BAB II LANDASAN TEORI. bank syari ah diwujudkan dengan pemberian pembiayaaan. Menurut Undang-Undang Perbankan No. 21 Tahun 2008, pembiayaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

FATWA DSN MUI. Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro. 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga.

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang

BAB II LANDASAN TEORI. yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga pokok

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengawasan adalah : a. Menurut Sondang P. Siagian pengawasan adalah proses pengamatan

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

Murabahah adalah salah satu bentuk jual beli yang bersifat amanah.

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT EL LABANA SERTA KAITANYA DENGAN FATWA DSN MUI NO.04 TAHUN 2000

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

BAB III TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB II PEMBIAYAAN MURABAHAH

RESCHEDULING NASABAH DEFAULT PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH

Pengertian. Dasar Hukum. QS. Al-Baqarah [2] : 275 Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba

BAB II LANDASAN TEORI

AL MURABAHAH DOSEN PENGAMPU H. GITA DANUPRANATA OLEH MELINDA DWIJAYANTI ( ) DHYKA RACHMAENI ( )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM)

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Mekanisme Pembiayaan Konsumtif di KOPSIM NU Batang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011) tentang Analisis

BAB II LANDASAN TEORI. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN UANG MUKA. Secara bahasa, murābahah berasal dari kata ar-ribhu ( الر بح ) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORISTIS TENTANG PENGAWASAN PEMBIYAAN MURABAHAH. adalah skim jual beli murabahah. Transaksi murabahah ini lazimnya digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR,

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PEMBAHASAN. ( Data Jumlah Pembiayaan kantor cabang Gunungpati II tahun )

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Pengertian, Dasar Hukum, Rukun Dan Syarat Murabahah. satunya adalah akad murabahah. Akad Murabahah sama dengan bentuk

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM SIDOMOJO KRIAN SIDOARJO MENGENAI BUNGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI

BAB IV IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH PADA PEMBIAYAAN EMAS DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN (STUDY KASUS)

BAB I PENDAHULUAN. syariah dianggap sangat penting khususnya dalam pengembangan sistem ekonomi

BAB III LUMAJANG. berbeda beda untuk jangka waktu cicilan yang berbeda. Penerapan keuntungan transaksi pembiayaan mura>bah{ah ditetapkan

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB I PENDAHULUAN. hukum Islam. Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk

BAB III PEMBAHASAN A. PENGERTIAN DAN LANDASAN SYARI AH BAI BITSAMAN AJIL. sebagai pembelian barang dengan pembayaran cicilan atau angsuran.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB III PEMBAHASAN. jenis barang tertentu dengan harga yang disepakati bersama. 25. tambahan keuntungan yang desepakati. 27

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk pembiayaan didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2008.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB II MURA>BAH}AH DALAM FATWA DSN-MUI. berasal dari kata ribhu (keuntungan). Sehingga mura>bah}ah berarti saling

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISA. A. Ketentuan Jaminan Pembiayaan Murabahah di BPRS Asad Alif

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kemampuan dan kecukupan dalam keuangan, maka masyarakat dapat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bunga merupakan harga yang harus dibayar/diterima untuk

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti perbankan, reksadana, dan takaful. 1. Banking System, atau sistem perbankan ganda, di Indonesia.

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

BAB IV. Seperti di perbankan syari ah Internasional, transaksi mura>bah}ah merupakan

BAB IV ANALISIS PENETAPAN MARGIN PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH DI BSM LUMAJANG DALAM TINJAUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MUI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI DERIVATIF SYARIAH PERDAGANGAN BERJANGKA DAN KOMODITI DI PT BURSA BERJANGKA JAKARTA

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. A. Karakteristik Pembiayaan Produk Flexi ib Hasanah BNI Syariah Kantor

BAB IV HASIL PENELITIAN

Menurut Antonio (2001) ada beberapa syarat khusus yang mengatur. 1) Penjual memberitahukan modal kepada nasabah

Mura>bahah adalah istilah dalam fikih Islam yang

Contoh Penghitungan Murabahah (Hipotesis)

BAB III MURABAHAH DALAM ISLAM. Murabahah berasal dari kata Rabh, yang berarti perolehan, keuntungan,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB III PEMBAHASAN. tambahan keuntungan yang telah disepakati. 1 Dalam teknis perbankan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. dengan mengambil judul Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro pada Bank

