BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. percakapan tidak tertulis bahwa apa yang sedang dipertuturkan itu saling

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI,2007:588).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah: 1) rancangan atau buram surat, dsb; 2) ide atau pengertian

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur (speech art) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

ETNOGRAFI KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

II. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA IKLAN KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki fungsi yang terpenting yaitu sebagai alat komunikasi untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa,

II. LANDASAN TEORI. Istilah implikatur diturunkan dari verba to imply yang berarti menyatakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

ANALISIS PENYIMPANGAN MAKSIM KERJASAMA DAN AKSIM KESOPANAN DALAM WACANA KARTUN PADA URAT KABAR KOMPAS (TINJAUAN PRAGMATIK)

BAB 1 PENDAHULUAN. Prinsip kerja..., Ratih Suryani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM NOVEL BULAN TERBELAH DI LANGIT AMERIKA KARYA HANUM SALSABIELA RAIS DAN RANGGA ALMAHENDRA SKRIPSI OLEH WAHYUNA ADITA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang tindak tutur belum begitu banyak dilakukan oleh mahasiswa di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula.

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20)

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 31

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam semua aktivitas kehidupan masyarakat disana. Variasi bahasa ini

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA

BAB I PENDAHULUAN. gagasan serta apa yang ada dalam pikirannya. Agar komunikasi dapat berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan bahasa tulis salah satu

PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNANLEECH DALAM DIALOG FILM MY STUPID BOSSKARYA UPI AVIANTODAN RELEVANSINYATERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sebuah alat komunikasi. Alat komunikasi tersebut digunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adi Dwi Prasetio, 2015

III. METODE PENELITIAN. Dalam setiap melakukan penelitian dibutuhkan suatu metode yang tepat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

II. LANDASAN TEORI. bahasa dari aspek pemakaian aktualnya. Adapun hal-hal yang akan dibahas

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang dipertuturkan itu. Di antara penutur dan mitra tutur terdapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

ERIZA MUTAQIN A

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

I. PENDAHULUAN. komunikasi, melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan (berkomunikasi)

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Menurut Chaer (2007) tuturan dapat diekspresikan melalui dua

BAB I PENDAHULUAN. hasil perkembangan ilmu dan teknologi tersebut. Iklan terdiri dari dua

PERAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI ALAT PEMERSATU DI KALANGAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL MODERN (PTM) KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai media penyampaian informasinya. dipergunakan dalam wacana humor. Penggunaan bahasa yang biasa saja

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

Transkripsi:

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Implikatur Penutur dan mitra tutur dapat secara lancar berkomunikasi karena mereka berdua memiliki kesamaan latar belakang pengetahuan tentang sesuatu yang dipertuturkan itu. Di antara penutur dan mitra tutur terdapat semacam kontrak percakapan tidak tertulis bahwa apa yang sedang dipertuturkan itu saling dimengerti (Rahardi, 2005:42). Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa implikatur sangat dipengaruhi oleh konteks yang melatarbelakangi ujaran peserta pembicara. Konteks tersebut memudahkan pembicara untuk menangkap makna implikatur. 2.1.2 Konteks Konteks berasal dari Bahasa Latin contexerce yang berarti menjalin bersama. Kata konteks merujuk pada keseluruhan situasi, latar belakang, atau lingkungan yang berhubungan dengan dirinya, yang terjalin bersama.jadi, peneliti menyimpulkan bahwa konteks merupakan latar belakang pengetahuan yang dimiliki oleh penutur dan lawan tutur. Hymes (dalam Chaer, 2004:48), seorang pakar linguistik terkenal mengatakan bahwa suatu peristiwa tutur harus memenuhi delapan komponen yang bila huruf-huruf pertamanya dirangkaikan menjadi SPEAKING. Kedelapan komponen itu adalah: 7

