SIMULASI DAN ANALISIS PERFORMANSI PROTOKOL ROUTING GSR PADA VEHICULAR AD HOC NETWORK (VANET)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nirkabel dan merupakan turunan dari MANET (Mobile Ad hoc Network). Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Simulasi dan Pengkajian Performa Vehicular Ad Hoc Network

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

PROGRAM STUDI INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS BAKRIE JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KINERJA PROTOKOL REAKTIF PADA JARINGAN MANET DALAM SIMULASI JARINGAN MENGGUNAKAN NETWORK SIMULATOR DAN TRACEGRAPH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISA KINERJA AD-HOC ON DEMAND DISTANCE VECTOR (AODV) PADA KOMUNIKASI VMES

Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth

Studi Kinerja Multipath AODV dengan Menggunakan Network simulator 2 (NS-2)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab 3 Parameter Simulasi

SIMULASI DAN ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI ROUTING PROTOCOL AODV & DSR PADA VEHICULAR AD HOC NETWORK (VANET)

ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD-HOC

Implementasi Routing Protocol DSR pada Skenario Mobility Random Waypoint dengan menggunakan Propagasi Nakagami

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi-aplikasi jaringan memerlukan sejumlah node-node sensor terutama untuk

OPTIMASI KINERJA PROTOKOL AODV DENGAN STATIC INTERSECTION NODE

ANALISIS PERFORMANSI ROUTING PROTOKOL GPSR, GyTAR, DAN B-MFR PADA VANET UNTUK INTER VEHICLE COMMUNICATION

BAB 3 ANALISIS. Pada penelitian ini akan dilakukan simulasi sistem pelacakan (tracking) dengan

Implementasi Routing Protocol DSR pada Skenario Mobility Random Waypoint dengan menggunakan Propagasi Nakagami

Analisis Kinerja Jaringan VANET dengan Model Propagasi Free Space dan Two Ray Ground Pada Routing AODV TUGAS AKHIR

1 BAB I PENDAHULUAN ULUAN

EVALUASI KINERJA ZONE ROUTING PROTOCOL PADA MOBILE AD-HOC NETWORK

BAB V IMPLEMENTASI DAN HASIL SIMULASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN ANALISIS SIMULASI. Pada saat menjalankan simulasi ini ada beberapa parameter yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang dikerahkan di daerah pemantauan dengan jumlah besar node sensor mikro.

ACTIVE QUEUE MANAGEMENT UNTUK TCP CONGESTION CONTROL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Kinerja Protokol Routing Ad Hoc On-Demand Multipath Distance Vector (AOMDV) Pada Mobile Ad Hoc Network. Tugas Akhir

ANALISIS KUALITAS VIDEO CONFERENCE PADA MOBILE AD-HOC NETWORK (MANET) MENGGUNAKAN PROTOKOL MAODV LEMBAR JUDUL SKRIPSI

Studi Perbandingan antara Dynamic Routing dan Greedy Routing Pada Pengiriman Data Jaringan Sensor Nirkabel

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Evaluasi Pervormance Dari AODV Routing Protokol Pada Jaringan Ad Hoc Dengan Testbed

1 BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1-1. Hybrid Ad Hoc Wireless Topology

AS IR O R U O TI U N TI G P AD

Analisis Performansi ProPHETv2 Routing Berbasis Vehicular Delay-Tolerant Network pada Daerah Rural

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 1996

ANALISIS KINERJA POLA-POLA TRAFIK PADA BEBERAPA PROTOKOL ROUTING DALAM JARINGAN MANET

ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI PROTOKOL ROUTING AODV DAN DSDV PADA WIRELESS SENSOR NETWORK

PENGARUH DENSITAS WIRELESS MOBILE NODE DAN JUMLAH WIRELESS MOBILE NODE SUMBER TERHADAP PATH DISCOVERY TIME PADA PROTOKOL ROUTING AODV

Studi Kinerja VANET Scenario Generators: SUMO dan VanetMobisim untuk Implementasi Routing Protocol AODV menggunakan Network Simulator 2 (NS-2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Evaluasi Kinerja VANET pada Berbagai Model Propagasi Menggunakan Simulator Jaringan NS-3

Analisis Kinerja Protokol Ad Hoc On-Demand Distance Vector (AODV) dan Fisheye State Routing (FSR) pada Mobile Ad Hoc Network

ANALISIS KINERJA PROTOKOL DESTINATION-SEQUENCED DISTANCE-VECTOR (DSDV) PADA JARINGAN WIRELESS AD HOC

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN ANALISIS SIMULASI

ANALISIS KINERJA PROTOKOL ROUTING AODV DAN OLSR PADA JARINGAN MOBILE AD HOC

Studi Perbandingan Kinerja Model Transmisi TwoRayGround dan Nakagami pada OLSR di Lingkungan MANET Menggunakan NS-2

