Perancangan Fire Control and Safety Plan pada Kapal Konversi LCT menjadi Kapal Small Tanker Tri Octa Kharisma Firdausi 1*, Arief Subekti 2, dan Rona Riantini 3 1 Program Studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya 60111 2, 3 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya 60111 * E-mail: trioctakharisma@gmail.com Abstrak Kapal Small Tanker ini merupakan kapal konversi LCT milik perusahaan galangan kapal PT. Orella, yang memuat sekitar 10 ABK dengan LoA 44,55 m dan tonase 340 GT. Kapal ini dikonversi, karena sejak tahun 2015, Direktur Jenderal Perhubungan Darat mengeluarkan larangan tentang penggunaan kapal tipe LCT (Landing Craft Tank) sebagai kapal angkutan penyeberangan. Dengan adanya konversi kapal, maka berdampak pula pada perubahan Fire Control and Safety Plan. Adapun cakupan pembahasan dalam Fire Control and Safety Plan, yaitu perencanaan jumlah dan peletakan Life-Saving Appliances (LSA), membuat perencanaan sistem proteksi dan pemadaman kebakaran, serta perencanaan rute evakuasi yang efektif dan cepat ketika keadaan darurat. Langkah yang dilakukan dalam merancang Fire Control and Safety Plan, yaitu merancang kebutuhan LSA, merancang sistem proteksi kebakaran, serta menentukan rute evakuasi dan menghitung kebutuhan waktu evakuasi mengacu pada regulasi SOLAS, LSA Code, FSS Code, IMO, NCVS Indonesia, dan BKI. Hasil penelitian menyebutkan bahwa Kapal Small Tanker wajib menyediakan 1 unit Lifeboat, 2 unit Liferaft, 10 unit Lifejacket, 8 unit Lifebuoy, 6 unit Hand Flares, 2 unit Smoke Signal, 12 unit Parachute Flares, 7 unit APAR, 9 unit Detektor, 14 unit Sprinkler, dan 3 unit Pilar Hydrant. Waktu evakuasi yang dibutuhkan seluruh kru kapal adalah selama 13,17 detik. Keywords: Kapal Tanker, Fire Control and Safety Plan, Life-Saving Appliances, Sistem Proteksi Kebakaran, dan Rute Evakuasi. 1. PENDAHULUAN Indonesia secara geografis merupakan sebuah negara kepulauan dengan dua pertiga luas lautan lebih besar daripada daratan. Hal ini bisa terlihat dengan adanya garis pantai di hampir setiap pulau di Indonesia (± 81.000 km) yang menjadikan Indonesia menempati urutan kedua setelah Kanada sebagai negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia. Kekuatan inilah yang merupakan potensi besar untuk memajukan perekonomian Indonesia. Untuk sarana transportasi di laut membutuhkan kapal laut, salah satu kelebihan transportasi menggunakan kapal adalah mengangkut penumpang maupun barang dengan biaya yang murah dibanding menggunkan jalur udara. Oleh karena itu semakin berkembangnya zaman dan teknologi kapal laut semakin dibutuhkan di sektor transportasi. Salah satu dari kapal laut ini adalah kapal tanker yang dipergunakan khusus untuk mengangkut tangki minyak. Menurut SOLAS Chapter I Regulasi 2, Kapal Tanker adalah kapal barang yang dikonstruksikan atau disesuaikan untuk pengangkutan muatan-muatan cair curah yang mempunyai sifat mudah menyala. Adapun prosedur keselamatan harus dipenuhi terkait dengan beberapa kasus kecelakaan yang melibatkan kapal tanker. Oleh karena itu, IMO (International Maritime Organization) berusaha untuk membuat kapal tanker lebih aman 304
dengan mengeluarkan regulasi baru terkait keselamatan kapal tanker. Kapal tanker baru harus dibangun dengan jendela-jendela langit pada kamar pompa muat yang terbuat dari baja, tidak boleh mengandung kaca dan harus dapat ditutup dari luar kamar pompanya. Kapal yang dibangun sebelum 1 Februari 1992 harus menyesuaikan dengan regulasi yang baru tersebut. Kapal small tanker yang menjadi objek penelitian pada Tugas Akhir ini merupakan kapal yang memuat sekitar 10 orang Kru Kapal dengan Length over All (LoA) 44,55 m dan tonase 340 GT. Dibangun di galangan kapal Jepang pada tahun 2006 dan sekarang sedang beralih fungsi, yaitu yang awalnya merupakan kapal LCT (Landing Craft Tank) menjadi kapal small tanker, karena sejak tahun 2015, Direktur Jenderal Perhubungan Darat mengeluarkan larangan tentang penggunaan kapal tipe LCT (Landing Craft Tank) sebagai kapal angkutan penyeberangan. Peralihan fungsi tersebut berdampak pada perancangan pengendalian kebakaran dan rencana keselamatannya (Fire Control and Safety Plan). Oleh karena itu, diperlukan adanya perancangan ulang fire control and safety plan untuk kapal small tanker ini. Sebagai salah satu persyaratan pengesahan gambar rancang bangun kapal yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kapal Small Tanker yang merupakan kapal konversi dari LCT harus menyertakan gambar dari Fire Control and Safety Plan. Perancangan Fire Control and Safety Plan ini bertujuan untuk merancang kebutuhan peralatan keselamatan dan pemadam kebakaran diatas kapal, serta rute evakuasi yang digunakan apabila terjadi kondisi darurat. 2. METODOLOGI 2.1 Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data merupakan suatu tahapan dimana dilakukan pengumpulan data yang akan mendukung keseluruhan penelitian. Data yang diperlukan pada penelitian ini adalah General Arrangement atau Rencana Umum (RU) dari kapal LCT (Landing Craft Tank), yang nantinya RU ini digunakan sebagai acuan untuk perancangan RU Kapal Small Tanker. Adapun isi dari RU meliputi keseluruhan spesifikasi dan ukuran kapal, yang nantinya akan digunakan untuk mendukung perancangan pengendalian kebakaran dan rencana keselamatan secara keseluruhan. 2.2 Perhitungan Jumlah Kebutuhan LSA, Perancangan dan Perhitungan Sistem Proteksi Pemadam Kebakaran, serta Perencanaan Rute Evakuasi Kapal Small Tanker Merupakan tahapan inti dari keseluruhan penelitian. Pada tahap ini akan dilakukan keseluruhan perancangan pengendalian kebakaran dan rencana keselamatan kapal small tanker. Tahap ini terdiri dari tiga bagian, yaitu perancangan dan perhitungan Life-Saving-Appliances, perancangan dan perhitungan Sistem Proteksi Kebakaran, serta Perencanaan Rute Evakuasi pada Kapal. 1) Perhitungan Jumlah Kebutuhan LSA Perhitungan peralatan keselamatan berdasarkan regulasi pada SOLAS Chapter III, LSA Code, dan NCVS Indonesia Chapter IV. 2) Perancangan dan Perhitungan Sistem Proteksi Kebakaran Perhitungan mengenai APAR dan Detektor, serta Perancangan hydrant dan sprinkler mengacu pada SOLAS Chapter II-2, BKI Rules Volume 3, IMO MSC.1/Circ. 1275 dan FSS Code. 3) Perencanaan Rute Evakuasi Regulasi yang digunakan untuk analisa sistem evakuasi adalah IMO MSC/Circ.1238 tahun 2007. 2.3 Perancangan Fire Control and Safety Plan pada Kapal Small Tanker Tahap ini merupakan tahap dimana perencanaan fire control and safety plan berdasarkan Rencana Umum (RU) kapal, disesuaikan dengan regulasi terkait untuk jenis kapal tanker. Tahap ini berisi perancangan fire control and safety plan disesuaikan dengan regulasi SOLAS. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Perhitungan Jumlah Kebutuhan LSA Berdasarkan SOLAS Chapter III tentang Life-Saving Appliances, kapal Small Tanker membutuhkan 1 unit lifeboat, 1 unit liferaft, dan 1 unit inflatable liferaft (ILR). Jumlah tersebut sudah memenuhi regulasi bahwa semua penumpang dalam kapal harus dapat ditampung menggunakan lifeboat, liferaft, dan ILR pada saaat terjadi keadaan 305
