence yang membagi OA dimulai dari tingkat ringan hingga tingkat berat. Perlu diingat bahwa pada awal penyakit, gambaran radiografi sendi masih terlihat normal (Felson, 2006). Bila pada seorang penderita hanya ditemukan nyeri lutut, maka untuk diagnosis osteoarthritis sendi lutut hams ditambah 3 kriteria dan 6 kriteria berikut, yaitu umur lebih dari 50 tahun, kaku sendi kurang dari 30 menit, nyeri tekan pada tulang, pembesaran tulang dan pada perabaan sendi lutut tidak panas. Kriteria ini memiliki sensitifitas 95% dan spesifisitas 69% (Altman, 1991). Bila selain nyeri lutut juga didapatkan gambaran osteofit pada foto sendi lutut, maka untuk diagnosis osteoarthritis sendi lutut dibutuhkan 1 kriteria tambahan dan 3 kriteria berikut, yaitu umur lebih dari 50 tahun, kaku sendi kurang dari 30 menit dan krepitus. Kriteria ini mempunyai sensitifitas 91% dan spesifisitas 86% (Altman, 1991). 6. Penatalaksanaan Osteoartritis Penatalaksanaan OA terbagi atas 3 hal, yaitu : a. Terapi non Farmakologi 1) Edukasi Edukasi atau penjelasan kepada pasien perlu dilakukan agar pasien dapat mengetahui serta memahami tentang penyakit yang dideritanya, bagaimana agar penyakitnya tidak bertambah semakin parah, dan agar persendiaanya tetap terpakai (Soeroso, 2006). Hasil penelitian yang telah dilakukan Zhang et al., bahwa edukasi memiliki manfaat sebesar 59% untuk terapi non farmakologi pada pasien OA (Zhang et al., 2007).

8 2) Terapi fisik atau rehabilitasi Pasien dapat mengalami kesulitan berjalan akibat rasa sakit. Terapi ini dilakukan untuk melatih pasien agar persendianya tetap dapat dipakai dan melatih pasien untuk melindungi sendi yang sakit (Soeroso, 2006). Hasil penelitian yang telah dilakukan Zhang et al., bahwa rehabilitasi memiliki manfaat sebesar 67% untuk terapi non farmakologi pada pasien OA (Zhang et al., 2007). 3) Penurunan berat badan Berat badan yang berlebih merupakan faktor yang memperberat OA. Oleh karena itu, berat badan harus dapat dijaga agar tidak berlebih dan diupayakan untuk melakukan penurunan berat badan apabila berat badan berlebih (Soeroso, 2006). b. Terapi Farmakologis Penanganan terapi farmakologi meliputi penurunan rasa nyeri yang timbul, memeriksa gangguan yang timbul dan mengidentifikasi manifestasi-manifestasi klinis dari ketidakstabilan sendi (Felson, 2006). 1) (Non-steroidanti-inflammatory drugs) NSAIDs, Inhibitor Siklooksigenase-2 (COX-2), dan Asetaminofen. Hasil penelitian yang dilakukan Rahme et al., menunjukan proporsi penggunaan NSAIDs di populasi geriatrik sebanyak 61% dan penggunaan NSAIDs memiliki efek samping GI sebanyak 29,9% (Rahme et al., 2002). Untuk mengobati rasa nyeri yang timbul pada OA, penggunaan obat NSAIDs dan Inhibitor COX-2 dinilai lebih efektif daripada penggunaan asetaminofen. Namun karena risiko toksisitas obat NSAIDs lebih tinggi daripada asetaminofen, asetaminofen tetap menjadi obat pilihan pertama dalam penanganan rasa nyeri pada OA. Cara lain untuk mengurangi dampak toksisitas dari NSAIDs adalah dengan cara

