BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dimyati adalah: proses yang diselenggarakan oleh pendidik untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Menghitung. 1. Pengertian Kemampuan Menghitung. Menurut kamus besar bahasa Indonesia kemampuan memiliki kata

PENERAPAN METODE JARIMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERKALIAN. Khotna Sofiyah

BAB I PENDAHULUAN. memahami setiap materi pelajaran yang diberikan, (3) selalu bersikap aktif

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

2015 PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA KELAS III SD

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Kemampuan Mengurang Bilangan Bulat. 2010:10), mengartikan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan,

41. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak

37. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

08. Mata Pelajaran Matematika A. Latar Belakang B. Tujuan

OPTIMALISASI PENGGUNAAN JARIMATIKA UNTUK PENINGKATAN KETRAMPILAN BERHITUNG PEMBAGIAN BILANGAN BULAT POSITIF SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang guru SD yang akan mengajarkan matematika kepada siswanya,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan, berbagai upaya dilakukan pemerintah diantaranya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. konsepnya sehingga memungkinkan kita terampil berpikir rasional.

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi sekarang ini pendidikan di Indonesia sudah mulai berkembang,

PENGGUNAAN METODE K JART UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM OPERASI HITUNG PERKALIAN BILANGAN CACAH

BAB I PENDAHULUAN. harus dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip pengajaran. 1. proses pembelajaran dapat dirasakan manfaatnya

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Tentang Upaya Meningkatkan Pemahaman. 1. Pengertian Upaya Meningkatkan Pemahaman

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Publishing, 2015), 17. Kencana Prenada Media Group, 2013), 186

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan

2013 PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK JARIMATIKA TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERKALIAN ANAK TUNANETRA

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN JARIMATIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERKALIAN PADA SISWA KELAS III SD

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD

HAKIKAT PENDIDIKAN MATEMATIKA. Oleh: Nur Rahmah Prodi Pendidikan Matematika Jurusan Tarbiyah STAIN Papopo

BAB I PENDAHULUAN. masa mendatang. Matematika berasal dari bahasa Latin yaitu manthanein atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2016 Volume 25 Nomor 2

43. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bidang pendidikan merupakan sarana yang tepat dalam. pendidikan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa.

METODA JARIMATIKAMENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA BERHITUNG PERKALIAN DI KELAS II SDN SALEP. EEN ROHAENI,S.Pd.SD

BAB I PENDAHULUAN. terkenal dengan kehebatan sains dan teknologinya. 1. meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap kualitas pendidikan.

42. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A)

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI METODE JARIMATIKA PADA SISWA TUNANETRA. Oleh: Siti Rachmawati ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan jalan pintas ( instan ) tidak mau bersusah-susah dahulu. Hal ini

UNIT 4. Kurikulum Matematika

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut arti leksikal Hasil adalah sesuatu yang diadakan. 10 Sedangkan belajar

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ine Riani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Kencana, 2014), 184. Wida Rachmiati, Konsep Bilangan Untuk Calon Guru SD/MI, (Depok: Madani Publishing, 2015), 2-8.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan bermutu di sekolah adalah suatu keharusan yang tidak dapat ditawar lagi.

BAB I PENDAHULUAN. Ali Hamzah, dkk, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah matematika berasal dari kata Yunani mathein atau manthenein

BAB II KAJIAN TEORITIS. A. Mata Pelajaran Matematika untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah

Kemampuan yang harus dimiliki siswa adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah. menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional

kehidupan. Di Indonesia semua orang tanpa terkecuali berhak untuk yang menegaskan bahwa Tiap-tiap warga negara berhak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan belajarnya dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi.

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah matematika.

PENGARUH PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI DAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA PADA MATERI PERBANDINGAN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang merupakan makna dari pendidikan. Membentuk manusia

PENINGKATAN PEMAHAMAN OPERASI PERKALIAN DI SEKOLAHDASAR DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK JARIMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB II KAJIAN TEORI. melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab ini berisi penjelasan secara rinci hasil penelitian tentang Penggunaan

. BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein atau manthenein yang berarti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORETIS. pesan merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PGSD OLEH : DEFID ANDRIANI

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Identitas, bilangan identitas : adalah bilangan 0 pada penjumlahan dan 1 pada perkalian.