1. S (Setting and Scane), 2. P (Participants), 3. E (Ends), 4. A (Act Sequence), 5. K (Keys), 6. I (Intrumentalities), 7. N (Norm of Interaction), 8. G (Genres). Setting berkenaan dengan tempat dan waktu tuturan berlangsung, sedangkan scene mengacu pada situasi tempat dan tempat atau situasi psikologis pembicaraan. Waktu, tempat, dan situasi tuturan yang berbeda dapat menyebabkan penggunaan variasi bahasa yang berbeda. Berbicara di lapangan sepak bola pada waktu ada pertandingan sepak bola dalam situasi yang ramai tentu berbeda dengan pembicaraan di ruang perpustakaan pada waktu banyak orang membaca dan dalam keadaan sunyi. Di lapangan sepak bola, kita boleh berbicara keras-keras, tetapi di ruang perpustakaan harus seperlahan mungkin. Participants adalah pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa pembicaraan dan pendengaran, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima (pesan). Dua orang bercakap-cakap dapat berganti pesan sebagai pembicaraan dan pendengar, tetapi dalam hal khotbah di mesjid, khotib sebagai pembicara dan jemaah sebagai pendengar tidak dapat bertukar pesan. Status sosial partisipan sangat menentukan ragam bahasa yang digunakan. Misalnya, seorang anak akan menggunakan ragam atau gaya bahasa yang berbeda apabila berbicara 8

denganorang tua atau gurunya bila dibandingkan kalau ia berbicara dengan teman sebayanya. Ends merujuk pada maksud dan tujuan pertuturan. Peristiwa tutur yang terjadi di ruang pengadilan bermaksud untuk menyelesaikan suatu kasus perkara, namun para partisipan di dalam peristiwa tutur itu mempunyai tujuan yang berbeda. Jaksa ingin membuktikan kesalahan terdakwa, pembela berusaha membuktikan bahwa terdakwa tidak bersalah, sedangkan hakim berusaha memberikan keputusan yang adil. Act sequence mengacu pada bentuk ujaran dan isi ujaran. Bentuk ujaran ini berkenaan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaannya, dan apa hubungan antara yang dikatakan dengan topik pembicaraan. Bentuk ujaran dalam bentuk umum, dalam percakapan biasa, dan dalam pesta adalah berbeda. Begitu juga dengan isi yang dibicarakan. Keys mengacu pada nada, cara, dan semangat di mana suatu pesan disampaikan; dengan senang hati, dengan serius, dengan singkat, dengan sombong, dengan mengejek, dan sebagainya. Hal ini dapat juga ditunjukkan dengan gerak tubuh dan isyarat. Instrumentalities mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur lisan, tertulis, melalui telegraf atau telepon. Instrumentalis ini juga mengacu pada kode ujaran yang digunakan, seperti bahasa, ragam dialek atau register. Norm of interaction mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi. Misalnya, yang berhubungan dengan cara berinterupsi, bertanya dan sebagainya. Juga mengacu pada norma penafsiran terhadap ujaran dan lawan bicara. 9

Genres mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi, pepatah, doa, dan sebagainya. 2.1.3 Novel Novel adalah jenis prosa yang mengandung unsur tokoh, alur, latar rekaan, yang menggelarkan kehidupan manusia atas dasar sudut pandang pengarang dan mengandung nilai hidup, diolah dengan teknik lisan dan ragaan yang menjadi dasar konvensi penulisan (Teeuw, 1984:136). Jadi, novel adalah jenis prosa baru setelah puisi dan drama yang menyajikan peristiwa kehidupan pada saat novel itu diciptakan. Novel mengandung unsur tokoh, alur, rekaan, yang biasanya disebut dengan unsur intrinsik. Novel mengandung sejarah dan dokumen kehidupan yang diperankan oleh tokoh di dalam novel. Adapun unsur di luar karangan, yaitu berupa faktor sosial, agama, politik, dan ekonomi, disebut dengan unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik hadir untuk memperkuat sisi kehidupan yang nyata dalam novel. 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Pragmatik Yule (1996:3) mengemukakan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan penutur (penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (pembaca). Tipe studi ini melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan. Diperlukan suatu pertimbangan tentang bagaimana cara penutur mengatur apa yang ingin mereka katakan, yang sesuai dengan orang 10

