23 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei hingga September 2010 dan mengambil lokasi di wilayah DAS Ciliwung Hulu, Bogor. Pengolahan data dan analisis citra dilakukan di Bagian Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 3.2. Bahan dan Alat Penelitian 3.2.1. Bahan Data primer yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Data SRTM DEM versi 4 yang diperoleh dari situs web Consultative Group for International Agriculture Research Consortium for Spatial Information (CGIAR-CSI). 2. Peta Topografi digital (Peta Rupa Bumi Indonesia) skala 1:25.000, lembar Cisarua, tahun 1990 BAKOSURTANAL. 3. Citra ALOS AVNIR-2 akuisisi tanggal 17 Juli 2009. 4. Data kejadian longsor yang diambil di lokasi penelitian (titik-titik longsor) dan wawancara dengan penduduk setempat. Data sekunder yang digunakan adalah : 1. Data curah hujan wilayah Kabupaten Bogor, diambil dari data BMKG antara tahun 2004 hingga 2008. 2. Peta Tanah DAS Ciliwung Hulu, skala 1:50.000, tahun 1992, Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (Puslitanak) Bogor. 3. Peta Administrasi DAS Ciliwung Hulu, 2009 (BAKOSURTANAL) 3.2.2. Alat Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : GPS, kamera digital, komputer yang dilengkapi program ArcView versi 3.3, ArcGis 9.3, ENVI 4.5 dan Tanagra 1.4. Untuk memperoleh layer stack ALOS dan indeks vegetasi digunakan perangkat lunak ENVI, pendigitasian dan interpolasi digunakan perangkat lunak ArcGis, sedangkan untuk layout dan registrasi
24 digunakan ArcView. Untuk melakukan analisis statistik digunakan perangkat lunak Tanagra 1.4, yaitu menggunakan metode analisis diskriminan untuk mengetahui peubah yang berpengaruh nyata terhadap pemodelan DEM. 3.3. Metode Penelitian Penelitian ini terdiri dari 3 tahap, yaitu (1) persiapan dan pengumpulan data, (2) pengolahan data, (3) analisis data 3.3.1. Persiapan dan Pengumpulan Data Pada tahap ini dilakukan studi pustaka dari berbagai sumber yang dapat diperoleh dari buku teks, jurnal ilmiah, dan prosiding seminar yang berkaitan dengan tujuan penelitian, dan lokasi penelitian. Pengumpulan data lapangan (primer) dilakukan dengan mencari titik-titik longsor yang diperoleh dari informasi sekunder, seperti koran, internet, dan jurnal. Pada titik longsor dilakukan wawancara dengan penduduk setempat untuk mengetahui tentang kejadian - kejadian longsor pada wilayah penelitian. Menurut data Kantor Desa setempat, kejadian longsor banyak terjadi pada tahun 2005 2008. Titik-titik longsor yang berhasil ditemui dan diidentifikasi di lapangan selanjutnya ditentukan koordinatnya dengan GPS. Informasi lain yang diperlukan adalah penggunaan lahan setempat beserta perubahannya pada lokasi lokasi kejadian longsor dan juga pada lokasi lokasi yang tidak terjadi longsor (daerah contoh) di dalam DAS Ciliwung Hulu. Survey lapang tersebut dilakukan antara bulan Juli dan bulan September 2010. 3.3.2. Pengolahan Data Pengolahan data diawali dengan pembacaan citra (layer stack) ALOS AVNIR-2 dengan perangkat lunak ENVI. Data SRTM yang telah diunduh kemudian dipotong (cropping) pada daerah penelitian dan kemudian diubah tipe filenya ke dalam bentuk tiff, dan selanjutnya dibentuk DEM. Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) yang digunakan terlebih dahulu dilakukan pengubahan datum menjadi WGS 84 sesuai dengan datum SRTM. Peta RBI yang masih berbentuk polyline selanjutnya diubah ke dalam bentuk point untuk selanjutnya diinterpolasi. Interpolasi dilakukan dengan metode IDW