Optimasi Cross Layer Untuk Protokol Dynamic Source Routing Pada Komunikasi Antar Kendaraan Berbasis Vehicular Ad-Hoc Networks (VANETs)

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer

ABSTRAK. Kata kunci: DSR, Manet, OLSR, OPNET, Routing. v Universitas Kristen Maranatha

Analisis Kinerja Reactive Routing Protocol dalam Mobile Ad-Hoc Network (MANET) Menggunakan NS-2 (Network Simulator)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BACK-OFF SCHEME IN VEHICULAR AD-HOC NETWORKS (VANETs) SKEMA BACK-OFF DI VEHICULAR AD-HOC NETWORKS (VANETs)

ANALISA PERFORMANSI DYNAMIC SOURCE ROUTING (DSR) PADA WIRELESS AD HOC NETWORK

ABSTRAK. Kata Kunci : GRE, HTTP, IMS, IPsec, L2TP, OPNET Modeler 14.5, Video Call, VoIP, VPN.

OPTIMASI CROSS LAYER UNTUK PROTOKOL DYNAMIC SOURCE ROUTING PADA KOMUNIKASI ANTAR KENDARAAN BERBASIS VEHICULAR AD-HOC NETWORKS (VANETs)

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Jl. Telekomunikasi No. 1 Terusan Buahbatu Bandung 1) 2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

Gambar 1. Hop multi komunikasi antara sumber dan tujuan

ANALISA KINERJA MODE GATEWAY PROTOKOL ROUTING AODV-UU PADA JARINGAN AD HOC HIBRIDA FUAD ZULFIAN

METODE PENELITIAN. Studi Pustaka. Proses Simulasi. Analisis Hasil. Gambar 11 Metode penelitian.

ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI LAYANAN VOICE OVER IP PADA JARINGAN MPLS MENGGUNAKAN PROTOKOL UDP,SCTP,DAN TFRC

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV PENGUJIAN DAN EVALUASI. routing, dan pengujian terhadap parameter-parameter QoS, serta hasil analisis

BAB I PENDAHULUAN. multimedia memasuki dunia internet. Telepon IP, video conference dan game

BAB II DASAR TEORI. Protokol adalah seperangkat aturan yang mengatur pembangunan koneksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi oleh pengirim (transmitter) dan penerima (receiver) agar komunikasi dapat

Metode Penyimpanan Data Secara Kolaboratif Dalam Jaringan Sensor

Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth

ANALISIS PERFORMANSI ROUTING HYBRID WIRELESS MESH PROTOCOL (HWMP) PADA WIRELESS MESH NETWORK (WMN) BERDASARKAN STANDAR IEEE 802.

Analisa Kinerja Ad-Hoc On Demand Distance Vector (AODV) Pada Komunikasi VMeS

Analisis Performansi dan Perbandingan Routing Protocol OLSR dan ZRP pada Vehicular Ad Hoc Network

PEMILIHAN NODE REBROADCAST UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PROTOKOL MULTICAST AODV (MAODV) PADA VANETS

Simulasi Jaringan MANET Dengan NS3 Untuk Membandingkan Performa Routing Protokol AODV dan DSDV

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Evaluasi Unjuk Kerja Jaringan Ad Hoc Berbasis Protokol AODV

BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI

Analisis Perbandingan Performansi Protokol Ad Hoc On- Demand Distance Vector dan Zone Routing Protocol Pada Mobile Ad Hoc Network

OPTIMASI KINERJA PROTOKOL AODV PADA SKENARIO VEHICLE TO VEHICLE COMMUNICATION DENGAN STATIC INTERSECTION NODE

Memahami cara kerja TCP dan UDP pada layer transport

BAB I PENDAHULUAN. dengan permintaan pasar untuk dapat berkomunikasi dan bertukar data dengan

Evaluasi Unjuk Kerja Routing Link-State Pada Jaringan Packet Switched Menggunakan NS-2 (Network Simulator 2)

ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI PROTOKOL AODV (AD HOC ON DEMAND DISTANCE VECTOR) DAN ZRP (ZONE ROUTING PROTOCOL) PADA MOBILE AD HOC NETWORK (MANET)

PENGENDALIAN PAKET RREQ (ROUTE REQUEST) PROTOKOL AODV DI MANET

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 4. Evaluasi Performansi

ANALISIS KINERJA JARINGAN RSVP MENGGUNAKAN SIMULATOR OPNET

Medi Taruk

Transkripsi:

