BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN BAGI HASIL SIMPANAN BERJANGKA PADA KJKS BMT BINA UMAT MANDIRI (BUM) CABANG ADIWERNA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV. Seperti di perbankan syari ah Internasional, transaksi mura>bah}ah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang kekurangan dana yang dalam menjalankan aktivitasnya harus sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, bukan hanya dalam permasalahan ibadah ubūdiyah saja

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Mekanisme Pembiayaan Konsumtif di KOPSIM NU Batang

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB IV PELAKSANANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI KJKS BMT KECAMATAN LUBUK BEGALUNG KOTA PADANG

FATWA DSN MUI. Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro. 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga.

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KJKS CEMERLANG WELERI

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. muncul lembaga-lembaga keuangan syariah sebagai solusi atas kegelisahan tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian lapangan dan analisis terhadap penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN. usahanya berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian (akad) antara

BAB V PEMBAHASAN. A. Kebijakan Harga Jual Pembiayaan Murabahah di BMT Istiqomah Unit

PELAKSANAAN AKAD WADI AH DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi di BMT HIRA Gabugan, Tanon, Sragen)

BAB IV PEMBAHASAN. ( Data Jumlah Pembiayaan kantor cabang Gunungpati II tahun )

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan serta operasionalisasi ekonomi yang berprinsip syariah di

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB III PEMBAHASAN A. PENGERTIAN DAN LANDASAN SYARI AH BAI BITSAMAN AJIL. sebagai pembelian barang dengan pembayaran cicilan atau angsuran.

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

STRATEGI PENETAPAN MARGIN PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BMT AT- TAQWA MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT. LELI SUWITA Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat

BAB III PEMBIAYAAN MURABAHAH DI KJKS BMT EL AMANAH KEC. KENDAL KAB. KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

PENERAPAN WAKALAH DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH DITINJAU DARI KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH. Oleh : Rega Felix, S.H.

BAB I PENDAHULUAN. membedakan pengelolaan lembaga keuangan Islam (syariah) dengan

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Pembukaan Simpanan Berjangka (SIJANGKA)

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB III GAMBARAN UMUM KJKS BMT DI KECAMATAN LUBUK BEGALUNG KOTA PADANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

Pengertian. Dasar Hukum. QS. Al-Baqarah [2] : 275 Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra

HILMAN FAJRI ( )

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic

BAB IV IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH PADA PEMBIAYAAN EMAS DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN (STUDY KASUS)

BAB IV ANALISIS PENETAPAN MARGIN PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH DI BSM LUMAJANG DALAM TINJAUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MUI

RINGKASAN TUGAS AKHIR. Koperasi Agro Niaga Indonesia (KANINDO) Syari ah Malang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang berkelebihan untuk kemudian di salurkan kepada pihak yang

BAB IV. oleh Baitul mal wat Tamwil kepada para anggota, yang bertujuan agar anggota

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) adalah badan yang lebih mengarah pada usaha-usaha

A. Praktik Akad Murabahah dan Wakalah di KJKS BMT Bahtera

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. bersentuhan dengan keberadaan lembaga keuangan. Pengertian lembaga. lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank.

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISA. A. Ketentuan Jaminan Pembiayaan Murabahah di BPRS Asad Alif

KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH (KJKS) SEBAGAI SARANA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

RESCHEDULING PEMBIAYAAN MURA<BAHAH MUSIMAN

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB IV ANALISIS TENTANG PERSEPSI PEDAGANG KECIL DI PASAR KLIWON TENTANG PEMANFAATAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BMT FASTABIQ CABANG KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. yang kekurangan dana yang dalam menjalankan aktivitasnya harus sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya di zaman sekarang kehidupan manusia. tidak terlepas dari kegiatan muamalat, baik itu anatara individu

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul mall dan Baitul Tamwil. Pengertian BMT

Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERALIHAN AKAD DI BMT MUDA SURABAYA. keuntungannya sudah diperjanjikan diawal akad. Artinya pihak BMT tidak dapat

BAB II LANDASAN TEORI. yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga pokok

