BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia sejak tahun 1990-an tumbuh pesat. Industri perbankan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang penting dalam perekonomian di Indonesia. Aktifitas Bank adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang

BAB 1 PENDAHULUAN. peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh pada seluruh aspek di dalamnya. Dapat dikatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan terbesar didunia asal Amerika Lehman Brother, kredit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Rahim dan Irpa, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. suatu badan usaha terus-menerus memperoleh laba, ini berarti kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah Rasio yang memperlihatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. alokasi sumber-sumber dana secara efektif dan efisien, bank juga memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat diantaranya dividen dan capital gain. Dividend merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas aset memburuk, tidak mampu menciptakan earning dan akhirnya modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan adalah alat ukur yang paling sering igunakan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pemilik modal (fund supplier) dengan pengguna dana (fund user). Bank dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan instrumen investasi yang banyak dipilih para investor karena saham

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sebuah lembaga yang mampu menjalankan fungsi pelantara (financial

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dalam hal ini penulis akan melakukan analisa kinerja keuangan bank yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bisnis modern di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan deposito) dan menyalurkannya dalam bentuk kredit oleh bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan yang menjual produk yang berbentuk jasa. Perbankan. dana, disamping menyediakan jasa-jasa keuangan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB I PENDAHULUAN. menjadi acuan dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU No 10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dalam bentuk simpanan giro, tabungan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk. PADA PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai perantara (financial intermediary) bagi mereka yang memiliki dana

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 Bank adalah badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. sistem perekonomian dan sebagai alat dalam pelaksanakan kebijakan moneter

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bursa Efek Indonesia Periode membutuhkan kajian teori sebagai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat atas pengelolaan dana yang dimiliki juga semakin meningkat. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya pertumbuhan ekonomi suatu negara (Dietrich dkk, 2014). Dimana Bank

BAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. nilai rupiah terhadap dolar Amerika serikat telah menghancurkan sendi-sendi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat

II. TINJAUAN PUSTAKA Institusi Perbankan

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Indonesia ada dua macam yaitu bank konvensional dan bank syariah.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Perekonomian Indonesia sejak tahun 1990-an tumbuh pesat. Industri perbankan merupakan industri yang mengalami kemajuan yang paling pesat dibandingkan industri yang lainnya. Hal ini disebabkan deregulasi yang dilakukan pemerintah mengenai perbankan pada tahun 1983, deregulasi ini sangat mempengaruhi pola dan strategi perbankan baik dari sisi aktiva maupun pasiva perbankan itu sendiri. Situasi ini memaksa industri perbankan harus lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan dan memperoleh sumber-sumber dana. Sehingga menyebabkan bisnis perbankan berkembang pesat dengan persaingan yang semakin ketat. Pada umumnya kegiatan terbesar bank adalah dibidang perkreditan, sebagai mana tercantum dalam bahwa dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 yang mengatur mengenai kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dari Bank Indonesia kepada bank untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek bank. Oleh karena itu, bank menitikberatkan penyaluran dananya pada kegiatan kredit dan hal ini dapat dibuktikan dalam setiap neraca yang dipublikasikan. Bank dituntut untuk semakin kompetitif dalam menghimpun dana maupun dalam mengalokasikan dan terutama dalam hal pemberian kredit dimana bank dituntut untuk lebih selektif. Jumlah kredit yang disalurkan oleh suatu bank selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya, maka semakin banyak pula pendapatan (bunga/operasionalnya) yang diterima oleh bank. Pendapatan sebagian besar bank didominasi oleh pendapatan dari pemberian kredit, yaitu berupa bunga, provisi, commitment fee dan lainnya yang diterima bank sebagai akibat dari pemberian kredit, namun hal itu mengandung resiko ketidakpastian yang cukup tinggi sebagai

akibat tidak dipenuhinya kewajiban debitur untuk membayar bunga dan angsuran pokok bank. Dengan demikian kredit harus dikelola dengan baik mulai dari proses pemberian kredit sampai dengan kredit tersebut lunas, agar resiko-resiko tersebut dapat ditekan serendah mungkin. Dengan bertambahnya jumlah bank, persaingan untuk menarik dana dari masyarakat semakin meningkat. Semua bank berlomba menghimpun dana dari masyarakat yang nantinya akan disalurkan kembali kepada masyarakat bagi yang membutuhkan baik untuk tujuan produktif maupun konsumtif. Karena bagi bank dana merupakan persoalan yang paling utama tanpa adanya dana bank tidak akan berfungsi sebagaimana layaknya. Dana yang dihimpun dari masyarakat biasanya disimpan dalam bentuk giro, deposito, tabungan. Selain dari ketiga macam bentuk dana simpanan dari pihak ketiga tersebut yaitu giro, deposito, dan tabungan masih banyak terdapat dana dari pihak ketiga lainnya yang dapat diterima oleh bank. Akan tetapi, dana-dana ini sebagian besar berbentuk dana sementara yang sukar disusun perencanaannya karena bersifat sementara. Krisis perbankan mulai dirasakan, pada pertengahan 1990-an masalah dunia perbankan diketahui dalam berbagai bentuknya seperti pelanggaran batas maksimum pemberian kredit sebagaimana yang terjadi pada bank-bank umum. Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan Indonesia yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami kesulitan yang sangat parah. Keadaan tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa mengambil tindakan untuk merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia. Penilaian terhadap kinerja suatu bank dapat dilakukan dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangnya. Laporan keuangan bank berupa neraca memberikan informasi kepada pihak di luar bank, misalnya bank sentral, masyarakat umum, dan investor, mengenai gambaran posisi keuangannya, yang lebih jauh dapat digunakan pihak eksternal untuk menilai besarnya resiko yang ada pada suatu bank. Laporan laba rugi memberikan gambaran mengenai perkembangan bank yang bersangkutan. Pengukuran tingkat kesehatan bank harus dilakukan

oleh semua bank baik bank konvensional maupun bank syariah karena terkait dengan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen) bank, masyarakat pengguna jasa bank, Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan bank, dan pihak lainnya. Informasi mengenai kondisi suatu bank dapat digunakan oleh pihak-pihak tersebut untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan-ketentuan yang berlaku dan manajemen risiko. Analisis laporan keuangan, khususnya mencurahkan perhatian kepada perhitungan rasio agar dapat mengevaluasi keadaan keuangan pada masa lalu, sekarang dan memproyeksikan masa yang akan datang. Analisis rasional merupakan bentuk atau cara yang umum digunakan dalam analisis laporan keuangan. Dengan kata lain, diantara alat-alat analisis yang digunakan untuk mengukur kekuatan atau kelemahan yang dihadapi pasar dibidang keuangan, adalah analisis ratio. Rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara faktor satu dengan yang lainnya dari suatu laporan keuangan. Bank Indonesia sebagai bank sentral Indonesia dan pengawasan perbankan nasional menentukan ketentuan modal minimum yang harus tersedia pada bank umum. Selain itu Bank Indonesia menetapkan juga ukuran kesehatan bank, yang dikenal dengan konteks CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning, dan Liquidity). Jadi faktor permodalan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan operasi suatu bank secara sehat. Fungsi dari permodalan adalah sebagai ukuran kemampuan bank menyerap kerugian yang tidak dapat dihindarkan, sebagai dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan dan sebagai alat pengukur kekayaan. Bank memerlukan modal yang cukup untuk menutupi kerugian yang akan terjadi, dengan menggunakan alat pengukur Capital Adequacy Ratio (CAR). Pada masa krisis moneter, umunya ada lima masalah besar yang dihadapi perbankan nasional salah satunya adalah

masalah Non Performing Loan (NPL) atau kredit macet. Masalah Non Performing Loan (NPL) tersebut merupakan tantangan besar bagi dunia perbankan. Apabila bank mamapu menekan rasio Non Performing Loan (NPL), maka potensi keuntungan yang akan diperoleh akan semakin besar pula karena bank-bank akan menghemat uang yang akan diperlukan untuk membuat cadangan kerugian Non Performing Loan (NPL) atau Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP). Dengan semakin kecil PPAP yang harus dibentuk bank, maka pengembalian modal bank yang diperoleh akan membaik dan keuntungan yang diperolehpun meningkat sehingga kinerja bank secara keseluruhan akan ikut membaik. Pengembalian modal bank dari hasil kredit yang disalurkan kepada masyarakat sangat berpengaruh terhadap keuntungan yang diperoleh bank. Setiap perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan. Salah satu cara untuk menilai tingkat profitabilitas perbankan yang diukur dari pengembalian modal yaitu dengan mengukur rasio Return On Equity (ROE). Rasio ini menghubungkan keuntungan bersih yang diperoleh dari operasi perusahaan dengan jumlah modal yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut. Return On Equity (ROE) dapat diperoleh dengan membagi laba setalah pajak dengan total equity yang dimiliki perusahaan dikalikan 100%. Sehingga diperoleh seberapa besar keuntungan yang menjadi hak pemilik modal, dan seberapa besar tingkat efisiensi penggunaan modal perusahaan. Penulis memilih PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebagai bahan kajian dalam penelitian ini. Seperti yang diketahui PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang didirikan pada tanggal 16 Desember 1895. Mulai dari sebuah asosiasi yang dikelola sederhana dan hemat-pinjaman dana dari masjid bagi masyarakat lokal, kecil keuangan perusahaan dengan nama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau "Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto", suatu lembaga keuangan yang melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia (pribumi) ini, terbentuk pada tanggal 16 Desember 1895

di Purwokerto, Pusat Jawa, sebagai itu embrio bahwa akhirnya akan berkembang menjadi Bank Rakyat Indonesia. Berdasarkan UU No 21 tahun 1968, pemerintah kembali nama Bank Rakyat Indonesia yang pada saat itu telah menjadi bank komersial, dan sesuai dengan UU Perbankan Nomor 7 Tahun 1992, BRI berganti nama dan badan hukum menjadi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Laporan Tahunan 2008 Bank Rakyat Indonesia Pada tanggal 10 November 2003, BRI menjadi perusahaan publik yang diselenggarakan dengan pencatatan 30% sahamnya di tempat yang sekarang Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan kode ticker dari BBRI, yang saat ini bagian dari indeks LQ45 ekuitas, membuatnya menjadi salah satu saham yang termasuk dalam pengukuran indeks BEI komposit harga saham, Jakarta Composite Index (IHSG). Berdasarkan laporan keuangan BRI yang dilihat melalui data keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Tabel 1.1 Perkembangan CAR, NPL dan ROE PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Periode 2003-2013 PERIODE CAR NPL ROE (%) (%) (%)

2003 19,64 3,12 44,73 2004 17.89 1,93 42,20 2005 15.29 1.92 37.92 2006 18.82 1.29 33.75 2007 15.84 0.88 31.64 2008 13.18 0.85 34.50 2009 13.20 1.08 35.22 2010 13.76 0.74 43.83 2011 14.96 0.42 42.49 2012 16.95 0.34 38.66 2013 16.99 0.31 34.11 Sumber : IDX 2003 2013, data di olah. Perkembangan CAR pada bank BRI mengalami penurunan pada tahun 2004 2005 dari 19.64%, menjadi 17.89%, dan 15,29%. Sedahkan pada tahun 2006 mengalami peninkatan dari 15.29% menjadi 18.82. naun dari tahun 2008 sapai tahun 2013 terus menerus mengalami penurunan. Perkembangan NPL pada setiap tahunnya cenderung menurun kecuali pada tahun 2009 mengalami peningkatan menjadi 1.08%. sedangkan, perkembangan ROE hanya mengalami peningkatan pada tahun 2008-2010 yaitu 34.50%, 35.22%, dan 43.83%. Menurut Rachmat Firdaus dan Maya ariyanti dalam bukunya Manajemen Perkreditan Bank Umum (2003 : 45) mengatakan bahwa : Semakin besar kredit yang disalurkan, maka semakin besar pula ATMR bank yang bersangkutan. Sehingga CAR akan menurun. Dengan demikian apabila bank akan mengadakan expansi/perluasan pemberian kredit, maka harus memperhatikan jumlah modal yang dimiliki

saat itu, yang berarti apabila CARnya sudah mendekati ketentuan minimal, maka expansi kredit tersebut harus dibarengi dengan penambahan jumlah modal. Berdasarkan teori tersebut di atas, pada tahun 2008 perluasan kredit yang dilakukan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk tidak diikuti dengan penambahan modal sehingga CAR menurun. Perluasan kredit juga mengakibatkan naiknya NPL dan naiknya ROE. Garafik 1.1 Perkembangan CAR, NPL dan ROE PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Periode 2003-2013

50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 44.73 42.2 37.92 33.75 31.64 34.5 35.22 43.83 42.49 38.6638.66 19.64 17.8915.29 18.82 15.84 13.1813.2 13.76 14.9616.9516.99 3.12 1.93 1.92 1.29 0.88 0.85 1.08 0.74 0.42 0.34 0.31 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 CAR NPL ROE Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Bank (Data diolah) Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menelaah secara lebih mendalam, diharapkan dapat diketahui seberapa besar pengaruh CAR dan NPL memberikan dampak bagi ROE dalam bentuk penelitian yang berjudul Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL) terhadap Return On Equity (ROE) pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Periode 2003-2013. 1.2.Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas terjadi penurunan CAR pada tahun 2004, 2005, 2007 dan 2008 yang dikarenakan semakin besar kredit yang disalurkan maka akan semakin besar ATMR sehingga CAR akan menurun dalam artian kenaikan pemberian kredit tidak dibarengi dengan penambahan modal. Sedangkan yang terjadi pada NPL yang terus meningkat pada tahun 2009 diakibatkan karena nasabah tidak dapat mengembalikan kreditnya tepat waktu. Hal tersebut berpengaruh terhadap ROE yang mengalami penurunan pada tahun 2004-2007 dan 2012-2013 yang diakibatkan NPL yang tinggi dibanding tahun sebelumnya. Berhubungan dengan adanya fenomena naik turunnya ROE pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk Periode 2003 2013 maka akan di lakukan penelitian lebih lanjut.

1.3.Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah di kemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah hasil yang tidak konsisten dari Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) dan Return On Equity(ROE) untuk waktu dan tempat yang berbeda, bahkan di antaranya kontradiktif terhadap yang lain. Kemungkinan di dukung adanya fenomena gap data sampel, di dalam nilai ROE mengalami perubahan yang cukup fluktuatif yang mungkin secara tidak langsung di pengaruhi oleh beberapa variabel. Berdasarkan latar belakang penelitian diatas penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapat pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return on Equity (ROE) pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk Periode 2003-2013? 2. Apakah terdapat pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Rseturn on Equity (ROE) pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk Periode 2003-2013? 3. Apakah terdapat pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL) secara simultan terhadap Return on Equity (ROE) pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk Periode 2003-2013? 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return on Equity (ROE) pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk Periode 2003-2013. 2. Untuk mengetahui pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Return on Equity (ROE) pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk Periode 2003-2013.

3. Untuk mengetahui pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL) secara simultan terhadap Return On Equity (ROE) pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk Periode 2003-2013. 1.5 Kegunaan Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ganda, yakni manfaat akademis maupun praktis. a. Dari segi teoritis pada perspektif akademis, penelitian ini akan bermanfaat untuk: 1) Bagi peneliti untuk mendapatkan pengetahuan dalam melakukan penelitian dan melatih diri dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh. 2) Bagi lembaga terkait dapat menambah informasi sumbangan pemikiran dan bahan kajian penelitian berikutnya. b. Kepentingan praktis hasil penelitian ini, bisa dipandang bermanfaat: 1) Bagi manajemen perusahaan hasil penelitian ini di harapkan sebagai bahan pertimbangan pihak manajemen untuk berhati-hati dalam menanamkan dana dari nasabah sehingga mampu memenuhi kebutuhan nasabah. 2) Bagi investor hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi terutama di sektor perbankan. 3) Bagi pihak lainnya diharapkan menjadi bahan masukan untuk penelitian selanjutnya dan bahan referensi tambahan dalam penelitian di bidang lainnya. 1.6 Kerangka Pemikiran Sekaran dalam Sugiyono (2011:65) mengemukakan bahwa kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Menurut Lukman Dendawijaya (2005 : 121) Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah :

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kinerja untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. Menurut Dahlan Siamat (2005 : 291) mengatakan bahwa : Jumlah Modal bank mempengaruhi kemampuan bank memperoleh keuntungan. Oleh karena itu dalam menentukan jumlah modal, manajemen bank harus memutuskan seberapa besar tingkat keuntungan yang dapat diperoleh dengan kenaikan jumlah modal karena kenaikan modal tersebut akan dapat meningkatkan ROE akibat naiknya permodalan bank. Bank Indonesia mewajibkan setiap bank menyediakan modal minimal 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) (SE BI nomor 10/15/PBI/2008 tanggal 24 September 2008). Pengertian NPL Menurut Dahlan Siamat dalam buku Manajemen Lembaga Keuangan (2004 : 174) menyatakan bahwa : Salah satu faktor penyebab runtuhnya kondisi suatu bank yaitu adanya NPL yang melebihi batas kewajaran yang ditetapkan oleh BI. NPL timbul karena tidak kembalinya dana yang diberikan dalam bentuk kredit tepat pada waktunya. NPL dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan debitur yang dapat diukur dengan kolektibilitasnya. Return On Equity merupakan hasil pengembalian ekuitas atau rentabilitas modal sendiri. Pengertian Return On Equity menurut Kasmir dalam bukunya Analisis Laporan Keuangan (2008 : 204) adalah : rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri

Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat demikian pula sebaliknya. Agar dapat menentukan tingkat wajar atau sehat maka ditentukan ukuran standar yang tepat untuk NPL. Dalam hal ini. Bank Indonesia menetapkan bahwa tingkat NPL yang wajar adalah 5% dari total portofolio kreditnya. Menurut Datu Asmira Suri (2006) mengatakan jika kondisi dalam suatu bank terjadi peningkatan penyaluran kredit maka NPL akan meningkat yang tidak diikuti dengan peningkatan perolehan pendapatan. Maka hal ini menyebabkan modal berkurang maka sumber dana yang akan disalurkan kembali kepada masyarakat akan berkurang. 1.6.1 Hubungan antara Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan Return On Equity (ROE). Capital Adequacy Ratio merupakan rasio permodalan yang menunjukan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha serta menampung kemungkinan risiko kerugian yang diakibatkan dalam operasional bank. Semakin berat rasio tersebut maka akan semakin baik posisi modal. Dahlan Siamat (2005 : 291) mengatakan bahwa : Jumlah Modal bank mempengaruhi kemampuan bank memperoleh keuntungan. Oleh karena itu dalam menentukan jumlah modal, manajemen bank harus memutuskan seberapa besar tingkat keuntungan yang dapat diperoleh dengan kenaikan jumlah modal karena kenaikan modal tersebut akan dapat menurunkan ROE akibat naiknya permodalan bank. 1.6.2 Hubungan antara Non Performing Loan (NPL) dengan Return On Equity (ROE). Kredit adalah sumber pendapatan utama bagi bank, kinerja bank yang baik ditandai dengan lancarnya penyaluran kredit perbankan kepada masyarakat. Tetapi tingginya penyaluran kredit yang dilakukan oleh bank akan memberikan resiko yang tinggi pula bagi bank yaitu akan terjadinya kredit bermasalah. Jika debitur tidak dapat membayar kembali pinjaman kredit tepat waktu maka akan menimbulkan kredit bermasalah atau non performing loan (NPL). Tingginya rasio NPL yang

dimiliki oleh bank akan berpengaruh terhadap nilai pengembalian modal dan kemampuan bank dalam menghasilkan laba, hal itu akan berdampak pada nilai profitabilitas bank itu sendiri. Lukman Dendawijaya (2005:83) mengemukakan bahwa akibat dari timbulnya kredit bermasalah dapat berupa : Dengan adanya kredit bermasalah bank akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari kredit yang diberikannya, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi profitabilitas atau rentabilitas bank. 1.6.3 Hubungan antara Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) dengan Return On Equity (ROE). Menurut Datu Asmira Suri (2006) mengatakan jika kondisi dalam suatu bank terjadi peningkatan penyaluran kredit maka NPL akan meningkat yang tidak diikuti dengan peningkatan perolehan pendapatan. Maka hal ini menyebabkan modal berkurang maka sumber dana yang akan disalurkan kembali kepada masyarakat akan berkurang. Tetapi jika kondisi sebaliknya dimana jumlah dari penyaluran kreditnya mengalami penurunan maka pendapatan menurun dan NPL pun mengalami penurunan. Maka perkembangan modal bank menurun hal ini akan mempengaruhi jumlah sumber dana yang akan disalurkan kembali kepada masyarakat, selain itu bank tidak dapat memberikan dana segar kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkan dengan lancar karena terbatasnya dana segar. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dibuat skema kerangka pemikiran sebagai berikut : Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL) Capital Adequacy Ratio : Modal Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) Lukman Dendawijaya (2005 :121) SE BI nomor Terhadap Return On Equity (ROE)

Return On Equity: Laba Bersih Setelah Pajak Modal Sendiri Kasmir (2008 : 204) Non Performing Loan : Jumlah Kredit Bermasalah Total Kredit Dahlan Siamat (2004 : 174) 1.7 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang mengangkat tentang Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) dan Return On Equity (ROE) : Tabel 1.2 Hasil Peneliti Terdahulu Terkait dengan Variabel Peneliti Nama No (Tahun) 1 Reynaldo Hamonangan dan Hasan Sakti Siregar (2009) Judul Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Debt To Equity Ratio, Non Performing Loan, Operating Ratio dan Loan To Deposit Ratio Terhadap Return On Equity (ROE) Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2005-2008. Variabel Penelitian Dependen : Capital Adequacy Ratio, Debt To Equity Ratio, Non Performing Loan, Operating Ratio dan Loan To Deposit Ratio Independen : ROE Hasil Penelitian Secara parsial dapat diambil kesimpulan, bahwa CAR dan DER tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROE, sementara itu, NPL, OR, dan LDR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROE dengan arah negatif. Sedangkan secara simultan dapat diambil kesimpulan, bahwa CAR, DER, NPL,

2 Rindy Nurhafita (2010) 3 Evi Oktaviani (2011) 4 Rusdiana (2012) Pengaruh Rasio CAMELS terhadap Kualitas Laba Pada Industri Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2004-2008. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL) Terhadap Return On Equity (ROE) Pada PT bank bjb Tbk Penaruh CAR, LDR, NIM, NPL, BOPO dan DPK Dependen : seluruh rasio CAMELS yang terdiri dari rasio CAR, ROA, BOPO, NPL, LDR. Independen : ROA yang berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba Dependen : Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL) Independen : Return On Equity (ROE) Dependen : CAR, LDR, NIM, NPL, OR, dan LDR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROE dengan arah negatif. Rasio CAMELS secara simultan berpengaruh terhadap kualitas laba. Sedangkan secara parsial hanya rasio ROA yang berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba Capital Adequacy Ratio dan Non Performing Loan secara bersamasama (simultan) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On Equity, demikian juga secara parsial, Capital Adequacy Ratio memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap Return On Equity sedangkan Non Performing Loan tidak brpengaruh signifikan terhadap Return On Equity. CAR, LDR, DPK tidak mempunyai pengaruh terhadap ROA. NIM, NPL,

5 I Putu Agus Atmaja Negara (2013) Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan. Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Penyaluran Kredit Dan Non Performing Loan Pada Profitabilitas Bank Di Bei Tahun 2010-2012 BOPO, dan DPK Independen : ROA Dependen : Capital Adequacy Ratio, Penyaluran Kredit Dan Non Performing Loan Independen : Profitabilitas BOPO mempunyai pengaruh signifikan terhadap ROA bahwa secara parsial CAR dan NPL tidak berpengaruh terhadap profitabilitas, sedangkan penyaluran kredit berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Sementara NPL berpengaruh negatif terhadap hubungan antara CAR dengan profitabilitas dan NPL berpengaruh positif terhadap hubungan antara penyaluran kredit dengan profitabilitas 1.8 Hipotesis Hipotesis menurut Sugiyono (2011:70) merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik. Berdasarkan pengertian diatas, latar belakang, serta kerangka pemikiran yang telah dibuat maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut :

I. HIPOTESIS I Ho : Tidak terdapat pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return On Equity (ROE) Ha : Terdapat pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Return On Equity (ROE) II. HIPOTESIS II Ho : Tidak terdapat pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Return On Equity (ROE). Ha : Terdapat pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Return On Equity (ROE). III. HIPOTESIS III Ho : Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL) secara simultan tidak berpengaruh terhadap Return On Equity (ROE). Ha : Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL) secara simultan berpengaruh terhadap Return On Equity (ROE).