BAB I PENDAHULUAN. diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. 2

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD FKIP UNP Kediri

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture. a. Pengertian Model Pembelajaran

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERKALIAN MELALUI METODE JARIMATIKA SISWA KELAS II SEMESTER 2 SDN 40 AMPENAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. Ruzz Media Group, 2009), hlm Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang besar dalam mensukseskan pembangunan bangsa. Oleh karena itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan pembelajaran matematika yang harus dicapai. 1. dahulu agar dapat menyelesaikan soal-soal dan mampu mengaplikasikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, setiap manusia

Kata Kunci: Hasil Belajar, kesebangunan, simetri.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1. belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

BAB I PENDAHULUAN. Masykur dan Fathani (2007:43) menjelaskan ilmu pengetahuan

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hakikat Pembelajaran Matematika a. Pengertian Pembelajaran Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefenisikan kata pembelajaran berasal dari kata ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau diturut, sedangkan pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. 1 Yang dimaksudkan dengan pembelajaran oleh Dimyati adalah: proses yang diselenggarakan oleh pendidik untuk membelajarkan peserta didik dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap. 2 Kimble dan Garmezy menyatakandalam buku M Thobroni pembelajaran adalah : Suatu perubahan perilaku yang relatif tetap dan merupakan hasil praktik yang diulang ulang. Pembelajaran memiliki makna bahwa subjek belajar harus dibelajarkan bukan diajarkan. Subjek belajar yang dimaksud adalah peserta didik atau disebut juga pembelajar yang menjadi pusat kegiatan belajar. Peserta didik sebagai subjek belajar dituntut untuk aktif mencari, menemukan, menganalisis, merumuskan, memecahkan masalah, dan menyimpulkan suatu masalah. 3 1 M Thobroni, Teori Belajar dan Pembelajaran Teori dan Praktik. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2015) h. 16-17 2 Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 157 3 M Thobroni, op.cit., h. 17 10

11 Pembelajaranmerupakan komunikasi dua arah.mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik.pembelajaran didalamnya mengandung makna belajar dan mengajar atau merupakan kegiatan belajar mengajar. 4 Dari beberapa pendapat di atas diketahui bahwa, pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh pendidik untuk membelajarkan peserta didik, sehingga terjadi komunikasi dua arah untuk memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap. 1) Belajar mengajar Belajar adalah aktivitas yang dilakukan peserta didik dalam proses pembelajaran. Yang dimaksud dengan belajar menurut Dimyati adalah proses melibatkan manusia secara orang per- orang sebagai satu kesatuan organisme sehingga terjadi perubahan pada pengetahuan, keterampilan dan sikap. 5 Sedangkan Sadiman menyatakan bahwa: Secara umum belajar boleh diartikan juga sebagai suatu proses interakasi antara diri manusia (id-ego-super ego) dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori. Dalam hal ini terkandung suatu maksud bahwa proses interaksi itu adalah: a). proses interaksi diri sesuatu ke dalam diri yang belajar, dan b). dilakukan secara aktif dengan segenap panca indra ikut berperan. 6 4 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013), h. 186 5 Dimyati, op.cit., h. 156 6 A M Sadirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h. 22

12 Mengajar sering dihubungkan dengan aktivitas pendidik dalam menjalankan tugasnya.menurut Sardiman bahwa: Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Kalau belajar dikatakan milik peserta didik, maka mengajar sebagai kegiatan pendidik. 7 Sedangkan yang dimaksud dengan mengajar seperti yang dikemukakan Smith dalam Wina Sanjaya bahwa mengajar adalah menanamkan pengetahuan atau keterampilan (teaching is imparting knowledge or skill). 8 Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik. 9 Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa belajar mengajar merupakan aktvitas yang dilakukan pleh peserta didik dalam proses pembelajaran untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pendidik. b. Pengertian Matematika Kata matematika berasal dari perkataan Latin, manthematika yang mulanya diambil dari bahasa Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowladge, science). Kata mathematike 7 Ibid., h. 47 8 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2006), h. 96 9 Ibid., h. 96

13 berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berfikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berfikir (bernalar). 10 Dalam bahasa Belanda matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Matematika bahasa dan aturan yang terdefenisi dengan baik, penalaran yang jelas dan sistematis, dan struktur atau keterkaitan antarkonsep yang kuat. 11 Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ada pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Perguruan Tinggi. Bahkan matematika diajarkan di Taman Kanak Kanak (TK) secara informal. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan beragumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari hari dan dalam dunia kerja, serta memberi dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. 12 Pengetahuan mengenai matematika memberikan bahasa, proses dan teori yang memberikan ilmu suatu bentuk dan kekuasaan, yang akhirnya bahwa matematika merupakan salah satu kekuatan utama pembentukan 10 Erna Suwanengsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: UPI Press, 2006) h.3 11 Ahmad Susanto, op.cit., h. 184 12 Ibid., h. 185

