BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum(rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). 1 Pernyataan tersebut secara tegas tercantum dalam Penjelasan Umum Undang- Undang Dasar 1945. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Sebagai negara hukum, Indonesia menerima hukum sebagai ideologi untuk menciptakan ketertiban, keamanan, keadilan serta kesejahteraan bagi warga negaranya. Konsekuensi dari itu semua adalah bahwa hukum mengikat setiap tindakan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia. Hukum pada dasarnya bertujuan untuk mencapai kedamaian hidup bersama, yang merupakan keserasian antara ketertiban dengan ketentraman. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa hukum juga merupakan sebuah norma. Hukum yang berupa norma dikenal dengan sebutan norma hukum, dimana hukum mengikatkan diri pada masyarakat sebagai tempat bekerjanya hukum tersebut. Lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang dan hewan dijalan. Dalam melakukan kegiatan dalam berlalu lintas diperlukan suatu peraturan yang dapat digunakan untuk menjadi pedoman masyarakat dalam berlalulintas, sehingga pelanggaran lalu lintas tidak terjadi. Namun, meskipun berbagai peraturan telah dibuat, tetap saja pelanggaran lalu lintas kerap terjadi, bahkan tidak sedikit yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas. 2 Lalu lintas di dalam undang-undang no 22 tahun 2009 didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan, sedang yang dimaksud dengan ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa jalan dan fasilitas pendukung. Pelanggaran lalu lintas tertentu atau yang sering disebut dengan tilang 1 C.S.T. Kansil. 1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia (Cet ke-8). Balai Pustaka: Jakarta.Hal. 346 2 Poerwadarminta.2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka 1
2 merupakan kasus dalam lingkup hukum pidana yang diatur dalam UU Nomor 14 tahun 1992. Hukum pidana mengatur perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh undang-undang dan berakibat diterapkannya hukuman bagi siapa saja dan memenuhi unsur-unsur perbuatan yang disebutkandalam undang-undang pidana. 3 Namun seringkali dalam penyelesaian perkara pelanggaran lalu lintas tidak sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Banyak kasus pelanggaran lalu lintas yang diselesaikan ditempat oleh oknum aparat penegak hukum atau polentas, dengan kata lain perkara pelanggaran tersebut tidak sampai proses menurut hukum. Damai di tempat memiliki arti yaitu kesepakatan antara oknum polisi dengan pelanggar lalu lintas yang menyalesaikan masalah di tempat ( kejadian perkara ). Berdasarkan Undang-Undang No 22 Tahun 2009 telah di atur tentang bagaimana cara berlalu lintas dijalan raya agar dapat terciptanya keamanan,ketertiban dan kelancaran berlalu lintas seperti yang dijelaskan didalam Undang Undang. Hukum pidana juga dikenal dua jenis perbuatan yaitu kejahatan dan pelanggaran, kejahatan ialah perbuatan yang tidak hanya bertentangan dengan undang-undang tetapi juga bertentangan dengan nilai moral, nilai agama dan rasa keadilan masyarakat, contohnya mencuri, membunuh, berzina, memperkosa dan sebagainya. Sedangkan pelanggaran ialah perbuatan yang hanya dilarang oleh undang-undang, seperti tidak memakai helm, tidak menggunakan sabuk pengaman dalam berkendara, dan sebagainya.pelanggaran lalu lintas tertentu atau tilang yang sering biasanya adalah pelanggaran terhadap Pasal 54 mengenai kelengkapan surat kendaraan SIM. SURYAMALANG.COM, KLOJEN Pelanggaran aturan lalu lintas yang dilakukan pelajar dan mahasiswa sering terjadi di Kota Malang.Berdasarkan data 3 Badrurokhimin. Aksi Damai Saat Ditilang. http://badrurokhimin.blogspot.co.id/ 2015/06. Diakses Tanggal 12 Februari 2016 pukul 12.35 WIB