BAB IV ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BMT NU SEJAHTERA CABANG KENDAL

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

RESCHEDULING PEMBIAYAAN MURA<BAHAH MUSIMAN

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS JUAL BELI

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan untuk mencapai sasaran pembangunan. Oleh karena itu peranan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

HILMAN FAJRI ( )

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

BAB II Landasan Teori

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pembiayaan Kegiatan usaha yang dilakukan oleh bank setelah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito adalah menyalurkan kembali kepada masyarakat yang membutuhkannya. Kegiatan penyaluran dana ini dikenal dengan istilah alokasi dana. Pengalokasian dana di bank syari ah diwujudkan dengan pemberian pembiayaaan. Menurut Undang-Undang Perbankan No. 21 Tahun 2008, pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank syari ah/ unit usaha syari ah dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/pihak yang diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujroh, tampa imbalan, atau bagi hasil. 1 Bentuk pembiayaan di bank syari ah : a. Transaksi dalam bentuk bagi hasil mudharabah dan musyarakah. b. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk Ijarah atau sewa beli dalam bentuk Ijarah Muntahiya Bittamlik. c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam dan ishtisna. 1 UU No 21 Tahun 2008 11

12 1. Jenis Pembiayaan Pembiayaan dilihat dari tujuan penggunaan : a. Pembiayaan Investasi Diberikan oleh bank syari ah untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi, pembiayaan ini umumnya diberikan dalam nominal besar, serta jangka panjang dan jangka menengah. 2 b. Pembiayaan modal kerja Pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan produksi baik secara kuantitatif (jumlah hasil produksi) maupun secara kualitatif (peningkatan kualitas dan mutu hasil produksi), untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility place dari suatu barang.3 c. Pembiayaan konsumsi Diberikan kepada nasabah untuk membeli barang-barang untuk keperluan pribadi dan tidak untuk keperluan usaha. 4 2. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan Pemberian fasilitas pembiayaan mempunyai tujuan yang tidak bisa dilepaskan dari misi bank tersebut. Adapun tujuan pemberian pembiayaan secara umum adalah sebagai berikut : 5 2 Ibid.,h.114 3 Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, (Jakarta : Gema Insani,2001) h. 160 4 Ibid.

13 1. Mencari keuntungan Keuntungan merupakan hasil dari penyaluran pembiayaan kepada nasabah. Dimana hasil tersebut biasa berupa bagi hasil yang diterima oleh bank atas pembiayaan yang telah diberikannya kepada nasabah. 2. Membantu usaha nasabah Tujuan penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh bank adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik berupa dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana pinjaman dari bank tersebut pihak debitur (nasabah) dapat mengembangkan dan memperluas usahanya. 3. Membantu pemerintah Bagi pemerintah semakin banyak jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik. Hal ini mengingat bahwa semakin banyak pembiayaan berarti adanya peningkatan pembangunan diberbagai sektor. Keuntungan lain dari penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh bank kepada nasabah terhadap pemerintah adalah : a. Penerimaan pajak yang diperoleh dari keuntungan nasabah dan bank. b. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk pembiayaan pembangunan usaha baru atau peluasan usaha akan membutuhkan 5 Veithzal Rivai, dkk, Bank and Financial Institution Management, (Raja Grafindo Persada, Jakarta : 2007), h. 439

14 tenaga kerja baru sehingga dapat menyedot tenaga kerja yang masih menganggur. c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa. d. Menghemat devisa Negara, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya diimpor dari negara lain sekarang sudah dapat diproduksi di negeri sendiri. e. Meningkatkan devisa Negara, apabila pemberian pembiayaan dibiayai untuk produk yang diekspor ke luar negeri. Disamping tujuan di atas, pemberian pembiayaan memiliki fungsi sebagai berikut : 6 1. Untuk meningkatkan daya guna uang Dengan adanya pembiayaan dapat meningkatkan daya guna uang, dimana adanya pembiayaan uang bisa menghasilkan barang atau jasa. 2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari suatu wilayah ke wilayah lainnya sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh pembiyaan maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.. 3. Untuk meningkatkan daya guna barang 6 Ibid, h. 440