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2351 SIMULASI DAN ANALISIS PERFORMANSI PROTOKOL ROUTING GSR PADA VEHICULAR AD HOC NETWORK (VANET) SIMULATION AND PERFORMANCE ANALYSIS OF GSR ROUTING PROTOCOL IN VEHICULAR AD HOC NETWORK (VANET) Henti Purnamasari 1, Ir. Agus Virgono, M.T. 2, Randy Erfa Saputra, S.T., M.T. 3 1,2,3 Prodi S1 Sistem Komputer, Fakultas Teknik Elektro, Telkom University Bandung, Indonesia 1 hentipoer@gmail.com, 2 avirgono@telkomuniversity.ac.id, 3 resaputra@telkomuniversity.ac.id Abstrak Komunikasi antar kendaraan berperan penting dalam meningkatkan kenyamanan dan keamanan untuk pengemudi dan penumpang. Kemajuan teknologi menawarkan konsep untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan dalam berkendara yaitu Vehicular Ad Hoc Network (VANET). VANET merupakan teknologi yang mengintegrasikan kemampuan generasi baru wireless pada kendaraan. Pada VANET topologi jaringan yang selalu berubah serta dalam menemukan dan mempertahankan rute merupakan tantangan di dalamnya. Untuk memfasilitasi komunikasi dalam jaringan diperlukan protokol routing, protokol routing digunakan untuk menemukan rute antar node untuk saling mengirim pesan. Routing bertanggungjawab dalam memilih dan mempertahankan rute, serta meneruskan paket sepanjang rute yang telah dipilih. Karena VANET memiliki topologi jaringan yang selalu berubah serta menemukan dan mempertahankan rute merupakan tantangan, maka position-based routing protocols lebih cocok diterapkan seperti GSR, A-STAR, GPSR, GPCR dan sebagainya daripada protokol routing lainnya. Pada Tugas Akhir ini telah dibahas mengenai protokol routing GSR sebagai protokol routing yang telah diimplementasikan pada VANET. Geographic Source Routing (GSR) mendukung mobilitas node yang tinggi serta berbasis posisi geografis dan mendukung penggunaan map, dalam pencarian rute dari node sumber ke node tujuan GSR menggunakan Reactive Location Service (RLS). Average end to end delay diperlukan untuk mengetahui seberapa cepat waktu yang diperlukan untuk mengirim data dari node sumber ke node tujuan karena topologi pada VANET yang selalu berubah. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa semakin besar jumlah kepadatan node maka average end to end delay semakin kecil. Semakin bertambah kecepatan node maka average end to end delay semakin besar. Kata kunci : VANET, GSR, Average End to End Delay. Abstract Communication between vehicles is an important role in improving the comfort and safety for drivers and passengers. Technological advancements offer the concept of enhancing comfort and safety in driving is Vehicular Ad Hoc Network (VANET). VANET is a technology that integrates the capabilities of a new generation network of wireless vehicle. In VANET the ever-changing network topology and in finding and maintaining a route is a challenge in it. To facilitate communication within the network routing protocols are required. Routing protocols are used to find routes between nodes to send each other message. Routing is responsible for selecting and maintaining changing network topology and finding and maintaining a route is a challenge, position-based routing protocols are more suitable to apply such as GSR, A-STAR, GPSR, GPCR and so on than any other routing protocol. In this final project has been discussed about GSR routing protocol as routing protocol which have been implemented in VANET. Geographic Source Routing (GSR) supports high node mobility based on geographic positioning and supports the use of the map, in route search from the source node to the destination node GSR using Reactive Location Service (RLS). The average end to end delay is needed to find out how fast it takes to send data from the source node to the destination node due to the ever-changing topology of the VANET. Based on the result test, the more value of density then the smaller value of average end to end delay, and also the more speed of node value then the more average end to end delay value. Keyword: VANET, GSR, Average End to End Delay.

