BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang

BAB I PENDAHULUAN. budaya (Trianto, 2010:171). Tujuan utama dari pendidikan IPS adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), merupakan muatan wajib

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan mulai dari tingkat sekolah dasar. Pendidikan Ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Materi dalam pembelajaran IPS mengandung konsep-konsep yang lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menunjang keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. nasional, pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal maupun pendidikan non formal, dilihat dari instansi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

balik antara guru dan siswa dalam suatu situasi pendidikan. Oleh karena itu, guru dalam menyampaikan pembelajaran dituntut untuk mampu menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

Lathifatus Sa adah 1 Soewalni Soekirno 2 dan Anggit Grahito Wicaksono 3 ABSTRAK

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dari Sekolah Dasar sampai pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

seperti adanya fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah seperti bangunan sekolah yang baik, juga tersedia alat atau media pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pada siswa untuk menghadapi kehidupan di masyarakat dapat bertanggung

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. terampil, bermartabat, bermoral dan berkualitas. Usaha perbaikan mutu

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan upaya yang dapat mempercepat pengembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. aktif yaitu ditandai adanya rangkaian kegiatan terencana yang melibatkan

278 Penerapan Metode Sosiodrama...

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

I. PENDAHULUAN. Fokus kegiatan pembelajaran di sekolah adalah interaksi pendidik dan siswa

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang penting di

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh orang dewasa (pendidik) kepada orang yang belum dewasa

1. PENDAHULUAN. dikarenakan sasaran dari pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I.PENDAHULUAN. seutuhnya, sangatlah tepat. Konsep Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa,

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional yang saat ini diberlakukan mempunyai tuntutan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

BAB I PENDAHULUAN. pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka. Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara yang ditempuh manusia untuk

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

BAB I PENDAHULUAN. negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Pendidikan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SDN KESAMBEN 06 KABUPATEN BLITAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. anak untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. digunakan sebagai pijakan untuk mencapai hal yang diinginkan atau hal yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam membina kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang

I. PENDAHULUAN. Rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu masalah yang terus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah pilar kehidupan suatu bangsa. Masa depan suatu bangsa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Berdasarkan UU No. 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tahapan-tahapan kegiatan mengubah sikap dan perilaku seseorang melalui pelatihan.

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah adalah pembelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ai Nunung Muflihah,2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengaplikasikan materi ajar yang didapatnya di kelas ke dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk menciptakan manusia yang cerdas, trampil

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk memanusiakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara

BAB I PENDAHULUAN. pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengajar yaitu terdapatnya interaksi antara siswa dan guru. Belajar menunjuk. dan evaluasi pembelajaran (Hamalik, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berdasarkan fungsi pendidikan nasional peran guru menjadi kunci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan aspek-aspek politik, ekonomi, budaya dan lingkungan dari

BAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di sekolah dasar merupakan langkah awal untuk mencapai keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan mengembangkan kemampuan, sikap, dan perilaku ke arah lebih baik. Keberhasilan tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa di sekolah dan lingkungan sekitarnya. Keberhasilan proses belajar tersebut akan mempengaruhi kualitas pendidikan yang dipengaruhi oleh lingkungan dan komponen yang ada di sekolah. Kualitas pembelajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar saja, tetapi juga dilihat dari proses yang dialami siswa selama pembelajaran berlangsung. Sanjaya (2010:2) menyimpulkan kualitas pembelajaran dilihat dari dua sisi yaitu sisi proses dan sisi hasil belajar. Siswa akan mengalami proses selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Proses berkaitan dengan pola perilaku atau aktivitas yang dilakukan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasil belajar berkaitan dengan perubahan tingkah laku yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai dampak dari pengalaman yang diterima selama proses pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran merupakan suatu sistem. Ada berbagai komponen yang berpengaruh di dalam proses pembelajaran dari komponen lingkungan sekolah, kurikulum, sarana dan prasarana serta guru sebagai pendidik. Proses 1

2 pembelajaran tidak akan berjalan jika hanya dijalankan oleh salah satu komponen saja. Guru merupakan salah satu komponen yang menentukan keberhasilan pembelajaran karena guru yang akan mengelola komponen-komponen lain seperti mengelola kelas, sarana dan prasarana, serta menyusun perangkat pembelajaran. Pembelajaran yang berlangsung harus menarik bagi siswa. Arifin (2010:11) menyimpulkan pembelajaran harus bersifat interaktif dan komunikatif. Berkualitas atau tidaknya proses pembelajaran dan hasil belajar tergantung pada kemampuan dan perilaku guru dalam mengemas dan mengelola pembelajaran. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran noneksak. IPS berhubungan dengan pengetahuan tentang gejala sosial yang selalu dialami setiap individu di lingkungan sekitarnya. Trianto (2007:124) menyimpulkan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Pendidikan IPS diharapkan dapat membangun motivasi dan meningkatkan aktivitas siswa. Siswa diharapkan memiliki sikap yang positif dalam mempersiapkan diri memecahkan masalah-masalah sosial dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Trianto (2007:128) Tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.