25 (Inverse Distance Weighting) untuk menduga ketinggian wilayah penelitian dengan metode 12 tetangga terdekat. Persamaan IDW adalah sebagai berikut : Keterangan : X = / X = Jarak yang diinterpolasi Zi = Nilai data (ada sebanyak n) Di = Jarak antara x dengan posisi setiap titik (sebanyak n) Resolusi spasial untuk interpolasi peta RBI disamakan dengan resolusi SRTM yaitu 90 meter dan menggunakan interval kontur 10 meter. Data DEM yang telah dibangun dari peta RBI dan SRTM selanjutnya dibandingkan untuk mengetahui hasil yang terbaik untuk pemodelan longsor berbasis DEM. Pengolahan citra ALOS AVNIR-2 adalah untuk mengetahui indeks vegetasi pada daerah penelitian sedangkan untuk pengidentifikasi jenis tanah, bahan induk, dan relief pada lokasi penelitian, diambil dari Peta Tanah Semi Detail Daerah Ciliwung Hulu skala 1:50.000 (Puslitanak, 1992). Peta tanah ini diregistrasi terlebih dahulu sebelum digunakan. Pengolahan data curah hujan digunakan untuk mengetahui nilai rataan bulan terbasah di daerah penelitian dengan membuat interpolasi nilai curah hujan dengan metode rataan bulan terbasah (interpolasi ini dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak ArcGis). 3.3.3. Analisis Data Pemodelan DEM longsor dibuat dengan memasukkan beberapa peubah dan parameter longsor. Peubah longsor yang diperoleh dari DEM adalah kemiringan lereng, aspek lereng, ketinggian tempat (elevasi), sedangkan peubah yang dipakai di luar DEM adalah indeks vegetasi, curah hujan, jenis tanah, bahan induk, dan relief. Pengukuran aspek lereng pada penelitian ini menggunakan perangkat lunak ArcGis dengan tools spatial analiyst. Dengan cara ini maka aspek lereng langsung diketahui. Adapun rumus untuk aspek lereng adalah sebagai berikut :
26 keterangan : A = 270 + arctan ( ) - 90 A = aspek lereng (fungsi dari gradient pada sumbu X dan Y terhadap arah W-E dan N-S fx = gradient arah W-E fy = gradient arah N-S ( Zhou and Liu, 2004) Peubah curah hujan dipilih dari jumlah rataan bulan terbasah pada setiap tahun, sehingga dapat diketahui bulan terbasah pada setiap tahunnya. Nilai rataan bulan terbasah kemudian diinterpolasi ke dalam bentuk IDW, sehingga didapatkan peubah untuk pemodelan longsor. Peubah jenis tanah, bahan induk, dan relief diperoleh dari hasil digitasi dari Peta Tanah Semi Detail DAS Ciliwung Hulu yang telah diregistrasi. Peubah Indeks vegetasi (NDVI dan EVI) diperoleh dari radiance citra ALOS AVNIR-2 yang dilakukan melalui fasilitas band math dengan memasukkan persamaan NDVI dan EVI sebagai berikut : NDVI = EVI = G Keterangan : NIR = nilai band 4 RED = nilai band 3 BLUE = nilai band 1 C1 = 6 C2 = 7.5 L = 1 G = 2.5 Berdasarkan hasil perhitungan terhadap peubah-peubah yang diduga berperan terhadap kejadian longsor, kemudian dianalisis dengan metode analisis diskriminan (dengan perangkat lunak Tanagra 1.4) untuk mendapatkan hasil akhir berupa pengaruh nyata/tidak terhadap pemodelan longsor. Peubah yang digunakan pada pengolahan data statistik adalah : a) peubah tujuan (respon), berupa data
27 kualitatif yaitu data longsor dan tidak longsor, b) peubah bebas (penjelas), berupa data kuantitatif, yaitu: data aspek lereng, kemiringan lereng, ketinggian tempat (elevasi), curah hujan, dan indeks vegetasi (NDVI dan EVI). Dalam hal ini parameter tanah, bahan induk, dan relief tidak digunakan karena merupakan data kualitatif.seluruh rangkaian metode penelitian ini secara diagramatis disajikan dalam bentuk diagram alir seperti pada gambar 4. Gambar 4. Diagram alir penelitian