14 konsepsi tentang alam suatu hakikat dan tujuan manusia dalam kehidupannya. 13 Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa Matematika adalah ilmu pasti yang memiliki bahasa terdefenisi dengan baik, penalaran yang jelas dan sistematis, struktur dan keterkaitan antarkonsep yang kuat serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. c. Pembelajaran Matematika 1) Pengertian Pembelajaran Matematika Pembelajaran Matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh pendidik untuk mengembangkan kreativitas berfikir peserta didik yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir peserta didik, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi matematika. 14 Pembelajaran Matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang mengandung dua jenis kegiatan yang tidak terpisahkan. Kegiatan tersebut adalah belajar dan mengajar. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara peserta didik dengan pendidik, antarapeserta didik dengan peserta didik dan antara peserta 13 Lisnawaty Simanjuntak, Metode Mengajar Matematika 1, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), h. 64-65 14 Ahmad Susanto, op. cit, h. 186-187

15 didikdengan lingkungan di saat pembelajaran matematika sedang berlangsung. 15 Pendidik menempati posisi kunci dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan untuk mengarahkan peserta didik mencapai tujuan secara optimal, serta pendidik harus mampu menempatkan dirinya secara dinamis dan fleksibel sebagai informan, transformator, organizer, serta evaluator bagi terwujudnya kegiatan belajar peserta didik yang dinamis dan inovatif. Sementara peserta didik dalam memperoleh pengetahuannya tidak menerima secara pasif, pengetahuan oleh peserta didik itu sendiri secara aktif. 16 2) Tujuan Pembelajaran Matematika Secara umum, tujuan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) adalah agar peserta didik mampu dan terampil menggunakan matematika.selain itu juga, dengan pembelajaran matematika dapat memberikan tekanan penataran nalar dalam penerapan matematika. Menurut Depdiknas kompetensi atau kemampuan umum pembelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) sebagai berikut: (a) Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian beserta operasi campurannya, termasuk yang melibatkan pecahan. 15 Ibid., h. 187 16 Ibid., h. 187

16 (b) Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun ruang sederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas dan volume. (c) Menentukan sifat simetris, kesebangunan, dan sistem koordinat. (d) Menggunakan pengukuran: satuan, kesetaraan antarsatuan, dan penaksiran pengukuran. (e) Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti: ukuran tertinggi, terendah, rata rata, modus, mengumpulkan dan menyajikannya. (f) Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengomunikasikan gagasan secara matematika. 17 Secara khusus, tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar, sebagaimana yang disajikan oleh Depdiknas, sebagai berikut: (a) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritme. (b) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. (c) Memecahkan masalah meliputi kemampuan memahami masalah,merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. (d) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah. (e) Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari hari. 18 Berdasarkan uraian diatas secara umum, tujuan pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar (SD) adalah agar peserta didik mampu dan terampil menggunakan matematika yakni dapat melakukan 17 Ibid., h. 189-190 18 Ibid., h. 190

17 operasi hitung, mengenal bangun datar dan bangun ruang serta bisa melakukan statistik sederhana. Sedangkan secara khusus, tujuan pembelajaran Matematika dapat memahami antar konsep, melakukan penalaran secara logis, serta memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari hari. d. Hakikat Kemampuan Berhitung 1) Pengertian Kemampuan Berhitung Kemampuan berhitung adalah salah satu keterampilan dasar yang perlu dikuasai oleh peserta didik. 19 Keterampilan berhitung yang perlu dikuasai oleh peserta didik seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian dan lain lain, serta memanipulasi bilangan bilangan dan lambang lambang Matematika. Kemampuan berhitung penting, baik untuk melakukan perhitungan dengan cepat maupun untuk pemecahan aritmatika. Kemampuan berhitung ini wajib diajarkan pada peserta didik di Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI). Terkait dengan pengerjaan berhitung, dalam penelitian ini akan difokuskan pada pengerjaan hitung perkalian dan pembagian yang hasilnya sampai bilangan dua angka yang terangkum pada materi perkalian dan pembagian di semester II kelas II Sekolah Dasar (SD) Negeri 27 Sago Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan. 2014), h. 5 19 Puput Mugiati, Belajar Jarimatika Metode Berhitung Cepat, (Bandung: Prima Jaya,

