METODOLOGI PENELITIAN
|
|
- Devi Sanjaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 METODOLOGI PENELITIAN Untuk mencapai tujuan penelitian ini, metoda analisis yang digunakan dibagi dalam lima bagian yaitu (a) analisis kondisi DAS Bekasi Hulu; (b) analisis hidrologi DAS Bekasi Hulu; (c) analisis hidrolika Sungai Bekasi Hulu; (d) analisis kerugian akibat genangan banjir dan (d) rancangan pengelolaan DAS Bekasi Hulu. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dimulai bulan Februari 2005, enam bulan pertama merupakan tahap pengumpulan dan pengolahan data sekunder. Enam bulan berikutnya untuk pengumpulan dan pengolahan data primer dan sekaligus mempersiapkan analisis yang akan dilakukan. Tahapan berikutnya ialah analisis dan penulisan dan perbaikan. Wilayah administrasi DAS Bekasi Hulu terletak di Kabupaten Bogor, Kabupaten dan Kota Bekasi Provinsi Jawa Barat. Koordinat geografis DAS Bekasi Hulu terletak pada o Bujur Timur, o Lintang Selatan (Gambar 17). Sungai Bekasi mengalir ke Utara melewati Kota Bekasi, dan sumber air berasal dari Sungai Cileungsi dan Cikeas. Sungai Cileungsi merupakan pertemuan Sungai Cileungsi dan Citeureup. Sungai Citeurep merupakan pertemuan Sungai Cikeruh dan Ciherang dan Sungai Cileungsi berasal dari pertemuan Sungai Cibadak dan Cijanggel. Di tengah Kota Bekasi terdapat Bendung Bekasi yang memisahkan Sungai Bekasi menjadi Sungai Bekasi Hulu dan Sungai Bekasi Hilir. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi Hulu didasarkan pada letak bendung Bekasi pada 106 o Bujur Timur, Lintang Selatan yang memisahkan sistem tata air Sungai Bekasi Hulu dan Hilir. Dalam penelitian ini lokasi atau satuan analisis penelitian dibedakan sebagai berikut (a) analisis kondisi DAS dilakukan pada keseluruhan DAS Bekasi Hulu; (b) analisis hidrologi dilakukan pada keseluruhan DAS Bekasi Hulu; (c) analisis hidrolika dilakukan pada Sungai Bekasi Hulu yang terletak di hilir Sungai Cikeas dan Cileungsi dan (d) analisis kerugian dilakukan pada Kota Bekasi yang merupakan daerah yang terkena banjir.
2 36 6 o LS DAS Bekasi Hilir Utara DAS Bekasi Hulu 6.75 o LS o BT o BT Gambar 17 Lokasi Penelitian. Data Dasar Data dasar yang digunakan dalam penelitian ini meliputi beberapa kelompok data sebagai berikut : a. Peta rupa bumi berupa lembaran dan data digital (DXF format) dari Bakosurtanal dengan skala 1 : Berdasarkan kode dari Bakosurtanal maka peta yang meliputi DAS Bekasi Hulu adalah sebagai berikut : Ciawi; Cisarua; Bogor; Tajur; Cibinong; Cileungsi; Pondok Gede. Selain itu juga dilengkapi dengan peta tanah, peta wilayah administrasi, peta penggunaan lahan pada lokasi yang sama. b. Peta DEM (Digital Elevation Model ) wilayah Bekasi dengan Pathrow dan c. Potongan penampang sungai pada bagian hilir DAS Bekasi Hulu didapatkan
3 37 dengan melakukan interpolasi kontur dengan menggunakan fungsi spatial analysis pada ArcView 3.2 dan hasil pengukuran lapangan. d. Data curah hujan yang dibutuhkan untuk analisis hujan rancangan adalah hujan harian maksimum selama 28 tahun pengamatan pada 8 stasiun yaitu dari tahun e. Pasangan data hujan jam-jaman untuk kalibrasi model hidrologi dan hidrolika. Data hujan didapatkan dari Automatic Rainfall Recorder (ARR) di tiga lokasi yaitu Cibinong, Manggarai dan Cilember. f. Data aliran jam-jaman didapatkan dari Automatic Water Level Recorder (AWLR) yang terletak di Perumahan Pondok Mitra Lestari. Keseluruhan data tersebut terekam dalam sistem SCADA Proyek Induk Pengembangan Wilayah Sungai Ciliwung-Cisadane. Data tersebut berupa data dijital yang terdapat pada sistem komputer telemetri tersebut. g. Data sosial ekonomi masyarakat didapatkan dari Biro Pusat Statistik tahun 2008 dan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dan Kotamadya Bekasi. Metode Analisis Metode Analisis Kondisi DAS Bekasi Hulu Analisis kondisi DAS bertujuan untuk mengetahui kondisi biofisik DAS Bekasi Hulu dan pengaruhnya terhadap aliran limpasan. Salah satu analisis terpenting ialah pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap banjir didasarkan pada peta dijital 1: dari Bakosurtanal (2008). Untuk analisis kondisi DAS pada penelitian ini digunakan metoda SCS (Soil Conservation Service) dan data yang diperlukan adalah penggunaan lahan, kekedapan (imprevious), dan kehilangan awal (initial losses). Analisis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perubahan lahan pada tahun 1998, 2003 dan 2008 terhadap koefisien limpasan, sehingga dapat diketahui kenaikan aliran limpasan akibat perubahan penggunaan lahan tersebut. Metode Analisis Hidrologi DAS Bekasi Hulu Analisis hidrologi pada keseluruhan DAS Bekasi Hulu dilakukan dengan tujuan untuk: a. Mengenali karakteristik hidrologi DAS Bekasi Hulu. b. Menganalisis pengaruh perubahan parameter biofisik DAS Bekasi Hulu terhadap aliran permukaan.
