BAB I PENDAHULUAN. ini berisikan mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penjual. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008

Judul : Analisis Pendapatan Usaha Warung Tradisional Dengan Munculnya Minimarket Di Kota Denpasar Nama : Ida Ayu Sima Ratika Dewi NIM :

BAB I PENDAHULUAN. bersaing ketat di dalam industri ritel. Banyak pemain yang mencoba menjalankan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membuat sebagian besar rakyat Indonesia terjun ke bisnis ritel. Bisnis ritel

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan

I. PENDAHULUAN. Lapangan Usaha * 2011** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi Indonesia. Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia (Aprindo)

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. Pasar ritel di Indonesia merupakan pasar yang memiliki potensi besar

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak dibidang perdagangan eceran (retail) yang berbentuk toko,

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan perekonomian Indonesia. Berdasarkan data AC Nielsen tahun 2008,

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar modern di Indonesia saat ini menunjukkan angka yang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Bisnis ritel modern di Indonesia tetap menunjukkan pertumbuhan di

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis ritel modern di Indonesia saat ini berkembang semakin pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Circle K

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia diwajibkan untuk saling membantu satu sama lain,

POLA SPASIAL DISTRIBUSI MINIMARKET DI KOTA KOTA KECIL

SUKSES BISNIS RITEL MODERN

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. untuk tetap menggunakan produk yang dihasilkan perusahaan tersebut. berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi/membujuk, dan/atau

BAB I PENDAHULUAN. pembeli, antara dunia usaha dan masyarakat. Pasar memainkan peranan yang amat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya

KEGIATAN USAHA DAN PERKEMBANGAN MINIMARKET DI KABUPATEN BADUNG

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah antara lain: UU No. 22 Tahun 1999 dan Undang-undang. penyusunan aturan di tingkat daerah dalam bentuk Perda.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia saat ini mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan saat ini nyaris tidak dapat dilepaskan dari pasar.

BAB I PENDAHULUAN. produk dan jasa yang tersedia. Didukung dengan daya beli masyarakat yang terus

Judul : Pengaruh Retail Marketing Mix

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk mengetahui image dari suatu produk dipasar, termasuk preferensi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapatkan poin saat berbelanja di ritel tersebut. tahun 1990-an. Perkembangan bisnis Hypermarket merek luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang maju dan

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa pada tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel, juga disebabkan oleh semakin banyaknya bisnis ritel luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri ritel nasional yang semakin berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. langsung. Disadari atau tidak bisnis ritel kini telah menjamur dimana-mana baik

2015 PASAR FESTIVAL ASTANA ANYAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia dihadapkan pada berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel Indonesia, merupakan industri yang strategis bagi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari profit orientied kepada satisfied oriented agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. eceran di tengah-tengah masyarakat menjadi semakin penting. Peranan industri

BAB I PENDAHULUAN. eceran di Indonesia yang telah berkembang menjadi usaha yang berskala

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, namun perekonomian Indonesia mampu tumbuh dalam tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dahulu keinginan dan kebutuhan, konsumen pada saat ini dan yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. dampak positif juga memberi dampak negatif terutama ditunjukkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan jalan sebagai bagian dari sektor transportasi memiliki peran untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada perkembangan era globalisasi saat ini, kondisi perekonomian di

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

BAB I PENDAHULUAN. supermarket, minimarket dan convienence store di Indonesia semakin tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Pada era 1970 s/d 1980-an, format bisnis ini terus berkembang.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis eceran, yang kini populer disebut bisnis ritel, merupakan bisnis yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan penduduk maka semakin besar pula tuntutan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia banyak tertolong oleh sektor perdagangan ritel. Industri ritel

BAB I PENDAHULUAN. 1 Peraturan Daerah No 2 tahun 2002 tentang Perpasaran Swasta.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2016 MODEL KEMITRAAN BISNIS DONAT MADU CIHANJUANG

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Tradisional, Ruang untuk Masyarakat yang semakin Terpinggirkan.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap total Gross Domestic Product (GDP) Indonesia, maupun daya serap

BAB I PENDAHULUAN. bidang ritel, terutama sejak masuknya investor asing di bisnis ini. Saat ini, jenis-jenis

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG. baik minimarket, supermarket, departmen store, hypermarket, dan mall. Hasil

PASAR FESTIVAL INDUSTRI KERAJINAN DAN KULINER JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Sedangkan ritel modern adalah sebaliknya, menawarkan tempat

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis UKDW

BAB I PENDAHULUAN. menjadi semakin meningkat dan beragam seiring dengan perkembangan tersebut.