18 2) Manfaat kemampuan berhitung diantaranya: a) Agar peserta didik bisa melakukan perencanaan dan evaluasi dengan baik saat dewasa nanti. b) Agar peserta didik dapat membuat rancangan dan konstruksi dengan benar. c) Agar peserta didik dapat berlaku adil. d) Peserta didik bisa berbelanja dengan benar. e) Agar peserta didik tidak mudah ditipu. 20 3) Perkalian Bilangan Bulat Bilangan bulat adalah gabungan himpunan semua bilangan cacah dengan himpunan semua bilangan negatif. 21 Dalam bilangan bulat ini terdapat operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan bulat. Disini penulis akan mambahas mengenai perkalian dan pembagian bilangan bulat. Perkalian merupakan operasi penjumlahan dari bilangan yang sama secara berulang. 22 Dengan operasi hitung perkalian banyak cara yang dapat dilakukan untuk menarik atau menambah minat peserta didik untuk memahami. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam operasi hitung perkalian bahwa penyelesaiannya sama dengan operasi hitung penjumlahan berulang. 23 Beberapa sifat operasi perkalian diantaranya sebagai berikut: 24 20 Ibid., h. 5 21 Y. Triyoga Budi Widodo, Jarimatika & Trik Berhitung Cepat, (Surabaya: Mahir Sindo Utama, 2012), h. 63 22 Dwi Sunar Prasetyono, dkk., Pintar Jarimatika, (Yogyakarta: DIVA Press, 2008), h.55 23 Lisnawaty Simanjuntak, op.cit., h. 121 24 Jerry Bobrow, Cliffs Quick Review Algebra I, (Bandung: Pakar Raya. 2003), h.7

19 a) Sifat Tertutup Sifat tertutup adalah apabila semua jawaban dari proses perkalian masih merupakan anggota dari himpunan semula. Jika kamu mengalikan dua bilangan genap hasilnya akan tetap bilangan genap (2 4 = 8). Oleh karena itu, dapat dilkatakan bahwa himpunan bilangan genap bersifat tertutup pada operasi perkalian. Jika kamu mengalikan dua bilangan ganjil, hasilnya adalah juga bilangan ganjil (3 5 = 15). Oleh karena itu, himpunan bilangan ganjil dikatakan bersifat tertutup pada operasi perkalian. b) Sifat Komutatif Komutatif artinya perubahan urutan bilangan tidak mempengaruhi hasil. 25 Perkalian bersifat komutatif artinya, jika a dan b adalah bilangan bulat maka berlakulah : 26 a b = b a c) Sifat Asosiatif Asosiatif berarti perubahan pada pengelompokkan tidak mempengaruhi hasil. 27 Perkalian bersifat asosiatif (pengelompokkan) artinya, jika a dan b bilangan bulat maka berlakulah: 28 a b c = a (b c) 25 Ibid., h. 7 26 Y. Triyoga Budi Widodo, op.cit., h. 22 27 Jerry Bobrow, op.cit., h. 8 28 Y. Triyoga Budi Widodo, op.cit., h. 22

20 d) Unsur Identitas Unsur identitas perkalian adalah 1. Bilangan apa pun jika dikalikan dengan 1 hasilnya adalah bilangan itu sendirimaka : 29 a 1 = a e) Inversi Perkalian Inversi perkalian adalah kebalikan dari bilangan itu. Bilangan apa pun jika dikalikan dengan inversinya hasilnya akan sama dengan 1. 30 a 1 a = 1 f) Sifat Distributif (Penyebaran) Perkalian bersifat distributif artinya, jika a dan b adalah bilangan bulat, maka berlakulah : a (b + c ) = (a b) + (a c). Demikian pula berlaku pada a a c = a c a c. 31 4) Pembagian Bilangan Bulat Pembagianadalah invers atau kebalikan dari perkalian. Maksudnya, karena 3 2 = 6, maka 6 dibagi 2 sama dengan 3 atau 6 dibagi 2 sama dengan 3. 32 29 Jerry Bobrow, op. cit., h. 8 30 Ibid., h. 8 31 Y. Triyoga Budi Widodo, Jarimatika & Trik Berhitung Cepat, (Surabaya: Mahir Sindo Utama, 2012), h. 22 32 Ibid., h. 101