4 38 Analisis hidrologi pada penelitian ini menggunakan program HEC-HMS versi 3.2 (Hydrologic Engineering Centre-Hydrologic Modelling System). Program ini terdiri dari tiga komponen model yaitu model basin, model meteorologi dan kontrol spesifikasi. Data dasar yang digunakan ialah peta DEM (digital elevation model) wilayah Bekasi dengan Pathrow dan 12265, peta rupa bumi Bakosurtanal berupa lembaran dan data digital (DXF format) dengan skala 1 : dan data hujan tahun (Badan Meteorologi dan Geofisika, 2003). Bandingan parameter hidrograf banjir yang digunakan untuk analisis adalah debit puncak didasarkan hujan rancangan 10 tahunan. Analisis debit limpasan menggunakan model hidrologi HEC-HMS versi 3.2 yang dilengkapi HEC-geoHMS sebagai interface dengan sistem informasi geografis menggunakan ArcGIS versi 9.2. Masukan data model hidrologi HEC-HMS pada penelitian ini dipisahkan dalam komponen yang secara rinci sebagai berikut. Model Basin HEC-HMS. Model basin berisikan parameter sub-basin dan sungai yang terhubung dengan jaringan dendritik menjadi jaringan hidrologi yang merupakan representasi fisik dari DAS Bekasi Hulu. Jaringan hidrologi inilah yang mensimulasikan proses limpasan pada DAS Bekasi Hulu. Model hidrologi ini memiliki beberapa metoda, pada penelitian ini digunakan metoda losses berdasarkan SCS (Soil Conservation Service). Data yang diperlukan dengan menggunakan metoda losses SCS adalah bilangan kurva, kekedapan (impervious), dan kehilangan awal (initial losses). Parameter Curve Number (CN) atau bilangan kurva berkisar antara 0 sampai 100. Bilangan kurva dipengaruhi oleh penggunaan tanah, perlakuan dan tindakan yang diberikan, dan klasifikasi kelompok hidrologi tanah. Faktor-faktor ini dapat dinilai dari survai tanah, penelitian setempat, dan peta penggunaan tanah.
5 39 Persiapan Penelitian Studi Pustaka Pengumpulan data sekunder Analisis data sekunder Survai lapangan Analisis Hidrologi dengan Model Hec-HMS Analisis Kondisi DAS Bekasi Hulu Analisis Hidrolika dengan Model Hec-RAS Karakteristik Hidrologi DAS Bekasi Hulu Pengaruh Perubahan Penggunaan lahan terhadap banjir Karakteristik Hidrolika Sungai Bekasi Hulu Analisis kondisi banjir DAS Bekasi Hulu Memetakan daerah genangan banjir Analisis Kerugian akibat genangan Skenario penanggulangan banjir DAS Bekasi Hulu Aliran Permukaan lebih kecil dari Kapasitas Sungai Tidak terdapat kerugian akibat banjir kala ulang 10 tahun Rekomendasi Pengendalian Banjir Gambar 18 Bagan alir metodologi penelitian.
6 40 Sistem klasifikasi kelompok hidrologi tanah (Hydrologic Soil Group) dipisahkan ke dalam empat kelompok yang ditandai dengan huruf A, B, C, dan D (Tabel 7). Kelompok hidrologi tanah tersebut dapat ditentukan dengan menggunakan salah satu ketiga cara ini yaitu sifat tanah, peta tanah, dan laju infiltrasi minimum tanah. Bilangan kurva dapat diketahui dari tabel yang terdapat pada Lampiran 4. Kel. Hidrologi Tanah A B C D Tabel 7. Klasifikasi Kelompok Tanah Deskripsi Pasir dalam, Solum dalam, debu yang beragregat. Solum dangkal, lempung berpasir. Lempung berliat, lempung berpasir, solum dangkal, tanah berkadar bahan organik rendah, dan tanah-tanah berkadar liat tinggi. Laju Infiltrasi Min Tanah-tanah yang mengembang secara nyata jika basah, liat berat, plastis, dan tanah-tanah saline tertentu. 0 1 Sumber: US SCS, Bilangan kurva dipengaruhi pula oleh kandungan air tanah sebelumnya pada daerah yang bersangkutan. Kandungan air tanah sebelumnya mempengaruhi volume dan laju aliran permukaan. pengaruh faktor ini, maka sebelumnya (Arsyad, 2010): Mengingat pentingnya SCS membedakan tiga kondisi kandungan air a. kondisi I, yaitu tanah dalam keadaan kering tetapi tidak sampai pada titik layu. b. kondisi II yaitu keadaan rata-rata; c. kondisi III, yaitu kondisi hujan lebat atau hujan ringan dan temperatur rendah telah terjadi dalam lima hari terakhir, tanah jenuh air. Curah hujan yang tidak terinfiltrasi akan mengalir pada permukaan tanah menjadi hujan lebih. Hujan lebih ini secara tipikal bergerak turun menjadi limpasan langsung sesuai karakteritik DAS. Untuk itu diperlukan metoda transform untuk mengambarkan limpasan langsung dari curah hujan lebih tersebut. Pada penelitian ini digunakan metoda tranformasi unit hidrograf empiris dengan menggunakan SCS: salah satu parameter yang dibutuhkan adalah time lag yang dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.
7 41 T l = ( S 1) 0,8 L y 0,5 0,7 dengan T I = time lag (waktu dari puncak hujan sampai puncak aliran permukaan) L = panjang sungai / saluran (meter) S = potensi retensi maksimum (meter) = 1000/CN 10 Y = rerata kemiringan daerah aliran sungai (%) CN = bilangan kurva (curve number) Hitungan inital losses ditentukan berdasarkan nilai potensi retensi maksimum (S) sebagai fungsi dari bilangan kurva rerata DAS Bekasi Hulu. Untuk menentukan nilai initial losses digunakan pedoman yang diberikan pada HEC-HMS Technical References (2000) yang menyatakan bahwa nilai initial losses ditentukan dengan 20 % dari potensi retensi maksimum atau 0,2 S. Batas DAS yang digunakan pada model ini mengikuti bangkitan sistem informasi geografis dengan ArcView 3.2 dengan bantuan interface HEC-geoHMS versi 1.0. Interface ini berfungsi untuk menentukan batas DAS berdasarkan data DEM (Digital Elevation Model) yang diolah dalam ArcView 3.2. Model Meteorologi HEC-HMS. Model meteorologi berfungsi merekam, mengolah data hujan dan evapotranspirasi. Pada penelitian ini digunakan metode gage weighting dengan memasukan data curah hujan pada interval waktu tertentu dan bobot ditentukan secara manual dengan metode poligon Thiessen. Masukan data pada model meteorologi didasarkan pada data curah hujan jam-jaman yang berasal dari sistem telemetri yang terdapat pada Proyek Induk Pengembangan Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane. Data yang digunakan untuk kalibrasi dan validasi model adalah data kejadian hujan selama 22 bulan yaitu mulai bulan Maret 2003 s/d Januari Kontrol Spesifikasi pada HEC-HMS. Jangka waktu simulasi diatur oleh kontrol spesifikasi. Didalamnya termasuk tanggal/ waktu mulai dan selesai serta interval waktu tahapan hitungan. Untuk menjalankan program, diperlukan kombinasi antara model basin, model meteorologi dan kontrol spesifikasi yang diatur dalam run configuration dan run manager. Untuk melihat hasil dari perhitungan, dapat dilihat baik berupa tabel maupun grafik.
