FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN EVALUASI PROGRAM DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA DI TAMAN POSYANDU PUSKESMAS LAMONGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KADER DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI KELURAHAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG

PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA (DTKB) TERHADAP MOTIVASI DAN KETRAMPILAN KADER DI DUSUN SORAGAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL

KARAKTERISTIK IBU BALITA KAITANNYA DENGAN PELAKSANAAN STIMULASI, DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN


GAMBARAN PELAYANAN KUNJUNGAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN PELAYANAN POSYANDU DI DESA SIDOREJO GODEAN SLEMAN

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN PELAKSANAAN TUGAS KADER DENGAN KINERJA POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDANARAN SEMARANG TAHUN 2016.

Lilis Suryani 1), Carudin 2) Program Studi D III Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Singaperbangsa Karawang emal:

PENGETAHUAN KADER MENINGKATKAN MOTIVASI DALAM MELAKUKAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA

GAMBARAN PEMANFAATAN KMS OLEH KADER POSYANDU BALITA SEHAT DI DUSUN BEDOYO KIDUL,DESA BEDOYO, KECAMATAN PONJONG, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, YOGYAKARTA

BAB IPENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Balita menjadi istilah umum bagi anak dengan usia dibawah 5 tahun (Sutomo

Rustantina 1), Dewi Elliana 2) ABSTRAK

Oleh : Suyanti ABSTRAK

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

Faktor Determinan Pelaksanaan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) oleh Kader di Wilayah Puskesmas di Kota Malang

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA BIDAN DALAM PELAKSANAAN KEGIATAN DESA SIAGA DI KABUPATEN TAPIN

HUBUNGAN PERAN KADER DENGAN MOTIVASI KUNJUNGAN IBU BALITA USIA 3-5 TAHUN

Oleh : Merlly Amalia ABSTRAK

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

Kata Kunci : frekuensi penimbangan, balita, pengetahuan, posyandu

PENGARUH PENYULUHAN MANFAAT POSYANDU TERHADAP SIKAP IBU BALITA TENTANG POSYANDU DI DUSUN NGANGKRIK SLEMAN TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU FACTORS RELATED TO THE PERFORMANCE CADRE IN POSYANDU

OLEH: S. HINDU MATHI NIM

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SLAWI TAHUN 2015

PENGARUH PELATIHAN STIMULASI DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN KADER TENTANG BUKU KIA DI POSYANDU WILAYAH KELURAHAN DEMANGAN KECAMATAN GONDOKUSUMAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2015

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU SURAKARTA. Sunarsih Rahayu Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan

LUTFI NANDA PURNAMASARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 mengatakan

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 1-3 TAHUN

MOTIVASI DAN PENGETAHUAN KADER MENINGKATKAN KEAKTIFAN KADER DALAM KEGIATAN POSYANDU ABSTRAK

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

Kata Kunci : Posyandu, Kader Posyandu, Keaktifan.

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KINERJA KADER POSYANDU BALITA DI KELURAHAN BAWEN KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG ABSTRAK

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

HUBUNGAN BEBERAPA FAKTOR DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN BUKU KESEHATAN IBU DAN ANAK OLEH BIDAN DESA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JEPARA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN POSYANDU DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN IBU BALITA

Jurnal Medika Saintika Vol 7 (2) Jurnal Medika Saintika

PERBANDINGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN INDEXS ANTROPOMETRI BB/ U DAN BB/TB PADA POSYANDU DI WILAYAH BINAAN POLTEKKES SURAKARTA

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH. Achmad Ridwan, Anita Nur Lely Akademi Keperawatan Pamenang Pare Kediri

BAB I PENDAHULUAN. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma

Kata Kunci : Pelatihan, Motivasi, Dukungan Keluarga dan Masyarakat, Keaktifan Kader Posyandu

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT. VOLUME 7 Nomor 03 November 2016 Artikel Penelitian

Nurin Fauziyah Akademi Kebidanan Pamenang Pare Kediri

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB I PENDAHULUAN. tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Balita termasuk

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KADER POSYANDU DALAM PELAYANAN MINIMAL PENIMBANGAN BALITA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KADER DENGAN SIKAP KADER TENTANG POSYANDU BALITA DI DESA PENGKOK KEDAWUNG SRAGEN

TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PLERET

HUBUNGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG SDIDTK TERHADAP PELAKSANAAN SDIDTK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN KARANGANOM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

Anis Fitriyani 1, Nuke Devi Indrawati 1

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

Kata Kunci: Pengetahuan, Keaktifan, Perilaku Sehat.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA TODDLER DI POSYANDU MELATI TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

Hikmatul Khoiriyah Akademi Kebidanan Wira Buana ABSTRAK

S. Hindu Mathi 1, Heru Santosa 2, Maya Fitria 2. Abstract

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA KADER DALAM PELAKSANAAN POSYANDU DI KECAMATAN PURWOKERTO SELATAN KABUPATEN BANYUMAS

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 9-12 BULAN DI PUSKESMAS GAMPING I SLEMAN NASKAH PUBLIKASI

ARTIKEL ILMIAH. Karya Tulis Ilmah ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah Diploma III Gizi. Disusun Oleh

Upaya Kader Posyandu Dalam Peningkatan Status Gizi Balita di Kelurahan Margasuka Kota Bandung

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Balita BGM di Desa Karangpasar Wilayah Kerja Puskesmas Tegowanu

KETERATURAN IBU KE POSYANDU DENGAN KEMAMPUAN IBU MENILAI STATUS GIZI BALITA DI DESA SIDOREJO KECAMATAN SUGIO KABUPATEN LAMONGAN

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

PENDIDIKAN, PEKERJAAN, DAN UMUR IBU DENGAN KEIKUTSERTAAN POSYANDU (D/S) Beatric Maria Dwi Jayanti Baga

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Fakultas Ilmu Kesehatan, Prodi Kesehatan Masyarakat, Universitas Pekalongan

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN BALITA USIA TOODLER DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016

HUBUNGAN KOMUNIKASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL ANAK USIA PRASEKOLAH DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL MARDI PUTRA BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ismawati tahun 2010 (dalam Ariyani dkk, 2012), posyandu

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN UPAYA KEPATUHAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI PUSKESMAS WIROBRAJAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

PENGARUH PEMBERIAN STIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR DAN MOTORIK HALUS TERHADAP PERKEMBANGAN BAYI USIA 3-6 BULAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BPPN,2014) menyebutkan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DALAM PEMANFAATAN PROGRAM POSYANDU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU BOUGENVILLE KOTA CIMAHI SELATAN TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU DI DESA BARU KECAMATAN SUNGAI TENANG KABUPATEN MERANGIN TAHUN 2014

Jurnal Kesehatan Masyarakat

PENGARUH KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN DI PAUD TERHADAP PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL ANAK 3-5 TAHUN

HUBUNGAN KUNJUNGAN KEHAMILAN DAN KUNJUNGAN NIFAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI KOTA PADANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DUSUN MLANGI KABUPATEN SLEMAN

ABSTRAK DESTIANA SUPARDI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA PEMINATAN ADMINISTRASI KEBIJAKAN DAN KESEHATAN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA POSYANDU LANSIA DI WILAYAH PUSKESMAS MIROTO SEMARANG

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN EVALUASI PROGRAM DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA DI TAMAN POSYANDU PUSKESMAS LAMONGAN Dita Roykhana Nabella Nur, Besar Tirto Husodo, Priyadi Nugraha P Bagian Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email : ditanabella@gmail.com Abstract : Early detection program for infant growth in Taman Posyandu is monitoring the growth of children under five years using KMS and monitoring the development of children under five years using the development stage of children under five and pre school children. If the child is never given stimulation then the brain tissue will shrink so that the brain function will decrease. This can reduce the quality of human resources in the future. The purpose of research to analyze the factors associated with the evaluation of early detection programs to grow babies under five in Taman Posyandu Puskesmas Lamongan. The population in this study is Posyandu cadres in the work area of Puskesmas Lamongan totaling 98 people. This study uses univariate and bivariate data analysis. Data analysis technique used is Chi Square test (significance level = 0,05). The results showed that the program of detection of infant growth in Taman Posyandu Puskesmas Lamongan run well (58,2%). Most of the respondents are in age category 48-65 years old (55,1%), high education (67,3%), unemployment (59,2%), training (77,6%). Chi Square test shows that age (p = 0,026), training (p = 0,000), cadre incentive fund (p = 0,000), Posyandu infrastructure facilities (p = 0,000), guidance on the implementation of Posyandu activities (p = 0,000) early childhood early detection program. Implementation of an early infant early detection program (0,015) is related to the output of early detection program of toddler growth. Suggestions for this research is the need for training for the cadres to improve the ability of cadres in early detection of toddlers growth. Keywords : early detection, Taman Posyandu, cadres Literature : 76 (1996-2016) PENDAHULUAN Kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia perlu mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizi yang baik, stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang. 1 Deteksi dini pertumbuhan sangat perlu dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui normalitas pertumbuhan dan mendeteksi penyimpangan pertumbuhan secara dini. 2 Jaringan otak anak yang banyak mendapat stimulasi akan berkembang mencapai 80% pada usia 3 tahun. Jika anak tidak pernah diberi stimulasi maka 724

jaringan otaknya akan mengecil sehingga fungsi otak akan menurun. Hal ini dapat mengurangi kualitas sumber daya manusia di masa mendatang. 3 Pemerintah Provinsi Jawa Timur membuat program Taman Posyandu yang terdiri dari BKB (Bina Keluarga Balita, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dan Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) yang sudah berstrata purnama atau mandiri. Pada Posyandu terdapat program balita yang bertujuan agar tumbuh kembang balita dapat berjalan secara optimal. Program ini dibentuk oleh pemerintah provinsi Jawa Timur pada tahun. 4 Program balita di Taman Posyandu berupa pemantauan pertumbuhan balita menggunakan KMS dan pemantauan perkembangan balita, menggunakan kartu tahapan perkembangan balita dan anak pra sekolah. 5 Tahun 2014 Dinas Kesehatan Lamongan membentuk pendamping Taman Posyandu yang bertugas mengevaluasi BKB, PAUD dan Posyandu. Evaluasi dilaksanakan menggunakan lembar penilaian Taman Posyandu. Evaluasi pada Posyandu dilihat dari sarana yang terdapat pada Posyandu, jumlah kader yang hadir di setiap pelayanan, jumlah layanan Posyandu dalam satu tahun, dan pembinaan yang dilaksanakan oleh lintas sektor. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa program deteksi dini tumbuh kembang balita pada Taman Posyandu Puskesmas Lamongan baru berjalan 80%. Dari 20 Taman Posyandu yang sudah terbentuk Program deteksi dini tumbuh kembang balita di Taman Posyandu Puskesmas Lamongan baru berjalan optimal pada 16 Taman Posyandu dan 4 Taman Posyandu belum berjalan optimal. Bagian promosi kesehatan Puskesmas Lamongan melakukan evaluasi program deteksi dini tumbuh kembang balita berdasarkan laporan Taman Posyandu unit kesehatan tiap bulan dari kader.akan tetapi tidak semua kader Posyandu mengumpulkan laporan Taman Posyandu unit kesehatan secara rutin setiap bulan. Kader mempunyai peranan yang sangat penting pada program balita. Upaya yang sudah dilakukan oleh Puskesmas Lamongan agar program deteksi dini tumbuh kembang balita dapat berjalan dengan optimal yaitu mengadakan pelatihan deteksi dini tumbuh kembang balita sudah pada kader pernah dilakukan pada tahun 2012. keseluruhan kader Taman Posyandu sebanyak 103 kader, akan tetapi kader yang sudah mendapatkan pelatihan balita hanya perwakilan tiap desa 1 kader, yaitu 20 kader. Selain itu, Puskesmas Lamongan juga melakukan pembinaan kepada kader secara langsung ketika program sedang berlangsung. Puskesmas Lamongan juga mengadakan refreshing kader setiap satu tahun sekali guna meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan kader terkait deteksi 725

dini tumbuh kembang balita. Akan tetapi kegiatan refreshing kader tidak dihadiri seluruh kader atau hanya perwakilan saja tiap-tiap desa dikarenakan dana yang tidak mencukupi. METODE PENELITIAN Jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan melalui wawanvara dengan alat bantu kuesioner. Sampel dalam penelitian ini menggunakan total populasi berjumlah 98 kader. Analisis data univariat dan bivariat dengan uji Chi Square (taraf signifikansi = 0,05). Penelitian ini menggunakan Teori Sistem Azrul Azwar yang terdiri dari masukan (input), proses, keluaran (output). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian berdasarkan faktor-faktor yang berhubungan dengan evaluasi program deteksi dini tumbuh kembang balita di Taman Posyandu Puskesmas Lamongan dapat dilihat pada tabel di bawah ini: 1. Output (Cakupan Program Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita) Tabel 1. Distribusi Frekuensi Variabel Ouput Program Kurang Baik 41 41,8 Baik 57 58,2 Hasil univariat (tabel 1.) menunjukkan bahwa Program balita di Taman Posyandu sudah berjalan dengan baik sebanyak 58.2%. Pada kategori kurang baik diantaranya sebanyak 41,8% kader Posyandu tidak mengetahui cara pengisian KMS, kader tidak bisa membaca KMS 41,8%, kader tidak menjelaskan isi KMS balita pada ibu/pengasuh balita 13,3%dan terdapat kader yang tidak bisa mencatat perkembangan anak pada Kartu Kembang Anak 11,2%. Penelitian ini menggunakan Teori Sistem Azrul Azwar untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan evaluasi program deteksi dini tumbuh kembang balita di Taman Posyandu Puskesmas Lamongan. Menurut Teori Azrul Azwar, sistem terbentuk dari bagian atau elemen yang saling berhubungan dan mempengaruhi.bagian atau elemen tersebut diantaranya masukan (input), proses, keluaran (output). Masukan (input) terdiri dari umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pelatihan yang diikuti oleh kader, dana insentif kader, sarana prasarana, dan panduan pelaksanaan kegiatan Posyandu. Proses terdiri dari pelaksanaan pemantauan pertumbuhan balita menggunakan KMS dan pemantauan perkembangan balita menggunakan kartu tahapan perkembangan balita dan anak pra-sekolah. 2. Man (Sumber Daya Manusia) a. Umur Tabel 2. Distribusi Frekuensi Variabel Umur Usia Dewasa 44 44,9 Tua 54 55,1 Hasil univariat (tabel 2.) menunjukkan bahwa responden paling banyak berada pada kategori Tua ( 48 tahun) sebesar 55,1% dengan 726

usia termuda 34 tahun dan usia tertua 65 tahun. Tabel 3. Variabel Umur Dengan Pelaksanaan Program Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita Variabe l p-value Keterangan Usia 0,020 Ada Hasil analisis Chi Square (tabel 3.) menunjukan bahwa ada hubungan antara umur kader dengan pelaksanaan program deteksi dini tumbuh kembang balita. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Aticeh yang menyatakan bahwa ada hubungan signifikan antara umur dengan motivasi kader dalam SDIDTK (Stimulasi Deteksi Dini Tumbuh Kembang dengan p-value 0,001 pada α 0,05. 6 Menurut Hurlock semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. 7 b. Tingkat Pendidikan Tabel 4. Distribusi Frekuensi Variabel Pendidikan Kategori pendidikan Rendah 32 32,7 Tinggi 66 67,3 Hasil univariat (tabel 4.) menunjukkan bahwa responden paling banyak berada pada kategori Pendidikan Tinggi(SMA, Diploma, S1) sebesar 67,3%. Tabel5. Variabel Pendidikan Dengan Pelaksanaan Program Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita Variabe l p-value Keterangan Usia 0,254 Tidak Ada Hasil analisis Chi Square (tabel 5.) menunjukan bahwa tidak ada hubungan pendidikan dengan pelaksanaan program balita. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Patemah dkk yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan pelaksanaan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) oleh kader dengan p-value 0,146. 8 Menurut Notoatmojo pendidikan secara umum merupakan salah satu upaya yang direncanakan untuk menciptakan perilaku seseorang menjadi kondusif dalam menyikapi suatu masalah. 9 c. Pekerjaan Tabel 6. Distribusi Frekuensi Variabel Pekerjaan Kategori pekerjaan Tidak Bekerja 32 32,7 Bekerja 66 67,3 Hasil univariat (tabel 6.) menunjukkan bahwa responden paling banyak berada pada kategori Tidak Bekerja sebesar 59,2%. 727

Tabel7. Variabel Pekerjaan Dengan Pelaksanaan Program Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita Variabel p-value Keterangan Pekerjaa Tidak Ada 0,912 n Hasil analisis Chi Square (tabel 7.)Menunjukan bahwa tidak ada hubungan pekerjaan dengan pelaksanaan program balita. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Patemah dkk yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara pekerjaan dengan pelaksanaan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) oleh kader dengan p-value 0,647. 8 Semakin sedikit waktu sesorang untuk bersosialisasi karena banyaknya pekerjaan menyebabkan menurunnya tingkat kesadaran dan tanggung jawab mereka untuk melakukan kegiatan social, salah satunya peran untuk aktif menjadi kader kesehatan. 10 d. Pelatihan Tabel 8. Distribusi Frekuensi Variabel Pelatihan Kategori pelatihan Tidak Pernah 22 22,4 Pernah 76 77,6 Hasil univariat (tabel 8.) menunjukkan bahwa responden paling banyak berada pada kategori Pernah mengikuti pelatihan sebanyak 77,6%. Jenis pelatihan yang jarang diikuti oleh kader adalah pelatihan Sub Pembantu Pembina Keluarga Berencana Desa sebanyak 2,6%, pelatihan balita 47,4%, dan pelatihan gizi 50%. Tabel9. Variabel Pelatihan Dengan Pelaksanaan Program Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita Variabel p-value Keterangan Ada Pelatihan 0,912 Hasil analisis Chi Square (tabel 9.) Menunjukan bahwa ada hubungan pelatihan dengan pelaksanaan program balita. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Putriningtyas yang menyatakan bahwa ada pengaruh pelatihan deteksi dini tumbuh kembang balita terhadap motivasi dan ketrampilan kader di Dusun Soragan Ngestiharjo, Kasihan Bantul dengan p-value 0,001 pada α 0,05. 11 Menurut Hayati kegiatan pelatihan pada kader Posyandu dalam deteksi perkembangan anak usia dini mampu memberikan beberapa alternatif penyelesaian masalah yang terjadi ketika kegiatan Posyandu berlangsung. 12 3. Money (Dana Insentif Kader) Tabel 10. Distribusi Frekuensi Variabel Umur 728

Dana Kurang 12 12,2 Tersedia Tersedia 86 87,8 Hasil univariat (tabel 10.) menunjukkan bahwa dana insentif yang diterima oleh Kader Taman Posyandu Puskesmas Lamongan dalam kategori tersedia sebanyak 87,8%. Tabel 11. Variabel Dana Insentif Dengan Pelaksanaan Program Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita Variabel p-value Keterangan Dana Insentif 0,000 Ada Hasil analisis Chi Square (tabel 11.) menunjukan bahwa ada hubungan dana insentif dengan pelaksanaan program deteksi dini tumbuh kembang balita. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Yanti dkk yang menyatakan bahwa ada hubungan dana insentif dengan partisipasi kader dengan p-value 0,001 pada α 0,005. Semakin tinggi dana insentif semakin tinggi partisipasi kader dalam pelaksanaan Posyandu. 13 Menurut Wisnuwardani menyatakan bahwa insentif berupa uang dapat meningkatkan kinerja kader Posyandu. 14 4. Material (Sarana Prasarana) Tabel 10. Distribusi Frekuensi Variabel Sarana Prasarana Sarana Prasarana Kurang 43 43,9 Tersedia Tersedia 55 56,1 Hasil univariat (tabel 10.) menunjukkan bahwa sarana prasarana Taman Posyandu dalam kategori tersedia sebanyak 56.1%. Tabel 11. Variabel Sarana Prasarana Dengan Pelaksanaan Program Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita Variabel p-value Keterangan Sarana Prasarana 0,000 Ada Hasil analisis Chi Square (tabel 11.) menunjukan bahwa ada hubungan sarana prasarana dengan pelaksanaan program balita. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitianeka dkk yang menyatakan bahwa ada pengaruh antara sarana yang tersedia dengan perilaku kader KIA dalam deteksi dini perkembangan dengan p-value 0,014 pada α 0,05. 15 Menurut Azrul Azwar apabila sarana tidak sesuai dengan standard yang telah ditetapkan maka sulit diharapkan baiknya mutu pelayanan. 16 5. Methods (Panduan Pelaksanaan Kegiatan Posyandu) Tabel 12. Distribusi Frekuensi Variabel Panduan Pelaksanaan Kegiatan Posyandu Panduan Pelaksanaan Tidak Sesuai 9 9,2 Sesuai 89 90,8 Hasil univariat (tabel 10.) menunjukkan bahwa panduan pelaksanaan kegiatan Posyandu 729

dalam kategori sesuai sebanyak 90,8%. Tabel 13. Variabel Panduan Pelaksanaan Kegiatan Posyandu Dengan Pelaksanaan Program Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita Variabel p-value Keterangan Panduan Pelaksanaa n 0,000 Ada Hasil analisis Chi Square (tabel 13.) menunjukan bahwa ada hubungan Panduan Pelaksanaan Kegiatan Posyandu dengan pelaksanaan program deteksi dini tumbuh kembang balita. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitiansusanti secara kualitatif menunjukkan bahwa hasil kegiatan pelaksanaan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh kembang yang baik didukung oleh penggunaan buku pedoman. 17 Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Ninda, yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara adanya pedoman dengan praktik penyuluhan di meja 4 pada Posyandu di Kelurahan Ngaliyan, Kota Semarang dengan p-value 0,871 pada α 0,05. 18 6. Pelaksanaan Tabel 12. Distribusi Frekuensi Variabel Pelaksanaan Pelaksanaan Kurang Baik 41 41,8 Baik 57 58,2 Hasil univariat (tabel 12.) menunjukkan bahwa bahwa pelaksanaan Program Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita sudah baik sebanyak 58,2%. Tabel 13. Variabel Panduan Pelaksanaan Kegiatan Posyandu Dengan Pelaksanaan Program Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita Variabel p-value Keterangan Pelaksanaa Ada 0,000 n Hasil analisis Chi Square (tabel 13.) menunjukan bahwa ada hubungan Panduan Pelaksanaan Kegiatan Posyandu dengan pelaksanaan program deteksi dini tumbuh kembang balita. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sugiarto yang menyatakan bahwa pencatatan Kartu Menuju Sehat (KMS) di Posyandu yang cukup rapi dapat membantu deteksi dini status gizi dan perkembangan balita. 19 Menurut Permenkes RI, manfaat KMS bagi kader digunakan untuk mencatat berat badan anak dan pemberian kapsul vitamin A serta menilai hasil penimbangan, dan memberikan pujian kepada ibu bila berat badan anak naik serta mengingatkan ibu untuk menimbangkan anaknya di Posyandu pada bulan berikutnya. 20 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Output cakupan program deteksi dini tumbuh kembang balita di Taman Posyandu Puskesmas Lamongan berjalan dengan baik (58,2%) dimana kader memantau perkembangan anak dengan menggunakan kartu tahapan 730

perkembangan (96,9%), terdapat alat pengukur tinggi/panjang balita dalam kondisi baik (100%), jumlah kader yang hadir pada setiap kegiatan Posyandu minimal 4 orang (100%) dan Posyandu memberikan pelayanan minimal 10 kali dalam 1 tahun (100%) namun masih terdapat kader yang tidak menimbang semua balita di wilayah Posyandu (12,2%), terdapat balita yang pertumbuhannya tidak sesuai (53,1%), terdapat balita yang perkembangannya tidak sesuai (28,6%), dan kader tidak melaporkan form data kegiatan Posyandu secara rutin satu bulan sekali ke Puskesmas Lamongan (10,2%). 2. Proses pelaksanaan program balita sudah baik (58,2%). Sedangkan (41,8%) kader belum melaksanakan program Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita dengan baik. Pelaksanaan yang belum baik ada pada kader yang tidak mengetahui cara pengisian KMS (41,8%) maupun cara membaca KMS (41,8%). 3. Variabel yang berhubungan dengan pelaksanaan program balita adalah umur (p value = 0,026), pelatihan (p value = 0,000), dana insentif (p value = 0,000), sarana dan prasarana (p value = 0,000), panduan pelaksanaan kegiatan Posyandu (p value = 0,000). Variabel yang berhubungan dengan output cakupan program deteksi dini tumbuh kembang adalah pelaksanaan program deteksi dini tumbuh kembang balita (p value = 0,015) Saran 1. Bagi Kader Taman Posyandu a. Sebesar 22,4% kader belum pernah mengikuti pelatihan. Untuk itu, kader yang tidak pernah mengikuti pelatihan perlu mendapatkan pelatihan agar meningkatkan kemampuan kader. b. Sebesar 27,6% balita tidak mengikuti Posyandu. Untuk itu, kader perlu memberikan edukasi kepada ibu/pengasuh balita terkait pentingnya mengikuti Posyandu. 2. Bagi Puskesmas a. Sebesar 41,8% kader tidak mengetahui cara menggunakan KMS. Untuk itu, Puskesmas perlu mengadakan pelatihan cara penggunaan KMS. b. Sebesar 47,4% kader pernah mengikuti pelatihan deteksi dini tumbuh kembang balita sedangkan 52,6% kader belum pernah mengikuti pelatihan tersebut. Untuk itu, Puskesmasperlu mengadakan pelatihan tersebut. 3. Bagi Dinas Kesehatan a. Pada sarana prasarana Posyandu, sebesar 49% Taman Posyandu tidak memiliki lembar balik yang berisi informasi deteksi dini tumbuh kembang balita. Untuk itu, Dinas Kesehatan 731

perlu meningkatkan sarana tersebut. b. Bekerja sama dengan Puskesmas Lamongan untuk mengadakan pelatihan untuk Kader. Daftar Pustaka 1. Depkes RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Ditingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Depkes RI, 2005. 2. Sulistyawati, Ari. Deteksi Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Salemba Medika, 2014. 3. Diba, Farah Vicka. Stimulasi Sesuai Tahapan Usia Anak. 2014. Diakses pada http://dokteranakku.net/articles/201 4/10/stimulasi-sesuai-tahapanusia-anak.html tanggal 26 September 2017 4. Dinkes Jatim. Pedoman Pelaksanaan Pemantauan Berkala Pertumbuhan dan Perkembangan Balita Oleh Kader. Surabaya: Dinkes Jatim, 2014 5. Dinkes, Tenggralek. Sosialisasi Taman Posyandu. Trenggalek: Dinkes, 2015. 6. Aticeh, Maryanah dan Sri Sukamti. Pengetahuan Kader Meningkatkan Motivasi dalam Melakukan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol.2, No.2, 2015. 7. Hurlock.Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga, 1999. 8. Patemah, dkk. Faktor Determinan Pelaksanaan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) oleh kader di Wilayah Puskesmas di Kota Malang. Jurnal Manajemen Kesehatan Indonesia: Vol 01, 2013. 9. Notoatmojo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007. 10. Suhat dan Ruyatul Hasanah. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keaktifan kader dalam Kegiatan Posyandu (Studi di Puskesmas Palasari kabupaten Subang). KESMAS 10, 2014. 11. Putriningtyas, Dani Agus Triana. Pengaruh Pelatihan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita (DTKB) Terhadap Motivasi dan Ketrampilan Kader di Dusun Soragan Ngestiharjo Kasihan Bantul. 12. Hayati, Nur dkk. Pelatihan Kader Posyandu dalam Deteksi Perkembangan Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak, Volume IV Ed.2, 2015. 13. Yanti dkk. Pengetahuan, Dana Insentif, Sarana dan Prasarana dengan Partisipasi Kader dalam Pelaksanaan Posyandu. Jurnal Ilmu Keperawatan ISSN : 2338-6371, 2016 14. Wisnuwardani, Ratih Wirapuspita. Insentif Uang Tunai dan Peningkatan Kinerja Kader Posyandu. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol.7, No. 1 Agustus 2012. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman, 2012. 15. Eka, Yolanda Cicilia, dkk. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kader KIA dalam Deteksi Dini Perkembangan Balita di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Babat Lamongan. ISSN 2355-3391 Vol.2 No.2, 2014. 732

16. Azrul Azwar. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Sinar harapan, 1996 17. Susanti, Meitri Eka. Analisis Perbedaan Pelaksanaan Program Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Balita dan Anak Prasekolah oleh Pengelola Pendidikan Anak Usia Dini di Kabupaten Bengkulu Selatan. Thesis. Semarang: Universitas Diponegoro,2011. 18. Pangestuti, Ninda Ayu. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Praktik Kader dalam Penyuluhan di Meja 4 pada Posyandu di Kelurahan Ngaliyan, Kota Semarang. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro, 2016. 19. Sugiarto. Peran KMS dalam Menentukan Kesehatan Gizi Anak di Kecamatan Ciputat Tagerang. 2007 20. Permenkes RI. Pengunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) bagi Balita. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2010.. 733