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi di Indonesia yang demikian pesat tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. sektor yang memiliki prospektif peluang besar dimasa sekarang maupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih cenderung berbelanja ditempat ritel modern. Semua ini tidak lepas dari pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk sebagai salah satu komponen dalam system wilayah atau. barang dan jasa. Sehingga kegiatan ekonomi erat kaitannya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia bisnis ritel di Indonesia telah berkembang demikian pesat sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum bidang usaha ritel atau pengecer modern di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. atas usaha pemenuhan akan kebutuhan tersebut. Usaha untuk menjual barang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, baik itu berupa kebutuhan material maupun non- material. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 230 juta merupakan. pasar potensial bagi bisnis ritel modern. Dalam sepuluh tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang ingin berhasil dalam persaingan pada era milenium harus

BAB I PENDAHULUAN UKDW. banyak bermunculan perusahaan dagang yang bergerak dibidang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menerima produk/jasa yang dihasilkan oleh bisnis tersebut. Oleh karenanya

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, akan dijelaskan secara singkat tentang jenis penelitian yang akan diteliti, mengapa, dan untuk apa penelitian ini dilakukan. Secara terinci bab ini berisikan mengenai latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, masalah apa yang terjadi dan mencari penyelesaiannya, apa tujuan penelitian ini, dan apa manfaat akademis dan praktisnya baik untuk pemerintah, masyarakat dan untuk peneliti itu sendiri. 1.1 Latar Belakang Tingkat keberhasilan suatu kegiatan usaha sangat ditentukan dari keberadaan lokasi dari usaha tersebut. Lokasi yang dimaksud merupakan keterkaitan tata ruang dari suatu kegiatan ekonomi. Kondisi geografis dan sumber daya akan memperngaruhi terhadap keberadaan lokasi dari aktifitas ekonomi dan sosial. Dalam industri ritel lokasi merupakan faktor kunci yang menentukan keberhasilan ritel. Pertumbuhan pembangunan lokasi pusat-pusat perbelanjaan dan dicanangkannya era-otonomi daerah memicu pertumbuhan industri ritel modern yang cukup pesat di Indonesia. Keberadaan industri ritel modern di Indonesia telah dimulai pada tahun 1962 ditandai dengan berdirinya Sarinah building yang diabadikan dengan sebuah nama departemen store yang dicanangkan oleh PT SARINAH (PERSERO) yang kemudian diikuti oleh ritel terbesar Jepang yaitu Sogo. Pada awal tahun 1970 menjadi awal masuknya ritel 1

2 asing di Indonesia, industri ritel asing tersebut tumbuh dan berkembang pesat hingga sampai saat ini (Gumilang, 2011). Pada tahun 1998 pemerintah Indonesia melakukan kesepakatan antara IMF mengenai perijinan pengusaha asing untuk berinvestasi dan melakukan kegiatan usaha tanpa harus menggandeng pengusaha lokal. Kesepakatan ini memberikan peluang bagi pengusaha lokal dan asing karena Indonesia memiliki potensi persebaran ritel sangat besar dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia. Berdasarkan data dari Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (2014) Pada tahun 2013 perkembangan ritel modern tumbuh 11% dengan pendapatan mencapai Rp 150 trilliun. Dari tahun ke tahun jumlah ritel modern tumbuh mengalami peningkatan yang signifikan. Tumbuh berkembangnya ritel modern secara garis besar cenderung berlokasi pada pusat kota yang dikenal sebagai sentralisasi lokasi ritel. Secara spasial tumbuh kembang ritel modern dapat membentuk pola desentralisasi yang diakibatkan adanya pengaruh perubahan permintaan, perubahan organisasi ritel, kondisi tanah/geografi, tenaga kerja, dan perubahan teknologi dan kebijakan perencanaan. Penyebaran industri ritel modern dimulai dari kota-kota besar di Indonesia tidak hanya terpusat di Pulau Jawa, tetapi menyebar pada daerah-daerah lainnya seperti Bali, Sumatra dan Kalimantan. Jenis usaha perdagangan ritel modern di Indonesia salah satunya di Kota Denpasar merupakan jenis perdagangan yang sangat strategis, karena mampu menyerap tenaga kerja setelah sektor pertanian. Industri ritel modern terus tumbuh dan berkembang seiring adanya potensi pasar dan daya beli masyarakat yang

3 semakin meningkat. Pertumbuhan masyarakat dengan perekonomian kelas menengah dan gaya hidup memicu pertumbuhan bisnis minimarket, dimana kondisi ini memberikan kemudahan dalam memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat Kota Denpasar. Di Kota Denpasar perkembangan industri ritel modern telah berubah menjadi tidak hanya sekedar tempat belanja tetapi juga dimanfaatkan sebagai tempat bertemu dan berkumpul bersama teman dan kerabat, khususnya bagi konsumen yang berusia muda. Salah satu ritel modern yang mengalami pertumbuhan yang cukup pesat di Kota Denpasar tadalah ritel modern jenis minimarket dengan konsep waralaba atau yang disebut juga dengan franchise (Kusuma dan Bagus, 2010). Konsep industri tersebut memudahkan para pelaku usaha dan pemodal untuk memiliki dan mengelola bisnis ritel. Dilihat dari segi kualitas produk ritel modern memberikan kualitas produk yang terjamin, kenyaman, aksesibilitas yang mudah, ketersediaan kelengkapan perbelanjaan, sistem pembayaran yang modern, sistem pelayanan dengan SDM yang berpengalaman. Perkembangan minimarket yang cepat juga tidak terlepas dari faktor pola konsumsi masyarakat yang dari warung/ toko tradisional ke jenis minimarket. Menurut Kusuma dan bagus (2010) didalam tuliasnnya perkembangan toko modern kenyataanya telah berkembang dan menjamur berada pada daerah strategis disepanjang jalan Kota Denpasar. Sesuai dengan jenis minimarketnya, minimarket waralaba memiliki strategi pemasaran dengan menonjolkan merek atau logo tertentu yang memudahkan masyarakat untuk mengenali jenis

4 minimarket tersebut. Minimarket waralaba dengan pemodal besar juga berpeluang untuk mengembangkan dan menyebarkan hingga di kawasan strategis salah satunya pusat kegiatan pariwisata. Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Denpasar tahun 2014 jumlah ritel berjumlah 136 unit dengan rincian: (88 memiliki jaringan, 48 milik perorangan), 2 unit hypermarket, 3 unit Supermarket. Jumlah minimarket waralaba tebanyak di Kota Denpasar yaitu dengan brand Circle K. Minimarket Circle K mulai berdiri dari tahun 2007 dengan kosentrasi jumlah gerai terbanyak berada di Kecamatan Denpasar Barat. Keberhasilan usaha tersebut tidak lain dikarenakan keberhasilan pemilihan lokasi sehingga keberadaannya mampu bertahan dari tahun ketahun hingga saat ini. Kecamatan Denpasar Barat merupakan bagian Kota Denpasar yang merupakan kota metropolis dengan pusat daerah perdagangan didalamnya. Sebagai kawasan perdagangan didukung oleh adanya pembangunan infrasturktur yang memadai meliputi jalur transportasi, telekomunikasi, jaringan utilitas dan lain sebagainya. Tingginya aktifitas masyarakat kota yang hampir terjadi 24 jam menyebabkan tingginya kebutuhan hidup masyarakat. Melihat potensi tersebut dan guna memenuhi kebutuhan berbelanja masyarakat yang lebih optimal minimarket saat ini membuka gerainya hingga 24 jam. Era modern sekarang ini, konsumen tidak hanya sekedar berbelanja untuk memenuhi kebutuhan hidup baik secara fungsional melainkan merupakan sebuah pencitraan gaya hidup yang lebih bergengsi. Perubahan gaya hidup dan teknologi mengadirkan sistem belanja yang praktis, bersih dengan tampilan modern dalam sistem belanja pada minimarket.

5 Pada lokasi jalan-jalan tertentu tidak jarang terdapat lebih dari dua jenis minimarket waralaba. Persaingan minimarket dapat terjadi antar sesama minimarket ataupun minimarket dengan warung/toko tradisional. Persaingan yang ketat membuat pemilik minimarket tidak memperdulikan keberadaan minimarket yang saling berdekatan. Selain itu, keberadaan lokasi yang berdekatan juga memberikan keuntungan bagi minimarket tersendiri dikarenakan konsumen dapat dengan mudah dan terpusat untuk berbelanja. Dalam industri minimarket pemilihan lokasi merupakan kunci utama suksesnya minimarket tersebut. Dengan kata lain, pemilihan lokasi merupakan faktor utama dalam mengembangkan usaha minimarket waralaba yang nantinya memudahkan konsumen mendapatkan barang kebutuhannya. Lokasi merupakan faktor utama yang mendukung tumbuh pesatnya kegiatan penjualan barang dan jasa yang mendukung kegitan pertumbuhan ekonomi. Pemilihan lokasi usaha perdagangan sangat erat kaitannya dengan fungsi tata ruang sebagai suatu kegiatan ekonomi. Pemilihan lokasi yang memperngaruhi kegiatan ekonomi selalu dikaitkan dengan alokasi kondisi geografis wilayah dari sumber daya yang terbatas yang pada gilirannya akan berpengaruh dan berdampak terhadap lokasi berbagai aktivitas baik ekonomi ataupun sosial (Sirojuzilam, 2006). Dari data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kecamatan Denpasar Barat Tahun 2014 jumlah minimarket waralaba di Kecamatan Denpasar Barat yaitu sebanyak 23 gerai. Jumlah tersebut terdiri dari jenis minimarket brand Circle K sebanyak 14 gerai, Indomaret sebanyak 4 gerai, Alfa Mart sebanyak tiga gerai,

6 dan Alfa Midi sebanyak dua gerai,. Pertumbuhan minimarket waralaba yang sangat cepat, cenderung tidak terkendali dan terarah mengakibatkan timbul berbagai masalah salah satunya yang menyebabkan industri kecil seperti warung/toko tradisional tersisih dan termarginalkan. Sejalan dengan tingkat pendapatan masyarakat, pendidikan, gaya hidup masyarakat yang memperngaruhi pola belanja, sehingga industri minimarket waralaba berkembang pesat di Kecamatan Denpasar Barat. Kondisi ini tidak lepas dari meningkatnya perkembangan pemukiman, padatnya lalulintas dan adanya daerah pusat perdagangan yang terpusat di Jalan Teuku Umar, Jalan Imam Bonjol hingga Jalan Dipoenogoro. Perkembangan minimarket yang semakin cepat dan pada akhirnya menyebabkan terpinggirkannya warung/toko tradisional, oleh karena itu adanya upaya pembatasan toko modern telah dilakukan mulai dari adanya regulasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat maupun daerah. Mulai dari adanya Keppres No. 99 Tahun 1998 tentang bidang/jenis usaha untuk usaha kecil dan bidang/jenis usaha yang terbuka untuk usaha menengah atau usaha besar dengan syarat kemitraan yang sekarang sudah tidak berlaku lagi, Keppres No. 96 Tahun 2000 tentang bidang usaha tertutup dan terbuka bagi penanam modal asing, sekarang ini sudah tidak berlaku lagi dan yang terkhir adanya Perpres No. 112 Tahun 2007 tentang penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan, toko modern. Regulasi yang berubah-ubah pada akhirnya menimbulkan permasalahan yang erat kaitannya dengan aspek keruangan/spasial khususnya terkait keberadaan lokasi minimarket yang berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan, termasuk sistem jaringan jalan lingkungan pada

7 kawasan pelayanan lingkungan (perumahan) di dalam kota/perkotaan (Perpres No. 112 Tahun 2007 pasal 5 ayat 1 dan 2 poin ke-4). Mengacu dari Perpres tersebut berdampak kepada makin banyaknya industri minimarket terlebih dengan konsep waralaba yang berimbas pada aspek persaingan kegiatan ekonomi. Menjamurnya minimarket jenis waralaba yang agresif sebagai salah satu efek dari era globalisasi ekonomi dimana pelaku industri minimarket yang justru mengejar keberadaan konsumen dengan melihat kondisi-kondisi strategis. Kondisi ini sulit dikendalikan akibat adanya supply dan demand di masyarakat. Aspek yang muncul terkait fungsi keruangan adalah munculnya alih fungsi lahan kearah ritelisasi, munculnya kemacetan pada ruas-ruas jalan, penurunan daya dukung lingkungan kota. Proses pemberian ijin pendirian minimarket waralaba sebenarnya telah diatur dalam Perwali Nomor 9 tahun 2009 oleh pemerintah Kota Denpasar namun yang sangat disayangkan dilakukan secara tidak transparan dan terlebih sering terjadi berbenturan dengan berbagai kepentingan individu maupun kelompok didalamnya. Terkait dengan mekanisme regulasi daerah adanya Perwali Nomor 9 tahun 2009 secara spasial juga belum mampu memberikan, lokasi minimarket yang ideal, dan perlindungan terhadap eksistensi warung/toko tradisional sehingga usaha kecil dengan kepemilikan pribadi seperti ini mampu bersaing. Perkembangan kondisi tata ruang Kecamatan Denpasar Barat berkembang dari sisi timur/pusat kota kearah barat, utara, timur dan selatan. pemanfaatan lahan sebagian besar diperuntukkan sebagai pemukiman dan pusat perdagangan dan jasa pada jalur-jalur transportasi. Seiring dengan kondisi tersebut pola pemanfaatan

