BAB I PENDAHULUAN. Global warming atau pemanasan global dibicarakan di mana-mana. Bencana alam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tanggapan terhadap lingkungannya. Hal ini mengkondisikan perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. saja kebanyakan dari mereka masih memfokuskan tujuan utamanya pada pencarian

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dunia ini istilahnya tidak akan berputar. Keterkaitan antara

BAB 1 PENDAHULUAN. pabrik-pabrik, pembangkit listrik, kendaraan transportasi dan pertanian. Dua ratus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, banyak sekali perbincangan mengenai masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi banyak perusahaan di Indonesia yang tidak memperhatikan dan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. pihak menanggung beban akibat aktivitas tersebut. Salah satu dampak yang paling

BAB I PENDAHULUAN. hidup (Purnawan, 1996). Dampak pencemaran lingkungan oleh limbah industri

BAB I PENDAHULUAN. tingginya tuntutan adanya pengungkapan aspek lingkungan hidup oleh perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan dapat diakses dengan mudah. Globalisasi telah mempengaruhi berbagai

2015 PENGARUH ENVIRONMENTAL PERFORMANCE DAN PENERAPAN CARBON MANAGEMENT ACCOUNTING TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM

BAB I PENDAHULUAN. teknologi seefisien mungkin sehingga terkadang mengabaikan aspek-aspek

STANDAR INDUSTRI HIJAU

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif seperti mudahnya berkomunikasi maupun berpindah

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini International Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan isu

I. PENDAHULUAN. Dalam film yang berjudul Inconvience Truth digambarkan dengan jelas

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan pemimpin politik untuk merespon berbagai tantangan dari ancaman

BAB I PENDAHULUAN. strategi yang sesuai demi tercapainya going concern perusahaan serta sustainable

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim adalah meningkatnya suhu di bumi secara global atau sering

BAB I PENDAHULUAN. radiasi inframerah (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika).

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multi-dimensional yang terjadi akhir-akhir ini secara global, baik krisis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipikirkan mengingat dampak dari buruknya pengelolaan lingkungan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penggurunan, serta kematian bentuk-bentuk kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saat ini, stakeholder semakin menyadari betapa pentingnya lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengatasi kerusakan lingkungan. Di antaranya konsumen, stakeholder,

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan baik

BAB I PENDAHULUAN. memicu terjadinya pemanasan global. Padahal konsep mengenai green accounting

Slide 1. Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta

N, 2015 PENGARUH PENGUNGKAPAN AKUNTANSI LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN

PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. hal ini disebabkan oleh perusahaan-perusahan yang bergerak dibidangnya tidak

MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi tetapi juga mengancam kesehatan dan kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di suatu Negara dapat memberikan dampak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Lingkungan hidup Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan salah satu pelaku ekonomi yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mencari keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. dikontrol dan diupayakan cara yang tepat untuk mengatasinya.

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan lingkungan menjadi semakin menarik seiring dengan adanya

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi

IDENTIFIKASI BENTUK-BENTUK INVESTASI PENGELOLAAN LINGKUNGAN OLEH SEKTOR INDUSTRI

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perekonomian dunia bersama Amerika Serikat dan China. Hal ini merupakan

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Permasalahan lingkungan merupakan salah satu faktor penting yang harus kita

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan hal-hal alamiah. Perubahan iklim ini menjadi perhatian dunia yang

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

BAB II BIAYA KUALITAS LINGKUNGAN. Menurut ISO 14001, lingkungan adalah keadaan sekeliling di mana organisasi

MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan memproduksi barang dan jasa untuk. dan bau, tanah yang subur menjadi tanah yang humus.