3 yang dihimpun Surya dari Polres Malang Kota, ada 37 kasus kecelakaan yang melibatkan pelajar sejak bulan Juli hingga kini.dari data tersebut, tercatat ada tiga orang meninggal dunia, dan sisanya mengalami luka ringan. Meski demikian, polisi mencatat bahwa mereka melanggar aturan lalu lintas karena tak mengantongi SIM saat berkendara.selain itu, gelaran Operasi Zebra Semeru 2015 Polres Malang Kota pada 22 Oktober hingga 4 November 2015 juga menghasilkan pelanggaran dengan jumlah 2.340 pengendara.sebanyak 60 persen diantaranya masih berstatus pelajar atau mahasiswa.pelanggaran yang terjaring beragam, mulai dari melanggar rambu-rambu, tidak menggunakan helm saat berkendara, tidak memiliki SIM saat mengendarai kendaraan, hingga surat-surat yang tidak lengkap dan perlengkapan kendaraan yang tidak standart.kasatlantas Polres Malang Kota AKP David Triyo Prasojo mengatakan, pihaknya tidak memberikan toleransi terkait dengan pelanggaran yang terjadi. Sanksi tegas berupa tilanglangsung diterapkan, petugas saat mengetahui ada pelanggaran. Operasi Zebra ini digelar dengan tujuan meningkatkan kesadaran dan kepatuhan masyarakat di bidang Keamanan Keselamatan Ketertiban dan Kelancaran Berlalulintas (Kamseltibcarlantas). Harapannya, dengan operasi zebra ini, kesadaran masyarakat tentang keselamatan berlalulintas semakin tinggi, kata David.Selain 2.340 kendaraan roda dua, Operasi Zebra 2015 yang digelar juga berhasil menindak 149 kendaraan roda 4 (mobil). Seperti roda dua, pelanggaran roda empat paling banyak adalah karena melanggar rambu-rambu, dan kelengkapan surat-surat. Total hasil operasi zebra adalah 2.404, terdiri 2340 roda dua dan 149 roda empat, katanya.david juga menjelaskan, jika jumlah pelanggaran tersebut menurun dibandingkan dengan tahun 2014. David mengatakan tahun 2014 total jumlah pelanggaran kendaraan yang terjaring operasi zebra 2628.Begitupun dengan tingkat kecelakaan, David memaparkan kecelakaan lalu lintas kini menurun hingga 57 persen dibanding tahun lalu.david menambahkan jumlah pelanggar yang besar ini bukan berarti mencerminkan kesadaran lalu lintas di Kota Malangrendah. Razia ini kami fokuskan pada pelanggaran lalu lintas di titik-titik blackspot, atau rawan kecelakaan, karena operasi ini juga bertujuan untuk menekan angka kecelakaan lalu lintas, imbuh David. 4 Menurut pendapat saya pelanggaran lalu lintas khususnya yang dilakukan oleh pelajar di bawah umur yang tidak memiliki SIM sangat memprihatinkan. Menurut sepengetahuan saya tentang SIM pelajar bisa tetap mendapatkan SIM meskipun usianya di bawah umur dengan menggunakan SIM khusus pelajar sama halnya dengan SIM yang digunakan oleh penyandang disabilitas. Seharusnya pemerintah pusat khususnya pihak berwajib lebih mensosialisasikan tentang SIM 4 Adrianus Adri. 2015 http://suryamalang.tribunnews.com/2015/11/07/ironis-warga-malangyang-kena-tilang-justru-dodominasi-kalangan-pelajar?page=2. Diakses tanggal 21 Maret 2016 pukul 10.45 WIB
4 khusus yang digunakan oleh pelajar di bawah umur agar dalam berkendara sepeda motor pada saat bersekolah tidak melanggar peratuaran yang berlaku. Pelajar juga harus lebih kritis dalam melakukan pengamanan untuk dirinya sendiri dalam hal berkendara sepeda motor dijalan raya bukan hanya masalah SIM tentang pemakaian helm serta mengerti tentang rambu-rambu lalu juga harus dimengerti oleh pengguna jalan raya. Setiap orang wajib memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) untuk dapat mengemudikan kendaran bermotor di Jalan. Surat Izin Mengemudi atau SIM berfungsi sebagai bukti kompetensi (kemampuan) seseorang dalam mengemudi kendaraan bermotor dan juga sebagai registerasi data pengemudi kendaraan bermotor yang digunakan untuk mendukung penyelidikan, penyidikan dan identifikasi forensik kepolisian. Di Indonesia, pihak yang menerbitkan Surat Izin Mengemudi (SIM) adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI). Setiap Calon pengemudi harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti persyaratan usia, administratif, kesehatan dan lulus ujian untuk dapat memperoleh Surat Izin Mengemudi (SIM) yang diinginkan. Indonesia memiliki kriteria sendiri mengenai pemberian SIM kepada para pengendara motor. Berdasarkan adanya kenyataan tersebut diatas yang melatar belakangi penulis untuk memilih judul :Fenomena Damai Di Tempat Dalam Penyelesaian Pelanggaran Lalu Lintas Berdasarkan Undang-Undang Lalu Lintas No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.