21 Secara matematika, 6 dibagi 2 sama dengan 3, ditulis 6 2 = 3. Dalam pembagian ini, 6 disebut bilangan yang dibagi, 2 disebut pembagi, dan 3 disebut hasil bagi. 33 2. Metode Jarimatika a. Pengertian Metode Jarimatika Metode Jarimatika adalah suatu cara berhitung (operasi kali bagi tambah kurang/kabataku) matematika dengan menggunakan alat bantu jari. 34 Sepertinya halnya dalam operasi penjumlahan dan pengurangan,dalam operasi perkalian dan pembagian ini dapat dilakukan perhitungan dengan mudah dan cepat dengan menggunakan 10 jari. Metode berhitung dengan jari disebut jarimatika. 35 Jarimatika ini mudah, menyenangkan dan tidak menuntut peserta didik untuk menghafal. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa metode jarimatika adalah suatu cara berhitung dengan menggunakan jarijari tangan. b. Keunggulan Jarimatika Beberapa keunggulan jarimatika, diantaranya: 1) Jarimatika memberikan visualisasi proses berhitung. Hal ini akan membuat anak mudah melakukannya. 2) Gerakan jari jari tangan akan menarik minat anak. Mungkin mereka menganggapnya lucu. Yang jelas, mereka akan melakukannya dengan gembira. 3) Jarimatika relatif tidak memberatkan memori otak saat digunakan. 33 Ibid., h. 101 34 Dwi Sunar Prasetyono, dkk., Pintar Jarimatika, (Yogyakarta: DIVA Press, 2008), h. 28 35 Ibid., h.57

22 4) Alatnya tidak perlu dibeli, tidak akan pernah ketinggalan, atau terlupa dimana menyimpannya. 5) Tidak bisa disita saat ujian. 36 c. Kelemahan Jarimatika Beberapa kelemahan jarimatika yaitu: 1) Karena jumlah jari tangan terbatas maka operasi matematika yang bisa diselesaikan juga terbatas. 2) Kalau kurang latihan agak lambat menghitung dibandingkan sempoa. 37 3) Terdapat rumus-rumus, sehigga peserta didik harus paham dalam penempatan rumus-rumus tersebut. 38 d. Formasi Jarimatika 1) Formasi Jarimatika Perkalian Sebelum mengajarkan anak untuk menggunakan metode jarimatika dalam perkalian, anak perlu dibimbing untuk memahami konsep dasar tentang perkalian terlebih dahulu. Langkah langkah pembelajaran perkalian kelompok dasar (bilangan 6-10). a) Sebelum mempelajari jarimatika, peserta didik terlebih dahulu perlu memahami angka atau lambang bilangan. b) Setelah itu, peserta didik mengenali konsep operasi perkalian dan pembagian. 36 Puput Mugiati, Belajar Jarimatika Metode brhitung Cepat, (Bandung: Prima Jaya, 2014), h. 6 37 Rustamrs, Metode Jarimatika Sebagai Inovasi dalam Pembelajaran Matematika, 2012, http://rustamfresh.wordpress.com/2012/06/19/metode-jarimatika-sebagai-inovasi-dalampembelajaran-matematika/. 38 Septi Peni Wulandari, Jarimatika Perkalian dan Pembagian, (Jakarta: PT. Kawan Pustaka, 2013), h. 14

23 c) Peserta didik sebelumnya diajak bergembira, bisa dengan bernyanyi. d) Mengenal lambang-lambang yang digunakan dalam jarimatika. Pengenalannya dengan praktek secara langsung yaitu peserta didik diminta untuk mengangkat jari jarinya ke atas kemudian mendemonstrasikan formasi jari tangan yang digunakan dalam jarimatika seperti pada gambar di bawah ini: 39 Gambar 2.1 Formasi Jarimatika Gambar formasi jarimatika di atas, dijelaskan pada gambar di bawah ini: 39 Puput Mugiati, Belajar Jaimatika Metode Menghitung Cepat, Prima Jaya, h. 43

24 40 Formasi angka 6 41 Formasi angka 7 42 Formasi angka 8 40 Fenny Sasian, Metode Jarimatika Magic dan Buku Pintar Sang Juara, (Jakarta: Pustaka Sadro Jaya), h. 6 41 Ibid., h. 7 42 Ibid., h. 6

25 43 Formasi angka 9 44 Formasi angka 10 e) Peserta didik diajarkan cara-cara menghitung dengan jarimatika dengan ketentuan sebagai berikut : Rumus: (B1 + B2) + (A1 A2) Keterangan: B1 = jari tangan kanan yang ditutup (puluhan) B2 = jari tangan kiri yang ditutup (puluhan) A1 = jari tangan kanan yang dibuka (satuan) A2 = jari tangan kiri yang dibuka (satuan) 43 Ibid., h. 7 44 Ibid., h. 7