15 Pembiayaan yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh nasabah untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna. 4. Meningkatkan peredaran barang Pembiayaan dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari suatu wilayah ke wilayah lain, sehingga jumlah barang yang beredar dari suatu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau pembiayaan dapat pula meningkatan jumlah barang yang beredar. 5. Sebagai alat stabilitas ekonomi Pembiayaan yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. Hal ini dapat membantu stabilitas ekonomi. 6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha Bagi nasabah penerima pembiyaan, hal ini tentu akan dapat meningkatkan kegairahan dalam berusaha. Apalagi bagi nasabah yang benar-benar kekurangan modal. 7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan Semakin banyak pembiayaan yang disalurkan akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Misalkan jika sebuah pembiayaan diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran. Disamping itu, bagi masyarakat disekitar pabrik juga

16 akan dapat meningkatkan pendapatannya dengan membuka warung atau menyewakan rumah kontrakan atau jasa lainnya. 3. Analisis Pemberian Pembiayaan Dalam pemberian pembiayaan diperlukan analisis terhadap terjadinya suatu resiko gagal bayar. Bank harus berhati-hati (prudent) dalam memberikan pembiayaan kepada calon nasabah. Penilaian yang dilakukan oleh bank menggunakan analisis 5C diantaranya : a. Character (sifat-sifat si calon nasabah) Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak orang yang diberikan pembiayaan benar-benar dapat dipercaya, hal ini dapat diketahui dengan cara menanyakan dalam lingkungan pergaulannya. Misalnya, apakah dia senang judi? b. Capital (modal dasar si calon nasabah) Apakah calon nasabah mempunyai modal awal yang cukup untuk memulai suatu usaha? c. Capacity (kemampuan si calon nasabah) Dalam hal ini perlu dianalisis kemampuan calon nasabah untuk melunasi hutangnya. d. Collateral (jaminan yang disediakan calon nasabah) Merupakan jaminan yang diberikan oleh nasabah untuk memberikan keyakinan kepada bank. e. Conditions of economy ( kondisi perekonomian)

17 Hal ini sangat penting dianalisis, apakah kondisi perkonomian yang dibiayai sedang menguat atau melemah dari pasar. 7 B. Pengertian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro ib Kredit usaha rakyat (KUR) mikro ib adalah kredit perbankan kepada masyarakat untuk kegiatan usaha, dan investasi. Kredit ini diberikan oleh bank pemerintah atau bank swasta kepada usaha mikro kecil dan menengah untuk membiayai sebagian kebutuhan permodalan, dan atau kredit dari bank kepada individu untuk memenuhi kegiatan usaha. 8 Kredit usaha rakyat (KUR) mikro ib merupakan KUR pola syari ah dengan plafond maksimal Rp 25.000.000 (dua puluh lima juta rupiah) dengan margin pembiayaan 9% p.a (pertahunnya) sesuai dengan prinsip syari ah. Kredit usaha rakyat (KUR) mikro diperuntukan kepada pelaku usaha mikro, kecil dan menegah. Sektor usaha yang dibiayai yaitu sektor pertanian, perikanan, industri pengolahan, perdagangan, konstruksi dan jasa-jasa. 9 Sumber dana penyaluran KUR adalah 100% (seratus persen) bersumber dari dana bank pelaksana dijamin secara otomatis (automatic cover) oleh perusahaan penjamin dengan nilai penjaminan sebesar 70% (tujuh puluh persen) dari plafond KUR mikro ib. Usaha mikro menurut kementrian Koperasi dan UKM adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan bersifat tradisional dan informal, dalam arti belum terdaftar, belum tercatat dan belum berbadan hukum. Dengan hasil penjualan (omset) tahunan paling banyak Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta 7 Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia ( Yogyakarta : Andi Offset, 2005), h.123 8 www.brisyariah.co.id di akses tanggal 06 Juni 2017 9 Ibid.