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2352 1. Pendahuluaan Komunikasi antar kendaraan berperan penting dalam meningkatkan kenyamanan dan keamanan untuk pengemudi dan penumpang. Kemajuan teknologi menawarkan konsep untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan yaitu Vehicular Ad Hoc Network (VANET). VANET merupakan teknologi yang mengintegrasikan kemampuan generasi baru wireless pada kendaraan. Pada VANET topologi jaringan yang selalu berubah serta dalam menemukan dan mempertahankan rute merupakan tantangan di dalamnya. Untuk memfasilitasi komunikasi dalam jaringan, protokol routing digunakan untuk menemukan rute antar node untuk saling mengirim pesan. Routing bertanggungjawab dalam memilih dan mempertahankan rute, serta meneruskan paket sepanjang rute yang telah dipilih. Karena VANET memiliki topologi jaringan yang selalu berubah serta menemukan dan mempertahankan rute merupakan tantangan, maka position-based routing protocols lebih cocok diterapkan seperti GSR, A-STAR, GPSR, GPCR dan sebagainya daripada protokol routing lainnya [1]. Geographic Source Routing (GSR) mendukung mobilitas node yang tinggi serta berbasis posisi geografis dan mendukung penggunaan map, dalam pencarian rute dari node sumber ke node tujuan GSR menggunakan Reactive Location Service (RLS). Pada RLS node sumber mengirimkan position request dengan beberapa identifikasi node tujuan yang dibutuhkan berupa id dari node tujuan, ketika node dengan identifikasi yang sama menerima position request tersebut, maka node tersebut akan mengirimkan position reply berupa posisi sekarang node tersebut [2]. Apabila RLS tidak dapat menjangkau node tujuan karena jarak yang jauh maka RLS akan mengasumsikan sebagai lokal maksimum [3]. Average End to End Delay merupakan rata-rata yang dibutuhkan oleh sebuah data untuk menempuh jarak dari titik sumber ke titik tujuan termasuk waktu proses dan waktu antri. Average end to end delay diperlukan untuk mengetahui seberapa cepat waktu yang diperlukan untuk mengirim data dari node sumber ke node tujuan karena topologi pada VANET yang selalu berubah [4]. 2. Dasar Teori 2. 1 Vehicular Ad Hoc Network (VANET) Vehicular Ad Hoc Network (VANET) adalah teknologi yang mengintegrasikan kemampuan generasi baru wireless pada kendaraan.vanet membangun jaringan Ad-hoc antara vehicle dan roadside units. VANET bertujuan untuk menyediakan keamanan terkait manajemen informasi dan lalu lintas. Kesederhanaan dan keamanan VANET memastikan efisiensi yang lebih besar. VANET cukup potensial dalam mengirimkan peringatan mengenai bahaya lingkungan, lalu lintas dan kondisi jalan serta informasi daerah untuk kendaraan lain [5]. Karakteristik VANET [6]: 1. Topologi yang sangat dinamis Topologi jaringan di dalam VANET dapat berubah-ubah (dinamis) dengan cepat dikarenakan pergerakan kendaraan dalam kecepatan tinggi. Contohnya pada 2 mobil yang bergerak pada kecepatan 20 m/s dengan range transmisi 250 m, maka konektivitas di antara keduanya hanya akan bertahan selama 250/20= 12.5 detik. 2. Putusnya koneksi jaringan Terputusnya koneksi antara 2 mobil disebabkan akibat tingginya kecepatan kendaraan pada saat pertukaran informasi dilakukan. 3. Model mobilitas dan presiksi Pola mobilitas dari kendaraan bergantung dengan ruang lingkup lingkungan, seperti tingkat kemacetan, kecepatan kendaraan, akselerasi dan deakselerasi, pola mengendara dari pengemudi. 4. Daya baterai dan kapasitas storage Kendaraan saat ini difasilitasi daya baterai dan kapasitas storage yang tidak terbatas. Hal inilah yang mendukung VANET sebagai sarana yang efektif dalam melakukan komunikasi dan penggunaan routing protocol. 5. Interaksi dengan sensor on board / posisi Sensor on board digunakan untuk pengiriman posisi terkini dan pergerakan node yang akan membantu komunikasi yang lebih efektif dan keputusan rute. 2. 2 Position Based Routing Protocols Posisi merupakan data penting yang harus diketahui oleh node. Setiap kendaraan pada VANET ingin mengetahui posisinya sendiri serta posisi dari tetangganya. Position Based Routing Protocols membutuhkan informasi mengenai lokasi fisik dari node yang berpartisipasi. Posisi ini didapat secara periodik dengan transmisi kontrol pesan atau beacons kepada node tetangga. Node pengirim dapat meminta posisi node penerima berdasarkan location service. Position Based Routing Protocols lebih cocok digunakan untuk VANET sejak node yang bergerak disepanjang jalur. Karena tabel routing tidak di gunakan pada protokol ini maka tidak ada overhead ketika menemukan rute.