26 f) Pendidik dan peserta didik melakukan operasi perkalian dengan mendemonstrasikan menggunakan jari tangan. Pendidik mengajarkan dengan pelan-pelan dan menyenangkan sehingga peserta didik dapat memahami dengan baik penggunaan metode jarimatika. Tangan Kanan (7) : jari tengah, jari telunjuk dan jari jempol di tutup (dilipat) Tangan Kiri (8) : jari telunjuk dan jari jempol di tutup (dilipat) 7 8 dapat diselesaikan sebagai berikut: Jari yang terbuka bernilai puluhan, dijumlahkan. Jari yang tertutup bernilai satuan, dikalikan. Hasil perkalian adalah kombinasi antara jari yang terbuka dengan jari yang tertutup. 45 Formasi jarimatika dan perhitungannya berdasarkan rumus sebagai berikut: 46 2.2 Gambar peragaanya 45 Hadi Pramno, dkk., New Matematika 100, (Solo: Indosesia 100 Publishing, 2010), h. 11 46 Fenny Sasian, Metode Jarimatika Magic dan Buku Pintar Sang Juara, (Jakarta: PUSTAKA SANDRO JAYA), h. 5

27 9 10 = (B₁ + B₂) + A₁ A₂ = 40 + 50 + 1 0 = 90 + 0 = 90 g) Ajak peserta didik terus bergembira, jangan merepotkan anak untuk menghafal lambang-lambang jarimatika. h) Melakukan latihan secara rutin dengan demikian anak merasa senang tanpa ada paksaan untuk menghafal. 2) Formasi Pembagian Jarimatika Formasi dasar, jari dan indeks: 47 a) Jari Kelingking : nilai = 1 6 b) Jari Manis : nilai = 2 7 c) Jari Tengah : nilai = 3 8 d) Jari Telunjuk : nilai = 4 9 e) Jari Jempol : nilai = 5 0 3) Rumus Pembagian Jarimatika Rumus pembagian adalam jarimatika sebagai berikut: Rumus = (NS + 10) S₁ = S₂ Keterangan : NS = nilai satuan dari bilangan yang dibagi S₁ = satuan pembagi (jari yang tertutup) S₂ = hasil bilangan (jari yang terbuka) 48 Catatan: a) Tidak semua bilangan dapat dibagi melalui cara jarimatika ini. Beberapa bilangan yang tidak dapat dioperasikan 47 Dwi Sunar Prasetyono, dkk., op.cit., h. 91 48 Ibid., h. 90

28 dengan cara jarimatika adalah bilangan yang memiliki nilai satuan yang tidak habis dibagi dengan satuan pembagi (S₁ = 2, 3, dan 5). Dengan kata lain, nilai satuan yang bukan faktor kelipatan dari satuan pembagi. Bilangan tersebut diantaranya: 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 29, 31, 33, 34 dst. b) Satuan pembagi yang digunakan adalah yang bernilai 3 ke atas. c) Jika nilai satuan bilangan yang dibagi (NS) dibagi dengan satuan pembagi (S₁) tidak habis dibagi, maka nilai satuan tersebut harus ditambah dengan 10 agar nilai satuan bisa habis dibagi. d) Posisi jari tangan kanan adalah hasil pembagian NS dengan S₁, dan jari kanan yang terbuka adalah hasil akhir dari pembagian bilangan. Contoh: 36 6 =... Proses perhitungan pembagian jarimatikanya seperti berikut: Langkah 1 : buka jari kiri dalam posisi bilangan pembagi, dalam contoh bilangan pembagi adalah 6. Langkah 2 : nilai satuan dari bilangan yang dibagi (36) adalah 6.

29 Langkah 3 : nilai satuan 6 yang dibagi 4 (S₁ = jari tangan kiri tertutup) dan hasil yang tidak habis dibagi, maka harus ditambah dengan 10 menjadi 16 4 = 4. Langkah 4 : hasil pembagian ini selanjutnya dipindahkan ke jari tangan kanan dalam posisi tertutup yang dimulai dari jempol dan seterusnya sampai sejumlah 4 jari ( 16 4 = 4). Jadi, posisi jari yang terbuka itulah merupakan bilangan hasilnya. Bentuk peragaannya seperti berikut: 2.3 Contoh Gambar Peragaan 49 e. Langkah-langkah Pembelajaran Metode Jarimatika 1) Langkah-langkah Pembelajaran Perkalian dengan Metode Jarimatika Dalam jarimatika perkalian ini, ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam perkalian 6 10 antara lain: a) Perkenalkan jari-jari tangan yang menunjukkan angka perkalian. (a) Jari kelingking menunjukkan angka 6 49 Ibid., h. 92