3 Tujuan pembelajaran IPS dapat mencapai sasaran apabila pengembangan potensi siswa dalam proses pembelajaran dapat diberdayakan dengan baik dan tepat sasaran sehingga siswa dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatkan ketika masuk dalam kehidupan di masyarakat, seperti berinteraksi dengan teman, guru, orang tua maupun orang lain yang ada di sekitarnya. Pelaksanaan pembelajaran IPS memerlukan model pembelajaran yang inovatif dan kreatif untuk mencapai keberhasilan pembelajaran. Hal ini diperlukan oleh guru agar pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Upaya yang dapat diterapkan yaitu melalui model pembelajaran kooperatif, di mana dalam pembelajaran kooperatif siswa akan bekerja sama dengan teman yang lain. Berdasarkan temuan di lapangan dengan melakukan observasi dan wawancara kepada guru kelas V SDN Kesamben 06 Kabupaten Blitar pada tanggal 27 November 2013, kendala yang dihadapi dalam pembelajaran bahwa model pembelajaran yang digunakan masih kurang menarik sehingga siswa mudah bosan. Jadi, beberapa siswa menjadi kurang aktif dan aktivitas belajar siswa secara umum menunjukkan relatif kurang dan rendah. Hal ini terlihat dari sikap siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai. Hasil wawancara dengan guru kelas V SDN Kesamben 06 Kabupaten Blitar pada tanggal 27 November 2013 bahwa hasil belajar IPS KD 2.1 mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang pada tahun ajaran 2011/2012 ada 18 anak (45%) siswa yang tidak tuntas di bawah KKM dari 40 siswa, sedangkan pada tahun ajaran 2012/2013 ada 20 anak (51,3%) siswa yang tidak tuntas di bawah KKM dari 39 siswa. Kriteria

4 Ketuntasan Minimal (KKM) pada tahun ajaran 2011/2012 dan 2012/2013 yaitu 65 yang disesuaikan dengan kemampuan siswa kelas V dan setiap tahunnya akan berubah sesuai dengan kemampuan siswa tersebut. Menurut guru mata pelajaran IPS, kondisi yang demikian disebabkan karena penerapan model pembelajaran yang terlihat konvensional (ceramah, mendengarkan, dan mencatat) khususnya dalam mata pelajaran IPS materi yang berkaitan dengan sejarah. Hal ini membuat siswa cenderung bergurau dan berbicara sendiri dengan kepada temannya tanpa memperhatikan penjelasan dari guru. Selain itu, guru sering menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas individu pada setiap pembelajaran sehingga menciptakan suasana kejenuhan dalam lingkungan belajar dan kurang mengembangkan aktivitas siswa. Aktivitas siswa kurang terarah pada saat penyampaikan materi perjuangan melawan Belanda dan Jepang. Siswa cenderung pasif hanya mendengarkan guru ceramah sehingga tidak ada diskusi antar siswa. Siswa hanya belajar secara individu, tidak ada kerja sama dan komunikasi sehingga siswa kurang menyampaikan gagasan yang dimiliki. Siswa kurang diberi kesempatan secara penuh untuk berpendapat sehingga kemampuan siswa untuk bertanya sangat kurang. Kurangnya rasa tanggung jawab siswa dalam menyelesaikan masalah. Penyelesaian masalah bukan berasal dari dalam diri siswa sehingga siswa tidak aktif dalam menyelesaikan masalah baik yang menyangkut diri sendiri maupun teman yang lain. Materi IPS yang cukup luas dan sebagian besar tersaji dalam bentuk hafalan membuat siswa merasa kesulitan dalam memahami seluruh materi, khususnya materi perjuangan melawan Belanda dan Jepang. Cakupan materi

5 dalam perjuangan melawan Belanda dan Jepang sangat luas karena materi ini membahas tentang tokoh-tokoh pejuang Indonesia yang berperan dalam melawan penjajahan Belanda dan Jepang. Hal ini mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam mengkategorikan tokoh-tokoh pejuang Indonesia yang terlibat dalam mengusir Belanda dan Jepang. Berdasarkan masalah yang terdapat pada kelas V di SDN Kesamben 06, penerapan pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa secara langsung akan lebih menarik bagi siswa. Penggunaan model pembelajaran yang tidak sesuai dan kurang menarik akan membuat siswa lebih pasif dan akan berdampak pada hasil belajar siswa. Salah satu upaya yang dilakukan guru agar siswa lebih aktif dalam pembelajaran adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan karakter dan usia siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat menjadi alternatif pilihan sesuai dengan permasalahan yang dialami siswa, karakter siswa, dan tujuan yang ingin dicapai. Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap pembelajaran diri sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus mampu dan siap menyampaikan serta mengajarkan materi yang telah diperolehnya kepada anggota kelompoknya. Jumlah siswa yang bekerja sama dalam masing-masing kelompok harus dibatasi agar kelompok yang terbentuk dapat bekerja sama secara efektif. Oleh karena itu, Jigsaw sesuai diterapkan dalam pembelajaran IPS karena relevan dengan tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Isjoni (2009:54) bahwa cooperative learning Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang

6 mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Berdasarkan penelitian Angga Arinta Luftika (2012) dalam jurnal skripsi yang berjudul Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Pasinan 1 Lekat Pasuruan menyatakan bahwa penerapan Jigsaw dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar. Peningkatan hasil belajar ditunjukkan oleh adanya peningkatan hasil aktivitas siswa, hasil rata-rata belajar, peningkatan hasil ketercapaian kelas, dan menunjukan kemampuan yang dicapai siswa dalam belajar. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN Kesamben 06 Kabupaten Blitar. 1.2 Fokus Masalah Inti permasalahan yang terjadi pada siswa kelas V SDN Kesamben 06 Kabupaten Blitar adalah aktivitas dan hasil belajar yang tercapai kurang maksimal sesuai dengan KKM yang telah ditentukan oleh sekolah tersebut. Hal ini disebabkan karena pada saat materi dijelaskan ada siswa yang lebih memilih untuk bermain sendiri, bergurau dengan teman sebangkunya, tidak berani bertanya maupun berpendapat (pasif). Selain itu, juga kurang maksimalnya model pembelajaran yang digunakan untuk mendukung proses belajar mengajar, sehingga aktivitas siswa kurang berkembang dan terarah, siswa cepat bosan, dan tidak dapat menerima penyampaian materi secara maksimal. Oleh karena itu, peneliti menawarkan solusi pembelajaran dengan menerapkan model

7 pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan kolaborasi antara peneliti dengan guru kelas terkait saat mengaplikasikan penerapan model tersebut dalam pembelajaran. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa Kelas V SDN Kesamben 06 Kabupaten Blitar? 2. Bagaimana peningkatan aktivitas siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa kelas V SDN Kesamben 06 Kabupaten Blitar? 3. Bagaimana peningkatan hasil belajar IPS siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw siswa kelas V SDN Kesamben 06 Kabupaten Blitar? 1.4 Tujuan Penelitian 1. Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SDN Kesamben 06 Kabupaten Blitar 2. Mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa kelas V SDN Kesamben 06 Kabupaten Blitar dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

8 3. Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN Kesamben 06 Kabupaten Blitar dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun manfaat secara praktis. Adapun manfaat secara teoritis yaitu penelitian ini dapat menumbuhkembangkan pembelajaran IPS dan meningkatkan hasil belajar IPS melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, sedangkan manfaat penelitian secara praktis dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi guru a) Memberikan wacana strategi pembelajaran baru dalam meningkatkan pembelajaran IPS, khususnya pada materi perjuangan melawan Belanda dan Jepang. 2. Bagi siswa a) Membantu siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran b) Membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar c) Menumbuhkan jiwa sosial dan kepedulian dengan bekerja sama d) Meningkatkan hasil belajar siswa. 3. Bagi Sekolah a) Dapat meningkatkan kualitas sekolah serta menjadi alternatif metode pembelajaran untuk mata pelajaran lain di sekolah. 4. Bagi Peneliti a) Meningkatkan kualitas peneliti selama proses pembelajaran dan mengetahui sejauh mana kemampuan peneliti dalam melakukan

9 penelitian serta dapat menambah pengalaman dengan menggunakan strategi baru. 1.6 Definisi Operasional 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Menurut Isjoni (2009:54) pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal karena siswa memecahkan masalah dengan cara belajar dalam kelompok. 2. Aktivitas belajar Aktivitas belajar adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran yang akan menimbulkan perubahan perilaku belajar pada siswa dan memberikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk bertanya, berpendapat, bekerja sama, dan bertanggungjawab. 3. Hasil belajar Sudjana (2008:22) mengatakan hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Kesimpulannya bahwa hasil belajar merupakan berubahnya tingkah laku orang setelah mengalami proses belajarnya baik dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. 4. Ilmu Pengetahuan Sosial Trianto (2007:124) mengatakan Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya.

10 1.7 Batasan Penelitian Penelitian tindakan kelas ini memiliki keterbatasan yang perlu dikemukakan sebagai bahan pertimbangan untuk menyelesaikan seluruh proses penelitian. Penelitian ini difokuskan pada upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa materi perjuangan melawan Belanda dan Jepang dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Keterbatasanketerbatasan yang berhubungan dengan fokus penelitian sebagai berikut. 1. Meteri IPS sangat luas. Penelitian ini difokuskan pada materi perjuangan melawan Belanda dan Jepang. Materi perjuangan melawan Belanda dan Jepang tercantum dalam mata pelajaran IPS kelas V semester 2. Standar kompetensinya adalah menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankaan kemerdekaan Indonesia. Kompetensi dasarnya adalah mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. Indikatornya adalah menjelaskan peristiwa penting perlawanan rakyat terhadap pemerintah kolonial Belanda dan Jepang yang terjadi di daerah masing-masing dan menyebutkan nama-nama pejuang melawan Belanda dan Jepang 2. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Kesamben 06 Kabupaten Blitar semester genap tahun ajaran 2013/2014 3. Indikator aktivitas siswa yang akan diamati dalam penelitian ini yaitu : 1) Bertanya, 2) Berpendapat, 3) Kerja sama, dan 4) Tanggung jawab 4. Hasil belajar yang akan dilihat dari alat ukur tes (tes subjektif) dan non tes (penilaian skala).