KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

dokumen-dokumen yang mirip
TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

STRUKTUR MAJEMUK MASYARAKAT INDONESIA MASYARAKAT MAJEMUK MEMILIKI SUB STRUKTUR DENGAN CIRI YANG SANGAT BERAGAM SEHINGGA DISEBUT MAJEMUK

BAB I PENDAHULUAN. satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34)

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN. by. EVY SOPHIA

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik.

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,

parameter nominal Dapat menyebabkan disintegrasi sosial/budaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

KEWARGANEGARAAN INTEGRASI NASIONAL : PLURALITAS MASYARAKAT. Modul ke: 14Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika

BAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis,

I. PENDAHULUAN. setiap Pemilihan Kepala Daerah. Hal ini dikarenakan etnis bisa saja

I. PENDAHULUAN. Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Repubik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. pertanyaan-pertanyaan penelitian, yang menjadi fokus penelitian. Selanjutnya,

industrialisasi di Indonesia telah memunculkan side effect yang tidak dapat terhindarkan dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunjukkan oleh manusia lain sebagai pelaku komunikasi. berupa ekspresi, gerak tubuh, maupun simbol simbol tertentu yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. konflik antar kelompok maupun disintegrasi sosial. Sebetulnya kemajemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK

PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKARAKTER. Muh.Anwar Widyaiswara LPMP SulSel

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).

BAB V PENUTUP Kesimpulan

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN

PARTAI POLITIK DAN KEBANGSAAN INDONESIA. Dr. H. Kadri, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

BAB I PENDAHULUAN. umum dikenal dengan masyarakat yang multikultural. Ini merupakan salah satu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika Multikulturalisme Kanada ( ). Kesimpulan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sistem sosial budaya harus tetap berkepribadian Indonesia.

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

BAB II TEORI KONFLIK DAN KONSENSUS

V KONSEKWENSI MULTIKULTURALISME BANGSA

PROBLEM OTONOMI KHUSUS PAPUA Oleh: Muchamad Ali Safa at

PERLINDUNGAN HAK-HAK MINORITAS DAN DEMOKRASI

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sosiokultural yang beragam dan geografis yang luas. Berikut adalah

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XI (SEBELAS) SOSIOLOGI STRUKTUR DAN DIFERENSIASI SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan ada di dalamnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

28 Oktober 1928, yaitu sumpah pemuda. Waktu itu, sejarah mencatat betapa masingmasing

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN SOSIOLOGI STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN

KONFLIK, PERDAMAIAN DAN MASALAH PENGUNGSI DI MADURA

KEBIJAKAN SENTRALISTIK DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan

Peningkatan Kesalehan Sosial demi Terjaganya Harmoni Sosial

TINJAUAN PUSTAKA. A. Politik Identitas. Sebagai suatu konsep yang sangat mendasar, apa yang dinamakan identitas

Pemahaman Multikulturalisme untuk Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

MASALAH SOSIAL BUDAYA DITINJAU DALAM BERBAGAI NUR ENDAH JANUARTI, MA

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

UN SMA IPS 2008 Sosiologi

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme

IDENTITAS NASIONAL. Februl Defila Yola Sri Wahyuni Wahyu Rahma Dahlia Novita Wahyuli Windy Violita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia memiliki suku, adat istiadat, bahasa, agama, ras, seni dan

SILABUS Nama Sekolah : SMA Negeri 78 Jakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Berkaitan dengam dua konsep di atas, maka keragaman diperlukan adanya kesetaraan atau kesederajatan. Artinya,meskipun individu maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Identitas pertama kali diperkenalkan oleh Aristoteles dan dipakai oleh para

ARTIKEL ILMIAH POPULER STUDY EXCURSIE

BAB IV KESIMPULAN. dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman,

Inisiasi 2 LANDASAN MORAL, SOSIO-KULTURAL, RELIGI HAK AZASI MANUSIA

PEMBAHASAN SOAL SOSIOLOGI PAKET A TAHUN Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan-hubungan serupa itu mengandaikan sekurang-kurangnya satu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20. Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGERTIAN MOBILITAS SOSIAL

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang :

BAB I PENDAHULUAN. lain, mulai dari lingkungan lokal (keluarga) sampai ke lingkungan sosial luar (masyarakat).