30 (b) Jari manis menunjukkan angka 7 (c) Jari tengah menunjukkan angka 8 (d) Jari telunjuk menunjukkan angka 9 (e) Jari jempolmenunjukkan angka 10 b) Kenalkan jari-jari tersebut sampai peserta didik mengenal nilai jari-jari tangannya dengan bernyanyi. c) Kenalkan jari-jari yang berdiri itu bernilai puluhan dan jarijari yang rebah bernilai satuan. d) Setelah itu beri contoh perkalian dengan jari, jari yang berdiri dijumlahkan dan jari yang rebah dikalikan. e) Kemudian jumlahkan hasil dari jari yang berdiri dengan jari yang rebah dan didapatkalah hasil perkalian. 2) Langkah-Langkah Pembelajaran Pembagian dalam Metode Jarimatika Dalam jarimatika pembagian ini, ada beberapa langkahlangkah yang harus dilakukan antara lain: a) Perkenalkan jari-jari tangan yang menunjukan angka pembagian (a) Jari kelingking : nilai = 1 6 (b) Jari manis : nilai = 2 7 (c) Jari tengah : nilai = 3 8 (d) Jari telunjuk : nilai = 4 9 (e) Jari jempol : nilai = 5 10

31 b) Kenalkan jari-jari tersebut sampai peserta didik mengenal nilai jari-jari tangannya. c) Kenalkan jari-jari tangan yang kanan itu sebagai pembagi dan tangan yang kiri itu sebagai hasil bagi. 3. Karakteristik Peserta Didik di Sekolah Dasar Nursidik Kurniawan mengemukakan bahwa terdapat beberapa karakteristik peserta didik yang perlu diketahui oleh pendidik antara lain: (1) senang bermain, (2) senang bergerak, (3) anak senang bekerja dalam kelompok, dan (4) senang merasakan atau melakukan atau memperagakan sesuatu secara langsung. 50 1) Senang bermain Karakteristik ini menuntut pendidik untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan, terutama untuk peserta didik di sekolah dasar. 51 2) Senang bergerak Orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan peserta didik dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, pendidik hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik berpindah atau bergerak. 52 3) Senang bekerja dalam kelompok 50 Faisal, Sukses Mengawal Kurikulum 2013 di SD (Teori dan Aplikasi), (Yogyakarta: Diandra Creative, 2014), h. 23 51 Ibid., h. 24 52 Ibid., h. 24

32 Dari pergaulannya dalam kelompok sebaya, peserta didik belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi seperti belajar setia kawan. Senang merasakan atau melakukan atau memperagakan sesuatu secara langsung. 53 4) Senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung Ditinjau dari perkembangan kognitif, peserta didik SD memasuki tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama. Berdasarkan pengalaman ini, siswa membentuk konsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsifungsi badan, jenis kelamin, moral, dan sebagainya. 54 B. Penelitian Relevan Sebagai kajian dalam penelitian kepustakaan, dapat dikemukakan beberapa hasil penelitian terdahulu untuk dijadikan beberapa referensi, yaitu: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Linda Nurmasari (2010), judul Peningkatan Kemampuan Berhitung Perkalian Melalui Metode Jarimatika pada Peserta Didik Kelas II SD Negeri 3 Pringanom Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011. Dari hasil penelitiannya dapat meningkatkan kemampuan berhitung perkalian pada pembelajaran Matematika. Persamaan penelitian Linda Nurmasari dengan peneliti 53 Ibid., h.24 54 Idid., h. 25

33 adalah sama sama dilakukan pada peserta didik kelas II dan mengakaji jarimatika dan kemampuan berhitung perkalian. Sementara hal yang membedakannya adalah materi dalam penelitian Linda Nurmasari yaitu materi perkalian dan yang dilakukan peneliti perkalian dan pembagian serta penelitian yang dilakukan Linda Nurmasari adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sedangkan yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian eksperimen. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Khusnul Khotimah (2009), judul Pembelajaran Berhitung dengan Menggunakan Jarimatika Untuk Meningkatan Motivasi Belajar Dan Kemampuan Berhitung Peserta Didik MIN Candirejo Ngawen Klaten. Dari hasil penelitiannya ditemukan bahwa penggunaan metode jarimatika dapat meningkatkan kemampuan berhitung perkalian peserta didik juga dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Persamaan penelitian Khusnul Khotimah dengan peneliti adalah sama sama mengakaji jarimatika dan kemampuan berhitung perkalian. Sementara hal yang membedakannya adalah penelitian ini dilakukan di kelas IV sedangkan peneliti melakukan penelitian di kelas II sertavariabel yang diteliti yang mana pada kajian teori juga akan berbeda nantinya dan penelitian yang dilakukan Khusnul Khotimah adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sedangkan yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian eksperimen.