8 ruang di Kecamatan Denpasar Barat tersebut akan diikuti oleh perkembangan minimarket waralaba secara besar-besaran melihat potensi-potensi yang ada. Berdasarkan fenomena diatas, maka penting untuk dilakukannya penelitian mendasar tentang mengetahui faktor-faktor pemilihan lokasi dan sebaran minimarket waralaba di Kecamatan Denpasar Barat. Penelitian yang dilakukan diharapkan mampu menjelaskan dan memaparkan faktor-faktor pemilihan lokasi minimarket waralaba, faktor utama pemilihan lokasi terhadap karakteristik pemanfaatan lahan dan kecenderungan sebaran minimarket waralaba di Kecamatan Denpasar Barat. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan paparan yang telah diuraikan pada latar belakang diatas, dapat dijabarkan beberapa permasalahan yang nantinya akan dianalisis pada penelitian ini antara lain : 1. Apakah faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi minimarket waralaba di Kecamatan Denpasar Barat? 2. Apakah yang menjadi faktor utama pemilihan lokasi minimarket waralaba terkait karekteristik pemanfaatan lahan di Kecamatan Denpasar Barat? 3. Bagaimanakah kecenderungan perebaran minimarket waralaba di Kecamatan Denpasar Barat? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan uaraian pada judul penelitian, latar belakang, dan pokok permasalahan, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

9 1. Mengetahui faktor-faktor yang menjadi pertimbangan pemilihan lokasi minimarket waralaba di Kecamatan Denpasar Barat. 2. Mengetahui faktor utama pemilihan lokasi minimarket waralaba terkait karekteristik pemanfaatan lahan di Kecamatan Denpasar Barat. 3. Mengetahui kecenderungan perebaran minimarket waralaba di Kecamatan Denpasar Barat. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini nantinya akan memiliki manfaat akademis dan praktis diantaranya: 1.4.1 Manfaat Akademis: Pengayaan teori bagi mahasiswa arsitektur mengenai strategi pemilihan lokasi ritel modern khususnya minimarket waralaba dan pola sebaran minimarket waralaba di Kecamatan Denpasar Barat. Merupakan bagian perencanaan wilayah (regional planning), serta manajemen pembangunan perkotaan (urban development management). Selain itu, penelitian ini adalah dapat memperkaya wawasan serta memberikan pengetahuan melalui penelitian mengenai faktorfaktor pemilihan lokasi minimarket waralaba, faktor-faktor utama pemilihan lokasi terhadap pemanfaatan lahan dan mengetahui pola sebaran minimarket waralaba di Kecamatan Denpasar Barat. 1.4.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis penelitian ini diharapkan dapat berguna dan memberikan sumbangan bagi pemerintah, masyarakat, dan peneliti. Masing-masing memperoleh manfaat yang dijabarkan sebagai berikut:

10 1. Rekomendasi bagi pemerintah untuk memberikan masukan yang mampu menampung semua kepentingan yang mampu mengakomodasi kepentingan industri ritel, masyarakat, dan pemerintah Kota Denpasar. Perhatian terhadap keberadaan warung/toko tradisional sebagai penunjang ekonomi kerakyatan setelah maraknya pendirian minimarket waralaba di Kecamatan Denpasar Barat. Sehingga, nantinya pemerintah diharapkan mampu merumuskan kebijakan yang mampu melindungi kepentingan ekonomi sektor informal. 2. Rekomendasi bagi masyarakat pemilik warung/toko tradisional yaitu mampu memberikan gambaran keberadaan minimarket waralaba dan faktor pemilihan lokasi minimarket waralaba di Kecamatan Denpasar Barat, Sehingga masyarakat pemilik warung tradisional mampu mengambil tidakan untuk keberlangsungan usaha mereka. 3. Bagi peneliti, diharapkan mendapatkan suatu temuan awal sebagai input bagi peneliti selanjutnya dalam kajian tata ruang kota dan menjadi masukan dalam studi perencanaan kota dan manajemen pembangunan perdesaan dan perkotaan di Kecamatan Denpasar Barat pada khususnya, serta menjadi pedekatan dalam perencanaan kota-kota di Bali yang berwawasan budaya dan ekonomi kerakyatan pada umumnya.