MASYARAKAT MULTIKULTURAL

UN SMA IPS Prediksi 1 UN SMA IPS Sosiologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan

KISI-KISI PENULISAN SOAL USBN. MATERI Konsep Dasar Sosiologi. X Objek Kajian Sosiologi. X Fungsi sosiologi dalam kajian masyarakat

BAB V STRATIFIKASI SOSIAL

BAB II KONFLIK DALAM PERSPEKTIF DAHRENDORF. melekat dalam setiap kehidupan sosial. Hal-hal yang mendorong timbulnya

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kanada merupakan salah satu negara multikultur yang memiliki lebih

I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan

TUGAS AKHIR KONFLIK DI INDONESIA DAN MAKNA PANCASILA

Keterangan: 1 1 = Pengusa/Pejabat = Masyarakat/Rakyat 2

ANALISA PENYEBAB TERJADINYA KONFLIK HORIZONTAL DI KALIMANTAN BARAT. Alwan Hadiyanto Dosen Tetap Program Studi Ilmu Hukum UNRIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kemajemukan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak lagi terelakkan. Dalam organisasi-organisasi bisnis, kondisi ini terkadang

BAB I PENDAHULUAN. luas dan sekaligus merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia.

PLURALISME-MULTIKULTURALISME DI INDONESIA

Bab Tiga Belas Kesimpulan

Movement mudah diterima oleh masyarakat global, sehingga setiap individu diajak untuk berpikir kembali tentang kemampuannya dalam mempengaruhi

BAB V KESIMPULAN. Bab ini berisi kesimpulan akhir dari penulisan skripsi ini. Kesimpulan ini

Transkripsi:

BAB VI KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU Konflik merupakan sebuah fenonema yang tidak dapat dihindari dalam sebuah kehidupan sosial. Konflik memiliki dua dimensi pertama adalah dimensi penyelesaian dan dimenasi keduanya adalah bentuk. Hal yang disebut pertama memiliki dua ujung yakni terjadinya perpecahan dan tindak kekerasan yang melahirkan disintegrasi, sementara pada ujung lainnya terjadi konsolidasi setelah perbedaan-perbedaan dapat dikemukakan solusinya. Oleh karena itu, konflik perlu diantisipasi sedemikian rupa agar ujung pertama yang dapat memicu terjadinya tindak kekerasan dan kerugian dapat dihindari. Berikut ini dikemukakan jawaban dari diskusi tentang faktor-faktor yang bertanggung jawab terhadap konflik antar komunitas. Selain itu bab ini mencoba mengungkap apakah pluralisme kultural pada dasarnya merupakan faktor pemersatu dan penyeimbang, atau sebaliknya sebagai faktor pemecahbelah kesatuan. Pertanyaan selanjutnya yang dikemukakan adalah sejauh mana pembentukan identitas akan berfungsi sebagai faktor pemersatu atau sebaliknya. Integrasi Sosial & Konflik Horizontal 103