5 B. Rumusan Masalah Dalam suatu penelitian, perumusan masalah merupakan hal yang penting, agar dalam penelitian dapat lebih terarah dan terperinci sesuai dengan tujuan yang dikehendaki. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana bentuk bentuk fenomena damai di tempat (tilang) seperti apa? 2. Apakah ada pertentangan damai ditempat dengan aturan hukum yang berlaku? C. Tujuan Penulisan Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan dari penulisan ialah : 1. Agar masyarakat umum mengetahui seperti apa bagaimana bentuk-bentuk fenomena damai ditempat yang terjadi di lingkungan masyarakat seharihari. 2. Agar masyarakat umum mengetahui bahwa ada aturan hukum yang berlaku dan berwenang menangani kasus mengenai damai ditempat D. Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin dicapai oleh penulis dalam skripsi ini mencakup manfaat akademis dan manfaat praktis, sebagai berikut : 1. Manfaat Akademis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat akademis, dengan memberikan sebuah wawasan baru atau memberikan gambaran yang berguna bagi pengembangan dan penelitian secara lebih jauh terhadap ilmu
6 hukum, sehingga diharapkan akan mendapatkan hasil yang bermanfaat dan berguna untuk masa yang akan datang. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan informatif yaitu sebagai bahan masukan informasi bagi masyarakat tentang memberikan pemaparan dan pengetahuan kepada para pengguna jalan raya tentang pentingnya mentaati aturan hukum serta menerapkannya. E. Kegunaan Penelitian Dengan tercapainya penelitian ini, maka penulis berharap penelitian ini dapat memberikan beberapa kegunaan diantaranya : 1. Kegunaan Praktis a. Bagi Penulis Selain sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum, harapannya melalui penelitian ini dapat menambah wawasan penulismemberikan beberapa pemahaman mengenai bagaimana penanganan mengenai kejadian damai di tempat yang sering dilakukan oleh pelanggar. b. Bagi Instansi Penegak Hukum Dengan diadakannya penelitian ini, harapannya penelitian ini akan menjadi sebuah informasi kepada para penegak hukum. Menyajikan bahan pertimbangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai wacana untuk membenahi penegakan hukum sesuai dengan peraturan undang-undang yang berlaku. c. Bagi Masyarakat
7 Dengan diadakannya penelitian ini, harapannya dapat memberikan informasi mengenai kesadaran hukum dan tertip lalu lintasterhadap kasus-kasus yang berhubungan dengan pelanggaran lalu lintas khususnya dalam hal tilang. d. Kegunaan Teoritis Karya tulis ini dibuat dengan harapan dapat memberikan pandangan dan benar-benar bergunan bagi pihak-pihak akademisi, instansi penegakan hukum, masyarakat maupun penulis terhadap rangkuman permasalahan yang diangkat dalam karya tulis ini. F. METODE PENELITIAN 1. Metode Penulisan Untuk memperoleh data-data yang dihubungkan dengan penulisan skripsi ini, penulis mengunakan metode sebagai berikut : Dalam penulisan hukum ini menggunakan metode penelitian yang sesuai untuk memperoleh informasi dan data data yang akan mempermudah pengambilan sebuah kesimpulan yang dapt dipertanggungjawabkan antara lain : a. Metode Pendekatan Metode yang digunakan dalam penulisan ini yaitu lebih menitik beratkan kepada studi lapang terhadap fenomena hukum yang telah terjadi di masyarakat.metode pendekatan Sosiologi hukum adalah suatu pengkajian hukum positif, yang cenderung menyangkut