yang mereka ajak bicara, di mana, kapan, dan dalam keadaan apa. Pragmatik mengkaji lima hal, yaitu deiksis, pranggapan, tindak tutur, implikatur, dan struktur wacana.jadi, peneliti menyimpulkan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang penggunaan bahasa di dalam komunikasi khususnya hubungan antara konteks dan situasi tempat kalimat digunakan. Dalam penelitian ini, pembicaraan mengenai kajian pragmatik lebih dibatasi pada implikatur. 2.2.2 Implikatur Menurut Grice (dalam Nababan, 1987:28), implikatur adalah maksud suatu ucapan atau apa yang diimplikasi. Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa implikatur merupakan penghubung antara yang dikatakan atau dengan yang dimaksudkan. Menurut Gunpers (dalam Lubis, 1993:68), inferensi (implikatur) adalah proses interpretasi yang ditentukan oleh situasi dan konteks. Menurut Grice (dalam Soemarno, 1988:171), ada kaidah yang mencakup peraturan bagaimana percakapan yang dapat dilakukan secara efektif dan efisisen. Kaidah ini terdiri atas dua pokok kaidah, yaitu: (1) prinsip kooperatif yang menyatakan katakan apa yang diperlukan pada saat terjadinya percakapan dengan memegang tujuan dari percakapan itu, (2) empat maksim percakapan yang terdiri atas maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevan, dan maksim pelaksanaan. Di bawah ini diuraikan satu persatu Prinsip Kerja Sama (PKS) rumusan Grice (dalam Purba, 2002:49-54), yaitu: 1. Maksim Kuantitas (MKuan) 11

Setiap peserta percakapan/pembicaraan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sesuai dengan yang diperlukan. (1) Sumbangan Anda seinformatif yang dibutuhkan; dan (2) Jangan memberikan sumbangan atau keterangan lebih informatif daripada yang diperlukan. Contoh MKuan adalah: (1) A: Apakah Anda sudah sarapan? B: Ya, sudah. Dalam dialog (1) antara A dan B terdapat kerja sama yang baik karena B benar-benar memberikan kontribusi secara kuantitas memadai dan mencukupi. (2) A: Apakah Anda sudah sarapan? B: Belum. Istri dan anak-anak saya sejak kemarin berlibur di Yogyakarta. Saya bangun kesiangan sehingga saya tidak sempat masak. Dalam dialog (2) antara A dan B tidak terdapat kerja sama yang baik karena B memberikan kontribusi yang berlebihan. Kontribusi B yang berupa informasi istri dan anak-anak yang berlibur di Yogyakarta, bangun kesiangan, dan tidak sempat masak belum diperlukan oleh A. 2. Maksim Kualitas (MKual) Setiap peserta pembicaraan harus mengatakan hal yang sebenarnya. Kontribusi peserta pembicaraan harus didasarkan bukti atau fakta yang memadai. (1) Jangan Anda katakan apa yang Anda anggap salah, dan (2) Jangan katakan apa yang Anda tidak dapat mendukung dengan bukti yang cukup. 12

Contoh MKual adalah: (1) Riza: Sri, Dewi kuliah di mana, ya? Sri: Dia tidak kuliah di USI seperti kau, tapi di UISU. Dalam dialog (1) Sri memberikan kontribusi yang melanggar maksim kualitas. Hal itu menimbulkan Riza berpikiran agak lama untuk mengetahui mengapa Sri memberikan kontribusi seperti itu yang ia anggap salah. Riza tidak mengharapkan Sri memberikan kontribusi seperti itu. Dengan bukti-bukti yang memadai akhirnya Riza mengetahui bahwa Sri salah karena membandingkan Riza yang kuliah di UISU sedangkan Dewi di USI. Dari jawaban Sri itu dapat diketahui bahwa kuliah di UISU lebih baik daripada di USI. Dengan demikian, jawaban Sri itu merupakan suatu ejekan bagi Riza. (2) Riza: Sri, Dewi kuliah dimana, ya? Sri: Dia kuliah di UISU, Universitas Islam Sumatera Utara. Dalam dialog (2) jawaban Sri dianggap sudah menyatakan atau memberikan kontribusi yang sebenarnya. Dengan demikian, jawaban Sri sudah benar. 3. Maksim Hubungan atau Relevansi (MRel) Setiap peserta pembicaraan harus memberikan kontribusi yang berhubungan atau relevan dengan masalah pembicaraan. (1) Perkataan Anda harus relevan atau berhubungan atau sesuai; dan (2) Berikan informasi yang relevan saja. Contoh MRel adalah: (1) Fajar: Dimana kotak permenku? 13