Beberapa kajian tentang konflik antar komunitas etnis yang pernah ada menunjukkan bahwa kegelisahan, pertikaian, konflik, dan perpecahan, bukan dihasilkan oleh pluralisme kultural, etnis dan geografis, melainkan lebih merupakan konsekuensi dari perbedaan-perbedaan dalam kepentingan politik dan ekonomi, serta persaingan yang tidak adil. Setiap komunitas etnis memiliki tradisi, nilai-nilai serta mekanisme yang spesifik dalam mengatasi berbagai ketidaksepakatan yang timbul diantara mereka. Pluralisme kultural sebagai hasil dari keragaman etnis dan kepercayaan, tidak dengan sendirinya menghasilkan konflik dan pertentangan, serta disintegrasi, akan tetapi juga menciptakan integrasi dan menguatkan kerjasama dan kesatuan. Menurut para analis konflik terdapat enam faktor pemicu dan akar permasalahan yang menghasilkan konflik antar etnis yaitu : perbedaan kultural, persaingan yang tidak adil, kriminalitas dan premanisme, kebijakan-kebijakan pemerintah pusat yang tidak memperhatikan kepentingan lokal, struktur sosialekonomi dan persaingan yang tidak adil, ketidakmampuan dan kelemahan aparat hukum. Dengan demikian maka menjadi sebuah catatan bahwa perbedaan-perbedaan fisik, identitas etnis, nilai-nilai budaya dan orientasi yang muncul, tidak akan serta-merta menciptakan konflik diantara kelompok atau komunitas etnis. Dalam konsep tentang stratifikasi sosial dijelaskan bahwa berbagai ketidaksamaan kesempatan ( inequality ) dalam masyarakat dapat menimbulkan konflik. Perspektif konflik menyatakan bahwa perbedaan-perbedaan kepentingan sangat potensial untuk menciptakan konflik sosial dan politik, dan bahwa intensitas konflik bukan disebabkan oleh perbedaanperbedaan kultural, akan tetapi lebih diakibatkan oleh masalahmasalah yang bersifat struktural. Penjabaran fenomena konflik di Bagan Siapiapi sangat mendukung pemahaman ini. Terbukti 104 Integrasi Sosial & Konflik Horizontal

dari jawaban yang diperoleh dari semua informan bahwa pertikaian dapat dihindari apabila kesempatan bekerja dan berusaha terdistribusi secara merata pada semua warga masyarakat. Seiring dengan penjelasan ini, tindakan anomi sosial akan muncul apabila sekelompok orang tidak mampu mendapatkan dan menguasai akses atau sarana pemenuhan kebutuhan. Fasilitas dan kesempatan untuk mencapai tujuan dalam semua aspeknya, tidak pernah cukup tersedia untuk seluruh anggota masyarakat. Kondisi ini salah satunya akan menghasilkan perilaku rebellion atau memberontak, yang maknanya adalah menggunakan cara-cara yang tidak biasa, termasuk kekerasan, untuk mencapai tujuannya. Perilaku-perilaku seperti ini tentunya akan menimbulkan konflik ketika berhadapan dengan kelompok yang lebih menguasai akses ekonomi atau politik. Komunitas etnis yang merasa tidak mendapat kesempatan yang sama dengan komunitas yang dominan, akan melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai dominan, yang kemudian memunculkan kondisi anomi sosial. Pada komunitas yang terdiri dari beragam etnis harus dikembangkan pemahaman yang sama tentang multikulturalisme, yakni sebuah paham yang memandang kelompokkelompok etnis yang ada sebagai sebuah kesatuan budaya yang utuh dan memiliki kesamaan derajat. Multikulturalisme adalah sebuah ideologi yang mengakui perbedaan sosio-kultural dan kesamaan derajat, baik secara individual maupun kultural. Disini tersirat sebuah sikap menghargai setiap ekspresi individu anggota kelompok etnis, baik secara sosial, budaya, maupun politis. Sehingga tidak akan terjadi berbagai tindak pemerasan dan kekerasan sosio-kultural, oleh satu kelompok atau komunitas etnis terhadap kelompok atau komunitas etnis yang lain. Integrasi Sosial & Konflik Horizontal 105

