BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lele (Clarias sp.) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersil oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Rasa dagingnya yang enak, gurih dan warnanya yang putih membuat banyak digemari masyarakat, selain itu kandungan proteinnya juga cukup tinggi. Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi serta dapat hidup pada lingkungan dengan kadar oksigen rendah. Teknologi yang mudah dikuasai oleh masyarakat, pemasaran yang relatif mudah dan modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah menjadikan keunggulan tersendiri komoditas ini (Darseno, 2010). Ikan Lele Sangkuriang dapat tumbuh optimal jika memperoleh makanan dalam jumlah yang cukup dan gizi seimbang. Ikan ini memiliki sifat kanibal (memakan jenisnya sendiri) jika kekurangan asupan makanan. Oleh karena itu, dalam pemeliharaannya ikan ini tidak boleh terlambat dalam memberikan makanan. Asupan makanan yang diberikan diusahakan banyak mengandung protein, karbohidrat, lemak dan mineral. Pakan merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan Lele Sangkuriang. Pakan memiliki persentase tertinggi dalam biaya produksi antara 60 70 persen (Rasdi, 2002). Oleh karena itu, banyak para pembudidaya ikan lele Sangkuriang mengalami kerugian dikarenakan harga pakan yang mahal berkisar antara Rp 7.500,- sampai Rp 20.000,- (di tingkat pengecer ikan) sedangkan harga jual ikan lele Sangkuriang yang murah antara Rp 10.000,- sampai Rp 15.000,(petani Perum Panorama-Sumedang dan Pasar Tanjungsari-Bandung). Mahalnya pakan ikan saat ini karena permintaan terhadap tepung ikan sebagai bahan baku meningkat sejalan dengan bertambahnya kegiatan budidaya ikan. Hal ini menyebabkan permintaan tepung ikan bertambah dan harga tepung ikan semakin meningkat. 1
2 Komposisi pakan yang dibuat hampir 30% mengandung tepung ikan, hal ini mengakibatkan harga pakan ikan semakin tinggi karena harga tepung ikan terus naik di pasaran, dari asalnya Rp 8.000,-/kg sampai Rp 20.000,-/kg (komunikasi pribadi). Hal ini terjadi karena tepung ikan yang digunakan masih impor dari negara luar seperti Negara Chili dan Peru yang memang hasil ikan teri sebagai sumber utama tepung ikan banyak dihasilkan oleh ke dua negara tersebut. Jenis tepung ikan anchovetta dan menhaden dengan kandungan protein mencapai 60 62% (Mudjiman, 2008) sangat di sukai oleh pabrikan besar apalagi kontinuitas stok terjamin. Salah satu cara untuk mengurangi besarnya biaya pakan adalah dengan menambahkan pakan alternatif lain yang mempunyai nilai protein tidak jauh berbeda dengan tepung ikan. Limbah pasar adalah salah satu alternatif yang digunakan dalam penelitian ini. Limbah yang digunakan adalah limbah ikan tongkol. Berdasarkan uji proksimat yang dilakukan di Laboratorium Fakultas Peternakan Unpad menunjukan bahwa kandungan protein limbah ikan tongkol 40,61%. Selain itu juga harga limbah Ikan Tongkol yang sudah kering di Pasar berkisar antara Rp 1.500,-/kg sampai Rp 2000,-/kg (Pasar Ikan Caringin-Bandung), dengan harga limbah ikan tongkol yang relatif murah dibandingkan dengan tepung ikan dan juga nilai protein yang besar diharapkan bisa mengurangi harga pakan ikan yang terus melambung tinggi. Selain itu, dengan penggunaan limbah tepung ikan tongkol dapat mengurangi dampak sampah yang dapat meresahkan masyarakat dan juga pemerintah. Sejauh ini informasi mengenai penggunaan limbah ikan tongkol dalam pakan buatan belum banyak dilakukan terutama terhadap lele Sangkuriang, dengan demikian maka dibutuhkan suatu penelitian untuk menentukan tingkat penggunaan tepung limbah ikan tongkol yang optimal dalam pakan buatan yang dapat memberikan pertumbuhan lele Sangkuriang yang paling baik.
3 1.2 Identifikasi Masalah Seberapa besar pengaruh penggunaan limbah tepung ikan tongkol dalam pakan terhadap pertumbuhan lele Sangkuriang. 1.3 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan tepung limbah ikan tongkol terhadap pertumbuhan ikan lele Sangkuriang dan pada tingkat berapa menghasilkan pertumbuhan tertinggi. 1.4 Kegunaan Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai alternatif pakan sumber protein yang berasal dari limbah, dalam upaya menekan biaya produksi. 1.5 Kerangka Pemikiran Pakan buatan sangat tepat digunakan dalam budidaya perikanan secara intensif karena pakan buatan memiliki banyak keuntungan dibandingkan pakan alami, salah satunya adalah komponen nutrisi dalam komposisi pakan buatan mudah disesuaikan dengan kebutuhan ikan. Kebutuhan nutrisi ikan terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral (Sunarma, 2004). Protein merupakan salah satu zat makanan yang dibutuhkan ikan dan perlu dipenuhi guna mencapai pertumbuhan yang optimal. Pakan buatan adalah pakan yang disusun dan diformulasikan menggunakan bahan baku berbentuk tepung dengan bentuk tertentu disesuaikan dengan kebutuhan ikan (Murtidjo, 2001). Pakan merupakan faktor produksi paling dominan, maka perlu dibuat rancangan pakan ramah lingkungan. Pakan dapat dikatakan ramah lingkungan apabila tidak banyak sisa protein berupa nitrogen yang terbuang melalui feses dan urin. Hal tersebut dapat terjadi bila terdapat keseimbangan antara asam-asam amino esensial dan non-esensial yang tepat dan tingkat ketercernaan pakan yang baik sehingga pemanfaatan asam amino untuk pertumbuhan lebih efektif. Penyusunan pakan ikan yang memenuhi kebutuhan standar maupun produksi didukung oleh pemenuhan sumber protein dan energinya. Protein dalam pakan sangat
4 efisien sebagai sumber energi yang akan diserap dan dimanfaatkan untuk membangun atau memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak. Apabila pemenuhan protein dalam pakan kurang maka protein dalam jaringan yang lebih penting. Sebaliknya bila ketersediaannya berlebihan maka protein tersebut tidak tergunakan dan sintesisnya akan dikatabolisme dan buangan berupa nitrogen terutama amonia akan disekresikan ke perairan yang dapat diubah menjadi protein tubuh secara efisien (NRC 1993). Komposisi pakan yang dibuat hampir 30% mengandung tepung ikan, hal ini mengakibatkan harga pakan ikan semakin tinggi, karena harga tepung ikan terus naik di pasaran. Naiknya harga pakan mengakibatkan kerugian bagi para pembudidaya ikan lele Sangkuriang karena tidak seimbangnya biaya pakan dengan hasil yang didapat. Oleh karena itu, para pembudidaya mencoba mencari pakan alternatif maupun pakan tambahan agar bisa menekan biaya pakan. Salah satu bahan alternatif dalam pakan ikan yang tidak jauh berbeda dengan tepung ikan adalah tepung limbah ikan tongkol. Berdasarkan uji proksimat yang dilakukan di Laboratoriumm Fakultas Peternakan Unpad kandungan nutrisi limbah ikan tongkol adalah protein kasar 40,61%, lemak kasar 12,64%, serat kasar 0,23%, abu 30,37%, Energi 2951 Kkal/Kg, air 21,55% dan BETN 15,79%. Kandungan protein yang tinggi dapat disimpulkan bahwa limbah tepung ikan tongkol dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan sumber protein pada ikan untuk mengurangi biaya pakan seperti tepung ikan. Kebutuhan protein pakan untuk setiap jenis ikan memang belum ada petunjuk yang baku. Secara umum disebutkan bahwa ikan membutuhkan makanan yang mengandung protein kurang lebih 20-60% degan kadar optimum 30-36% (Khairuman, 2002). Akan tetapi, jika makanan buatan tersebut digunakan sebagai makanan pokok, tanpa ditunjang makanan alami maka kadar proteinnya perlu dinaikkan sampai 40% (Mudjiman, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2002) menyatakan bahwa tepung limbah ikan mempunya kadar protein cukup tinggi, yaitu 35,5%. Penelitian yang dilakukan oleh Abun, dkk (2004), membuktikan bahwa limbah ikan tuna yang terdiri atas kepala, isi perut, daging dan tulang yang diolah melalui proses pembuatan silase menghasilkan pengolahan terbaik pada limbah tuna dengan menambahkan asam organik 3% menghasilkan kandungan protein kasar sebesar 30%, lemak kasar 8,5%
5 dan energi metabolisme 3004 kkl/kg. penelitian yang dilakukan oleh Abun, dkk (2007) membuktikan bahwa limbah tuna pada produk olahan biologis memiliki nilai kecernaan bahan kering sebesar 74,53%, protein kasar 70,32% dan bahan organik 73,37%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Priljani (1995) menunjukan bahwa penggantian tepung ikan dalam pakan oleh limbah pengolahan ikan sampai 50% atau 7,5% dari total keseluruhan bahan pakan, menghasilkan pertumbuhan ayam pedaging secara nyata. Hasil penelitian yang dilakukan Nurhamsyah (2002), menunjukan bahwa pemberian tepung limbah ikan tuna sampai dengan 10% dalam ransum berpengaruh positif terhadap bobot akhir dan imbangan efisiensi protein pada ayam boiler, sedangkan berdasarkan penelitian Probosasongko (2003) bahwa dengan penambahan pakan ikan oleh silase jeroan ikan patin sebesar 25% terhadap pertumbuhan ikan patin manunjukan hasil pertumbuhan yang maksimum dan juga menurut penelitian Trisandi (2012) dengan penambahan limbah olahan ikan pada pakan buatan sampai 25% dapat meningkatkan pertumbuhan ikan patin. 1.6 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat ditarik hipotesis, bahwa dengan penambahan tepung limbah ikan tongkol dalam pakan buatan sebesar 25% dapat meningkatkan petumbuhan benih ikan lele Sangkuriang.