BAB IV ANALISIS 1. Landasan Teori A. Definisi Produk Pembiayaan Modal Kerja

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan dana yang dimiliki suatu lembaga harus benar-benar efektif. agar pendapatan yang diperoleh meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. melalui paket-paket kebijakan untuk mendorong kehidupan sektor usaha

BAB IV ANALISIS MEKANISME AKAD MUDHARABAH PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DAN MUDHARABAH BERJANGKA DI UJKS BMT MITRA UMAT DAN UJKS BMT MINNA LANA

BAB IV. A. Analisis Terhadap Akad Pembiyaan Murabahah di Koperasi Jasa. Keuangan Syari ah Baitut Tamwil Muhammadiyah Tersono

BAB I PENDAHULUAN. syari ah yang paling sederhana yang saat ini banyak muncul di Indonesia bahkan hingga

Jawaban UAS PLKS 2014/2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Unit Usaha Syariah (UUS) dengan total Aset sebesar Rp. 57 triliun (Republika :

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS PENERAPAN AKAD MUDHARABAH SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PRODUK PENGHIMPUNAN DANA DI BANK SYARI AH MANDIRI KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. Diterbitkannya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahunn 2003 yang

BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.

BAB I PENDAHULUAN menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah. Perbankan

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan perdagangan. Bila ditelusuri asal mula timbulnya

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank Islam merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB 5 PENUTUP. Pembiayaan Mudharabah (Studi Kasus pada Koperasi Jasa Keuangan. Syariah Muamalah Berkah Sejahtera Surabaya), maka penulis dapat menarik

BAB I PENDAHULUAN. prinsip syariah sebagai dasar hukumnya berupa fatwa yang dikeluarkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ismail, Perbankan Syariah, Prenadamedia Group, Jakarta, 2011, hlm 29-30

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

AL MURABAHAH DOSEN PENGAMPU H. GITA DANUPRANATA OLEH MELINDA DWIJAYANTI ( ) DHYKA RACHMAENI ( )

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Sebagai makhluk sosial manusia menerima dan memberikan

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

ARTIKEL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

BAB I PENDAHULUAN. modal, reksa dana, dana pensiun dan lain-lain). Pengertian bank menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal muamalah, selain hubungan sesama manusia yang bersifat keduniaan juga

BAB I PENDAHULUAN. Setelah berdirinya Bank Muamalah Indonesia (BMI) timbul peluang. untuk mendirikan bank-bank lain yang memiliki prinsip syariah.

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak hanya lembaga keuangan perbankan, namun juga dijalankan oleh lembaga

BAB I PENDAHULUAN. melalui aktivitas ekonomi, dan ekonomi yang dikenal dalam Islam adalah

BAB II Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan bisnis yang serupa dengan Koperasi atau Lembaga Swadaya

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan syariah pada tahun Salah satu uji coba yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Murabahah secara bahasa merupakan mashdar dari kalimat ribhun yang berarti ziyadah (tambahan). (Rozalinda 2016, 524) Pengertian dari Murabahah adalah pembiayaan saling menguntungkan yang dilakukan oleh shahibul maal dengan pihak yang membutuhkan, melalui transaksi jual beli bahwa harga pengadaan barang dan harga jual, terdapat nilai lebih yang merupakan keuntungan atau laba bagi shahibul maal dan pengembaliannya dilakukan secara tunai atau angsur. Jual beli murabahah adalah pembelian oleh satu pihak untuk kemudian dijual kepada pihak lain, yang telah mengajukan permohonan pembelian terhadap suatu barang dengan keuntungan atau tambahan harga yang transparan.(mardani 2012, 136) Pembiayaan murabahah yaitu pembiayaan dalam bentuk jual beli barang dengan modal pokok ditambah keuntungan (margin), yang disepakati antara nasabah dan bank. Pada pembiayaan murabahah ini, nasabah dan bank syariah melakukan kesepakatan untuk melakukan transaksi pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli, dimana bank bersedia membiayai pengadaan barang yang dibutuhkan nasabah dengan membeli kepada suplier dan menjual kembali nasabah ditambah dengan margin keuntungan yang telah disepakati, kemudian nasabah membayar sesuai jangka waktu yang disepakati.(rozalinda 2005, 87) Rukun dan syarat murabahah pada dasarnya sama dengan jual beli biasa, namun ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi agar jual beli murabahah sah yaitu : 1. Jual beli murabahah harus dilakukan atas barang yang telah dimiliki (hak kepemilikan telah berada ditangan si penjual), artinya 1

2 keuntungan dari resiko barang tersebut ada pada penjual sebagai konsekuensi dari kepemilikan yang timbul dari akad yang sah. 2. Adanya kejelasan informasi mengenai besarnya modal dan biayabiaya lain yang lazim dikeluarkan dalam jual beli pada suatu komoditas, semuanya harus diketahui oleh pembeli saat transaksi. Ini merupakan syarat sah murabahah. 3. Adanya informasi yang jelas tentang kentungan, baik nominal maupun persentase sehingga diketahui oleh pembeli sebagai salah satu syarat sah murabahah. 4. Dalam sistem murabahah, penjual boleh menetapkan syarat pada pembeli untuk menjamin kerusakan yang tidak tampak pada barang, tetapi lebih baik syarat itu tidak ditetapkan, karena pengawasan barang merupakan kewajiban penjual disamping bentuk menjaga kepercayaan yang sebaik-baiknya.(mardani 2012,137) Terdapat beberapa ketentuan umum murabahah yang telah disepakati oleh Fatwa Dewan Nasional Majelis Ulama Indonesia dalam Fatwa DSN Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 yang menetapkan sebagai berikut : 1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba. 2. Barang yang diperjual belikan tidak haram oleh syariat Islam. 3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang disepakati kualifikasinya. 4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sesuai dengan bebas riba. 5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya; pembelian dilakukan secara utang. 6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai dengan harga beli plus keuntungannya.

3 Dalam kaitan ini, bank harus memberi tahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. 7. Nasabah membayar harga yang telah disepakati tersebut terdapat pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati. 8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah. 9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murbahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank (Ifham Sholihin 2010, 141-142). Pengertian dari wakaalah adalah perjanjian antara seseorang dengan orang lain (pemberi kuasa kepada orang yang menerima kuasa), berupa pendelegasian/penyerahan tugas untuk melakukan tindakan tertentu atas nama pemberi kuasa. Perwakilan dalam akad yang dapat digantikan orang lain untuk melakukannya adalah dibolehkan selama dipenuhi rukun-rukunnya.(ad-dimasyqi 2013, 253) Hal ini dijelaskan dalam firman Allah dalam surat Al-Anfal(8): 27 Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.(departemen Agma RI 2010, 181) Salah satu lembaga yang menggunakan pembiayaan murabahah ialah Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Sebagai sebuah sistem intermediasi keuangan BMT dalam melaksanakan konsepnya, membutuhkan lembaga yang berlaku dan diakui sebagai badan hukum

4 di Indonesia, dan lembaga atau badan hukum yang cocok untuk BMT adalah koperasi. Sebagai sebuah koperasi maka segala ketentuan dan peraturan yang mengatur koperasi berlaku juga pada BMT, sehingga dikenal dengan istilah KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah) adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak dibidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai pola bagi hasil syariah (elc.stainpekalongan.ac.id tanggal 19 April 2017). Baitul maal berfungsi sebagai pengumpul dana dan mentasharrufkan untuk kepentingan sosial, sedangkan baitul tamwil merupakan lembaga bisnis yang bermotif keuntungan (laba). Jadi baitul maal wa tamwil adalah lembaga yang bergerak dibidang sosial, sekaligus bisnis yang mencari keuntungan.(manan 2012, 353) Baitul maal dilihat dari segi istilah fikih adalah suatu lembaga atau badan yang bertugas untuk mengurusi kekayaan negara terutama keuangan, baik yang berkenaan dengan soal pemasukan dan pengelolahan maupun yang berhubungan dengan masalah pengeluaran dan lain-lain.(k.lubis 2012, 114) Adapun tujuan didirikan BMT adalah meningkatkan kualitas usaha ekonomi, untuk kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. BMT berorientasi pada upaya peningkatan kesejahteraan anggota dan masyarakat, diharapkan dengan menjadi anggota BMT, masyarakat dapat meningkatkan taraf hidup melalui usahanya dengan modal yang diharapkan para peminjam dapat mendirikan ekonomi yang dikelolanya. BMT bersifat usaha bisnis, tumbuh dan berkembang secara swadiya dan dikelola secara profesional. Baitul maal dikembangkan untuk kesejahteraan anggota terutama dengan penggalangan dana dari zakat, infak, sedekah, dan wakaf (Manan 2012, 354). Model BMT yang ada di Nagari Tabek Panjang Kecamatan Baso Kabupaten Agam, diberi nama KJKS/BMT Al-Ihsan (Koperasi Jasa

5 Keuangan Syariah/Baitul Maal wa Tamwil Al-Ihsan). KJKS ini mulanya adalah Lembaga Ekonomi Baso (LESBA), kemudian bermigrasi menjadi KJKS/BMT dan sesuai dengan surat dari Dinas Koperindang Kabupaten Agam No. 2243/ Koperindag/ K.2/ X/ 2015, dalam pelaksanaann prinsip syariahnya menggunakan dua bentuk produk yaitu produk simpanan dan produk pembiayaan. Beberapa contoh produk simpanan yang digunakan oleh BMT antara lain : simpanan tamara (tabungan masyarakat sukarela), simpanan tadika (tabungan pendidikan anak), simpanan taduri (tabungan idul fitri), simpanan takurba (tabungan kurban). Sedangkan produk pembiayaan meliputi : pembiayaan mudharabah, pembiayaan BBA (Ba i Bitsamanill Ajil), pembiayaan qardh, dan pembiayaan murabahah. Dari sekian banyak produk yang dijalankan BMT baik yang berbentuk simpanan maupun yang berbentuk pembiayaan, produk murabahah merupakan produk yang cukup diminati oleh masyarakat karena produk murabahah merupakan produk yang pelaksanaanya tidak sulit, ini ditunjukkan oleh grafik pertumbuhan nasabah BMT. Pada tahun 2016 dari bulan januari sampai desember terdapat 125 nasabah murabahah (Wahyuni, 2017). Hal ini disampaikan oleh pihak BMT bahwasannya KJKS/BMT dilakukan dengan cara nasabah terlebih dahulu mencantumkan jumlah anggaran yang dibutuhkan serta jenis barang yang akan dibeli dengan anggaran tersebut. Beberapa hari kemudian, nasabah melakukan akad murabahah yang berisi penentuan jangka waktu pengembalian pembiayaan dari nasabah, biaya administrasi, barang serta bea materai dan pemberian uang serta adanya jaminan yang ditinggalkan nasabah (Hamidi, 2017). Adapun mekanisme pembiayaan murabahah yang dilakukan oleh pihak BMT bukanlah dalam bentuk jual beli barang, akan tetapi dalam bentuk pencairan dana pembiayaan, untuk membeli barang yang

6 dibutuhkan berdasarkan akad wakaalah. Calon mitra membuka rekening tabungan di KJKS/BMT Al-Ihsan Nagari Tabek Panjang dan mengisi surat permohonan pembiayaan yang telah disiapkan oleh pihak BMT yang diketahui oleh ahli waris dan dipertanggung jawabkan oleh penjamin, lamanya proses pembiayaan antara 2 sampai dengan 7 hari dilaksanakan pencairan dana setiap hari rabu dan jumat serta membawa BPKB, sertifikat tanah, dan SK bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS).(Prosedur Pembiayaan KJKS Al-Ihsan). Observasi awal yang telah dilakukan, terdapat beberapa nasabah yang melakukan pembiayaan tidak sesuainya akad yang telah dicantumkan dengan pelaksanaan yang dilakukan oleh nasabah, meskipun sebagian dari pembiayaan tersebut tetap dilakukan akan tetapi sebagian pembiayaan digunakan untuk kebutuhan yang lain. Dari 125 nasabah BMT terdapat 100 nasabah yang melaksanakannya sesuai dengan akad yang disepakati dan 25 nasabah tidak melaksanakannya sesuai dengan akad yang disepakati, dimana nasabah menggunakan untuk kebutuhan yang berbeda dengan kebutuhan barang yang dicantumkan dalam akad pembiayaan murabahah dengan pihak BMT (Purnama Sari, 2017). Umpamanya penyampaian nasabah BMT Al-Ihsan saya melakukan pembiayaan murabahah untuk modal usaha kue dengan jumlah anggaran Rp. 3.000.000 dalam jangka waktu pelunasan setahun, tapi sebagian pembiayaan murabahah saya gunakan untuk keperluan sekolah anak (Susilawati, 2017) saya melakukan pembiayaan murabahah untuk usaha P&D dengan jumlah anggaran Rp. 50.000.000 dalam jangka waktu pelunasan 2 tahun, akan tetapi tidak seberapa pembiayaan murabahah saya gunakan untuk pembayaran upah orang yang bekerja ditoko saya (Bahri, 2017)

7 saya melakukan pembiayaan murabahah dalam bentuk barang yang dibutuhkan untuk bertani sebesar Rp. 5.000.000 seperti pembelian benih dan pupuk dan lain-lain, namun dana pembiayaan murabahah tersebut saya gunakan Rp. 500.000 untuk pembayaran angsuran kredit motor (Jumardi, 2017) Berdasarkan persoalan ini layak untuk diteliti, dengan judul Pelaksanaan Pembiayaan Murabahah Di Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Al-Ihsan Tabek Panjang Kecamatan Baso Kabupaten Agam 1.2. Rumusan dan Batasan Masalah 1.2.1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan penulis bahas adalah bagaimana pandangan fikih muamalah terhadap pelaksanaan pembiayaan murabahah yang terjadi di BMT Al-Ihsan Tabek Panjang Kecamatan Baso Kabupaten Agam? 1.2.2. Batasan Masalah Agar lebih terarahnya penulisan ini, karena KJKS/BMT Al- Ihsan Tabek Panjang Kecamatan Baso Kabupaten Agam berdiri dari tahun 2006 maka penulis membatasi masalah untuk mengambil pembiayaan murabahah pada tahun 2016. 1.3. Pertanyaan Penelitian Bagaimana analisis fikih muamalah terhadap pelaksanaan pembiayaan murabahah di BMT Al-Ihsan Tabek Panjang Kecamtan Baso Kabupaten Agam? 1.4. Signifikansi Penelitian Penelitian ini penting dilakukan untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya, dan di bidang mu amalah khususnya. Selain itu penelitian ini juga berguna

8 untuk memberikan informasi kepada pihak KJKS/BMT Al-Ihsan serta nasabah KJKS/BMT Al-Ihsan Tabek Panjang Kecamatan Baso Kabupaten Agam mengenai jual beli murabahah dan akad wakaalah yang sesuai dengan fikih muamalah. Serta memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH) dalam jurusan Hukum Ekonomi Syariah. 1.5. Studi Literatur Studi tentang pembiayaan murabahah di KJKS BMT ini sudah ada dilakukan, yaitu: 1.5.1. Dewi Kurniati (301.058) Judul skripsi ini adalah Operasional Pembiayaan Murabahah di BMT Taqwa Muhammadiyah Padang ditinjau dari Fikih Muamalah. Rumusan masalah dari skripsi ini adalah Bagaimana cara operasional pembiayaan murabahah di BMT Taqwa Muhammadiyah? Apakah sesuai dengan fikih muamalah?. Adapun kesimpulan dari skripsi ini adalah bahwa operasional pembiayaan murabahah di BMT Taqwa Muhammadiyah tidak sesuai dengan fikih muamalah. 1.5.2. Ulva Yasirli (1303050297) Judul skripsi ini adalah Penanganan Pembiayaan Bermasalah pada KJKS BMT Kubu Dalam Parak Karakah. Rumusan masalah dari skripsi ini adalah Bagaimanakah penanganan pembiayaan bermasalah pada KJKS BMT Kubu Dalam Parak Karakah?. Adapun kesimpulan dari skripsi ini adalah penanganan terhadap nasabah yang pembiayaannya bermasalah, KJKS BMT Kubu Dalam Parak Karakah lebih mengutamakan cara-cara yang bersifat kekeluargaan terlebih dahulu, seperti : silahturrahim, reschedulling, memberi peringatan, kemudian memberi peringatan, dan terakhir sita jaminan.

9 1.5.3. Zul Asni (301.154) Judul skripsi ini adalah Aplikasi Prinsip Muamalah (BMT Serambi Mekah Padang Panjang). Rumusan masalah dari skripsi ini adalah Bagaimana pengelolaan BMT Serambi Mekah dan sejauh manakah prinsip-prinsip muamalah teraplikasi pada pengelolaan BMT tersebut?. Adapun kesimpulan dari skripsi ini adalah aplikasi prinsip muamalah dalam prakteknya di BMT Serambi Mekah belum terlaksana secara totalitas yaitu dilihat pada operasional tabungan mudharabah. Proses pelaksanaannya sesuai dengan prinsip muamalah. 1.5.4. Muslimah (305.108) Judul skripsi ini adalah Penerapan prinsip-prinsip syariah pada produk BMT Muamalat Pekanbaru. Rumusan masalah dari skripsi ini adalah Bagaimana penerapan prinsip-prinsip syariah di BMT Muamalat Pekanbaru? Adapun kesimpulan dari skripsi ini adalah BMT Muamalat sudah menerapkan prinsip syariah dalam bermuamalat, baik dalam produknya menghimpun dana dari masyarakat maupun dalam menyalurkan dana kepada masyarakat. 1.6. Metode Penelitian 1.6.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah studi lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengamati langsung kelapangan. Dalam penelitian field research ini dikumpulkan data yang berhubungan dengan permasalahan berasal dari responden dengan menggunakan metode wawancara (interview). Penelitian ini dilaksanakan di KJKS/BMT Al-Ihsan Tabek Panjang Kecamatan Baso Kabupaten Agam.

10 1.6.2. Objek Penelitian Yang menjadi objek penelitian adalah pihak KJKS/BMT dan nasabah pembiayaan murabahah di KJKS/BMT Al-Ihsan Tabek Panjang Kecamatan Baso Kabupaten Agam. 1.6.3. Sumber Data Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah : 1.6.3.1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari subjek yang akan diteliti tentang permasalahan yang akan dibahas.(teguh, 112) Data itu diperoleh dari pegawai dan nasabah KJKS/BMT Al-Ihsan Tabek Panjang Kecamatan Baso Kabupaten Agam yang melakukan pembiayaan murabahah. 1.6.3.2. Data Sekunder, yaitu sumber data yang diperoleh dari buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan ini. (Hadeli, 63) 1.6.4. Teknik Pengumpulan Data 1.6.4.1. Observasi, yaitu dengan cara mengadakan pengamatan langsung ke lokasi penelitian untuk mendapatkan data yang akan penulis butuhkan dalam penelitian kepada pihak BMT dan nasabah yang melaksanakan pembiayaan murabahah. 1.6.4.2. Wawancara, yaitu percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh kedua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan. (Adi 2004, 70). Wawancara dengan 4 orang pegawai dan 8 orang nasabah yang melakukan pembiayaan murabahah di KJKS/BMT Al-Ihsan Tabek Panjang Kecamatan Baso Kabupaten Agam.

11 1.6.4.3. Dokumentasi, data yang diperlukan sudah tertulis atau diolah oleh orang lain. Data tersebut diperoleh dari studi kepustakaan seperti; buku, artikel, dan sebagiannya yang dapat membantu penelitian ini. 1.6.5. Teknik Analisis Data Data yang penulis peroleh dari lapangan berupa data primer dan data sekunder, dianalisis dengan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu menganalisa dan menggambarkan permasalahan apa saja yang terjadi dilapangan. (Muhajir 1998, 31) Data tersebut diperoleh dari hasil wawancara dan observasi yang telah penulis lakukan. Setelah itu penulis mengambil kesimpulan kemudian data tersebut disusun menurut subjek pembahasan.