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2353 Gambar 2.1 Bagian utama beacon [1] Pada VANET, rute terdiri dari beberapa pasang kendaraan yang terhubung satu dengan yang lain dari node sumber ke node tujuan. Salah satu keuntungan menggunakan Position Based Routing Protocols yaitu tidak memerlukan pemeliharaan rute sehingga tepat untuk diterapkan pada topologi yang dinamis pada VANET [1]. 2. 3 Non-DTN Overlay Prinsip dasar pada pendekatan greedy yaitu ketika suatu node meneruskan paket ke tetangga yang terdekat. Strategi forwarding dapat gagal jika tidak ada tetangga yang dekat dengan node tujuan dari node itu sendiri [8]. 2. 4 Overlay Overlay Routing memiliki karakteristik bahwa protokol routing bekerja pada satu node representative di jaringan. Pada lingkungan perkotaan, persimpangan adalah tempat dimana adanya persimpangan ke ruas jalan yang berbeda. Oleh karena itu Overlay Routing ada hubungannya dengan node pada persimpangan [8]. 2.5 Geographic Source Routing (GSR) Geographic Source Routing (GSR) mendukung mobilitas node yang tinggi serta mendukung penggunaan map, dalam pencarian rute dari node sumber ke node tujuan GSR menggunakan Reactive Location Service (RLS). Pada RLS node sumber mengirimkan position request dengan beberapa identifikasi node tujuan yang dibutuhkan berupa id dari node tujuan, ketika node dengan identifikasi yang sama menerima position request tersebut, maka node tersebut akan mengirimkan position reply berupa posisi sekarang node tersebut dan rute dari node yang dilalui, kemudian node sumber akan mengirim paket data ke node tujuan melalui rute dari node yang dilalui pada saat mengirim position reply [2]. Apabila RLS tidak dapat menjangkau node tujuan karena jarak yang jauh atau diluar range area maka RLS akan mengasumsikan sebagai lokal maksimum [3]. Lokal maksimum merupakan kondisi dimana paket tidak dapat diteruskan jika tidak ada node yang memiliki koneksi ke node tetangga yang secara geografis lebih dekat dengan node tujuan daripada node tersebut. Protokol routing GSR didasarkan pada posisi geografis, sehingga tidak ada jaminan bahwa node sumber selalu menemukan node tetangga yang cocok yaitu jarak node tetangga yang lebih dekat dengan node tujuan untuk meneruskan pesan. Sehingga untuk menangani kondisi lokal maksimum, protokol routing GSR mengambil dari tiga langkah berikut [7]: 1. Buffer the packet Meneruskan paket dapat dilakukan dengan buffer paket data, mengecek secara periodik dan meneruskan paket jika memungkinkan. 2. Beralih pada greedy forwarding Meneruskan paket secara keseluruhan menuju pada node tujuan. 3. Menghitung ulang jalur terpendek Meneruskan paket dengan menghitung ulang urutan baru dari posisi sekarang menuju node tujuan dan menggunakan rute terbaru untuk meneruskan paket. 2.6 Simulation of Urban Mobility (SUMO) Simulation of Urban Mobility (SUMO) merupakan simulator untuk mensimulasikan traffic dan mobility kendaraan dan lingkungan menyerupai keadaan real. SUMO termasuk simulator yang open source dan release pada tahun 2002, dimana ada dua alasan mengapa open source yaitu mendukung traffic simulation dengan tool gratis dengan algoritma masing-masing yang dapat diterapkan serta sumber terbuka dalam traffic simulation. SUMO tidak hanya untuk traffic simulation, tetapi lebih dari aplikasi yang dapat membantu dalam mempersiapkan dan melakukan traffic simulation. Untuk merepresentasi dari jalan dan lalu lintas simulasi maka keduanya harus imported atau generated menggunakan sumber yang berbeda [10].

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2354 2.7 Network Simulator-2 (NS-2) Network Simulator-2 (NS-2) merupakan simulator yang ditargetkan untuk penelitian jaringan. NS-2 menyediakan dukungan untuk simulasi TCP, routing dan protokol multicast baik jaringan wired dan wireless. NS-2 menggunakan bahasa pemrograman C++ untuk membuat library seperti protokol dan komponen jaringan dan Otcl untuk membuat kondisi simulasi yang diinginkan [11]. 2.8 OpenStreetMap (OSM) OpenStreetMap (OSM) adalah sebuah proyek berbasis web untuk membuat peta seluruh dunia secara gratis dan terbuka, dibangun sepenuhnya oleh sukarelawan dengan melakukan survey menggunakan GPS, mendigitasi citra satelit dan mengumpulkan serta membebaskan data geografis yang tersedia di publik [12]. OpenStreetMap (OSM) dapat diakses melalui www.openstreetmap.org. 2.9 Constant Bit Rate (CBR) dan User Datagram Protocol (UDP) Constant Bit Rate mendukung aplikasi yang membutuhkan transmisi sepanjang komunikasi berlangsung. CBR ditargetkan mendukung aplikasi dengan toleransi terhadap delay yang ketat, serta menggunakan transport agent yaitu User Datagram Protocol (UDP) untuk saling berkomunikasi. UDP memiliki karakteristik yaitu connection less, adalah jaringan yang tidak memerlukan proses negosiasi atau langsung mengirimkan pesan tanpa tahu tujuan itu ada atau tidak, dan unreliable adalah tidak adanya proses pemberitahuan ketika pengiriman data gagal. Berdasarkan kedua karakteristik tersebut memberikan kecepatan yang tinggi karena tidak melakukan proses negosiasi serta pemberitahuan pengiriman data gagal [13]. 2.10 Average End to End Delay Average End to End Delay merupakan rata-rata yang dibutuhkan oleh sebuah data untuk menempuh jarak dari titik sumber ke titik tujuan termasuk waktu proses dan waktu antri. Dalam proses pengiriman data, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi data sehingga mengakibatkan delay seperti jarak antar kedua titik, media yang dilalui oleh data, kongesti, dan waktu proses data[4]. Adapun rumus untuk menghitung Average End to End Delay adalah sebagai berikut: Keterangan : = Jumlah Average Delay = n 1 waktu diterima waktu dikirim n n = node ke-1,2,3,...,n 3.1 Deskripsi Umum Sistem PROSES INPUT Jumlah/ Kecepatan Node SUMO NS-2 File.awk OUTPUT Hasil Perhitungan Average End to End Delay. Gambar 3.2 Diagram blok simulasi Performansi average end to end delay pada protokol routing Geographic Source Routing (GSR) akan dianalisa melalui simulasi yang dilakukan yaitu pengambilan peta melalui www.openstreetmap.org, kemudian menggunakan SUMO untuk menghasilkan traffic dan mobility node dan menggunakan NS-2 untuk menjalankan fungsi routing. Performansi protokol akan dianalisa melalui pengaruh perubahan kepadatan node dan pengaruh perubahan kecepatan node dan simulasi dijalankan pada kondisi Jalan Dipati Ukur Bandung. Data berdasarkan input akan menentukan hasil pengujian performansi average end to end delay pada protokol routing GSR. Pada gambar diagram blok proses simulasi terdiri dari 3 blok yaitu input, proses, dan output. Masing-masing blok diantaranya adalah 1. Input Data yang diproses adalah data berdasarkan perubahan jumlah kendaraan dan kecepatan kendaraan.

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2355 2. Proses Pada tahap ini terdapat 3 proses yang dilakukan yaitu: a. Penggunaan aplikasi SUMO Pada proses in digunakan aplikasi SUMO untuk menentukan jumlah dan kecepatan kendaraan, dan membuat mobilitas kendaraan. b. Penggunaan NS-2 Menggunakan NS-2 untuk dilakukan skenario VANET berdasarkan penggunaan protokol routing A-STAR. c. Proses perhitungan (.awk) Proses perhitungan (.awk) adalah proses mengetahui average end to end delay sesuai dengan perumusan dari hasil pengujian protokol routing GSR. 3. Output Hasil output berupa hasil performansi berdasarkan average end to end delay dari protokol routing GSR. 3.3 Pengujian 3.3.1 Skenario Simulasi Simulasi akan dilakukan pada area Jalan Dipati Ukur dan sekitarnya karena sesuai dengan karakteristik VANET yaitu banyak persimpangan. Area simulasi diambil dengan luas area kurang lebih 1000m x 1000m. Skenario yang diuji adalah perubahan kepadatan jumlah node dan perubahan kecepatan node. 3.3.2 Parameter Simulasi Dalam membangun proses simulasi dibutuhkan parameter simulasi yang mendukung protokol routing GSR. Adapun parameter yang digunakan adalah : Parameter Area Simulasi Pemodelan Traffic Data Tabel 3.1 Parameter Simulasi Keterangan 1000 m x 1000 m Constant Bit Rate (CBR) Protokol Routing GSR Jumlah Node 40 s.d 480 (interval 40) Packet Size 32 Byte Kecepatan Node Durasi Simulasi 2,5 m/s, 5 m/s, 7,5 m/s dan 10 m/s 100 detik Peta simulasi memiliki jalan dua arah dan mobilitas node dibatasi oleh jalur tersebut. Arah kendaraan berjalan secara acak karena tujuan pada simulasi ini yaitu mendekati kondisi nyata pada daerah skenario. Waktu simulasi dilakukan dengan kecepatan node 10 m/s dan area simulasi 1000 m x 1000 m, sehingga didapat waktu konektivitas sebesar 100 detik. Pemodelan Traffic data yang digunakan pada simulasi ini adalah Constant Bit Rate (CBR). CBR mendukung aplikasi yang membutuhkan transmisi sepanjang komunikasi berlangsung. Pada dasarnya CBR ditargetkan mendukung aplikasi dengan toleransi terhadap delay yang ketat. Dan menggunakan transport agent User Datagram Protocol (UDP) untuk saling berkomunikasi. UDP memiliki karakteristik yaitu connection less, adalah jaringan yang tidak memerlukan proses negosiasi atau lengsung mengirimkan pesan tanpa tahu tujuan itu ada atau tidak, dan unreliable adalah tidak adanya proses pemberitahuan ketika pengiriman data gagal. Berdasarkan kedua karakteristik tersebut memberikan kecepatan yang tinggi karena tidak melakukan proses negosiasi serta pemberitahuan pengiriman data gagal [10]. Komunikasi yang terjadi yaitu komunikasi antar kendaraan (vehicle to vehicle). 3.3.3 Pengolahan Hasil Simulasi Setelah simulasi dilakukan yaitu pada Network Simulator-2 (NS-234) maka akan menghasilkan file trace (.tr) yaitu data hasil simulasi protokol routing GSR. Kemudian file trace akan diolah menggunakan executable script file (.awk) sehingga didapat nilai dari average end to end delay dan dianalisis performansi average end to end delay dari protokol routing GSR. 3.3.4 Pengujian Perubahan Kepadatan Node Grafik dari Average End to End Delay berdasarkan data hasil pengujian performansi protokol routing GSR berdasarkan skenario perubahan kepadatan node dengan kecepatan yaitu 5 m/s dan 10 m/s.