Pemahaman warga masyarakat tentang multikulturalisme, akan memandang kelompok-kelompok etnis yang berbeda itu sebagai bagian atau sub-sub sistem yang aktif, yang memiliki kesamaan hak untuk mengekspresikan diri secara individual, sosial, kultural, maupun politis. Ekspresi kolektif yang berdasarkan pada multikulturalisme ini, diharapkan tidak akan tergelincir pada primordialisme yang berlebihan, dan tetap dapat menjadi bagian yang sangat signifikan dalam upaya mencapai keberhasilan pembangunan nasional yang berorientasi global. Dalam sebuah pola interaksi antar etnis, seringkali tanpa disadari terjadi proses penguatan identitas kelompok. Prosesproses yang sering terjadi antara lain adalah purifikasi dan revitalisasi. Purifikasi merupakan proses identifikasi kelompok yang dilakukan oleh suatu kelompok etnis, ras, atau keagamaan tertentu, dengan cara menjaga kemurnian serta keaslian nilainilai dan karakteristik yang dimilikinya. Proses ini sangat penting untuk menghindari penyimpangan dan perusakan-perusakan nilai kultural oleh nilai-nilai lain dari luar komunitas etnis, ras, ataupun keagamaan tertentu, dengan mengupayakan sebuah loyalitas tunggal dari anggota komunitas. Beberapa tindakan purifikasi yaitu antara lain, meyakini prinsip endogami dan menentang kawin campur, pemutusan hubungan dan isolasi kelompok, serta bersikap eksklusif. Tindakan purifikasi seperti ini dapat mengakibatkan perpecahan diantara kelompok-kelompok masyarakat, dan bahkan dalam beberapa kasus terjadi pelanggaran hak azazi manusia untuk hidup dalam kesederajatan, sebagaimana yang dialami oleh etnis Yahudi pada masa Nazi, ataupun warga kulit hitam di Amerika Serikat dan belahan dunia lainnya. Loyalitas dan solidaritas tunggal sedemikian (berlawanan dengan cross-cutting loyalities atau cross-cutting affiliation) akan mudah sekali mem- 106 Integrasi Sosial & Konflik Horizontal

bangkitkan konflik dengan komunitas etnis lainnya, terutama ketika aspek-aspek lainnya ikut berperan. Purifikasi mungkin masih diperlukan, tetapi terutama hanya berkaitan dengan nilai-nilai moral yang mutlak, seperti misalnya agama. Nilai-nilai seperti ini, karena bersifat absolut dengan penganutan dan kepercayaan yang total, maka harus selalu dijaga kemurniaannya. Tindakan-tindakan purifikasi seperti ini, akan mampu menjamin nilai-nilai agama tersebut tidak akan tercemar oleh nilai-nilai luar yang mungkin akan merusaknya. Hal ini juga yang membuat konflik-konflik antar kelompok agama menjadi lebih intens. Selain karena fanatisme dan sentimen keagamaan yang tinggi ketika berhadapan dengan kelompok agama lain, konflik antar kelompok agama juga dapat dipicu oleh tindakan purifikasi yang berlebihan. Sedangkan yang menyangkut kelompok etnis atau ras, purifikasi sebaiknya tidak dilakukan. Khusus untuk kelompok etnis Melayu yang hidup di beberapa wilayah di Indonesia, purifikasi memang pernah dijalankan pada masa lalu, akan tetapi terbatas pada pemeliharaan tradisi serta purifikasi yang berkaitan dengan agama islam, yang disebut sebagai ethno-religio identification, yakni identifikasi etnis yang berdampingan dengan identifikasi religius. Berbeda dengan purifikasi yang membutuhkan banyak diskusi untuk menjelaskannya, revitalisasi bermakna penguatan kembali identitas sebuah kelompok dalam berhadapan dengan kelompok lain, atau munculnya kesadaran etnik atas reaksi logis terhadap realitas sosial, merupakan suatu proses yang lebih mudah diterima. Berdampingan dengan revivalisasi, yakni sebuah kesadaran etnis yang muncul dari penguatan-penguatan internal kelompok oleh proses sosialisasi, revitalisasi menjadi sebuah proses yang sangat diperlukan oleh kelompok-ke- Integrasi Sosial & Konflik Horizontal 107

lompok etnis, ras, dan religi, untuk mendapatkan pengakuan yang layak dari kelompok-kelompok lain. Bentuk-bentuk kongkrit dari revitalisasi ini antara lain, munculnya lembaga-lembaga adat, sosialisasi hukum-hukum adat, masuknya konsep putera daerah pada sistem politik nasional. Proses revitalisasi sedemikian ini memberikan warna tersendiri pada dinamika sosial dan politik masyarakat multikultural. Selain dampak positif yang diharapkan, tentunya muncul pula dampak negatifnya, seperti pemanfaatan hukumhukum adat oleh oknum-oknum yang mengutamakan kepentingan kelompok, serta menimbulkan pertikaian etnis horisontal dan vertikal. Fenomena negatif ini diakibatkan timbulnya revitalisasi bersamaan dengan tampilnya kesadaran etnis lainnya, atau ketidakseimbangan kekuatan sistem politik yang berjalan, atau juga karena tidak adanya kemampuan dan kualitas yang mendasari munculnya kesadaran etnis tersebut. Revitalisasi, yang dalam hal ini berkaitan dengan reaksi kelompok etnis terhadap realitas sosial yang dihadapi, merupakan proses yang perlu dijalankan oleh beberapa kelompok etnis tertentu. Hendaknya yang perlu diperhatikan disini adalah, semangat yang melatarbelakangi proses revitalisasi. Semangat yang harus ditumbuhkan bukan hanya semata-mata mengunggulkan identitas kelompok, tetapi lebih pada pengakuan terhadap kesamaan hak dan kesetaraan derajat antar kelompok etnis yang ada. Untuk mendapatkan pengakuan, sebagaimana konsep achieved status dalam sosiologi, maka kualitas diri harus pula memenuhi ekspektasi dari totalitas sistem. Dengan demikian, maka sebuah komunitas etnis yang merasa perlu melakukan revitalisasi, haruslah memperhatikan variabel-variabel penting yang akan berpengaruh pada tujuan positif dari proses ini. Pembahasan mengenai konflik antar dua kelompok masya- 108 Integrasi Sosial & Konflik Horizontal

rakat, sangat tergantung pada perspektif yang kita gunakan. Ketika perspektif radikal mengedepan, konsep-konsep tentang ketimpangan, ketidaksamaan, dan perbedaan kepentingan akan menjadi pokok bahasan, sementara apabila perspektif fungsional yang digunakan, maka perbenturan budaya nilai dan peradaban yang mungkin akan lebih diperhatikan. Analisis sebuah fenomena konflik dihadapkan pada tuntutan untuk mengajukan bentuk pemecahan masalah ( problem solving ). Dengan demikian pertanyaan yang muncul bukanlah perspektif mana yang benar untuk menganalisis masalah, tetapi perspektif manakah yang dapat menghasilkan sebuah bentuk penyelesaian konflik. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap intensitas (kedalaman) dan frekuensi (kekerapan) konflik yang terjadi. Konflik menjadi lebih intens ketika melibatkan perbedaan nilainilai atau orientasi hidup yang mendasar, atau ketika diperkuat oleh berbagai bentuk ketidaksamaan, kesenjangan serta ketimpangan. Sebaliknya, selain adanya kesetaraan hak dan kesempatan, konflik dapat dihindari oleh munculnya loyalitas bersama antar komunitas dibidang sosial, budaya, ekonomi maupun politik, yakni dengan adanya kesamaan organisasi maupun lapangan kerja. Faktor-faktor positif seperti ini merupakan salah satu karakteristik sosial masyarakat perkotaan, dimana muncul asosiasi-asosiasi serta komunitas-komunitas yang bersifat lintas budaya. Konflik yang berkepanjangan memang hanya dapat dipahami dari perspektif radikal. Walaupun perspektif ini tidak pernah secara khusus memperhatikan etnisitas, akan tetapi sebagian besar konflik sosial yang terjadi, baik didalam agama maupun etnis, diakibatkan adanya dominasi suatu kelompok atas kelompok lainnya. Dominasi ini dapat terwujud dalam kehidupan sosial, ekonomi, politik, ataupun budaya. Dari Integrasi Sosial & Konflik Horizontal 109

pemahaman adanya dominasi kelompok ini, bentuk penyelesaian yang bisa dipertimbangkan adalah dengan menekan sekecil mungkin ketimpangan-ketimpangan yang terjadi, dan menyediakan wadah atau sarana interaksi antar berbagai komunitas. 110 Integrasi Sosial & Konflik Horizontal