darurat. Sedangkan untuk Lifejacket yang dibutuhkan kapal small tanker adalah sejumlah 10 unit dari ketentuan bahwa lifejacket yang harus disediakan adalah sejumlah total keseluruhan penumpang, yang dalam hal ini penumpang yang dimaksud hanyalah Anak Buah Kapal (ABK). Sedangkan untuk jumlah lifebuoy yang dibutuhkan sesuai dengan SOLAS adalah 8 unit lifebuoy. Dan untuk kebutuhan Rescue Boat, kapal small tanker ini membutuhkan 1 unit. Untuk perhitungan jumlah distress flares yang dibutuhkan kapal small tanker adalah sejumlah 18 unit yang terdiri dari 6 unit hand flare, 12 unit parachute flare, dan 1 buah kotak SOPEP. Sedangkan jumlah smoke signal yang dibutuhkan sejumlah 2 unit. 3.2 Hasil Perancangan dan Perhitungan Sistem Proteksi Kebakaran Berdasarkan ketentuan dalam IMO MSC.1/Circ. 1275 tentang Penentuan Jumlah dan Jenis Alat Pemadam Api Ringan dalam kapal, maka jumlah dan jenis APAR pada kapal small tanker dijelaskan pada tabel 1. Tabel 1. Jumlah dan Jenis APAR berdasarkan ruangan dalam Kapal Geladak Ruang p l L Jumlah Jenis (m) (m) (m 2 ) APAR APAR Wheelhouse 5,09 4,8 25,356 1 A atau C WH Deck R. Kapten 2 2,1 4,2 R. Chief Engineer 2 2,1 4,2 1 A Main Deck R. ABK 1 2,5 3,6 9 1 A R. ABK 2 2,5 3,6 9 1 A Galleys 2,5 2,08 5,2 1 B Bottom Side R. Mesin 5,5 9 49,5 1 B R. Panel Kontrol 1,2 2,6 3,12 1 C Perhitungan jumlah detektor berdasarkan FSS Code Chaper 9 Poin 2.3.1. Perhitungan Jumlah Detektor Asap dan Detektor Panas pada Main Deck, Wheelhouse Deck, Bottom Side, dan Ruang Akomodasi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kebutuhan Jumlah dan Jenis Detektor No. Ruangan Luas Jenis Jumlah Area (m 2 ) Detektor Detektor 1. Wheel House 25,356 Asap 1 2. R. Kapten 4,2 Asap 1 3. R. Chief Engineer 4,2 Asap 1 4. R. ABK 1 9 Asap 1 5. R. ABK 2 9 Asap 1 6. Dapur 5,2 Asap 1 7. R. Mesin 49,5 Panas 2 8. R. Panel Kontrol 3,12 Panas 1 Jumlah Total 9 Jumlah kepala sprinkler untuk masing-masing ruangan terdapat pada tabel 3. Tabel 3. Jumlah Kebutuhan Sprinkler Tiap Ruangan Geladak Ruangan Jumlah sprinkler Wheelhouse Ruang Kapten 1 Ruang Chif Engineer 1 Utama Ruang ABK 1 1 Ruang ABK 2 1 Galley 1 Koridor 3 306
Bottom Side Ruang Mesin 5 Ruang Panel Kontrol 1 Total Jumlah Sprinkler 14 Kapasitas minimum Fire Pump: Total Losses pada Pipa Suction Hl suction total = Hl mayor + Hl minor = 11,456 x 10-4 m + 1,4606 x 10-4 m = 12,9166 x 10-4 m Total Losses pada Pipa Discharge Hl discharge total = Hl mayor + Hl minor = 8,18 x 10-4 m + 12,093 x 10-4 m = 20,273 x 10-4 m Total Losses pada Pipa Suction dan Discharge Hl total = Hl suction + Hl discharge = 12,9166 x 10-4 m + 20,273 x 10-4 m = 33,1896 x 10-4 m 3.3 Hasil Perencanaan Rute Evakuasi Kapal Small Tanker ini memiliki 3 geladak, yaitu Engine Rooms, Main Deck, dan Wheelhouse Deck. Oleh karena itu, identifikasi rute evakuasi dilakukan di tiap-tiap geladak yang ada pada Kapal Small Tanker ini. Tabel 4. Identifikasi Rute Evakuasi Engine Rooms Item Jarak (m) Note engine rooms koridor A 5,5 ke tangga A engine rooms koridor B 5,5 ke tangga B engine rooms tangga A 2,4 ke main deck engine rooms tangga B 2,4 ke main deck Tabel 5. Identifikasi Rute Evakuasi Main Deck Item Jarak (m) Note main deck koridor 1A 6,9 ke tangga 1A main deck koridor 1 B 6,9 ke tangga 1B main deck tangga 1 A 2,4 ke wheelhouse deck main deck tangga 1 B 2,4 ke wheelhouse deck 307