34 3. Penelitian yang dilakukan oleh Agung Prasetyo Nugroho (2014), judul Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Kelas II dengan Menggunakan Metode Jarimatika di MI YAPPI Nglebeng Nglipar Gunung Kidul Yogyakarta Tahun Pelajaran 2013/2014. Dari hasil penelitiannya ditemukan bahwa penggunaan metode jarimatika dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Persamaan penelitian Agung Prasetyo Nugroho dengan peneliti adalah sama sama mengakaji jarimatika dan kemampuan berhitung perkalian. Sementara hal yang membedakannya adalah variabel yang diteliti yang mana pada kajian teori juga akan berbeda nantinya dan penelitian yang dilakukan Agung Prasetyo Nugroho adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sedangkan yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian eksperimen. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Januar Agnes Earthiana (2011), judul Peningkatan Kemampuan Berhitung Perkalian dengan Menggunakan Metode Jarimatika Pada Peserta Didik Kelas II SD Negeri Blimbing I Tahun Ajaran 2010/2011. Dari hasil penelitiannya ditemukan bahwa dapat meningkatkan kemampuan berhitung perkalian peserta didik. Persamaan penelitian Januar Agnes Earthiana dengan peneliti adalah sama sama mengakaji jarimatika dan kemampuan berhitung perkalian. Sementara hal yang membedakannya adalah penelitian yang dilakukan Januar Agnes Earthiana adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sedangkan yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian eksperimen.

35 5. Penelitian yang dilakukan oleh Aulia Dezi Nur Rahma (2013), judul Efektifitas Pembelajaran Matematika Pada Bab Perkalian melalui Metode Jarimatika Terhadap Ketuntasaan Belajar Siswa Kelas II MI Pabelan Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2012/2013. Dari hasil penelitiannya ditemukan bahwa terdapat peningkatan kemampuan berhitung perkalian peserta didik dan juga peningkatan efektivitas pembelajaran matematika. Persamaan penelitian Aulia Dezi Nur Rahma dengan peneliti adalah sama sama mengakaji jarimatika dan kemampuan berhitung perkalian. Sementara hal yang membedakannya adalah penelitian yang dilakukan Aulia Dezi Nur Rahma adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sedangkan yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian eksperimen. C. Kerangka Konseptual Pembelajaran Matematika selama ini sering dianggap pelajaran yang sulit.dilihat dari kenyataan yang ada, banyak peserta didik yang tidak menguasai pelajaran Matematika khususnya pada operasi hitung bilangan yaitu perkalian dan pembagian. Itu terlihat dengan peserta didik tidak menguasai perkalian dengan baik.cara untuk mengatasi permasalahan tersebut peneliti memberikan metode jarimatika dalam pelajaran matematika dengan materi perkalian dan pembagian. Jarimatika adalah memanfaatkan jari jari tangan sebagai alat bantu menyelesaikan aritmatika (dalam hal ini proses berhitung): kali bagi tambah kurang atau yang lebih disingkat dengan kabataku. Jarimatika ini

36 memiliki banyak keunggulan yaitu tidak memakan banyak waktu, uang dan tenaga, gerakan jari jari tangan akan menarik minat peserta didik, tidak memberatkan memori otak saat digunakan, tidak akan pernah ketinggalan dan tidak bisa disita saat ujian. Penggunaan metode jarimatika ini, pada pembelajaranmatematika pada materi perkalian dapat meningkatkan keinginan dan minat belajar peserta didik. Selain itu juga dapat meningkatkan rangsangan dalam kegiatan pembelajaran dan dapat meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap perkalian dan pembagian. Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan langkah langkah pembelajaran dengan menerapkan metode jarimatika. Dimulai dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan perkenalan metode jarimatika yang akan digunakan oleh peserta didik pada pembelajaran. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian evaluasi pembelajaran. Dari langkah langkah pembelajaran inilah diharapkan peserta didik dapat lebih memahami perkalian dan pembagian, sehingga kemampuan berhitung perkalian dan pembagian pesertadidik menjadi lebih tinggi secara signifikan.dengan demikian hasil belajar peserta didik akan menjadi lebih baik dari sebelumnya dan peserta didik dapat menguasai perkalian dan pembagian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka.

37 D. Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah Kemampuan berhitung perkalian dan pembagian peserta didik kelas II Sekolah Dasar (SD) Negeri 27 Sago, Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan Tahun ajaran 2016/2017 lebih tinggi setelah diajar dengan metode jarimatika daripada kemampuan berhitung perkalian dan pembagian peserta didik sebelum diajar dengan metode jarimatika.