BAB I PENDAHULUAN yaitu Undang-undang No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

BAB I PENDAHULUAN. Banyak perusahaan yang berjuang untuk mencapai ecoefficiency yang maksimal,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Kinerja perusahaan secara langsung ataupun tidak langsung

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II BIAYA LINGKUNGAN: PENGUKURAN DAN PELAPORANNYA. Menurut ISO 14001, lingkungan adalah keadaan sekeliling dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang dilakukan banyak

BAB V KESIMPULAN. asing. Indonesia telah menjadikan Jepang sebagai bagian penting dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi yang baik dapat terwujud apabila komponen-komponen di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. termasuk aktivitas tangggung jawab sosial perusahaan dengan cepat. 1

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan lingkungan seperti global warming, eco-effciency dan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Industri merupakan sektor penting dalam meningkatkan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. social responsibility (CSR) bukanlah hal yang baru, karena CSR telah

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini menuntut adanya strategi efektif dalam mengembangkan industri, sehingga

H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

PENINGKATAN EFISIENSI PERUSAHAAN MELALUI KONSEP NON PRODUK OUTPUT (NPO) SEBAGAI BAGIAN INTERNALISASI BIAYA LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yang memiliki peran penting. Di dalam dunia usaha selain

I. PENDAHULUAN. keuntungan bagi masyarakat, di mana menurut pendekatan teori akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. wacana CSR berkembang. Munculnya KTT Bumi di Rio pada 1992

BAB I PENDAHULUAN. warming, eco efficiency, dan kegiatan industri yang memberi dampak langsung

BAB I PENDAHULUAN. yang terkait dengan isu green accounting tersebut di tahun 1980-an. Di

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Konferensi pers persiapan penyelenggaraan Tropical Landscape Summit Jakarta, 31 Maret 2015

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia mengalami perkembangan tren positif, kondisi ini menyebabkan setiap

telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga

Kebijakan tentang rantai pasokan yang berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. nilai kualitas lingkungan hidup Indonesia pada tahun 2011 sebesar 60,25 dari

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan dalam jumlak konteks yang berbeda seperti: akuntansi keuangan dan pelaporan.

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate

PERBEDAAN AMDAL DAN ANDAL

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi iklim yang tidak menentu saat ini yang ditandai dengan global

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya informasi yang lengkap, relevan, dan tepat waktu maka para

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

BAB I PENDAHULUAN. bersejarah, flora, fauna dan masih banyak kekayaan alam yang lainnya. Namun semakin

BAB I PENDAHULUAN. ikut serta dalam menjaga lingkungan semakin meningkat dari waktu ke waktu.

Materi Kuliah ETIKA BISNIS. Tanggungjawab Sosial Perusahaan (CSR) Pertemuan ke-6

BAB I PENDAHULUAN. pemrosesan data keuangan. Pengertian ini dapat ditemukan dalam Accounting

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini masalah lingkungan sedang marak dibicarakan di seluruh dunia. Global warming atau pemanasan global dibicarakan di mana-mana. Bencana alam yang sering terjadi saat ini merupakan dampak dari global warming. Masyarakat dunia mulai peduli terhadap lingkungan mereka dan berbagai macam cara mereka lakukan untuk memperbaiki kerusakan alam. Kesadaran masyarakat terhadap lingkungan mulai tumbuh dan berkembang di semua negara. Puncaknya, ditandatanganilah Protokol Kyoto oleh beberapa negara di dunia, yang merupakan sebuah amandemen terhadap Konvensi Rangka Kerja PBB tentang Perubahan lklim (UNFCCC, 1998), sebuah persetujuan internasional mengenai pemanasan global. Negara-negara yang meratifikasi protokol ini berkomitmen untuk mengurangi emisi/pengeluaran karbon dioksida dan lima gas rumah kaca lainnya, atau bekerja sama dalam perdagangan emisi untuk mengatasi pemanasan global. (Dwijayanti, 2011). Komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi karbon dapat dilihat pula dari adanya Perpres No. 61 Tahun 2011 mengenai Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Perpres No. 71 Tahun 2011 mengenai penyelenggaraan inventarisasi gas rumah kaca nasional. Pada pasal 4 Perpres No. 61 Tahun 2011, disebutkan bahwa pelaku usaha juga ikut andil dalam upaya penurunan emisi GRK. Upaya pengurangan emisi GRK (termasuk emisi karbon) 1

BAB I PENDAHULUAN 2 yang dilakukan oleh perusahaan sebagai pelaku usaha dapat diketahui dari pengungkapan emisi karbon (Carbon Emission Disclosure). (Jannah, 2014). Era Carbonomics ini diharapkan mampu menjadi motor penggerak perlindungan lingkungan dan penyelamatan dunia dari persoalan peningkatan pemanasan global. Salah satu dari rekomendasi protokoi Kyoto adalah diakuinya skema perdagangan karbon. Oleh karena itu, muncul konsep manajemen biaya karbon (carbon cost management), yang termasuk efisiensi emisi CO2 dalam penggunaan bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik, biaya overhead lingkungan, serta isu-isu yang terkait dengan manajemen standar akuntansi karbon (Ratnatunga, 2007; dalam Ja'far dan Kartikasari, 2009). Carbon cost management merupakan era baru penyatuan gagasan transaksi ekonomi berbasis ekologi yang kemudian memunculkan adanya konsep tentang akuntansi karbon (carbon accounting). Carbon accounting adalah proses perhitungan banyaknya carbon yang dikeluarkan proses industri, penetapan target pengurangan, pembentukan system dan program untuk mengurangi emisi carbon, dan pelaporan perkembangan program tersebut (Louis dkk., 2010; dalam Dwijayanti, 2011). Dengan carbon accounting, perusahaan dapat mengetahui tingkat emisi carbon yang dihasilkannya dari hasil pengukuran, kemudian manajemen perusahaan dapat menetapkan strategi-strategi untuk mengurangi emisi carbon tersebut dan melaporkannya kepada stakeholders perusahaan. (Dwijayanti, 2011). Sebagai sebuah entitas, perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang melakukan kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang terbatas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Perusahaan sering tidak memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN 3 masalah lingkungan karena pemimpin perusahaan berpikir bahwa memperhatikan masalah lingkungan berarti perusahaan harus mengeluarkan biaya. (Damayanti, 2013). Padahal, dengan mengabaikan masalah lingkungan perusahaan akan merasakan dampak yang lebih besar yang dapat mengancam keberlangsungan (sustainability) usahanya. Dengan akuntansi lingkungan perusahaan dapat melakukan efisiensi dan peningkatan kualitas pelayanan secara berkelanjutan, selain itu pembebanan biaya lingkungan yang terjadi pada setiap produk dapat dihitung secara tepat sehingga perhitungan harga pokok produk dapat lebih realistis. Selain untuk kebutuhan internal perusahaan, kebutuhan akan adanya akuntansi lingkungan juga muncul dari eksternal perusahaan yakni kebutuhan pengguna, pengguna laporan keuangan membutuhkan informasi sosial dan lingkungan untuk keputusan investasi, menghentikan polusi lingkungan, dan membuat produk yang aman (Belkaoui, 2000; dalam Damayanti, 2013). Sebagai bagian dari ilmu akuntansi, Environmental Management Accounting (EMA) membantu usaha para manajer dalam meningkatkan performa finansial sekaligus kinerja lingkungannya. Secara sistematis, EMA mengintegrasikan aspek lingkungan dari perusahaan ke dalam akuntasi manajemen dan proses pengambilan keputusan. (Damayanti, 2013). Selanjutnya EMA membantu pelaku bisnis/manager untuk mengumpulkan, menganalisis dan menghubungkan antara aspek lingkungan dengan informasi moneter maupun fisik, sehingga EMA harus lebih dapat dikembangkan untuk meminimalisir dampak dari perkembangan industri yang salah satunya adalah masalah global warming atau pemanasan global. (Damayanti, 2013).