Average End to End Delay (ms) Average End to End Delay (ms) ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2356 Perubahan Kepadatan Node 200 150 100 50 0 40 80 120 160 200 240 280 320 360 400 440 480 Jumlah Node (node) 10 m/s 5 m/s Gambar 4.3 Grafik average end to end delay pada perubahan kepadatan node Average End to End Delay merupakan rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh sebuah data untuk menempuh jarak dari titik sumber ke titik tujuan termasuk waktu proses dan waktu antri. Faktor utama yang mempengaruhi average end to end delay adalah waktu untuk menemukan rute, sedangkan faktor lain yang mempengaruhi average end to end delay adalah lama waktu proses. Waktu untuk menemukan rute berguna sebelum data dikirim, karena node sumber harus mengetahui terlebih dahulu rute untuk mencapai node tujuan dan lama waktu proses terjadi ketika node yang berada di tengah menerima sebuah pesan (data) maka node tersebut akan menganalisa header untuk mengetahui untuk siapa paket tersebut ditujukan, kemudian mengecek kemana harus meneruskan paket tersebut[6]. Pada Gambar 4.1 menunjukkan rata rata dari average end to end delay protokol routing GSR yang dilakukan sebanyak 5 kali pengujian dengan luas area 1000 m x 1000 m, kecepatan node yaitu 5 m/s dan 10 m/s serta jumlah kepadatan node sebanyak 40 sampai dengan 480 (dengan interval 40). Pada node dengan jumlah 40 pada Gambar 4.1 memiliki average end to end delay semakin menurun seiring dengan bertambahnya jumlah node, penurunan average end to end delay disebabkan oleh jarak antar node. Semakin jauh jarak yang terjadi pada antar node maka RLS tidak dapat menjangkau node tujuan. Protokol routing GSR yang didasarkan pada posisi geografis menyebabkan tidak ada jaminan bahwa node sumber selalu menemukan node tetangga yang cocok yaitu jarak node tetangga yang lebih dekat dengan node tujuan untuk meneruskan pesan. Ketika RLS tidak dapat menjangkau node tujuan maka RLS menganggapnya sebagai lokal maksimum yaitu kondisi dimana paket tidak dapat diteruskan jika tidak ada node yang memiliki koneksi ke node tetangga yang secara geografis lebih dekat dengan node tujuan daripada node tersebut, sehingga dalam meneruskan data protokol routing GSR yaitu buffer the packet, greedy forwarding dan menghitung ulang jalur terpendek. Data hasil pengujian pada Gambar 4.1 dapat dilihat pada lampiran A dan Lampiran B. Dari data pada Gambar 4.1 tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin bertambah kepadatan node, menyebabkan berkurangnya lokal maksimum yang terjadi sehingga nilai average end to end delay semakin kecil. 3.3.5 Pengujian Perubahan Kecepatan Node Berdasarkan data hasil pengujian performansi protokol routing GSR dengan skenario pengujian yaitu perubahan kecepatan node yaitu 2,5 m/s, 5 m/s, 7,5 m/s dan 10 m/s dan kepadatan 40 node dan 480 node. 200 100 Perubahan Kecepatan Node 0 2,5 5 7,5 10 Kecepatan Node (m/s) 40 node 480 node Gambar 4.2 Grafik average end to end delay pada perubahan kecepatan node

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2357 Pada Gambar 4.2 menunjukkan rata rata average end to end delay protokol routing GSR yang dilakukan sebanyak 5 kali pengujian dengan luas area 1000 m x 1000 m dengan kepadatan yaitu 40 node dan 480 node serta kecepatan node yaitu 2,5 m/s, 5 m/s, 7,5 m/s dan 10 m/s. Pada Gambar 4.1 memiliki average end to end delay semakin bertambah seiring dengan bertambahnya kecepatan node, bertambahnya average end to end delay disebabkan oleh jarak antar node. Semakin cepat node maka semakin jauh jarak yang terjadi pada antar node sehingga RLS tidak dapat menjangkau node tujuan hal ini disebabkan karena protokol routing GSR yang didasarkan pada posisi geografis menyebabkan tidak ada jaminan bahwa node sumber selalu menemukan node tetangga yang cocok yaitu jarak node tetangga yang lebih dekat dengan node tujuan untuk meneruskan pesan. Ketika RLS tidak dapat menjangkau node tujuan maka RLS menganggapnya sebagai lokal maksimum dan melakukan buffer the packet, greedy forwarding dan menghitung ulang jalur terpendek. Dari data pada Grafik 4.2 tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin bertambah kecepatan node, menyebabkan bertambahnya lokal maksimum yang terjadi sehingga nilai average end to end delay semakin besar. 4. Kesimpulan dan Saran 4.1 Kesimpulan Dari hasil pengujian dan analisa yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu: 1. Semakin bertambah kepadatan node, menyebabkan berkurangnya lokal maksimum yang terjadi sehingga nilai average end to end delay semakin kecil, yaitu 0 ms - 20 ms untuk kepadatan lebih dari 200 node pada kecepatan 5 m/s dan 10 m/s. 2. Semakin bertambah kecepatan node, menyebabkan bertambahnya lokal maksimum yang terjadi sehingga nilai average end to end delay semakin besar, yaitu 140 ms - 160 ms untuk kepadatan 40 node dan 2,5 ms 3 ms untuk kepadatan 480 node pada kecepatan lebih dari 2,5 m/s. 3. Dari hasil pengujian disimpulkan bahwa protokol routing GSR sesuai untuk daerah perkotaan, yang memiliki karakteristik jumlah node yang padat dan dengan kecepatan yang rendah. 4.2 Saran Untuk pengembangan penelitian lebih lanjut penulis memberikan beberapa saran yaitu pengujian terhadap komunikasi kendaraan dengan infrastruktur (V2I) dan Road Site Unit (RSU). DAFTAR PUSTAKA [1] Ram Shringar Raw, Sanoy Das, Performance Comparison Of Position-Based Routing Protocols in Vehicle-to-Vehicle (V2V) Communication, International Journal of Engineering Science and Technology (IJEST), vol. 3, pp. 435-444, 2011. [2] Bilal Mustafa & Umar Waqas Raja, Issues of Routing in VANET, Master Thesis Computer Science, pp. 18-32, 2010. [3] Michael Kasemann, Holger Fubler, Hannes Hartenstein & Martin Mauve, A Reactive Location Service for Mobile Ad Hoc Networks, 2002. [4] Yogie Tri Satria, Analisis Performansi Protokol Routing OLSR dan FSR Pada Simulasi Jaringan Vehicular Ad-Hoc Network (VANET), Bandung: Universitas Telkom, 2009. [5] D. C. &. Reena, Vehicular Ad Hoc Network (VANETs): A Review, International Journal of Innovative Research in Computer and Communication Engineering, vol. 3, no. 3, 2015. [6] A. V. Hutauruk, Simulasi dan Analisis Perbandingan Performansi Routing Protocol AODV & DSR Pada Vehicular Ad Hoc Network (VANET), Bandung: Universitas Telkom, 2015. [7] [Online]. Available: http://ns3-code.com/ns3-vanet-projects/. [8] Flury, R. and Wattenhofer, R., MLS: an efficient location service for mobile ad hoc networks, Proceedings of the 7th ACM International Symposium on Mobile Ad Hoc Networking and Computing, pp. 226-237, 2006. [9] Trung-Tuan Luong, Boon-Chong Seet & Bu-sung Lee, Local Maximum Avoidance with Correlated Street Blocking for Map-based Geographic Routing in VANETs, 2007. [10] Michael Behrisch, Laura Bieker, Jakob Erdmann & Daniel Krajzewicz, SUMO - Simulation of Urban Mobility An Overview, The Third International Conference on Advances in System Simulation, 2011. [11] The Network Simulator - ns-2, [Online]. Available: http://www.isi.edu/nsnam/ns/. [Diakses 26 April 2017]. [12] OpenStreetMap, [Online]. Available: https://openstreetmap.id/about/tentang-openstreetmap/. [Diakses 10 Juli 2017].

ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2358 [13] Purba Kuncara, Perbedaan TCP dan UDP, 10 May 2013. [Online]. Available: https://klikhost.com/perbedaan-tcp-dan-udp/. [Diakses 19 July 2017]. [14] Surmukh Singh & Sunil Agrawal, VANET Routing Protocols: Issues and Challenges, IEEE, 2014.