8 persoalan-persoalan hukum dalam hubungan dengan peraturan peraturan hukum yang berlaku. b. Penetuan Lokasi Dalam penulisan hukum ini penulis memilih lokasi penelitian guna mendapat data data yang relevan serta akurat untuk membantu hasil penulisan hukum ini, yaitu penelitian dengan mengambil lokasi di wilayah hukum kota malang tepatnya di daerah Blimbing, Landungsari, Suhat c. Jenis dan Sumber Data 1) Data Primer Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari lokasi penelitian yang berfungsi sebagai data utama yaitu hasil wawancara peneliti dengan pihak yang bersangkutan yaitu warga masyarakat yang melakukan pelanggaran. 2) Data Skunder Data Skunder adalah data yang diperoleh dari kepustakaan, dokumen-dokumen, buku-buku yang berhubungan dengan penelitian dalam bentuk jurnal dan peraturan perundang-undangan yang terkait. 3) Data Tesier Data Tersier adalah bahan hukum yang diperoleh dari ensiklopedia, kamus hukum dan lain sebagainya. Penulis menggunakan bahan hukum tersier guna memberikan petunjuk atau penjelasan
9 bermakna terhadap bahan hukum Primer dan bahan hukum Skunder. 4) Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data, penulis ini menggunakan teknik pengumpulan data penelitian yakni sebagai berikut : a) Wawancara atau Interview Wawancara atau Interview yaitu suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya jawab langsung pada pihak terkait yaitu pihak yang terkena tilang warga masyarakat yang melanggar. b) Studi Dokumen Studi Dokumen yaitu berupa pengumpulan data-data yang dimiliki oleh para pihak, berupa catatan catatan yang digunakan oleh penulis untuk membantu melengkapi data data yang kurang dalam penulisan hukum ini. c) Studi Kepustakaan Studi Kepustakaan yaitu berupa pengumpulan data-data dari bahan pustaka yang dianggap berkesinambungan dengan hal-hal yang akan diuraikan baik dari buku maupun dari internet. 5) Metode Analisis Data Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Metode analisi deskriptif adalah suatu gambaran dengan cara pengumpulan data dan informasi yang diperoleh dari data primer dan skunder secara jelas, sehingga
10 nantinya dapat ditarik sebuah kesimpulan dari berbagai masalah yang ada. G. RENCANA SISTEMATIKA PENULISAN Pada penelitian ini, penulis membagi pembahasan ke dalam empat bab, dimana setiap bab dibagi atas beberapa sub-bab, sistematika penulisannya secara singkat adalah sebagai berikut: BAB I Bab ini memuat hal-hal yang melatarbelakangi pemilihan topik dari penulisan skripsi dan sekaligus menjadi pengantar umum di dalam memahami penulisan secara keseluruhan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II Bab ini akan menguraikan dan menjelaskan berbagai teori-teori hukum yang dapat mendukung penelitian dalam membahas dan menjawab rumusan mengenai ketaatan dan ketidaktaatan hukum pengendara sepeda motor maupun mobil yang berlalu lintas di jalan raya terhadap aturan lalu lintas dengan cara melanggarnya khususnya pada kasus tilang. BAB III Bab ini berisi penulis akan menjawab, menguraikan dan menganalisa secara rinci dan jelas terkait rumusan masalah yang berhubungan dengan objek yang diteliti yaitu berkenaan dengan ketaatan dan ketidaktaatan hukum pengendara sepeda motor mobil yang berlalu lintas di jalan raya terhadap terhadap aturan lalu lintas dengan cara melanggarnya khususnya pada kasus tilang.
11 BAB IV Bab terakhir ini adalah kesimpulan yang merupakan kristalisasi hasil analisis dan intepretasi yang dirumuskan dalam bentuk pernyataan dan merupakan jawaban atas identifikasi masalah.