BAB I PENDAHULUAN 4 Suatu perusahaan menghadapi sejumlah pilihan strategis ketika berhadapan dengan isu lingkungan dan para manajer harus memutuskan bagaimana perhatian lingkungan dapat terintegrasi ke dalam strategi perusahaan (Banerje, 2001). Dalam persaingan bisnis, perusahaan dituntut untuk memanfaatkan kemampuan yang ada semaksimal mungkin, agar unggul dalam persaingan. Oleh karena itu manajemen perlu memiliki kemampuan untuk melihat dan menggunakan peluang, mengidentifikasikan permasalahan, dan menyeleksi serta mengimplementasikan proses adaptasi dengan tepat agar strategi bisnis dapat dilakukan untuk mencapai tujuan (Ismangil, 2002). Pengukuran kinerja lingkungan ditafsirkan bermacam cara, antara lain yang melihatnya semata kuantitatif, atau hasil proses, atau juga menyertakan kualitatif dan in-process. (Purwanto 2003; dalam Sarinda, 2015). Faktor utama mengapa indikator kualitatif penting adalah karena fokus pada manusia itu sendiri sebagai pelaku kegiatan akan menjadi sangat kuat. Eksplorasi penilaian sumberdaya manusia sebagai aset bernilai perusahaan tidak bisa hanya menggunakan indikator kuantitatif yang lebih sesuai diterapkan pada aset fisik saja. (Purwanto, 2012; dalam Sarinda, 2015). Indikator kualitatif perlu memiliki pola pengukuran yang jelas dan meliputi semua aspek yang ada dalam organisasi. Terdapat banyak cara mengukur kinerja lingkungan seperti halnya ISO (International Organization for Standardization) 14001, CERES, The Natural Step, dan Balanced Scorecard. Setiap metoda tersebut memiliki jawaban tersendiri mengenai kinerja lingkungan, namun setiap jawaban adalah sebagian dari pertanyaan tersebut. (Pojasek, 2001).

BAB I PENDAHULUAN 5 Melihat kondisi sekarang ini sangat banyak industri maupun perusahaan yang sistem operasional mereka menghasilkan limbah di Indonesia. Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai dampak adanya kawasan industri, terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan, terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan. Maka di era globalisasi ini industri-industri tersebut harus bekerja dengan baik dan menjaga keeksistensi mereka. Termasuk menerapkan akuntansi karbon di dalamnya dan manajemen yang baik. Perusahaan penghasil limbah diantaranya perusahaan-perusahaan yang memproduksi pupuk, kemudian hotel, rumah sakit dan klinik. Perusahaan tersebut banyak yang mengahsilkan limbah bahan bahaya beracun (B3). Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain. Berbagai kasus kerusakan lingkungan yang terjadi menjadi bukti awal bahwa kinerja lingkungan industri di Indonesia masih dinilai buruk. Sebagai contoh adalah pencemaran dan/atau perusakan didaerah Kabupaten Serang, Ahmad Soleh mengatakan bahwa limbah dari PT Indah Kiat Pulp and Paper (IKPP) di Kecamatan Keragilan, Kabupaten Serang hingga kini masih mencemari Sungai Ciujung. (Berita dari koran Suara Pembaruan). Padahal, pihaknya sudah

BAB I PENDAHULUAN 6 berkali-kali mengingatkan dan menegurnya, agar memperbaiki sistem pengelolahan limbah agar tidak mencemari Sungai Ciujung. Saya pernah meminta kepada PT IKPP untuk untuk membuat Standard Operational Procedure (SOP) rencana tindakan darurat, membangun kolam pengendapan untuk menurunkan beban limbah cair, menerapkan teknologi swa-pantau otomatis dan memproses izin penimbunan limbah padat, tegas Soleh, di Serang, Jumat (27/9). Namun menurut Ahmad Soleh, hingga saat ini PT IKPP belum menyelesaikan semuanya. Pihak manajemen PT IKPP selalu menyampaikan banyak alasan sehingga limbah dari perusahaan kertas itu selalu mencemari Sungai Ciujung. Bahkan menurutnya, anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Serang juga telah merekomondasikan kepada Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) mengingat banyak permasalan yang dilakukan PT IKPP, khususnya pencemaran lingkungan dan pencemaran sungai. (Berita dari koran Suara Pembaruan yang diunggah tanggal 28 September 2013). Permasalahan lingkungan terus menjadi sorotan serta perbincangan, dan saat ini dalam dunia bisnis terjadi peningkatan usaha dalam hal pengelolaan serta pelestarian lingkungan. Hal ini disebabkan adanya dorongan dari luar perusahaan. Sebagai contoh adalah dorongan yang disebabkan oleh tekanan lingkungan. (Nuraini, 2010). International Finance Corporation (IFC) menyebutkan contoh mencolok dari tekanan lingkungan yang relevan dalam level internasional antara lain pertama adalah tekanan rantai nilai seperti perusahaan besar mewajibkan pemasok mereka untuk mengikuti Standard Environmental Management System (EMS) yang sesuai ISO. Kedua, tekanan untuk mengungkapkan kinerja lingkungan di dalam laporan keuangan tahunan atau dengan pelaporan yang

BAB I PENDAHULUAN 7 bersifat sukarela (voluntary). Ketiga, tekanan pembiayaan melalui dana worldwide growth of social responsible investment (SRI), sistem penilaian investasi seperti pada Dow Jones Sustainability Index dan persyaratan pengungkapan peraturan investasi. Keempat, tekanan peraturan kendali seperti RoHS Directive yang merupakan peraturan di Uni Eropa yang mengatur penggunaan bahan kimia tertentu dalam peralatan elektrik yang dijual di wilayah tersebut. Kelima, tekanan pajak lingkungan seperti pajak penggunaan energi, biaya pengeluaran emisi dan sebagainya. Serta yang terakhir adalah adanya tekanan untuk mematuhi Protokol Kyoto mengenai masalah lingkungan hidup. Pencapaian kinerja lingkungan yang baik bukanlah tujuan akhir perusahaan. Perusahaan berharap bahwa dengan kinerja lingkungan yang baik maka kinerja keuangan sebagai tujuan akhir juga dapat ditingkatkan, sebagaimana dikemukakan oleh De Beer dan Friend (2006) bahwa saat ini industri menjadi peduli dengan aspek lingkungan karena meyakini adanya pengaruh terhadap keuangan perusahaan. Dalam persaingan di era ekonomi global saat ini, manajer harus meningkatkan tanggung jawabnya terhadap lingkungan karena perusahaan pesaing juga melakukannya. (Al-Tuwaijri et al, 2004). Dewasa ini diketahui bahwa kemajuan di bidang industri sangat pesat. Di Indonesia sendiri sudah banyak industri berdiri, baik dari industri mikro maupun industri yang besar, salah satu industri tersebut adalah industri manufaktur. Salah satu yang termasuk manufaktur adalah industri tekstil. Industri tekstil merupakan salah satu andalan pemerintah dalam bidang ekspor untuk memperoleh hasil devisa, khususnya dalam menghadapi ASEAN Economic Community atau Masyarakat Komunitas ASEAN. Selain itu, Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN 8 pemasok tekstil dan produk tekstil (TPT) yang mampu memenuhi 1,8 persen kebutuhan dunia dengan nilai ekspor mencapai 12,48 miliar dolar AS atau setara dengan 10,7 persen dari total ekspor non-migas. (Republika.com, 2014). Namun demikian, para pengusaha dibidang industri tekstil tersebut tidak memikirkan cara pengolahan limbah yang dihasilkan secara serius. Sehingga menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan. (Nuryanti, dkk, 2015). Isu-isu tentang manajemen biaya karbon (carbon cost management) akan berimplikasi pada isu strategis lain terkait dengan akuntansi manajemen. Sekali biaya carbon suatu produk diketahui, berbagai isu strategis dibidang akuntansi manajemen akan dapat dikembangkan. Dalam hal ini, termasuk efisiensi emisi CO2 dalam penggunaan bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik, biaya overhead lingkungan, serta isu-isu yang terkait dengan manajemen biaya karbon, corporate governance, standar akuntansi karbon dan strategi audit (Ratnatunga, 2007). Kesadaran tentang lingkungan juga mulai tumbuh pada masyarakat di Indonesia sejak banyaknya bencana alam yang terjadi di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi dan industri di Indonesia berdampak terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Dengan semakin bertambahnya jumlah industri di Indonesia, polusi industri juga meningkat, khususnya polusi udara. Oleh karena itu, masalah lingkungan saat ini menjadi hal yang penting untuk dibicarakan dan dicarikan solusinya oleh pemerintah dan carbon accounting bisa menjadi solusi yang baik untuk Indonesia. Namun sayang, carbon accounting ini di Indonesia belum diterapkan dan masih berupa wacana saja.

BAB I PENDAHULUAN 9 Selg (1994) menyatakan bahwa salah satu cara untuk melakukan perlindungan lingkungan dalam jangka panjang adalah dengan mengintegrasikan pertimbangan lingkungan ke dalam sistem akuntansi perusahaan. Bebbington (2001) menyatakan bahwa akuntansi memainkan peran yang sangat penting dalam mengelola hubungan antara perusahaan dengan lingkungan. Penelitian Pfleiger et.al (2005), menunjukkan bahwa usaha-usaha pelestarian lingkungan oleh perusahaan akan mendatangkan sejumlah keuntungan, diantaranya adalah ketertarikan pemegang saham dan stakholder terhadap keuntungan perusahaan akibat pengelolaan lingkungan yang bertanggungjawab dimata masyarakat. Penelitian-penelitian lain yang dilakukan di Indonesia menunjukkan adanya minat perusahaan yang cukup tinggi untuk meningkatkan kinerja lingkungan, (Susi, 2005; dalam Yanita, dkk, 2014). Sebagian besar perusahaan dalam industri modern menyadari sepenuhnya bahwa isu lingkungan dan sosial juga merupakan bagian penting dari perusahaan (Pfleiger, et al, 2005). Ferreira (2004) menyatakan bahwa persoalan konservasi lingkungan merupakan tugas individu, pemerintah dan perusahaan. Sebagai bagian dari tatanan sosial, perusahaan seharusnya melaporkan pengelolaan lingkungan perusahaannya dalam annual report. Hal ini karena terkait tiga aspek persoalan kepentingan yakni keberlanjutan aspek ekonomi, lingkungan, dan kinerja sosial. Permasalahannya saat ini, pelaporan lingkungan dalam annual report di sebagian besar negara masih bersifat sukarela, termasuk Indonesia. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Carbon Accounting Terhadap Perencanaan Strategi Dan Kinerja Lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN 10 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis mencoba mengidentifikasi permasalahan sebagai bahan untuk diteliti dan dianalisis sebagai berikut: Bagaimana pengaruh carbon accounting terhadap perencanaan strategi dan kinerja lingkungan pada perusahaan di Jawa Barat yang terdaftar di PROPER 2014? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, memahami, dan menganalisis pengaruh carbon accounting, perencanaan strategi dan kinerja lingkungan pada perusahaan di Jawa Barat yang terdaftar di PROPER 2014. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, baik perusahaan itu sendiri maupun pihak-pihak lain. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah : 1. Kegunaan/Manfaat Akademis Secara akademis, penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pada ilmu bidang akuntansi dan membahas perhitungan tentang carbon accounting, serta penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi khususnya di bidang akuntansi mengenai Carbon Acounting, kinerja lingkungan dan menjadi

BAB I PENDAHULUAN 11 sumber referensi dan informasi untuk memungkinkan penelitian-penelitian selanjutnya. 2. Kegunaan/Manfaat Praktis Bagi manajemen perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi wacana serta referensi untuk menentukan kebijakan-kebijakan perusahaan dan membantu memahami pengungkapan informasi yang berkaitan dengan carbon accounting (mengapa mereka perlu mengungkapkan hal tersebut) sebagai dasar penentuan perencanaan strategi dalam pengambilan keputusan bagi manajemen dan kinerja lingkungan pada perusahaan tersebut.