9 mengkombinasikannnya dengan menggunakan inhibitor COX-2 (Felson, 2006). Keterbatasan penggunaan NSAIDs adalah toksisitasnya. Toksisitas NSAIDs yang sering dijumpai efek sampingnya pada traktus gastrointestinal, terutama jika NSAIDs digunakan bersama obat lain, alkohol, kebiasaan merokok atau dalam keadaaan stres. Usia juga merupakan faktor resiko untuk mendapatkan efek samping gastrointestinal akibat NSAIDs. Bagi pasien yang sensitif dapat digunakan preparat NSAIDs dalam bentuk supositoria, pro drug, enteric coated, slow realease atau non-acidic. Preparat dalam bentuk ini kurang berpengaruh pada mukosa lambung dibanding dengan preparat biasa. Pada pihak lain walaupun NSAIDs dalam bantuk ini seringkali dianggap kurang menyebabkan timbulnya iritasi gastrointestinal akibat kontak langsung dengan gastroduodenal umumnya obat dalam bentuk ini tetap memiliki efek sistemik terutama dalam menekan sintesis prostaglandin sehingga obat ini juga harus digunakan secara hatihati terutama pada pasien yang telah memiliki gangguan mukosa gastroduodenal. Efek samping lain yang mungkin dijumpai pada pengobatan NSAIDs antara lain adalah reaksi hipersensitivitas, gangguan fungsi hati dan ginjal serta penekanan hematopoetik (Anonim, 1996). 2) Chondroprotective Agent Chondroprotective Agent adalah obat obatan yang dapat menjaga atau merangsang perbaikan dari kartilago pada pasien OA. Obat obatan yang termasuk dalam kelompok obat ini adalah: tetrasiklin, asam hialuronat, kondroitin sulfat, glikosaminoglikan, vitamin C, dan sebagainya (Felson, 2006). a). Tetrasiklin dan derivatnya, contohnya doxycycline, mampu menghambat kerja enzim MMP. Obat ini baru dipakai pada hewan, belum dipakai pada manusia.

10 b). Asam hialuronat disebut viscosupplement karena dapat memperbaiki viskositas cairan sinovial. Obat ini diberikan secara intraartikular. Asam hialuronat berperan penting dalam pembentukan matriks tulang rawan melalui agregasi dengan proteoglikan.pada binatang percobaan, obat ini dapat mengurangi inflamasi pada sinovium, menghambat angiogenesis dan kemotaksis sel-sel inflamasi. c). Glikosaminoglikan dapat menghambat sejumlah enzim yang berperan dalam degradasi tulang rawan dan merangsang sintesis proteoglikan dan asam hialuronat pada kultur tulang rawan sendi manusia. d). Kondroitin sulfat, merupakan bagian dari proteoglikan pada tulang rawan sendi. Tulang rawan sendi terdiri atas 2% sel dan 98% matriks ekstraseluler yang terdiri dari kolagen dan proteoglikan. Matriks ini membentuk struktur yang utuh sehingga mampu menahan beban tubuh. Pada penyakit sendi degeneratif seperti OA terjadi kerusakan tulang rawan sendi dan salah satu penyebabnya adalah hilangnya atau berkurangnya proteoglikan. Efektivitas kondroitin sulfat melalui 3 mekanisme utama, yaitu anti inflamasi, efek metabolik terhadap sintesis hialuronat dan proteoglikan serta anti degradatif melalui hambatan enzim proteolitik dan menghambat efek oksigen reaktif. e). Vitamin C, dapat menghambat aktivitas enzim lisozim. Dalam penelitian ternyata bermanfaat dalam terapi OA. c. Terapi Pembedahan Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang mengganggu aktivitas sehari hari.

11 B. Nyeri Perut Dari hasil penelitian hanya 7% kasus yang disebabkan oleh kelainan organik yang akan menimbulkan nyeri perut sebagai manivestasi dari tukak lambung (Apley, 1975). Hal ini meningkat terhadap berbagai kondisi seperti konstipasi, abdominal, gastritis, ulkus peptikum dihubungkan dengan Helycobacter pylori dan irritable bowel syndrome. Penyebab intra-abdominal dapat diklasifikasikan lagi menurut penyebab dari dalam saluran cerna, ginjal, dan lain-lain. Penyebab nyeri perut berulang yang terbesar adalah faktor psikofisiologi (Boediarso, 2010). Kelainan yang ada di rongga perut sebagai diagnosis banding penyebab sakit perut berulang telah banyak dilaporkan, tetapi hanya ditemukan pada 5-15,6% kasus. Pada garis besarnya kelainan organik sebagai penyebab nyeri perut berulang dapat dibagi menurut penyebab intra-abdominal dan extra-abdominal. C. Rumah Sakit 1. Pengertian Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat (Siregar, 2003). 2. Fungsi Rumah Sakit Guna melaksanakan tugasnya rumah sakit mempunyai berbagai fungsi yaitu menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan penunjang medik dan non medik, pelayanan dan asuhan keperawatan, pelayanan rujukan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan serta administrasi umum dan keuangan (Siregar, 2003).