Firman: Di kamar belajarmu. Dalam dialog (1), informasi yang disampaikan Firman ada relevansinya dengan pertanyaan Fajar. Jawaban Firman, Di kamar belajarmu ada relevansinya dengan pertanyaan Fajar, Di mana kotak permenku?. (2) Fajar: Dimana kotak permenku? Firman: Anak-anak masuk ke dalam kamar belajarmu pagi tadi. Dalam dialog (2), informasi yang disampaikan Firman ada relevansinya dengan pertanyaan Fajar dengan nalar sebagai berikut. Walaupun Firman tidak mengetahui jawaban itu dapat membantu Fajar mendapatkan jawaban yang benar karena jawaban yang benar Fiman mengandung implikasi bahwa mungkin anak-anaklah yang memakan permen atau gula-gula tersebut, atau mereka setidak-tidaknya tahu di mana permen itu. 4. Maksim Cara atau Maksim Pelaksanaan (MPel) Setiap peserta pembicara berbicara secara langsung, tidak kabur, tidak taksa (ambigu), dan tidak berlebihan serta runtut. (1) Hindari ketidakjelasan atau kekaburan (2) Hindari kesibukan (3) Hindari kata-kata berlebihan yang tidak perlu (4) Anda harus berbicara teratur. Contoh MPel adalah: (1) Ucok: Siapa teman Anda orang Korea itu? Ujang: K-I M E-O-K S-O-O. Ucok: Bengong. 14

Dalam dialog (1), jawaban Ujang merupakan jawaban yang kabur atau tiddak jelas karena jawabannya dilakukan dengan mengeja. Nama orang itu KIMEOKSOO dalam bahasa Korea yang ditulis dengan huruf Hanggul, tetapi pengucapannya dieja sehingga mengaburkan bagi pendengarnya, yaitu Ucok. (2) Ucok: Itu dia, guru baru datang. Ujang: Dia guru baru? Ucok: Bukan. Dalam dialog (2), kalimat yang disampaikan Ucok, Guru baru datang menimbulkan ketaksaan atau mengandung makna lebih dari satu, yaitu Guru, baru datang dan Guru baru, datang. (3) Orang tua murid: Atas perhatian, kebijaksanaan, dan kemurahan hati Bapak, saya ucapkan beribu banyak terima kasih. Guru: Sama-sama. Dalam dialog (3) dapat dilihat bahwa sebenarnya pernyataan yang disampaikan oleh orang tua murid itu berlebihan. Dia mengatakan Atas perhatian, kebijaksanaan, dan kemurahan hati Bapak, saya ucapkan beribu banyak terima kasih. Sebenarnya orang tua murid itu cukup dengan mengucapkan, Atas perhatian Bapak, saya ucapkan terima kasih, atau Atas kebijaksanaan Bapak, saya ucapkan terima kasih. Kalimat-kalimat itu lebih efektif daripada kalimat-kalimat yang diucapkan orang tua murid itu. (4) Tini: Bagaimana rumah yang baru Anda beli? Tono: Alhamdulillah, cukup memuaskan bagi keluarga saya. Dalam dialog (4), dapat dinilai betapa jelas dan runtut informasi yang disampaikan oleh Tono. Tono memberi informasi tentang rumah yang baru 15

dibelinya dengan menggunakan bahasa yang efektif, bahasa yang digunakan bersesuaian dengan konsep yang ingin disampaikan, yaitu tentang rumah yang baru dibelinya sehingga menimbulkan kejelasan bagi Tini. 2.2.3 Prinsip Kesantunan (PS) Prinsip kesantunan juga termasuk kaidah yang perlu diperhatikan oleh setiap peserta percakapan agar komunikasi berjalan dengan nyaman dan penuh kesantunan. Prinsip kesantunan yang sampai dengan saat ini dianggap paling lengkap, paling mapan, dan relatif paling komprehensif telah dirumuskan oleh Leech (1983). Kemudian Tarigan (dalam Rahardi, 2005:59) menerjemahkan maksim-maksim dalam PS yang dirumuskan oleh Leech (1983) sebagai berikut. 1. Maksim Kebijaksanaan (MKb) (1) Kurangi kerugian orang lain. (2) Tambahi keuntungan orang lain. 2. Maksim Kedermawanan (MKd) (1) Kurangi keuntungan diri sendiri. (2) Tambahi pengorbanan diri sendiri. 3. Maksim Penghargaan (MPh) (1) Kurangi cacian pada orang lain. (2) Tambahi pujian pada orang lain. 16

4. Maksim Kesederhanaan (MKh) (1) Kurangi pujian pada diri sendiri. (2) Tambahi cacian pada diri sendiri. 5. Maksim Permufakatan (MPf) (1) Kurangi ketidaksesuaian antara diri sendiri dengan orang lain. (2) Tingkatkan persesuaian antara diri sendiri dengan orang lain. 6. Maksim Kesimpatian (MKs) (1) Kurangi antipati antara diri sendiri dengan orang lain. (2) Perbesar simpati antara diri sendiri dengan orang lain. (Tarigan, 1990: 82-83) 17

2.3 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan oleh peneliti, maka ada beberapa sumber yang relevan untuk membantu penelitian ini. Tresnawati (2005), dalam skripsinya yang berjudul Implikatur Percakapan Sebagai Unsur Utama Pengungkapan Humor dalam Wacana Komedi Situasi Bajai Bajuri, membahas tentang perwujudan prinsip kerja sama, prinsip kesantunan, dan tipe-tipe humor atas dasar motivasi, topik, dan teknik penciptaannya sebagai penyebab timbulnya implikatur percakapan yang menjadi unsur utama pengungkapan humor. Metode yang digunakan dalam penelitiannya ini adalah metode deskriptif bersifat kualitatif. Untuk mengumpulkan data, dia menggunakan metode simak dan data dianalisis dengan menggunakan metode padan. Dia menggunakan teori implikatur percakapan yang diungkapkan Grice dan prinsip kesantunan yang diungkapkan Leech. Dari hasil analisis penelitiannya diperoleh temuan bahwa ternyata bukan hanya pelanggaran yang menimbulkan implikatur percakapan, namun bentuk pematuhan terhadap prinsip kerja sama Grice, prinsip kesantunan Leech, dan tipe-tipe humor berdasarkan topik, motivasi, dan teknik penciptaannya pun dapat menimbulkan implikatur percakapan dengan maksud menerangkan apa yang mungkin diartikan, disiratkan, atau dimaksudkan oleh penutur di dalam suatu percakapan yang berfungsi sebagai unsur utama pengungkapan humor. Penelitiannya ini memberi sumbangan bagi peneliti dalam menganalisis prinsip kesantunan/sopan santun. Nasution (2009), dalam tesisnya yang berjudul Implikatur Percakapan dalam Acara Debat Kandidat Calon Kepala Daerah DKI Jakarta, membahas 18

tentang prinsip kerja sama dalam maksim percakapan yang dilanggar ataupun yang sulit dihindari dalam debat kandidat calon kepala daerah DKI Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah metode deskriptif bersifat kualitatif. Untuk mengumpulkan data, dia menggunakan metode simak dan data dianalisis dengan menggunakan metode padan. Dia menggunakan teori implikatur percakapan yang diungkapkan Grice dalam penelitiannya. Dari hasil analisis penelitiannya diperoleh temuan bahwa telah terjadi pelanggaran maksim percakapan yang dilakukan oleh para calon cagub dan cawagub yaitu maksim kualitas, maksim relevansi, maksim kuantitas, dan maksim cara. Pelanggaran terjadi disebabkan tanggapan-tanggapan yang dikemukakan para kandidat tidaklah relevan terhadap pertanyaan panelis, tidak jelas, kurang memiliki bukti, dan memberikan informasi lebih dari yang ditanyakan. Tesis ini bermanfaat bagi penulis dalam memahami prosedur penelitian deskriptif-kualitatif, mengetahui cara menganalisis data, dan menggunakan teori implikatur pada data yang akan dianalisis. Astuti (2011), dalam skripsinya yang bejudul Analisis Implikatur Percakapan Tokoh Chieko dalam Novel Koto Karya Yasunari Kawabata, membahas tentang implikatur percakapan yang timbul akibat terjadinya pelanggaran prinsip kerja sama Grice serta alasan terjadinya pelanggaran tokoh Chieko dalam novel Koto karya Yasunari Kawabata. Metode yang digunakan dalam penelitiannya ini adalah metode kualitatif dengan analisis deskriptif. Teori yang digunakan dalam penelitiannya ini adalah teori implikatur percakapan yang diungkapkan Grice dalam penelitiannya. Hasil dari penelitiannya ini adalah bahwa dalam 22 ujaran Chieko yang dinyatakan melanggar maksim tutur, terdapat 14 19

pelanggaran maksim relevansi, 10 pelanggaran maksim kuantitas, 8 pelanggaran maksim kualitas, dan 7 pelanggaran maskim cara. Berdasarkan analisis data implikatur-implikatur tersebut muncul untuk alasan, (1) Penutur ingin memberikan informasi kepada mitra tutur, (2) penutur ingin mengalihkan pembicaraan, (3) Penutur ingin menjaga kesopanan, (4) Penutur ingin menutupi sesuatu yang tidak ingin diketahui oleh mitra tutur, (5) Penutur ingin menolak secara halus, (6) Penutur ingin meminta sesuatu kepada mitra tuturnya, (7) Penutur ingin memperoleh informasi dari mitra tutur. Penelitiannya ini memberi sumbangan bagi peneliti dalam memahami penggunaan teori implikatur percakapan pada data percakapan di novel. Nurhidayati (2013), dalam skripsinya yang berjudul Implikatur Percakapan Iklan Produk Kosmetik di Televisi: Tinjauan Pragmatik, membahas tentang implikatur percakapan yang digunakan iklan produk kosmetik di televisi, dan jenis-jenis tindak tutur ilokusi yang terdapat dalam bahasa iklan produk kosmetik di televisi. Teori yang digunakan dalam penelitiannya ini adalah teori implikatur oleh Grice dan tindak tutur oleh Austin dan Searle. Metode yang digunakan dalam penelitiannya ini adalah metode simak dan dianalisis menggunakan metode padan. Hasil penelitiannya ini menunjukkan bahwa implikatur percakapan iklan produk kosmetik di televisi terjadi karena melanggar maksim-maksim percakapan yang dikemukakan Grice. Maksim-maksim yang dilanggar adalah maksim kuantitas, maksim kualitas, dan maksim cara. Iklan produk kosmetik di televisi memiliki jenis implikatur konversasional. Bahasa iklan produk di televisi ini juga ditemukan tiga jenis tindak tutur yaitu: (1) tindak lokusi, (2) tindak ilokusi, dan (3) tindak perlokusi. Berdasarkan lima kategori 20

tindak tutur ilokusi yang dikemukakan Searle, disimpulkan bahwa bahasa iklan produk kosmetik di televisi mengandung ilokusi representatif jenis mengusulkan, direktif jenis menyuruh, komisif jenis menawarkan, dan ekpresif jenis memuji. Penelitiannya ini memberi sumbangan bagi peneliti dalam memahami teori implikatur percakapan. Mukaromah (2013), dalam skripsinya yang berjudul Analisis Pelanggaran Prinsip Kerja Sama dan Prinsip Kesopanan dalam Kolom Sing Lucu pada Majalah Penjebar Semangat edisi Februari-Juni 2012 membahas tentang jenis dan bentuk pelanggaran prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan. Metode yang digunakan dalam penelitiannya ini adalah metode deskriptif. Teknik pengumpulan data digunakan teknik simak. Di dalam penelitiannya tersebut ditemukan pada prinsip kerja sama yaitu pelanggaran maksim kuantitas sebanyak 41 tuturan, maksim kualitas sebanyak 8 tuturan, maksim relevansi sebanyak 16 tuturan, dan maksim pelaksanaan sebanyak 4 tuturan. Pada prinsip kesopanan yaitu pelanggaran maksim kebijaksanaan sebanyak 8 tuturan, maksim penerimaan sebanyak 2 tuturan, maksim kemurahan sebanyak 30 tuturan, maksim kerendah hati sebanyak 11 tuturan, maksim kecocokan sebanyak 17 tuturan, dan maksim kesimpatian sebanyak 2 tuturan. Penelitiannya ini memberi sumbangan bagi peneliti dalam menganalisis prinsip kesopanan/kesantunan. 21