Tabel 6. Identifikasi Rute Evakuasi Wheelhouse Deck Item Jarak (m) Note WH Deck koridor 2A 5 ke assembly point WH Deck koridor 2 B 5 ke assembly point Berdasarkan IMO MSC.1/Circ. 1238 Annex 2, dijelaskan kemampuan berjalan maksimum dan minimum yang dimiliki oleh tiap-tiap orang di tangga maupun koridor. Adapun estimasi waktu keluar dijelaskan pada Tabel 7: Tabel 7. Estimasi Waktu Keluar pada Engine Rooms Item Jarak (m) Kecepatan (m/s) Waktu (s) Note koridor A 5,5 1,85 2,97 Ke tangga A koridor B 5,5 1,85 2,97 Ke tangga B tangga A 2,4 1,26 1,9 Ke main deck tangga B 2,4 1,26 1,9 Ke main deck Tabel 8. Estimasi Waktu Keluar pada Main Deck Item Jarak (m) Kecepatan (m/s) Waktu (s) Note koridor 1A 6,9 1,85 3,7 Ke tangga 1A koridor 1B 6,9 1,85 3,7 Ke tangga 1B tangga 1A 2,4 1,26 1,9 Ke WH Deck tangga 1B 2,4 1,26 1,9 Ke WH Deck Tabel 9. Estimasi Waktu Keluar pada Wheelhouse Deck Item Jarak (m) Kecepatan (m/s) Waktu (s) Note WH deck 5 1,85 2,7 Ke assembly koridor 2A WH deck koridor 2B 5 1,85 2,7 Total Estimasi Waktu Keluar yang dibutuhkan oleh kru Kapal Small Tanker: point Ke point assembly 1. Rute Evakuasi : koridor A tangga A koridor 1A tangga 1A koridor 2A assembly point. Total Waktu Keluar = 2,97 s + 1,9 s + 3,7 s + 1,9 s + 2,7 s = 13,17 s 2. Rute Evakuasi : koridor B tangga B koridor 1B tangga 1B koridor 2B assembly point. Total Waktu Keluar = 2,97 s + 1,9 s + 3,7 s + 1,9 s + 2,7 s = 13,17 s 4. KESIMPULAN Setelah melakukan perancangan safety arrangement, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Kapal small tanker dengan panjang 44,55 m dan dengan Kru Kapal sejumlah 10 orang, wajib menyediakan Life-Saving Appliances (LSA) dengan rincian sebagai berikut: 1) Lifeboat sejumlah 1 unit yang dapat menampung sejumlah orang yang berada di atas kapal. 2) Liferaft sejumlah 1 unit yang diletakakan di portside, dan sebagai tambahan Inflatable Liferaft sejumlah 1 unit yang diletakkan di starboard. 3) Lifejacket dewasa sejumlah 10 unit (sesuai dengan jumlah kru di atas kapal). 308
4) Lifebuoy sejumlah 8 unit (syarat minimal yang ditetapkan SOLAS). 5) Hand Flares sejumlah 6 unit, smoke signal sejumlah 2 unit, dan parachute flares sejumlah 12 unit. b. Proteksi kebakaran yang harus dipenuhi oleh Kapal Small Tanker adalah sebagai berikut: 1) Alat Pemadam Api Ringan (APAR) sebanyak 7 unit dengan jenis dan ukuran yang disesuaikan dengan ruangan yang akan dipadamkan. 2) Detektor dengan jenis asap sejumlah 6 unit, dan dengan jenis panas sejumlah 3 unit.. 3) Sprinkler dengan jumlah 14 unit yang tersebar di setiap geladak kapal. 4) Pilar hydrant yang dibutuhkan sejumlah 3 unit. c. Waktu evakuasi penumpang yang berada diatas kapal berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan parameter kecepatan berjalan maksimum dan jarak terjauh yang ditempuh oleh Kru Kapal Small Tanker adalah selama 13,17 detik. 5. DAFTAR PUSTAKA BKI (2016). Rules for the Classification and Construction of Seagoing Steel Ships Edition 2016. Biro Klasifikasi Indonesia. Jakarta. Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. 2014. Pengesahan Gambar Kapal, (Online), (http://hubla.dephub.go.id/pelayanan/pages/pengesahan-gambar-kapal.aspx. diakses 30 Mei 2017). IMO (1998). LSA Code Edition 1998. International Maritime Organization. London. IMO (2007). Guidelines for Evacuation Analysis for New and Existing Passenger Ships MSC.1/Circ. 1238 Edition 2007. International Maritime Organization. London. IMO (2007). The International Code for Fire Safety Systems (FSS Code). International Maritime Organization. London. IMO (2008). Unified Interpretation of Solas Chapter II-2 on the Number and Arrangement of Portable Fire Extinguishers on Board Ships MSC.1/Circ. 1275 Edition 2008. International Maritime Organization. London. IMO (2014). Safety of Life At Sea (SOLAS) Consolidated 6 th Edition 2014. International Maritime Organization. London. Kemenhub RI (2009). Non-Convention Vessel Standard Indonesian Flagged 1 st Edition 2009. Kementrian Perhubungan Republik Indonesia. Jakarta. 309