18 rupiah). Atau memiliki kekayaan paling banyak Rp 50.000.000.- (lima puluh juta rupiah) tidak temasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 10 Defenisi usaha mikro menurut Bank Indonesia adalah kredit yang besarnya Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) sampai dengan Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah). Defenisi usaha mikro menurut undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM adalah usaha produktif milik orang perorangan dan, atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. 11 Usaha mikro kecil menengah mempunyai suatu potensi pertumbuhan kesempatan kerja yang sangat besar, pertumbuhan UMKM dapat dimasukan sebagai suatu elemen penting dari kebijakan-kebijakan nasional untuk meningkatkan kesempatan kerja dan menciptakan pendapatan. 12 Pada tanggal 10 Juni 2008, DPR mengesahkan UU tentang usaha mikro,kecil,dan menengah (UMKM). Selanjutnya Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, mengundangkannya pada 4 Juli 2008 menjadi UU No 28 tentang UMKM. Pengundangan UU No 20 Tahun 2008 menjadi peluang bagi perbankan syari ah untuk terlibat secara maksimal dalam pemberdayaan UMKM. 13 UU No 20 Tahun 2008 menyatakan bahwa tujuan pemberdayaan UMKM adalah : 10 Bendi Linggau dan Hamidah, Bisnis Kredit Mikro,(Jakarta : Papas Sinar Sinanti, 2010),cet ke-1, h.17 11 Ibid. 12 Tulus Tambunan, UMKM di Indonesia,( Bogor : Ghalia Indonesia,2009) h.2 13 Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan Syariah, (Jakarta : Rajawali Pers, 2009), h.243

19 a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang. b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan UMKM menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. Meningkatkan peran UMKM dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan (pasal 5 UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM). 14 C. Akad yang Terkait Pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro ib Akad yang terkait pembiayaan KUR mikro ib adalah jual beli (Murabahah). Murabahah adalah istilah dalam fikih Islam yang berarti suatu bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan harga perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan. 15 Murabahah didefenisikan oleh para fuqaha sebagai penjualan barang seharga biaya/harga pokok (cost) barang tersebut ditambah dengan mark-up atau margin keuntungan yang disepakati, dalam beberapa kitab fikih murabahah merupakan salah satu bentuk dari jual beli yang bersifat amanah. 16 Dengan demikian yang dimaksud pembiayaan murabahah adalah akad perjanjian penyediaan barang berdasarkan jual-beli, dimana bank membiayai atau membelikan kebutuhan barang atau investasi nasabah dan menjual lagi kepada nasabah ditambah dengan keuntungan yang disepakati. Pembayaran 14 UU No 20 Tahun 2008 Tentang UMKM 15 Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2008) h. 81 16 Wiroso, Jual Beli Murabahah, (Yogyakarta : UII Press, 2005), h. 13

20 nasabah dilakukan secara mencicil/angsur dalam jangka waktu yang ditentukan. 17 1. Landasan Hukum Pembiayaan Murabahah a. Pengaturan dalam Hukum Positif 1) Pasal 1 ayat (13) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan ; 2) PBI No. 9/9/PBI/2007 dan PBI No 10/16/PBI/2008 tentang pelaksanaan prinsip syari ah dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa bank syari ah ; 3) Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/17/PBI/2008 tentang produk bank syari ah dan unit usaha syari ah ; 4) Ketentuan pembiayaan murabahah dalam praktik perbankan syari ah di Indonesia dijelaskan dalam Fatwa Dewan Syari ah Nasional No.04/DSNMUI/IV/2000 tentang murabahah : 5) Pasal 19 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syari ah yang mengatur mengenai kegiatan usaha bank umum syari ah yang salah satunya adalah pembiayaan murabahah. b. Landasan Syari ah 1. Al-Qur an Landasan hukum pembiayaan murabahah terdapat dalam Q.S Al-Baqarah:275 ; 17 Bagya Agung Prabowo, Aspek Hukum Pembiayaan Murabahah Pada Perbankan Syariah,, (Yogyakarta : UII Press, 2012), h. 26

21 و أ ح ل للا ال ب ي ع و ح ر م الر ب ا sesungguhnya Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba Dan juga terdapat dalam Q.S An-nisa ayat 29 yang berbunyi : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesama kamu dengan cara yang bathil, kecuali dengan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu; dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya allah adalah maha penyayang kepadamu. 18 Dari ayat di atas dijelaskan bahwa Allah melarang memakan harta dengan cara yang tidak diridhoi Nya, kecuali dengan transaksi yang berdasarkan suka sama suka di antara kedua belah pihak. 2. Hadist عن سبعيبن النبي هللا ىلص قال: ثالث فيهن البلركاة: البيع الى اجل والمقارضت والحط البر بالشعير اللبيت الللبيع Dari Su aib, Rasulullah SAW bersabda: tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan: menjual dengan pembayaran secara tangguh, muqaradah (nama lain dari mudarabah ) dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah tidak untuk dijual. (HR. Ibnu Majjah) 1989) 18 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannnya, ( Semarang : Toha Putra.