8 42 Pada kontrol spesifikasi ditentukan tanggal dan waktu mulai serta selesainya simulasi hidrologi yang akan dilakukan dan juga interval waktu proses iterasi pada skema model. Pada penelitian ini dilakukan 12 rentang waktu yang digunakan untuk kalibrasi dan uji keberlakuan model hidrologi. Metode Analisis Hidrolika Sungai Bekasi Hulu Analisis hidrolika pada Sungai Bekasi Hulu dilakukan dengan tujuan (a) mengenali karakteritik hidrolika Sungai Bekasi Hulu; (b) menganalisis elevasi muka air banjir dan kapasitas alir Sungai Bekasi Hulu dan (c) sebagai dasar rancangan tinggi elevasi puncak tanggul untuk pengendalian banjir. Analisis hidrolika pada penelitian ini menggunakan program HEC-RAS versi 4.0 (Hydrologic Engineering Centre-River Analysis System ). Masukan data untuk program terdiri dari dua bagian yaitu model geometri dan model aliran. Masukan data untuk program HEC-RAS terdiri dari dua bagian yaitu model geometri dan model aliran. Kedua komponen model dalam HEC-RAS tersebut saling terkoneksi satu sama lain untuk tujuan simulasi ini. Model Geometri HEC-RAS. Komponen model geometri merupakan pengambaran dari parameter geometri sungai yang terhubung dengan berbagai elemen hidraulik pada sungai yang merupakan representasi fisik sungai. Geometri dilengkapi dengan beberapa elemen hidrolika lain seperti potongan penampang (cross section), junction, storage, bridge, gate, pump dan lain-lain. Hitungan pada komponen model geometri didasarkan hasil interpolasi antara penampang saluran dengan interface SIG. Masukan potongan penampang sungai terdiri dari koordinat masing-masing potongan penampang, koefisien kekasaran sungai (Manning), right bank, left bank, jarak antar potongan penampang dan koefisien aliran. Geometri Sungai Bekasi Hulu pada HEC-RAS dimasukan setiap penampang dan dilengkapi data jarak kanan dan kiri ke arah hulu, sehingga terbentuk satu kesatuan sungai. Data yang digunakan ialah potongan penampang sungai hasil pengukuran Proyek Induk Pengembangan Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane pada Februari Data penampang dibangkitkan setiap interval m dari titik 0 ketitik 166. Pembuatan nomor genap dimaksudkan agar dapat dibuat interpolasi antara titik dengan nomor ganjil. Data Aliran Pada HEC-RAS. Data aliran yang digunakan adalah data aliran berdasarkan hasil hitungan curah hujan rancangan. Untuk menghitung curah hujan rancangan digunakan data hasil hitungan pada analisis hidrologi.
9 43 Debit tersebut merupakan debit acuan untuk menentukan kapasitas alir dari penampang Sungai Bekasi Hulu. Debit dimasukan sebagai plan pada HEC-RAS sehingga dapat dilakukan simulasi terhadap kenaikan muka air akibat debit rancangan tersebut. Metode Analisis Kerugian Akibat Genangan Banjir Untuk menganalisis kerugian akibat banjir diperlukan dua data utama yaitu zonasi daerah genangan akibat banjir pada perioda ulang tertentu dan nilai kerugian akibat terendam air pada kedalaman tertentu. Zonasi Banjir, dengan menggunakan debit aliran berdasarkan hujan rancangan sebagai masukan pada model simulasi hidrolika dapat dihitung elevasi muka air tiap perioda ulang 10, 25 dan 50 tahunan. Berdasarkan elevasi muka air banjir ini, kemudian secara topografi dapat ditentukan luasan cakupan daerah yang tergenang. Hal ini yang kemudian menjadi dasar penentuan daerah genangan banjir pada perioda ulang tertentu. Elevasi muka air banjir dengan model hidrolika ini kemudian dimasukan ke dalam sistem informasi geografis dengan menggunakan interface HEC-Geo-RAS dan didapat bentukan shape files dalam poligon luasan genangan, hasil ini kemudian dapat di-overlay-kan dengan penggunaan lahan untuk mengetahui rumah atau infrakstuktur apa saja yang akan terendam banjir dalam daerah genangan. Dengan bantuan fungsi-fungsi pada sistem informasi geografis pada ArcView 3.2 akan dapat dihitung jumlah rumah dan atau infrastruktur lain yang akan terendam apabila terjadi genangan pada wilayah tersebut. Nilai Kerugian akibat Banjir, untuk menentukan nilai ekonomis kerugian akibat banjir dilakukan pengumpulan data dari masyarkat yang secara langsung terkena dampak banjir tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan metode kuisioner terhadap penduduk dengan melakukan wawancara dengan penduduk/ masyarakat. Kuisioner ini dimaksudkan untuk mengetahui (1) biodata responden; (2) apakah daerah tersebut pernah terendam banjir, jika ya kapan, dimana saja dan berapa dalam? dan (3) berorientasi untuk mengetahui nilai kerugian yang sesuai dengan pendapat masyarakat di daerah banjir yang disesuai dengan klasifikasi kedalaman banjir yang telah ditentukan sebelumnya yaitu kurang dari 0,50 m, 0,50-1,00 m, 1,00-2,00 m dan lebih besar dari 2,00 m. Survai banjir umumnya didasarkan pada pengelompokkan data dalam strata sesuai bangunan rumah responden yaitu permanen, semi permanen dan
10 44 tidak permanen. Akan tetapi di lokasi penelitian ini kondisi rumah hampir semua permanen, maka strata diarahkan pada strata bangunan kecil ( dibawah tipe 45), sedang (tipe 45 sampai dengan tipe 200) dan besar (lebih besar tipe 200). Parameter utama yang mempengaruhi nilai kerugian antara lain (1) bio data responden; (2) kedalaman banjir; (3) lamanya terendam; dan (4) kecepatan datangnya banjir. Ketiga parameter utama ini yang mendasari dalam mengevaluasi nilai yang diberikan responden terhadap kehilangan terhadap banjir. Sementara itu nilai kerugian ini didasarkan pada berapa biaya yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk memperbaiki kerusakan langsung dan tidak langsung akibat banjir. Kerugian akibat biaya langsung antara lain (1) pembersihan rumah; (2) perbaikan fisik rumah; (3) perbaikan perabot rumah tangga dan (3) kerusakan benda yang tidak dapat diselamatkan. Selain itu biaya tidak langsung yang dirasakan untuk memulihkan kondisi yang terganggu akibat banjir antara lain (1) biaya pengobatan yang sakit; (2) kegiatan sosial yang terhambat dan (3) kegiatan ekonomis yang terganggu. Berdasarkan batasan DAS terdapat 4 Kecamatan yang terletak di daerah rawan banjir atau berpotensi mengalami banjir dengan yaitu Kecamatan Jati Asih, Rawa Lumbu, Bekasi Selatan dan Bekasi Timur dengan luasan sebesar 1.162,2 ha dan jumlah penduduk sebesar jiwa. Dari keempat Kecamatan tersebut hanya tiga kecamatan yang berada di bantaran Bekasi Hulu yang secara langsung terkena dampak luapan sungai yaitu Jati Asih, Bekasi Selatan dan Bekasi Timur dengan jumlah penduduk jiwa. Dari jumlah total tersebut yang berada di wilayah permukiman di bantaran Sungai Bekasi Hulu sebesar jiwa dan terdiri dari kepala keluarga (Biro Pusat Statistik, 2008). Nilai kerugian didasarkan kerugian per-kepala keluarga yang menempati satu rumah, sehingga jumlah sampel kuisoner yang diambil berdasarkan total kepala keluarga. Untuk penelitian ini dengan taraf kepercayaan 95 % (Krejcie dan Morgan, 1970) jumlah sample yang diambil sebesar 375 sampel. Menurut strata, sample ini kemudian didistribusikan berdasarkan data statistik setempat dibagi dalam tipe rumah yaitu kecil, sedang dan besar masing-masing sebesar 54 %, 30 % dan 16 %. Secara rinci kuisioner dapat dilihat dalam Lampiran 7.
11 45 Metode Rancangan Pengelolaan DAS Bekasi Hulu Rancangan pengelolaan DAS untuk mengurangi aliran limpasan ditentukan, kemudian dibandingkan dengan kecendungan saat ini dan prediksi pada tahun Rancangan skenario pengelolaan DAS yang diusulkan adalah sebagai berikut : 1. Disesuaikan dengan RTRW 2010 Provinsi Jawa Barat, 2. Penataan lahan mengikuti kaidah konservasi, usulan ini dilaksanakan pada seluruh lahan kecuali badan air yang dapat diolah dengan memperhatikan kaidah konservasi dengan tujuan untuk dapat meresapkan air ke dalam tanah. 3. Pembangunan struktur penahan air untuk menahan aliran limpasan dan menampung aliran tersebut. 4. Gabungan skenario kedua dan ketiga, dengan melaksanakan pengolahan lahan mengikuti kaidah konservasi dan juga membangun sekaligus struktur penahan air.
PENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Hampir pada setiap musim penghujan di berbagai provinsi di Indonesia terjadi banjir yang mengakibatkan kerugian bagi masyarakat. Salah satu wilayah yang selalu mengalami banjir
Lebih terperinciANALISIS PENANGGULANGAN BANJIR KOTA BEKASI DENGAN PENGELOLAAN DAS. (Analysis of Bekasi City Flood Reduction Using Watershed Management)
ANALISIS PENANGGULANGAN BANJIR KOTA BEKASI DENGAN PENGELOLAAN DAS (Analysis of Bekasi City Flood Reduction Using Watershed Management) Trihono Kadri 1), Naik Sinukaban 2), Hidayat Pawitan 2), dan Suria
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kondisi DAS Bekasi Hulu Secara umum topografi DAS Bekasi Hulu didominasi oleh topografi landai dengan kemiringan lereng 0-8 % seluas 34.073,2 ha atau 87,3 % dari keseluruhan
Lebih terperinciPETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN... iii. LEMBAR PERSEMBAHAN... iv. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR ISI...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN... ii PERNYATAAN... iii LEMBAR PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN.... xii INTISARI...
Lebih terperinciLampiran 1 Lokasi dan kondisi Banjir Kota Bekasi (Lanjutan)
Lampiran 97 Lampiran 1 Lokasi dan kondisi Banjir Kota Bekasi (Lanjutan) Elevasi muka air sudah mencapai tanggul di Perumahan Delta Pekayon BATAS BANJIR Elevasi muka air yang masuk di Perumahan Delta Pekayon
Lebih terperinciBAB III METODA ANALISIS. desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa.
BAB III METODA ANALISIS 3.1 Lokasi Penelitian Kabupaten Bekasi dengan luas 127.388 Ha terbagi menjadi 23 kecamatan dengan 187 desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa. Sungai
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang akan digunakan untuk keperluan penelitian. Metodologi juga merupakan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah adalah proses atau cara ilmiah untuk mendapatkan data yang akan digunakan untuk keperluan penelitian. Metodologi juga merupakan
Lebih terperinciSTUDI PUSTAKA. Model Banjir
STUDI PUSTAKA Model Banjir Banjir adalah setiap aliran yang relatif tinggi yang melampaui tanggul sungai sehingga aliran air menyebar ke dataran sungai dan menimbulkan masalah pada manusia (Chow, 1970).
Lebih terperinciGambar 3.1 Daerah Rendaman Kel. Andir Kec. Baleendah
15 BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di sepanjang daerah rendaman Sungai Cisangkuy di Kelurahan Andir Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung. (Sumber : Foto
Lebih terperinciBAB III METODA ANALISIS. Wilayah Sungai Dodokan memiliki Daerah Aliran Sungai (DAS) Dodokan seluas
BAB III METODA ANALISIS 3.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Wilayah Sungai Dodokan memiliki Daerah Aliran Sungai (DAS) Dodokan seluas 273.657 km 2 dan memiliki sub DAS Dodokan seluas 36.288 km 2. Sungai
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran Ramanuju Hilir, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung.
39 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di saluran Ramanuju Hilir, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung. PETA LOKASI PENELITIAN Gambar 7. Lokasi
Lebih terperinciBAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA
BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA 5.1. TINJAUAN UMUM Analisis hidrolika bertujuan untuk mengetahui kemampuan penampang dalam menampung debit rencana. Sebagaimana telah dijelaskan dalam bab II,
Lebih terperinciIII.BAHAN DAN METODE. Gambar 1. Lokasi Penelitian (DAS Ciliwung Hulu)
III.BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di DAS Ciliwung Hulu yang secara geografi terletak pada 6 o 38 01 LS 6 o 41 51 LS dan 106 o 50 11 BT 106 o 58 10 BT. Penelitian
Lebih terperinciAPLIKASI HEC-HMS UNTUK PERKIRAAN HIDROGRAF ALIRAN DI DAS CILIWUNG BAGIAN HULU RISYANTO
APLIKASI HEC-HMS UNTUK PERKIRAAN HIDROGRAF ALIRAN DI DAS CILIWUNG BAGIAN HULU RISYANTO DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Lebih terperinciBAB V ANALISA DATA. Dalam bab ini ada beberapa analisa data yang dilakukan, yaitu :
37 BAB V ANALISA DATA Dalam bab ini ada beberapa analisa data yang dilakukan, yaitu : 5.1 METODE RASIONAL 5.1.1 Analisa Curah Hujan Dalam menganalisa curah hujan, stasiun yang dipakai adalah stasiun yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DKI Jakarta terletak di daerah dataran rendah di tepi pantai utara Pulau Jawa, dilintasi oleh 13 sungai, sekitar 40% wilayah DKI berada di dataran banjir dan sebagian
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran drainase Antasari, Kecamatan. Sukarame, kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung.
37 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di saluran drainase Antasari, Kecamatan Sukarame, kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung. Gambar 8. Lokasi Penelitian 38 B. Bahan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DATA. Dalam bab ini ada beberapa analisa data yang dilakukan, yaitu :
BAB IV ANALISA DATA Dalam bab ini ada beberapa analisa data yang dilakukan, yaitu : 4.1 ANALISA CURAH HUJAN Dalam menganalisa curah hujan, stasiun yang dipakai adalah stasiun yang langsung berhubungan
Lebih terperinciMODEL HIDROGRAF BANJIR NRCS CN MODIFIKASI
MODEL HIDROGRAF BANJIR NRCS CN MODIFIKASI Puji Harsanto 1, Jaza ul Ikhsan 2, Barep Alamsyah 3 1,2,3 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jalan Lingkar Selatan,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI Rumusan Masalah
BAB III METODOLOGI 3.1. Rumusan Masalah Rumusan Masalah merupakan peninjauan pada pokok permasalahan untuk menemukan sejauh mana pembahasan permasalahan tersebut dilakukan. Berdasarkan hasil analisa terhadap
Lebih terperinciKAJIAN KARAKTERISTIK DAS (Studi Kasus DAS Tempe Sungai Bila Kota Makassar)
KAJIAN KARAKTERISTIK DAS (Studi Kasus DAS Tempe Sungai Bila Kota Makassar) Angelica Mega Nanda 1, Eko Prasetyo Nugroho 2, Budi Santosa 3 1 Mahasiswi Program Studi Teknik Sipil, Universitas Katolik Segijapranata
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di muara Sungai Cikapundung yang merupakan salah satu anak sungai yang berada di hulu Sungai Citarum. Wilayah ini terletak di Desa Dayeuhkolot,
Lebih terperinciPerencanaan Sistem Drainase Kebon Agung Kota Surabaya, Jawa Timur
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-1 Perencanaan Sistem Drainase Kebon Agung Kota Surabaya, Jawa Timur Made Gita Pitaloka dan Umboro Lasminto Jurusan Teknik Sipil,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISIS
BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Pengolahan Data Hidrologi 4.1.1 Data Curah Hujan Data curah hujan adalah data yang digunakan dalam merencanakan debit banjir. Data curah hujan dapat diambil melalui pengamatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Hidrologi Siklus hidrologi (hydrological cycle) merupakan rangkaian proses perubahan fase dan pergerakan air dalam suatu sistem hidrologi (Hendrayanto 2009). Menurut
Lebih terperinciBAB III METODA ANALISIS
BAB III METODA ANALISIS 3.1 Metodologi Penelitian Sungai Cirarab yang terletak di Kabupaten Tangerang memiliki panjang sungai sepanjang 20,9 kilometer. Sungai ini merupakan sungai tunggal (tidak mempunyai
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA
4 BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA Dalam penyusunan Tugas Akhir ini ada beberapa langkah untuk menganalisis dan mengolah data dari awal perencanaan sampai selesai. 3.1.1 Permasalahan
Lebih terperinciMETODOLOGI Tinjauan Umum 3. BAB 3
3. BAB 3 METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Dalam suatu perencanaan konstruksi dan rencana pelaksanaan perlu adanya metodologi yang baik dan benar karena metodologi merupakan acuan untuk menentukan langkah
Lebih terperinciPENDAHULUAN. tempat air hujan menjadi aliran permukaan dan menjadi aliran sungai yang
BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah permukaan bumi sebagai tempat air hujan menjadi aliran permukaan dan menjadi aliran sungai yang mempunyai
Lebih terperinciPENERAPAN KOLAM RETENSI DALAM PENGENDALIAN DEBIT BANJIR AKIBAT PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN INDUSTRI
Seminar Nasional IX - 13Teknik Sipil ITS Surabaya PENERAPAN KOLAM RETENSI DALAM PENGENDALIAN DEBIT BANJIR AKIBAT PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN INDUSTRI Albert Wicaksono 1, Doddi Yudianto 2, Bambang Adi
Lebih terperinciGambar 1.1 DAS Ciliwung
BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kali Ciliwung merupakan salah satu kali yang membelah Provinsi DKI Jakarta. Kali Ciliwung membentang dari selatan ke utara dengan hulunya berada di Kabupaten
Lebih terperinciKEMAMPUAN LAHAN UNTUK MENYIMPAN AIR DI KOTA AMBON
KEMAMPUAN LAHAN UNTUK MENYIMPAN AIR DI KOTA AMBON Christy C.V. Suhendy Dosen Fakultas Pertanian Universitas Pattimura Ambon e-mail: cherrzie@yahoo.com ABSTRACT Changes in land use affects water availability
Lebih terperinci1 BAB VI ANALISIS HIDROLIKA
BAB VI ANALISIS HIDROLIKA 6. Tinjauan Umum Analisa hidrolika bertujuan untuk mengetahui kemampuan penampang dalam menampung debit rencana. Sebagaimana telah dijelaskan dalam bab III, bahwa salah satu penyebab
Lebih terperinciBab 3 Metodologi. Setelah mengetahui permasalahan yang ada, dilakukan survey langsung ke lapangan yang bertujuan untuk mengetahui :
Bab 3 Metodologi 3.1 Metode Analisis dan Pengolahan Data Dalam penyusunan Tugas Akhir ini ada beberapa langkah-langkah penulis dalam menganalisis dan mengolah data dari awal perencanaan sampai selesai.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Tujuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daur Hidrologi
I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Jakarta adalah sebuah provinsi sekaligus ibukota Indonesia. Kedudukannya yang khas baik sebagai ibukota negara maupun sebagai ibukota daerah swantantra, menjadikan Jakarta
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir
III-1 BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Metodologi yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir III-2 Metodologi dalam perencanaan
Lebih terperinciLuas (Ha) L ms (km) h10. aws (%) L c (km) ars (%) h 85 (m) SubDAS. (m)
Tabel 4.5 Parameter morfometri DAS Ciliwung bagian hulu Luas L ms (km) L c (km) aws (%) h 10 (m) h 85 (m) Cibogo 1270,1 6,81 5,78 7,37 532 904 5,46 Ciesek 2514,7 11,15 7,06 11,81 458 1244 7,05 Cisarua
Lebih terperinciPENERAPAN SISTEM SEMI POLDER SEBAGAI UPAYA MANAJEMEN LIMPASAN PERMUKAAN DI KOTA BANDUNG
PENERAPAN SISTEM SEMI POLDER SEBAGAI UPAYA MANAJEMEN LIMPASAN PERMUKAAN DI KOTA BANDUNG ALBERT WICAKSONO*, DODDI YUDIANTO 1 DAN JEFFRY GANDWINATAN 2 1 Staf pengajar Universitas Katolik Parahyangan 2 Alumni
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1 BAB I. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan peristiwa alam yang tidak bisa dicegah namun bisa dikendalikan. Secara umum banjir disebabkan karena kurangnya resapan air di daerah hulu, sementara
Lebih terperinciKAJIAN PENGARUH SITU TERHADAP RESPON HIDROLOGI DI DAS PESANGGRAHAN MENGGUNAKAN MODEL HEC-HMS
J. Tanah Lingk., 12 (2) Oktober 2010: 11-17 ISSN 1410-7333 KAJIAN PENGARUH SITU TERHADAP RESPON HIDROLOGI DI DAS PESANGGRAHAN MENGGUNAKAN MODEL HEC-HMS Study of Reservoir Effect on Hydrological Response
Lebih terperinciANALISIS LIMPASAN LANGSUNG MENGGUNAKAN METODE NAKAYASU, SCS, DAN ITB STUDI KASUS SUB DAS PROGO HULU
ANALISIS LIMPASAN LANGSUNG MENGGUNAKAN METODE NAKAYASU, SCS, DAN ITB STUDI KASUS SUB DAS PROGO HULU Agreista Vidyna Qoriaulfa 1, Annisa Ratna Putri 1, Huriyah Fadhillah 1, Puji Harsanto 2, Jazaul Ikhsan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. topik permasalahan yang lebih fokus. Analisa kinerja sistem polder Pluit ini dibantu
BAB III METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian Awal dari studi ini adalah identifikasi masalah yang mengarahkan penelitian pada topik permasalahan yang lebih fokus. Analisa kinerja sistem polder Pluit ini
Lebih terperinci4.17 PERENCANAAN DAN PEMETAAN GARIS SEMPADAN KALI SEMEMI
83 4.17 PERENCANAAN DAN PEMETAAN GARIS SEMPADAN KALI SEMEMI 4.17.1. UMUM Perencanaan garis sempadan Kali Sememi untuk melindungi dan menjaga kelestarian sungai dengan menciptakan Kali Sememi yang bersih
Lebih terperinciBab IV Metodologi dan Konsep Pemodelan
Bab IV Metodologi dan Konsep Pemodelan IV.1 Bagan Alir Metodologi Penelitian Bagan alir metodologi penelitian seperti yang terlihat pada Gambar IV.1. Bagan Alir Metodologi Penelitian menjelaskan tentang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pengertian Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh penulis, adalah sebagai berikut :. Hujan adalah butiran yang jatuh dari gumpalan
Lebih terperinciNORMALISASI SUNGAI RANTAUAN SEBAGAI ALTERNATIF PENANGGULANGAN BANJIR DI KECAMATAN JELIMPO KABUPATEN LANDAK
NORMALISASI SUNGAI RANTAUAN SEBAGAI ALTERNATIF PENANGGULANGAN BANJIR DI KECAMATAN JELIMPO KABUPATEN LANDAK Martin 1) Fransiskus Higang 2)., Stefanus Barlian Soeryamassoeka 2) Abstrak Banjir yang terjadi
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. tersebut relatif tinggi dibandingkan daerah hilir dari DAS Ciliwung.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Curah Hujan Data curah hujan sangat diperlukan dalam setiap analisis hidrologi, terutama dalam menghitung debit aliran. Hal tersebut disebabkan karena data debit aliran untuk
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahui potensi terjadinya banjir di suatu wilayah dengan memanfaatkan sistem informasi geografi
Lebih terperinciANALISIS KAPASITAS DRAINASE PRIMER PADA SUB- DAS SUGUTAMU DEPOK
ANALISIS KAPASITAS DRAINASE PRIMER PADA SUB- DAS SUGUTAMU DEPOK Mona Nabilah 1 Budi Santosa 2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Gunadarma, Depok 1 monanabilah@gmail.com,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) (catchment, basin, watershed) merupakan daerah dimana seluruh airnya mengalir ke dalam suatu sungai yang dimaksudkan. Daerah ini umumnya
Lebih terperinciAnalisis Drainasi di Saluran Cakung Lama Akibat Hujan Maksimum Tahun 2013 dan 2014
JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 17, No. 2, 91-97, Nov 214 91 Analisis Drainasi di Saluran Cakung Lama Akibat Hujan Maksimum Tahun 213 dan 214 (Micro Drainage Analysis in Cakung Lama River Due to The
Lebih terperinciBAB IV PEMODELAN SISTEM POLDER PADA KAWASAN MUSEUM BANK INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM XP SWMM
40 BAB IV PEMODELAN SISTEM POLDER PADA KAWASAN MUSEUM BANK INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM XP SWMM 4.1 Deskripsi Wilayah Studi 4.1.1 Pendahuluan Museum Bank Indonesia merupakan salah satu bangunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses hidrologi, karena jumlah kedalaman hujan (raifall depth) akan dialihragamkan menjadi aliran, baik melalui
Lebih terperinciBAB V SIMULASI MODEL MATEMATIK
BAB V SIMULASI MODEL MATEMATIK A. Pemodelan Hidrolika Saluran drainase primer di Jalan Sultan Syahrir disimulasikan dengan membuat permodelan untuk analisis hidrolika. Menggunakan software HEC-RAS versi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memperkirakan debit aliran sungai pada periode banjir sering dilakukan pada pekerjaan perancangan bangunan air seperti perancangan tanggul banjir, jembatan, bendung
Lebih terperinciPERKIRAAN SEBARAN CURVE NUMBER U.S SOIL CONSERVATION SERVICE PADA SUB DAS BRANTAS HULU ABSTRAK
PERKRAAN SEBARAN CURVE NUMBER U.S SOL CONSERVATON SERVCE PADA SUB DAS BRANTAS HULU Muhammad Nuurussubchiy Fikriy 1,Lily Montarcih L 2, Ery Suhartanto 2 1 Mahasiswa Teknik Pengairan Universitas Brawijaya
Lebih terperinci(Oleh : Heru Ruhendi, S.Hut/ Fungsional PEH Pertama)
TEKNIK MONEV DAS PADA CATCHMENT AREA (CA) SPAS DI BPDAS CITARUM-CILIWUNG (Oleh : Heru Ruhendi, S.Hut/ Fungsional PEH Pertama) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stasiun Pengamat Arus Sungai (SPAS) merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Uraian Umum Banjir besar yang terjadi hampir bersamaan di beberapa wilayah di Indonesia telah menelan korban jiwa dan harta benda. Kerugian mencapai trilyunan rupiah berupa rumah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayah sistem polder Pluit yang pernah mengalami banjir pada tahun 2002.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kompartemen Museum Bank Indonesia merupakan kawasan yang masuk dalam wilayah sistem polder Pluit yang pernah mengalami banjir pada tahun 2002. Berdasarkan data dari
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. 1. Penggunaan Lahan 5.1.1. Penggunaan Lahan di DAS Seluruh DAS yang diamati menuju kota Jakarta menjadikan kota Jakarta sebagai hilir dari DAS. Tabel 9 berisi luas DAS yang menuju
Lebih terperinciKAJIAN KAPASITAS SUNGAI LOGAWA DALAM MENAMPUNG DEBIT BANJIR MENGGUNAKAN PROGRAM HEC RAS
88 JURNAL TEKNIK SIPIL, Volume III, No.. Juli 006: 88-9 KAJIAN KAPASITAS SUNGAI LOGAWA DALAM MENAMPUNG DEBIT BANJIR MENGGUNAKAN PROGRAM HEC RAS Suroso Jurusan Teknik Sipil Universitas Soedirman Purwokerto
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Besai yang terletak
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Besai yang terletak di Kabupaten Way Kanan. Lokasi ini berjarak sekitar 180 km dari Kota
Lebih terperinciPerencanaan Penanggulangan Banjir Akibat Luapan Sungai Petung, Kota Pasuruan, Jawa Timur
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017), 2720 (201928X Print) C82 Perencanaan Penanggulangan Banjir Akibat Luapan Sungai Petung, Kota Pasuruan, Jawa Timur Aninda Rahmaningtyas, Umboro Lasminto, Bambang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data Pengumpulan data meliputi data primer maupun data sekunder Pengumpulan Data Primer
BAB III METODOLOGI 3.1 Studi Pustaka dan Survey Lapangan Studi pustaka diperlukan sebelum atau bersamaan dengan survey lapangan dengan maksud ketika pengamat menemui kesulitan dilapangan, dapat mengacu
Lebih terperinciPemodelan kejadian banjir daerah aliran sungai Ciliwung hulu dengan menggunakan data radar
e-issn 2597-9949 JGLITrop Vol.1, No.1, Agustus 2017 2017 Departemen Geografi FMIPA UI Journal homepage: http://jglitrop.ui.ac.id Pemodelan kejadian banjir daerah aliran sungai Ciliwung hulu dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pencapaian penelitian secara optimal sangat ditentukan pada kadar pemahaman
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Pencapaian penelitian secara optimal sangat ditentukan pada kadar pemahaman dalam pelaksanaan kajian, sehingga dengan demikian bahwa pola pendekatan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Danau Toba merupakan hulu dari Sungai Asahan dimana sungai tersebut berasal dari perairan Danau Toba. DAS Asahan berada sebagian besar di wilayah Kabupaten Asahan
Lebih terperinciPENERAPAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM UNTUK MEREDUKSI KERUGIAN AKIBAT BANJIR
PENERAPAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM UNTUK MEREDUKSI KERUGIAN AKIBAT BANJIR Trihono Kadri Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Trisakti Jakarta 1. PENDAHULUAN Mengamati fenomena banjir yang terjadi
Lebih terperinciBAB V ANALISIS HIDROLOGI DAN HIDROLIKA
BAB V ANALISIS HIDROLOGI DAN HIDROLIKA A. Analisis Hidrologi 1. Curah Hujan Rencana Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan juga benda-benda bersejarah yang tidak ternilai harganya sehingga harus
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Museum Bank Indonesia di daerah Kota, Jakarta Barat merupakan salah satu tempat bersejarah yang memiliki nilai historis yang sangat tinggi bagi bangsa Indonesia.
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kompilasi dan Kontrol Kualitas Data Radar Cuaca C-Band Doppler (CDR) Teknologi mutakhir pada radar cuaca sangat berguna dalam bidang Meteorologi untuk menduga intensitas curah
Lebih terperinciKEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis Daerah penelitian terletak pada 15 7 55.5 BT - 15 8 2.4 dan 5 17 1.6 LS - 5 17 27.6 LS. Secara administratif lokasi penelitian termasuk ke dalam wilayah Desa
Lebih terperinciDAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... iii. LEMBAR PENGESAHAN... iii. PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... iii LEMBAR PENGESAHAN... iii PERNYATAAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix INTISARI... xi ABSTRACT... xii BAB 1 PENDAHULUAN...
Lebih terperinciBAB II SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL UNTUK IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN BANJIR
BAB II SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFRASTRUKTUR DATA SPASIAL UNTUK IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN BANJIR 2.1 Faktor Penyebab Banjir Banjir adalah aliran/genangan air yang menimbulkan kerugian ekonomi atau
Lebih terperinciPERENCANAAN NORMALISASI SUNGAI KEMUNING KABUPATEN SAMPANG PULAU MADURA TUGAS AKHIR
PERENCANAAN NORMALISASI SUNGAI KEMUNING KABUPATEN SAMPANG PULAU MADURA TUGAS AKHIR Oleh : ICHWAN FRENDI 0753010030 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan
15 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran (KST); Sub DAS Kali Madiun, DAS Solo. Sebagian besar Sub-sub DAS KST secara administratif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara topografik dibatasi oleh igir-igir pegunungan yang menampung dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh igir-igir pegunungan yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian
Lebih terperinciPENDUGAAN DEBIT PUNCAK MENGGUNAKAN WATERSHED MODELLING SYSTEM SUB DAS SADDANG. Sitti Nur Faridah, Totok Prawitosari, Muhammad Khabir
PENDUGAAN DEBIT PUNCAK MENGGUNAKAN WATERSHED MODELLING SYSTEM SUB DAS SADDANG Sitti Nur Faridah, Totok Prawitosari, Muhammad Khabir Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin,
Lebih terperinciAplikasi Software FLO-2D untuk Pembuatan Peta Genangan DAS Guring, Banjarmasin
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-27 Aplikasi Software FLO-2D untuk Pembuatan Peta Genangan DAS Guring, Banjarmasin Devy Amalia dan Umboro Lasminto Jurusan Teknik
Lebih terperinciKALIBRASI PARAMETER TERHADAP DEBIT BANJIR DI SUB DAS SIAK BAGIAN HULU
KALIBRASI PARAMETER TERHADAP DEBIT BANJIR DI SUB DAS SIAK BAGIAN HULU Wibowo Suarno Putra 1), Yohanna Lilis Handayani 2), Manyuk Fauzi 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciPerbandingan Hasil Pemodelan Aliran Satu Dimensi Unsteady Flow dan Steady Flow pada Banjir Kota
VOLUME 21, NO. 1, JULI 2015 Perbandingan Hasil Pemodelan Aliran Satu Dimensi Unsteady Flow dan Steady Flow pada Banjir Kota Andreas Tigor Oktaga Balai Besar Wilayah Sungai Pemali - Juana Jl. Brigjend Soediarto
Lebih terperinciANALISIS DAN EVALUASI KAPASITAS PENAMPANG SUNGAI SAMPEAN BONDOWOSO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM HEC-RAS 4.1
ANALISIS DAN EVALUASI KAPASITAS PENAMPANG SUNGAI SAMPEAN BONDOWOSO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM HEC-RAS.1 Agung Tejo Kusuma*, Nanang Saiful Rizal*, Taufan Abadi* *Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciPEMODELAN SPASIAL BANJIR LUAPAN SUNGAI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN PENGINDERAAN JAUH DI DAS BODRI PROVINSI JAWA TENGAH
PEMODELAN SPASIAL BANJIR LUAPAN SUNGAI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN PENGINDERAAN JAUH DI DAS BODRI PROVINSI JAWA TENGAH Nugraha Saputro nggonzales9@gmail.com Taufik Heri Purwanto taufik_hp@yahoo.com
Lebih terperinciANALISIS PENINGKATAN GENANGAN AKIBAT PEMBANGUNAN PLTA SALU URO, KABUPATEN LUWU UTARA SULAWESI SELATAN
ANALISIS PENINGKATAN GENANGAN AKIBAT PEMBANGUNAN PLTA SALU URO, KABUPATEN LUWU UTARA SULAWESI SELATAN Reski Rafidah* Alimuddin Hamzah dan Paharuddin Program Studi Geofisika, Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah aliran sungai (DAS) Cilamaya secara geografis terletak pada 107 0 31 107 0 41 BT dan 06 0 12-06 0 44 LS. Sub DAS Cilamaya mempunyai luas sebesar ± 33591.29
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Geomorfologi Daerah Aliran Sungai Balai Pengelolaan DAS Citarum-Ciliwung memiliki Stasiun Pengamatan Aliran Sungai (SPAS) yang merupakan satu-satunya alat pendeteksi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Polder 2.1.1 Definisi Sistem Polder Sistem polder adalah suatu teknologi penanganan banjir dan air laut pasang dengan kelengkapan sarana fisik, seperti sistem drainase,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. angin bertiup dari arah Utara Barat Laut dan membawa banyak uap air dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai sebuah negara kepulauan yang secara astronomis terletak di sekitar garis katulistiwa dan secara geografis terletak di antara dua benua dan dua samudra, Indonesia
Lebih terperinciAPLIKASI SIG UNTUK EVALUASI SISTEM JARINGAN DRAINASE SUB DAS GAJAHWONG KABUPATEN BANTUL
APLIKASI SIG UNTUK EVALUASI SISTEM JARINGAN DRAINASE SUB DAS GAJAHWONG KABUPATEN BANTUL Arief Kelik Nugroho e-mail : ariefkeliknugroho@gmail.com Abstrak Kondisi lahan daerah aliran sungai dalam kondisi
Lebih terperinciBAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di DAS Ciliwung Hulu dan Cisadane Hulu. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2009 dan selesai pada
Lebih terperinciBAB III METODE. Mulai. Pekerjaan Lapangan
BAB III METODE 3.1 Bagan Alir Tugas Akhir Keandalan hasil perencanaan erat kaitannya dengan alur kerja yang jelas, metoda analisis yang tepat dan kelengkapan data pendukung di dalam merencanakan bangunan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang DAS Konaweeha adalah DAS terbesar di Provinsi Sulawesi Tenggara dengan Sungai Konaweeha sebagai sungai utama. Hulu DAS Konaweeha berada di Kabupaten Kolaka dan melintasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Legono (2013), banjir adalah suatu peristiwa genangan air (baik secara alami ataupun karena aktivitas manusia), yang pada taraf tertentu mengakibatkan hilangnya
Lebih terperinciKALIBRASI MODEL HIDROLOGI PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN PADA SUB DAS KAMPAR KANAN DALAM PROGRAM HEC-HMS
KALIBRASI MODEL HIDROLOGI PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN PADA SUB DAS KAMPAR KANAN DALAM PROGRAM HEC-HMS Ferry Virgiawan 1), Bambang Sujatmoko 2), Mudjiatko 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan terhadap kondisi hidrologis di Sub Daerah Aliran Ci Karo, maka penulis dapat menarik
Lebih terperinciBAB IV HASIL PERHITUNGAN DAN ANALISA. Data hidrologi adalah kumpulan keterangan atau fakta mengenai fenomena
BAB IV HASIL PERHITUNGAN DAN ANALISA 4.1 Ketersediaan Data Hidrologi 4.1.1 Pengumpulan Data Hidrologi Data hidrologi adalah kumpulan keterangan atau fakta mengenai fenomena hidrologi (hydrologic phenomena).
Lebih terperinciPENGARUH PASANG SURUT TERHADAP ENDAPAN PADA ALIRAN SUNGAI KAHAYAN DI PALANGKA RAYA
PENGARUH PASANG SURUT TERHADAP ENDAPAN PADA ALIRAN SUNGAI KAHAYAN DI PALANGKA RAYA Rendro Rismae Riady, Hendra Cahyadi, Akhmad Bestari* DPK (dipekerjakan) di Fak. Teknik Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
Lebih terperinciBAB IV METODOLOGI. Gambar 4.1 Flow Chart Rencana Kerja Tugas Akhir
BAB IV METODOLOGI 4.1 Tinjauan Umum Penulisan laporan Tugas Akhir ini memerlukan adanya suatu metode atau cara yaitu tahapan tahapan dalam memulai penulisan sampai selesai, sehingga penulisan Tugas Akhir
Lebih terperinciANALISIS EFEKTIFITAS KAPASITAS SALURAN DRAINASE DAN SODETAN DALAM MENGURANGI DEBIT BANJIR DI TUKAD TEBA HULU DAN TENGAH
ANALISIS EFEKTIFITAS KAPASITAS SALURAN DRAINASE DAN SODETAN DALAM MENGURANGI DEBIT BANJIR DI TUKAD TEBA HULU DAN TENGAH TUGAS AKHIR NYOMAN INDRA WARSADHI 0704105031 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinci