Etika Dan Filsafat Komunikasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I Tinjauan Umum Etika

Pendahuluan Manusia adalah Makhluk Individu Memiliki akal pikiran, perasaan, dan kehendak. Makhluk Sosial Memiliki perilaku etis

ETIKA PROFESI Mia Fitriawati, M.Kom.

Pengertian Etika. Nur Hidayat TIP FTP UB 2/18/2012

ETIKA. Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat.

Pembahasan 1. Norma 2. Etika 3. Moral 4. Pengertian Etika Profesi 5. Fungsi Kode Etik Profesi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KODE ETIK PSIKOLOGI. Etika dan Moral, Kode Etik Psikologi, Psikolog dan ilmuwan psikologi, Layanan Psikologi, Etika dalam Eksperimen Psikologi

BAB I DASAR-DASAR PENGERTIAN MORAL

Pert ke 12. Oleh: Mohklas, SE., M.Si STIE PENA SEMARANG Semarang, Maret 2014

BAB 1 TINJUAN UMUM ETIKA. Henry Anggoro Djohan

PERBEDAAN ETIKA ETIKET MORAL DAN HUKUM

ETIKA ADMINISTRASI HENDRA WIJAYANTO

Pendahuluan BAB I. A. Pengertian

Pertemuan 1 TINJAUAN UMUM

01ILMU ETIKA PROFESI. Etika dan Etiket dalam Humas. Frenia KOMUNIKASI.

KONTRAK KULIAH ETIKA PROFESI D O S E N : M A I M U N A H, S S I, M K O M

PENTINGNYA ETIKA PROFESI

ETIKA DAN MORAL DALAM ILMU PENGETAHUAN

Etika Dan Filsafat Komunikasi

Oleh. Salamun Rohman Nudin, S.Kom., M.Kom Etika Profesi/ Teknik Informatika Untag Surabaya

PERKEMBANGAN ETIKA PROFESI

Pertemuan 1. Pembahasan. 1. Norma 2. Budaya 3. Etika 4. Moral 5. Struktur Etika

ETIKA BISNIS DAN PROFESI PPAK

PENGERTIAN DAN NILAI ETIKA

Catatan Kuliah Etika Profesi. 14 Mei 2012

PENGERTIAN DAN PERANAN ETIKA PROFESI

Etika Profesi Public Relations

BY. IRMA NURIANTI,SKM. MKes PRINSIP ETIKA DAN MORALITAS

PENDIDIKAN PANCASILA

ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI

BAB 1 TUJUAN UMUM ETIKA

BE ETHICAL AT WORK. Part 9

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa

ETIKA DAN MORAL dalam Pembelajaran

Komunikasi dan Etika Profesi

Etika profesi it 7 komunikasi 11/1/2011

PROFESIONAL 1. AHLI DALAM BIDANGNYA 2. MAMPU MEMBANGUN DAN MENGEMBANGKAN KERJA SAMA DENGAN LINGKUNGAN PENDUKUNG DAN PENUNJANG 3.

PENGERTIAN ETIKA PROFESI

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Masyarakat Agraris 2.2 Pekerjaan Tenaga Kerja Tani Padi

FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI

Tinjauan Umum Etika. Arif 2013

ETIK UMB ETIKET PERGAULAN. NANDANG SOLIHIN, M.Pd. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi.

Etika Profesi INSINYUR. Dr. Dian Kemala Putri

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengetahuan. Kemudian Plato, menurutnya baik itu apabila ia dikuasai oleh

KOMUNIKASI DAN ETIKA PROFESI

ETIK UMB PENGEMBANGAN WAWASAN KEPRIBADIAN. Syahlan A. Sume, SE. MM. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi MANAJEMEN

01FEB. Template Standar Business Ethics and Good Governance

E T I K A E T I K A E T I K A E T I K A E T I K A 8/19/2010. Oleh : PRINSIP ETIKA MORAL DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KEBIDANAN

Etika, Moral, Norma, Nilai,

Makna Pancasila Sebagai Sistem Etika

Di-copy-paste dari: Rabu, 15 Oktober 2014

PANCASILA. Pancasila Sebagai Sistem Etika. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

Menurut E. B. Tylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat

KODE ETIK PSIKOLOGI. Metaetika dan Etika Terapan. Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI

Pancasila Sebagai Sistem Etika. fitri dwi lestari

EKSPEKTASI DARI ETIKA DOSEN. Oleh Eva Imania Eliasa,M.Pd*

ETIK UMB ETIKA PERGAULAN. Drs. SUMARDI, M. Pd. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI.

Modul ke: ETIK UMB. AFIYATI SSi., MT. Fakultas FAKULTAS ILMU KOMPUTER. Program Studi TEKNIK INFORMATIKA

: Tiga Asas Luhur dalam Kehidupan Manusia Terdiri dari 2 kegiatan belajar. 1. Asas Keutuhan Watak dan Asas Kesusilaan 2. Asas Keadilan.

ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI

PANCASILA. Sebagai Sistem Etika. Disampaikan pada perkuliahan Pancasila kelas PKK. H. U. Adil Samadani, SS., SHI.,, MH. Modul ke: Fakultas Teknik

Pengertian etika = moralitas

MATERI KULIAH ETIKA BISNIS. Pokok Bahasan: Pancasila sebagai Landasan Etika Bisnis

PR Kedua Kelas X.8 Tgl 04 Agustus 2010 Mengenai Etika dan Moral Posted by malikzeith - 04 Aug :23

BAB I PENDAHULUAN. ini. Akan tetapi, perkembangan teknologi dan industri yang menghasilkan budaya teknokrasi

PENDIDIKAN PANCASILA

PENGERTIAN ETIKA PROFESI

Modul ke: Teori Etika. Teori etika Etika deskriptif Etika normatif. Fakultas Psikologi. Amy Mardhatillah. Program Studi Psikologi

KODE ETIK PSIKOLOGI. Teori Etika, Etika Deskriptif dan Etika Normatif. Mistety Oktaviana, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK. NOVIA KENCANA, S.IP, MPA STMIK MDP

Analisis Proses Bisnis ETIKA BISNIS LOGO. STMIK PPKIA PRADNYA PARAMITA MALANG

Pancasila sebagai Sistem Filsafat

PANCASILA sebagai SISTEM ETIKA. Modul ke: 09TEKNIK. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi Arsitektur

FILSAFAT ILMU DAN PENDAHULUAN. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

PENDIDIKAN PANCASILA

KODE ETIK DAN PROFESIONALISME PUSTAKAWAN. Oleh, MAIZUAR EFFENDI, S.Pd Pustakawan Madya

ETIKA. : Rudy Wawolumaja

Hukum dan Kode Etik Jurnalistik. tomi febriyanto

ETIKA PERILAKU. Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo Guru Besar Emeritus FKM, UI Rektor Universitas Respati Indonesia

DOKUMEN JURUSAN ETIKA DOSEN PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO

Kata Pengantar. God Bless You... Penulis

II. TINJAUAN PUSTAKA

PANCASILA SEBAGAI LANDASAN ETIKA (I)

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

Pancasila sebagai Sistem Etika-1

BEBERAPA PENGERTIAN. Sebelum kita membahas lebih jauh tentang etika Islam (Ilmu Akhlak), kita perlu pengertiannya terlebih dahulu. 1.

SUMBER-SUMBER DAN NILAI DALAM PERILAKU ETIKA. Week 6

Prosiding Seminar Nasional INDOCOMPAC Universitas Bakrie, Jakarta. 2 3 Mei 2016 PRINSIP PRINSIP ETIKA BISNIS DALAM PERSPEKTIF FILOSOFIS

KONSEP PRINSIP ETIKA. A. Apakah Etika itu?

HERU SASONGKO, S.FARM.,APT.

Apa yang Dimaksud Dengan Etika Profesi?

Upaya Peningkatan Etika Pergaulan Melalui Bimbingan Kelompok Pada Siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. generasi penerus. Karakter itu penting, karena banyak masyarakat memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta

ETIKA PROFESI PURWATI

Pertemuan 2 ETIKA PROFESI

BUSINESS ETHIC PT. MAYORA INDAH, Tbk

Pancasila sebagai Sistem Filsafat

PENDIDIKAN ETIKA MENJADI TARGET KURIKULUM

Transkripsi:

MODUL PERKULIAHAN Etika Dan Filsafat Komunikasi PokokBahasan : Etika & Moral Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh Fakultas Ilmu Periklanan MK 85009 Komunikasi (Marcomm) 04 Abstract Komunikasi sebagai bentuk keterampilan dapat menjelma sebagai ilmu melalui beberapa persyaratan tertentu persyaratan ini disebut ilmiah Kompetensi Mahasiswa mampu menjelaskan tentang etika & moral dan kaitannya dengan komunikasi.

Etika & Moral ETIKA Etika dan Moral mempunyai pengertian yang hampir bersamaan/berkaitan, karena keduanya mengandung nilai dan norma untuk mengatur tingkah laku manusia, yang mengacu pada kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Seperangkat nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan dari seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah laku (Bartens, 1977) Prinsip-prinsip moral yang disepakati bersama oleh suatu kesatuan masyarakat, yang menuntun perilaku individu dalam berhubungan dengan individu lain di masyarakat (Darwin, 1999) Etika Sebagai Cabang Filsafat ETIKA adalah Cabang Filsafat, yakni Filsafat Moral atau Filsafat Kesusilaan Tiga Macam Filsafat Moral (Etika): 1. Etika Deskriptif 2. Etika Normatif 3. Etika Kefilsafatan (Hakikat) Pengertian Moral Secara etimologis, kata moral berasal dari kata mos dalam bahasa Latin, bentuk jamaknya mores, yang artinya adalah tata-cara atau adat-istiadat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 592), moral diartikan sebagai akhlak, budi pekerti, atau susila. Secara terminologis, terdapat berbagai rumusan pengertian moral, yang dari segi substantif materiilnya tidak ada perbedaan, akan tetapi bentuk formalnya berbeda. Widjaja (1985: 154) menyatakan bahwa moral adalah ajaran baik dan buruk tentang perbuatan dan kelakuan (akhlak). Al-Ghazali (1994: 31) mengemukakan pengertian akhlak, sebagai padanan kata moral, sebagai perangai (watak, tabiat) yang menetap kuat dalam jiwa manusia dan 2

merupakan sumber timbulnya perbuatan tertentu dari dirinya secara mudah dan ringan, tanpa perlu dipikirkan dan direncanakan sebelumnya. Sementara itu Wila Huky, sebagaimana dikutip oleh Bambang Daroeso (1986: 22) merumuskan pengertian moral secara lebih komprehensip rumusan formalnya sebagai berikut : 1. Moral sebagai perangkat ide-ide tentang tingkah laku hidup, dengan warna dasar tertentu yang dipegang oleh sekelompok manusia di dalam lingkungan tertentu. 2. Moral adalah ajaran tentang laku hidup yang baik berdasarkan pandangan hidup atau agama tertentu. 3. Moral sebagai tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan pada kesadaran, bahwa ia terikat oleh keharusan untuk mencapai yang baik, sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam lingkungannya. Agar diperoleh pemahaman yang lebih jelas perlu diberikan ulasan bahwa substansi materiil dari ketiga batasan tersebut tidak berbeda, yaitu tentang tingkah laku. Akan tetapi bentuk formal ketiga batasan tersebut berbeda. Batasan pertama dan kedua hampir sama, yaitu seperangkat ide tentang tingkah laku dan ajaran tentang tingkah laku. Sedangkan batasan ketiga adalah tingkah laku itu sendiri Pada batasan pertama dan kedua, moral belum berwujud tingkah laku, tapi masih merupakan acuan dari tingkah laku. Pada batasan pertama, moral dapat dipahami sebagai nilai-nilai moral. Pada batasan kedua, moral dapat dipahami sebagai nilai-nilai moral atau norma-norma moral. Sedangkan pada batasan ketiga, moral dapat dipahami sebagai tingkah laku, perbuatan, atau sikap moral. Namun demikian semua batasan tersebut tidak salah, sebab dalam pembicaraan sehari-hari, moral sering dimaksudkan masih sebagai seperangkat ide, nilai, ajaran, prinsip, atau norma. Akan tetapi lebih kongkrit dari itu, moral juga sering dimaksudkan sudah berupa tingkah laku, perbuatan, sikap atau karakter yang didasarkan pada ajaran, nilai, prinsip, atau norma. Kata moral juga sering disinonimkan dengan etika, yang berasal dari kata ethos dalam bahasa Yunani Kuno, yang berarti kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, atau cara berfikir. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989: 237) etika diartikan sebagai (1) ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak), (2) kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, dan (3) nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Sementara itu 3

Bertens (1993: 6) mengartikan etika sejalan dengan arti dalam kamus tersebut. Pertama, etika diartikan sebagai nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Dengan kata lain, etika di sini diartikan sebagai system nilai yang dianut oleh sekelompok masyarakat dan sangat mempengaruhi tingkah lakunya. Sebagai contoh, Etika Hindu, Etika Protestan, Etika Masyarakat Badui dan sebagaimya. Kedua, etika diartikan sebagai kumpulan asas atau nilai moral, atau biasa disebut kode etik. Sebagai contoh Etika Kedokteran, Kode Etik Jurnalistik, Kode Etik Guru dan sebagainya. Ketiga, etika diartikan sebagai ilmu tentang tingkah laku yang baik dan buruk. Etika merupakan ilmu apabila asas-asas atau nilai-nilai etis yang berlaku begitu saja dalam masyarakat dijadikan bahan refleksi atau kajian secara sistematis dan metodis. Sementara itu menurut Magnis Suseno, etika harus dibedakan dengan ajaran moral. Moral dipandang sebagai ajaran-ajaran, wejangan-wejangan, khotbah-khotbah, patokanpatokan, entah lisan atau tertulis, tentang bagaimana ia harus bertindak, tentang bagaimana harus hidup dan bertindak, agar ia menjadi manusia yang baik. Sumber langsung ajaran moral adalah orang-orang dalam berbagai kedudukan, seperti orang tua dan guru, para pemuka masyarakat dan agama, dan tulisan-tulisan para bijak seperti kitab Wulangreh karangan Sri Sunan Paku Buwana IV. Sumber dasar ajaran-ajaran adalah tradisi dan adat istiadat, ajaran agama-agama atau ideologiideologi tertentu. Sedangkan etika bukan suatu sumber tambahan bagi ajaran moral, melainkan merupakan filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaranajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika adalah sebuah ilmu, bukan sebuah ajaran. Jadi etika adalah ajaran-ajaran moral tidakberada pada tingkat yang sama. Yang mengatakan, bagimana kita harus hidup bukan etika, melainkan ajaran moral. (Magnis Suseno, 1987; 14). Pendapat Magnis bahwa etika merupakan ilmu tidak berbeda dengan Bertens, sebagaimana terminologinya yang ketiga tersebut, di samping pada bagian lain juga menyatakan bahwa etika adalah ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (Bertens, 1993: 4). Namun menurut Bertens, pengertian etika selain sebagai ilmu, juga mencakup moral, baik arti nilai-nilai moral, norma-norma moral, maupun kode etik. Adapun pendapat Magnis yang menyatakan etika sebagai filsafat juga sesuai dengan pandangan umum yang menempatkan etika sebagi salah satu dari enam cabang filsafat, yakni metafisika, epistemologi, metodologi, logika, etika, dan estetika. Bahkan. oleh filsuf 4

besar Yunani, Aristoteles (384-322 s.m.), etika sudah digunakan dalam pengertian filsafat moral. Etika sebagai ilmu biasa dibedakan menjadi tiga macam, yaitu etika deskriptif, etika normatif, dan meta etika. Etika deskriptif mempelajari tingkah laku moral dalam arti luas, seperti adat kebiasaan, pandangan tentang baik dan buruk, perbuatan yang diwajibkan, diperbolehkan, atau dilarang dalam suatu masyarakat, lingkungan budaya, atau periode sejarah. Sebagai contoh, pengenalan terhadap adat kawin lari di kalangan masyarakat Bali, yang disebut mrangkat atau ngrorod (Koetjaraningrat, 1980: 288). Di sini, etika deskriptif tugasnya sebatas menggambarkan atau memperkenalkan dan sama sekali tidak memberikan penilaian moral. Pada masa sekarang obyek kajian etika deskpiptif lebih banyak dibicarakan oleh antropologi budaya, sejarah, atau sosiologi. Karena sifatnya yang empiris, maka etika deskriptif lebih tepat dimasukkan ke dalam bahasan ilmu pengetahuan dan bukan filsafat. Etika normatif bertujuan merumuskan prinsip-prinsip etis yang dapat dipertangungjawabkan secara rasional dan dapat diterapkan dalam perbuatan nyata. Berbeda dengan etika deskriptif, etika normatif tidak bersifat netral, melainkan memberikan penilaian terhadap tingkah laku moral berdasar norma-norma tertentu. Etika normatif tidak sekedar mendeskripsikan atau menggambarkan, melainkan bersifat preskriptif atau memberi petunjuk mengenai baik atau tidak baik, boleh atau tidak boleh-nya suatu perbuatan. Untuk itu di dalamnya dikemukakan argumenargumen atau diskusi-diskusi yang mendalam, dan etika normatif merupakan bagian penting dari etika. Adapun meta etika tidak membahas persoalan moral dalam arti baik atau buruk-nya suatu tingkah laku, melainkan membahas bahasa-bahasa moral. Sebagai contoh, jika suatu perbuatan dianggap baik, maka pertanyaannya adalah : apakah arti baik dalam perbuatan itu, apa ukuran-ukuran atau syarat-syaratnya untuk disebut baik, dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan semacam itu dapat juga dikemukakan secara kritis dan mendalam tentang makna dan ukuran adil, beradab, manusiawi, persatuan, kerakyatan, kebijaksanaan, keadilan, kesejahteraan dan sebagainya. Metaetika seolah-olah bergerak pada taraf yang lebih tinggi dari pada perilaku etis, dengan begerak pada taraf bahasa etis (meta artinya melebihi atau melampui). 5

Etika sebagai filsafat, berarti mencari keterangan yang benar, mencari ukuran-ukuran yang baik dan yang buruk bagi tingkah laku manusia. Serta mencari norma-norma, ukuranukuran mana sosial itu, tindakan manakah yang paling dianggap baik. Dalam filsafat, masalah baik dan buruk (good and evil) dibicarakan dalam etika. Tugas etika tidak lain berusaha untuk hal yang baik dan yang dikatakan buruk. Sedangkan tujuan etika, agar setiap manusia mengetahui dan menjalankan perilaku, sebab perilaku yang baik bukan saja bagi dirinya saja, tetapi juga penting bagi orang lain, masyarakat, bangsa dan Negara, dan yang terpenting bagi Tuhan yang Maha Esa. Dalam kamus besar bahasa Indonesia terbitan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1988), etika dirumuskan dalam tiga arti, yaitu; 1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). 2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. 3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Bertens mengemukakan bahwa urutan tiga arti tersebut kurang kena, sebaiknya arti ketiga ditempatkan didepan karena lebih mendasar daripada yang pertama, dan rumusannya juga bisa dipertajam lagi. Dengan demikian, menurut Bertens tiga arti etika dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Etika dipakai dalam arti: nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Arti ini disebut juga sebagai system nilai dalam hidup manusia perseorangan atau hidup bermasyarakat. Misalnya etika orang jawa, etika agama Buddha. 2. Etika dipakai dalam arti: kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud disini adalah kode etik. Misalnya, Kode Etik Advokat Indonesia. 3. Etika dipakai dalam arti: ilmu tentang yang baik dan yang buruk. Arti etika disini sama dengan filsafat moral. 6

Dihubungkan dengan Etika Profesi Sekretaris, etika dalam arti pertama dan kedua adalah relevan karena kedua arti tersebut berkenaan dengan perilaku seseorang atau sekelompok profesi sekretaris. Misalnya sekretaris tidak bermoral, artinya perbuatan sekretaris itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma moral yang berlaku dalam kelompok sekretaris tersebut. Dihubungkan dengan arti kedua, Etika Profesi Sekretaris berarti Kode Etik Profesi Sekretaris. Pengertian etika juga dikemukakan oleh Sumaryono (1995), menurut beliau etika berasal dati istilah Yunani ethos yang mempunyai arti adapt-istiadat atau kebiasaan yang baik. Bertolak dari pengertian tersebut, etika berkembang menjadi study tentang kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan manusia pada umumnya. Selain itu, etika juga berkembang menjadi studi tentang kebenaran dan ketidakbenaran berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan melalui kehendak manusia. Berdasarkan perkembangan arti tadi, etika dapat dibedakan antara etika perangai dan etika moral. 1. Etika Perangai Etika perangai adalah adat istiadat atau kebiasaan yang menggambaran perangai manusia dalam kehidupan bermasyarakat di aderah-daerah tertentu, pada waktu tertentu pula. Etika perangai tersebut diakui dan berlaku karena disepakati masyarakat berdasarkan hasil penilaian perilaku. Conto etika perangai: - berbusana adat - pergaulan muda-mudi - perkawinan semenda - upacara adat 2. Etika Moral Etika moral berkenaan dengan kebiasaan berperilaku yang baik dan benar berdasarkan kodrat manusia. Apabila etika ini dilanggar timbullah kejahatan, yaitu perbuatan 7

yang tidak baik dan tidak benar. Kebiasaan ini berasal dari kodrat manusia yang disebut moral. Contoh etika moral: - berkata dan berbuat jujur - menghargai hak orang lain - menghormati orangtua dan guru - membela kebenaran dan keadilan - menyantuni anak yatim/piatu. Etika moral ini terwujud dalam bentuk kehendak manusia berdasarkan kesadaran, dan kesadaran adalah suara hmanusia berdasarkan kesadaran, dan kesadaran adalah suara hati nurani. Dalam kehidupan, manusia selalu dikehendaki dengan baik dan tidak baik, antara benar dan tidak benar. Dengan demikian ia mempertanggung jawabkan pilihan yang telah dipilihnya itu. Kebebasan kehendak mengarahkan manusia untuk berbuat baik dan benar. Apabila manusia melakukan pelanggaran etika moral, berarti dia berkehendak melakukan kejahatan, dengan sendirinya berkehandak untuk di hukum. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, nilai moral dijadikan dasar hukum positif yang dibuat oleh penguasa. Etika Pribadi dan Etika Social Dalam kehidupan masyarakat kita mengenal etika pribadi dan etika social. Untuk mengetahui etika pribadi dan etika social diberikan contoh sebagai berikut: 1) Etika Pribadi. Misalnya seorang yang berhasil dibidang usaha (wiraswasta) dan menjadi seseorang yang kaya raya (jutawan). Ia disibukkan dengan usahanya sehinnga ia lupa akan diri pribadinya sebagai hamba Tuhan. Ia mempergunakan untuk keperluan-keperluan hal-hal yang tidak terpuji dimata masyarakat (mabukmabukan, suka mengganggu ketentraman keluarga orang lain). Dari segi usaha ia memang berhasil mengembangkan usahanya sehinnga ia menjadi jutawan, tetapi ia tidak berhasil dalam emngembangkan etika pribadinya. 8

2) Etika Social. Misalnya seorang pejabat pemerintah (Negara) dipercaya untuk mengelola uang negara. Uang milik Negara berasal dari rakyat dan untuk rakyat. Pejabat tersebut ternyata melakukan penggelapan uang Negara utnuk kepentingan pribadinya, dan tidak dapat mempertanggungjawabkan uang yang dipakainya itu kepada pemerintah. Perbuatan pejabat tersebut adalah perbuatan yang merusak etika social. 9

DaftarPustaka 1. Wahyu Wibowo, Menuju Jurnalistik Beretika, Penerbit Kompas, Jakarta, 2009 2. J. Sudarminta, Etika Umum: Kajian Tentang Beberapa Masalah Pokok dan Teori Etika Normatif, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 2013 3. K. Bertens, Etika, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2011 4. Franz Magnis Suseno, Kuasa dan Moral, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001 10