22 c. Rukun dan Syarat Pembiayaan Murabahah Rukun murabahah merupakan urutan yang diantara salah satunya tidak boleh ditinggalkan. Jika salah satunya tidak ada maka jual beli (murabahah) tersebut tidak sah sedangkan syarat merupakan hal yang mengiringi sahnya pelaksanaan jual beli (murabahah). 1. Rukun Murabahah a. Adanya penjual (Bai ). b. Adanya pembeli (Musytari ). c. Adanya barang yang diperjual belikan. d. Harga terhadap barang yang akan diperjual belikan. e. Adanya kesepakatan diantara penjual dan pembeli (ijab dan qabul). 2. Syarat Murabahah a. Penjual memberitahu berapa modal kepada nasabah. b. Kontrak pertama harus sah harus sesuai dengan rukun yang ditetapkan. c. Kontrak harus bebas dari riba. d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang yang sudah diperjual belikan.

23 3. Skema Pembiayaan Murabahah 1. Negosiasi & Persyaratan 2. Akad Jual Beli Bank Nasabah 3. Beli Barang 6. Bayar kewajiban Supplier / Penjual 4. Kirim 5.Terima Barang dan Dokumen Keterangan : 1. Negosiasi jual beli barang antara nasabah dengan bank. 2. Bank dan nasabah menandatangani akad, dengan menentukan : a. Jumlah keuntungan bank diketahui nasabah. b. Barang yang akan di beli harus jelas dan benar. c. Sistem pembayaran harus jelas. 3. Bank membeli barang pesanan nasabah kepada supplier atau menunjuk nasabahnya sebagai agen pembelian barang tersebut atas nama baru, kemudian bank membayar harga barang yang dipandang sah jika dilengkapi dengan kwitansi atau dokumen sejenisnya. 4. Bank menjual barang ke nasabahnya dengan harga pembelian di tambah margin. 5. Nasabah menerima barang sesuai dengan harga pesanannya beserta dokumen pembelian barang.

24 6. Nasabah membayar kewajibannya yaitu sebesar harga jual bank dengan cara angsuran selama jangka waktu yang disepakati. D. Fatwa DSN Tentang Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro ib Fungsi utama fatwa Dewan Syariah Nasional adalah mengawasi produk-produk lembaga keuangan syari ah agar sesuai dengan syari ah Islam. Fatwa DSN yang terkait dengan pembiayaan kredit usaha rakyat (KUR) adalah, fatwa No : 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah. Fatwa Dewan Syariah Nasional No : 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang murabahah Menimbang, Mengingat, Memperhatikan, Memutuskan, Menetapkan: Fatwa tentangmurabahah : Pertama : Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank Syari ah: 1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba. 2. Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syari ah Islam. 3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya. 4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba. 5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang. 6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan)

25 dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungan. Dalam kaitan ini bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. 7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu yang telah disepakati. 8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah. 9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, memjadi milik bank. Kedua : Ketentuan Murabahah kepada Nasabah 1. Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang atau aset kepada bank. 2. Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang. 3. Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerima (membeli)nya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya, karna secara hukum perjanjian tersebut mengikat ; kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli. 4. Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan.

26 5. Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut. 6. Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah. a) Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut,ia tinggal membayar sisa harga : b) Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut : dan jika uang muka tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya. Ketiga : Jaminan dalam murabahah 1. Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya. 2. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang. Keempat : Utang dalam Murabahah 1. Secara prinsip, penyelesaian utang nasabah dalam transaksi murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang terebut. Jika nasabah menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban menyelesaikan utangnya kepada bank. 2. Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum berakhir, ia tidak wajib melunasi segera angsurannya.

27 3. Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap harus menyelesaikan utangnya sesuai kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau meminta kerugian diperhitungkan. Kelima : Penundaan pembayaran dalam murabahah 4. Nasabah yang memiliki kemampuan tidak tidak dibenarkan menunda penyelesaian utangnya. 5. Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. Keenam : Bangkrut dalam Murabahah Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan utangnya, bank harus menunda tagihan utang sampai ia menjadi sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan.