EFISIENSI IRIGASI DENGAN ALAT GUN SPRAYER PADA PERTANAMAN NANAS DI PT GREAT GIANT PINEAPPLE TERBANGGI BESAR LAMPUNG TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Agustus 2012 pada lahan

I. PENDAHULUAN. perdagangan buah tropika dunia. Berdasarkan hasil statistik tahun 2000,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Agustus 2012

I. TINJAUAN PUSTAKA. (a) Pendekatan klimatologi---evaporasi & Transpirasi. (b) Pola trsnpirasi tanaman nanas sebagai tanaman CAM

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Desa Marga Agung, Kecamatan Jati Agung

Uji Tekanan Air Pompa dan Tinggi Riser terhadap Keseragaman Distribusi Air pada Irigasi Curah

PEMBAHASAN Aspek Teknis

Sprinkler Tipe BIR Versi 1 Teknologi Tepat, Investasi Hemat

I. PENDAHULUAN. Tanaman nanas (Ananas comosus) adalah buah tropis ketiga yang paling penting

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapangan Terpadu

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Januari 2015 di Jurusan

TINJAUAN PUSTAKA. disukai dan popular di daerah-daerah yang memiliki masalah kekurangan air.

PRAKTIKUM AUDIT SISTEM IRIGASI

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 1, No. 1 : 73-80, Maret 2014

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2014 pada lahan Ultisol di

II. TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 5 No 1 : , 2018 e-issn:

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

David Simamora, Ainin Niswati, Sri Yusnaini & Muhajir Utomo

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian


KEMANTAPAN AGREGAT TANAH PADA LAHAN PRODUKSI RENDAH DAN TINGGI DI PT GREAT GIANT PINEAPPLE

X. WATER AND IRRIGATION. Acquaah, George Horticulture. Principles and Practices. Chapter 23, 24

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 1, No. 2 : , September 2014

Analisis Sistem Irigasi Para pada Budidaya Tanaman Selada (Lactuca sativa var. crispa L.) Analysis of Para Irrigation Systemon Selada Cultivation

ANALISIS EFISIENSI IRIGASI TETES DAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN SAWI (Brassica juncea) PADA TANAH INCEPTISOL

Laju dan Jumlah Penyerapan Air

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2012 pada areal

METODE PENELITIAN. Air Jurusan Teknik Pertanian. Dan Lahan Parkir Jurusan Teknik Pertanian di

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 April 2014 pada areal lahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bulan Februari 230 Sumber : Balai Dinas Pertanian, Kota Salatiga, Prov. Jawa Tengah.

TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya air merupakan dasar peradaban manusia (Sunaryo dkk., 2004).

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK DAN PUPUK PELENGKAP PLANT CATALYST TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max (L.

HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Research Station PT Great Giant Pineapple, Kecamatan

Utilization of Portable Sprinkle Irrigation System for Pakcoy (Brassica juncea L.): Case of Marga Agung, Jati Agung, Soth Lampung Regency

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung

I D G Jaya Negara*, Yusron Saadi*, I B Giri Putra*


BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada tegakan Hevea brasiliensis yang terdapat di

LAMPIRAN. Mulai. Pembuatan komponen irigasi tetes (emiter alternatif) Pembuatan tabung marihot. Pemasangan jaringan pipa-pipa dan emiter

II. TINJAUAN PUSTAKA. Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Air Tanaman 1. Topografi 2. Hidrologi 3. Klimatologi 4. Tekstur Tanah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

DAYA WARIS DAN HARAPAN KEMAJUAN SELEKSI KARAKTER AGRONOMI KEDELAI GENERASI F 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IRIGASI DARI MASA KE MASA DALAM KAITANNYA DENGAN PERANCANGAN. Bahan kuliah minggu I PENDAHULUAN

Curah Hujan (mm) Intensitas Penyinaran (cal/cm 2 )

I. PENGUKURAN INFILTRASI

Pengelolaan Air Tanaman Jagung

Evapotranspirasi. 1. Batasan Evapotranspirasi 2. Konsep Evapotranspirasi Potensial 3. Perhitungan atau Pendugaan Evapotranspirasi

MODIFIKASI POMPA AIR BERBAHAN BAKAR GAS UNTUK IRIGASI SPRINKLER PORTABLE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di PT. GGP Terbanggi Besar Lampung Tengahpada

Matakuliah : S0462/IRIGASI DAN BANGUNAN AIR Tahun : 2005 Versi : 1. Pertemuan 2

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

KARAKTERISITK SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN PRODUKSI RENDAH DAN TINGGI DI PT GREAT GIANT PINEAPPLE

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di areal pertanaman nanas (Ananas comosus) PT. GGP

Ariswandi Putra 1, Ichwana 1, Susi Chairani 1* 1 Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala PENDAHULUAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

UJI KINERJA DESAIN IRIGASI CURAH MENGGUNAKAN KOMBINASI TEKANAN POMPA DAN TINGGI PIPA RISER TERHADAP KESERAGAMAN AIR

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

ANALISIS DISTRIBUSI ALIRAN SPRINKLE TEKANAN RENDAH

Pertumbuhan Planlet Nenas (Ananas comosus L. Merr.) Varietas Smooth Cayenne Hasil Kultur In Vitro pada Beberapa Konsentrasi BAP dan Umur Plantlet

HIBAH PENGEMBANGAN COURSE CONTENT PROGRAM HIBAH KOMPETISI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan pertanaman nanas PT GGP Terbanggi Besar

Asep Sapei 1 dan Irma Kusmawati 2

Lampiran 1. Denah kebun DIV I PT LPI SKALA 1 : 70000

TINJAUAN PUSTAKA. Dengan meningkatnya kebutuhan air di bidang pertanian dan bidang lain,

17/02/2013. Matriks Tanah Pori 2 Tanah. Irigasi dan Drainasi TUJUAN PEMBELAJARAN TANAH DAN AIR 1. KOMPONEN TANAH 2. PROFIL TANAH.

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

Oleh : Ahmad Tusi *), Bustomi Rosadi *), dan Maruli Triana **) Komunikasi penulis,

PERTEMUAN II SIKLUS HIDROLOGI

PENGARUH BAHAN PENGKONDISI TANAH TERHADAP IKLIM MIKRO PADA LAHAN BERPASIR

Pengaruh Pemberian Cendawan Mikoriza Arbuskula terhadap Pertumbuhan dan Produksi Rumput Setaria splendida Stapf yang Mengalami Cekaman Kekeringan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013.

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 1 : 49-60, Maret 2015

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular Kabupaten Serdang Bedagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Negara Indonesia jika ditinjau dari ketersediaan air termasuk dalam 10

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di

Transkripsi:

J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 Ervina et al.: Efisiensi Irigasi dengan Alat Gun Sprayer 219 Vol. 1, No. 2: 219 224, Mei 2013 EFISIENSI IRIGASI DENGAN ALAT GUN SPRAYER PADA PERTANAMAN NANAS DI PT GREAT GIANT PINEAPPLE TERBANGGI BESAR LAMPUNG TENGAH Ervina 1, Afandi 1, Hery Nopriansyah 1, Irwan Sukri Banuwa 1 & Priyo Cahyono 2 1 Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jl.Prof. Soemantri Brodjonegoro, No.1, Bandar Lampung 35145 E-mail: ervinapirdaus85@gmail.com 2 R&D PT GGP, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah ABSTRAK Irigasi pada pertanaman nanas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi nanas. Menurut data yang ada di PT GGP jika tanaman nanas tidak di rigasi maka akan menurunkan nilai produksi hingga 20 %. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui efisiensi irigasi dengan alat Gun Sprayer pada tanaman nanas di PT GGP. Pengambilan data distribusi siram irigator dilakukan dengan metode Grid. Jarak pada Grid 1 m, 7 m, 14 m, 21 m, dan 28 m sedangkan jarak antar Grid 14 m. Kaleng penampung air irigasi diletakan pada masing-masing jarak Grid. Jenis irigator yang digunkan Gun Sprayer ITI 083 dengan panjang siram 36 m. Dari hasil penelitian didapatkan Koefisien keseragaman siram CU sebesar 69%. Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin jauh jarak irigator maka jumlah siram akan semakin rendah. Jumlah irigasi tidak merata dan bervariasi antara 21,1 mm pada jarak 1 m; 19,0 mm pada jarak 7 m; 19,1 mm pada jarak 14 m; 13,0 mm pada jarak 21,1 m dan 6,1 mm pada jarak 28 m dari irigator. selisih jumlah siram dan jumlah air yang sampai ke dalam tanah pada waktu 24 jam bervariasi ada yang mengalami peningkatan dan pengurangan jumlah air. Jarak 1 meter tebal air sesaat setalah irigasi dan 24 jam meningkat menjadi 29 mm dan 24 mm. Hal ini karena adanya sumbangan air irigasi (bukan objek irigasi). Kata kunci: efisiensi irigasi, gun sprayer, nanas, koefisien keseragaman PENDAHULUAN Air sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman nenas untuk penyerapan unsur-unsur hara yang dapat larut didalamnya. Irigasi pada tanaman nanas sangat penting karena jumlah air minimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang baik sekitar 5 cm air per bulan. Ketika curah hujan kurang dari 5 cm per bulan, pertumbuhan akan terhambat, siklus panen akan lebih panjang dan rata-rata bobot buah akan berkurang (Hepton, 2003). PT Great Giant Pineapple (PT GGP) merupakan penyuplai olahan nanas terbesar ketiga di dunia karena dapat memenuhi 10% dari 12% yang menjadi kebutuhan nanas olahan dunia (Kabar Bisnis, 2012). Irigasi yang digunakan pada lahan pertanaman nanas di PT GGP adalah Sprinkler Irrigation atau Overhead Irrigation yaitu suatu siraman irigasi yang memberikan air meyerupai curah hujan (percikan). Sistem irigasi Sprinkler yang digunakan bersifat dapat dipindahkan secara manual. Sprinkler irrigation merupakan suatu sistem penyiraman yang terdiri dari alat mesin. Irigator yang sering digunakan adalah Gun Sprayer (bacur traveler irigator) yang merupakan alat pemecah air yang akan diberikan pada tanaman nanas. PT GGP menggunakan irigasi Gun Sprayer pada pertanaman nanas dewasa, dengan cara dipancarkan. Beberapa permasalahan irigasi yang muncul di PT GGP adalah tanaman nanas besar dan tanaman nanas kecil diberi irigasi yang sama karna masih sangat jarang penelitian secara pasti tentang irigasi tanaman nanas terutama di Indonesia, akibatnya efisiensi irigasi tanaman nanas di PT.GGP belum diketahui. Kebutuhan air tanaman nanas sulit untuk diukur kana Tanaman nanas termasuk CAM (Crassulaceae Acid Metabolism), yang membuka stomata di waktu malam. Stomata merupakan tempat lalu lintas CO 2 dan H 2 O yang berguna untuk proses fotosintesis. Kerapatan kanopi yang besar pada tanaman nanas dewasa, diduga menyebabkan tidak semua air dapat masuk ke dalam tanah. Menurut Cook (1983) banyak sistem irigasi curah yang tidak efisien, penyimpangan sebagian besar disebabkan tebal siram sprinkler bervariasi dan efek kecepatan angin yang besar. Sedangkan menurut Calder (2005) distribusi air dalam tanah pada sesaat dan setelah irigasi sprinkler bervariasi. Hal ini menunjukan bahwa tingkat siram dari irigator lebih besar dari laju infiltrasi, sehingga

220 Jurnal Agrotek Tropika 1(2):219-224, 2013 pembasahan sangat bervariasi di dalam tanah. Hasil penelitian Maroufpoor, et al (2010) juga menunjukkan bahwa penerapan koefisien keseragaman tergantung dari kondisi siram. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan mengetahui efisiensi irigasi dengan alat Gun Sprayer pada tanaman nanas di PT. Great Giant Pineapple Terbanggi Besar Lampung Tengah. BAHAN DAN METODE Pengambilan data distribusi siram irigator dilakukan dengan metode Grid. Jarak pada Grid 1 m, 7 m, 14 m, 21 m dan 28 m sedangkan jarak antar Grid 14 m (Gambar 1). Kaleng penampung air irigasi diletakan pada masing-masing jarak Grid. Dua kaleng untuk setiap perlakuan jarak pada Grid yaitu satu kaleng di atas tanaman dan satu kaleng di bawah tanaman. Semua kaleng penampung pada jarak Grid dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Data hasil pengamatan berupa kadar air yang dianalisis dengan analisis % kadar air volumetri dan keseragaman siram (uniformity coefficient, UC) (Christiansen, 1942). Langkah-langkah pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut. Engine dibawa ke lokasi sumur bor kemudian kopel shaft disambungkan ke shaft engine box pompa. Menyusun Elbow penyalur air yang diperlukan ke lokasi irigasi dengan sambungan pipa yag menuju ke pompa. Membawa Traveller Irrigator ke ujung pipa galvanis rencana lokasi irigasi dan sambungkan pipa galvanis ke Traveller Irrigator dengan Flexible hose. Menarik Gun Sprayer dengan mengunakan traktor ke rencana lokasi siram (maksimal hose 200 m) dan menghidupkan engine berarti pemompaan air telah dimulai dan siap untuk disiramkan. Air akan memancar melalui Gun sprayer meyerupai curah hujan melalui ujung nozzle. Travelling Irrigator secara otomatis akan mengulung hose untuk menarik Gun Sprayer kearah irrigator dengan kecepatan 30 m / jam. Gun Sprayer dengan sudut 180 derajat mengarah kedalam petak. Penyiapan pengujian efisiensi air irigasi Gun Sprayer dilakukan dengan cara peletakan 30 kaleng penampung air pada Grid di pertanaman nanas seluas 200 m. Peletakan 15 kaleng dengan menggunakan corong di atas tanaman nanas dan 15 kaleng tanpa mengunkan corong di bawah kanopi tanaman nanas. Setelah selesai pengaplikasian irigasi selanjutnya menghitung seberapa banyak air yang ditampung pada kaleng penampung menghitung seberapa banyak air yang terintersepsi ditajuk tanaman nanas sesaat setelah irigasi sehingga diketahui koefisien keseragaman (UC). Data berikut digunakan untuk menghitung efisiensi irigator di lapangan a) Jumlah siram pada tabung penampung dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: (1) Jumlah siram = volume air/luas permukaan tabung b) Efisiensi aplikasi irigasi curah dapat dihitung menurut Roger (2011) dengan rumus sebagai berikut: (2) Ea = 100 (Wc / Wf ) dengan Ea adalah Water application efficiency (efisiensi aplikasi air), Wc adalah Water available for use by the crop (air yang diberikan ke tanaman), dan Wf = Water delivered to field (Air sampai ke lapangan). c) Koefisien keseragaman menurut Christiansen (1942), dapat dihitung dengan persamaan Nilai UC sekitar 85% dianggap cukup baik untuk irigasi curah. 28 m 21 m 14 m 7 m 1 m 28 m 21 m 14 m 7 m 1 m 28 m 21 m 14 m 7 m 1 m 28 m 21 m 14 m 7 m 1 m Gambar 1. Jarak semprot irigator dengan metode Grid

Ervina et al.: Efisiensi Irigasi dengan Alat Gun Sprayer 221 (3) dengan X adalah nilai rata-rata pengamatan (mm), n adalah jumlah total pengamatan, dan Xi adalah nilai masing-masing pengamatan(mm). Pengambilan contoh tanah bulkdensity dilakukan pada jarak 4 m, 18 m, dan 28 m atau pada bagian tengah titik pengambilan contoh tanah untuk kadar air tanah. Satu balkdensity digunakan untuk mewakili kerapatan isi dua titik pengambilan contoh tanah kadar air volumetrik pada kedalaman tanah 0-10 cm dan 10-20 cm. Menghitung bobot kering tanah (g) selanjutnya menentukan volume tanah dalam ring. Pengambilan contoh tanah untuk kadar air dilakukan pada setiap jarak 1 m, 7 m, 14 m, 21 m, dan 28 m pada kedalaman tanah 0-10 cm dan 10-20 cm. Pengambilan contoh tanah untuk kadar air diambil sebesar 20-50 g dibungkus alumuniumfoil. Kadar air tanah di oven pada suhu 105 C selama 24-48 jam. Pengambilan contoh tanah dilakukan sebanyak tiga kali pada setiap perlakuan jarak semprot irigator yaitu sebelum aplikasi irigasi, sesaat sesudah aplikasi irigasi, dan 24 jam sesudah aplikasi irigasi. masing masing contoh tanah dianalisis kadar air tanah mengunakan metode kadar air volumetrik. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan tebal siram irigator (tebal siram dihitung dengan rumus 1) dapat dilihat pada Gambar 2. Dari Gambar 2 diketahui bahwa tebal siram irigator tidak merata, dimana semakin jauh jarak semprot irigator maka tebal siram semakin berkurang. Tebal siram bervariasi, tertinggi sebesar 21,1 mm pada jarak 1 m dan terendah 6,1 mm pada jarak 28 mm. Berdasarkan hasil analisis (dihitung dengan rumus 3) keseragaman siram (uniformity coefficient, UC) diperoleh nilai UC 69%. Hal ini menunjukkan bahwa efisiensi irigasi tergolong rendah. Menurut Prastowo (2003) tekanan dan angin mempengaruhi pola distribusi siram irigator. Pada tekanan rendah butiran tetesan air akan lebih besar dan terlempar cukup jauh dari irigator sedangkan pada tekanan tinggi butiran air menjadi sangat halus peka terhadap angin dan tidak telempar jauh. Pada saat aplikasi, tekanan siram yang digunakan adalah 5 bar dalam rangka untuk memperoleh tebal siram 22 mm, sedangkan menurut standar PT. GGP untuk memperoleh tebal siram 22 mm tekanan yang diperlukan 5,8 bar. Tekanan 5 bar menghasilkan 21,1 mm tabal siram, artinya terjadi kekurangan tebal siram 0,9 mm. hal ini menjadi salah satu penyebab jumlah siram yang tidak seragam. Selain tekanan, kecepatan angin berpengaruh besar terhadap keseragaman siram irigator. Hasil penelitian Calder (2005) untuk menghasilkan tebal siram 25 mm dengan kecepatan angin 0-8 km /jam maka air yang dapat diserap tanaman hanya 67%. Pengamatan stasiun meteorologi PT.GGP pada hari aplikasi irigasi diperoleh data angin 6,08 km/jam atau 1,68 m/detik. Jika dikaitkan dengan koefisien keragaman diproleh nilai UC 69%. Menurut Christiansen (1942) efisiensi irigasi curah yang tergolong tinggi (keseragaman tergolong baik) adalah bila nilai UC lebih besar dari 85%. Gambar 2. Tebal siram irigator berdasarkan jarak 1m, 7m, 14m, 21m, dan 28m. y = -0,535x + 23,24; R 2 = 0,868.

222 Jurnal Agrotek Tropika 1(2):219-224, 2013 Gambar 3. Intersepsi tajuk tanaman 3 jam setelah siram pada kanopi tanaman nanas. y = 1,46x + 86,83; R 2 = 0,31. Hasil pengamatan intersepsi air setelah siram dapat dilihat pada Gambar 3. Dari Gambar 3 diketahui bahwa persentase intersepsi tajuk tanaman sangat tinggi pada setiap perlakuan jarak. Rata-rata persentase intersepsi yang terjadi pada jarak 1 m hingga 28 m tidak jauh berbeda, semuanya diatas 85% hingga 96%. Hal ini menunjukan bahwa intersepsi sesaat setelah irigasi tinggi pada coverage nanas hampir 100%. pada jarak 14 m intersepsi yang terjadi 85 % merupakan intersepsi terendah, hal ini disebabkan karena kanopi tanaman nanas yang tidak sama. Intersepsi tinggi disebabkan oleh tajuk tanaman yang besar pada tanaman nanas besar usia 8,5 bulan (3 bulan sebelum forsing) dengan jarak tanam 25 x 25 cm dan jarak antar baris 55 cm maka coverage tanaman nanas hampir 100%. Meskipun intersepsi sesaat setelaah irigasi tinggi, namun setelah 24 jam diamati, air perlahanlahan dapat sampai ke permukaan tanah. Hal ini menunjukan fenomena intersepsi troughfall. Secara lebih terperinci Sri Harto (1993) menjelaskan troughfall merupakan bagian air hujan yang jatuh di sela-sela daun tanaman sampai ke permukaan tanah. Itu artinya tajuk tanaman tidak memiliki pengaruh besar terhadap efisiensi irigasi siraman. Hasil pengamatan kadar air tanah sebelum irigasi, 3 jam setelah irigasi dan 24 jam setelah irigasi dapat dilihat pada Gambar 4. Dari Gambar 4 diketahui bahwa tebal air tanah tidak merata, dimana semakin jauh jarak semprot irigator maka tebal air tanah semakin berkurang. Tebal air bervariasi, penambahan air sesaat setelah irigasi tebal air tertinggi sebesar 14,8 mm pada jarak 1 m dan terendah 2,3 mm pada jarak 28 m. Setelah 24 jam kadar air tertinggi sebesar 12,4 mm pada jarak 1 m dan 3,5 mm pada jarak 28 m. Hal ini menunjukan bahwa keseragaman siram mempengaruhi kadar air tanah sesaat setelah dan 24 jam setelah irigasi. Distribusi tebal siram irigator yang tidak merata menyebabkan kadar air tanah semakin rendah. Hasil pengamatan efisiensi irigasi siram dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 menunjukan bahwa perubahan efisiensi irigasi pada tebal air tanah 3 jam setelah irigasi dan tebal air tanah 24 jam setelah irigasi berdasarkan jarak semprot irigator. Hasil persentase efisiensi irigasi (dihasilkan dari rumus 2) mengalami penurunan dan peningkatan diproleh data yang bervariasi pada setiap jarak. Pada jarak 1 m, 3 jam sesudah irigasi diperoleh persentase tebal air tanah 134,7% setelah 24 jam menjadi 112,5%. Hal ini menunjukan jarak 1 m memproleh peresentase lebih dari 100%, diduga ada sumbangan air dari daerah yang bukan menjadi objek irigasi (badan jalan). Angka efisiensi irigasi merupakan perbandingan dari jumlah air irigasi terpakai untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman dengan jumlah air yang keluar dari irigator dan jumlah air yang sampai kedalam tanah pada waktu sesaat setelah irigasi dan 24 jam setelah irigasi. Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa jarak 1 m tebal air sesaat setelah irigasi dan 24 jam meningkat menjadi 29 mm dan 24 mm, ini artinya pada jarak tersebut irigasi sangat efisien jika dibandingkan pada jarak yang lain. Hal ini diduga adanya perkolasi atau rembesan air dari badan jalan (bukan objek irigasi). Besarnya evapotranspirasi suatu jenis tanaman adalah langkah pertama dalam penetapan banyaknya air akan digunakan untuk mengairi tanaman nanas. Gambar 5 menunjukan bahwa irigasi di pada pertanaman nanas

Ervina et al.: Efisiensi Irigasi dengan Alat Gun Sprayer 223 Gambar 4. Tebal air tanah sebelum, 3 jam sesudah, dan 24 jam setelah irigasi pada kedalaman tanah 0-10 cm dan 10-20 cm. = sebelum irigasi (y = -0,274x + 30,29; R 2 = 0,026), = sesudah irigasi (y = -3,133x + 45,14; R 2 = 0,990), = 24 jam sesudah irigasi (y = -2,412x + 42,19; R 2 = 0,915). Gambar 5. Efisiensi irigasi. = 3 jam setelah irigasi (y = 10,40x 2 88,41x + 207,4; R 2 = 0,970), irigasi (y = 10,42x 2 82,00x + 181,1; R 2 = 0,964). = 24 jam setelah tidak efisien. Hal ini disebabkan sulitnya menetukan jadwal siram di pertanaman nanas akibat jumlah air yang berbeda-beda pada suatu lokasi siram. Menurut Asep dan Prastowo (2006) kadar air kelembaban tanah tersedia bila nilai 75% istilah air tersedia yang siap dipakai untuk mudah diambil atau dimanfaatkan oleh tanaman. Artinya berdasarkan Gambar 5 bahwa pada jarak 1 m dan jarak 7 m, kondisi tebal air menunjukan tersedia lengas tanah yang cukup. Sedangkan jarak dan ulangan yang lain tidak termasuk air yang tersedia bagi tanaman. KESIMPULAN Koefisien keseragaman siram di proleh Nilai CU 69% dan Efisiensi irigasi masih rendah di PT GGP karena dipengaruhi oleh tekanan dan kecepatan angin. SANWACANA Ucapan terima kasih kepada PT GGP atas kesempatan untuk dapat melaksanakan penelitian ini dan bantuan data yang diperlukan dalam penelitian ini.

224 Jurnal Agrotek Tropika 1(2):219-224, 2013 DAFTAR PUSTAKA Asep dan Prastowo. 2006. Teknik irigasi dan drainase. Bogor: IPB Press. Calder, T. 2005. Efficiency of sprinkler irrigation systems. Departement of agriculture Australia. No. 48/92. Christiansen, J.E. 1942. Irrigation by sprinkling. Bulletin 670. Berkeley, Cal.: Univ. California Agricultural Experiment Station. Cook, F. J. 1983. Water distribution over the soil surface and within the soil during sprinkler irrigation. New Zealand J of Experimental Agriculture 11(1):69-72. Hepton, A. 2003. Cultural system. In : The Pineapple: Botany, production, and uses. Bartholomew, D.P., R.E. Paull, and K.G. Rohrbach (eds), CABI Publishing. Wallingford, UK.301 p. Keller, J. and R.D. Bliesner. 1990. Sprinkler and drip irrigation. AVI publishing Company. Inc. New York. USA. Kabar Bisnis. 2012. Wow! Koktail nanas RI rajai pasar AS.http://www.kabarbisnis.com/read/ 2825463. Diakses tanggal 10-06-2012. Jam 12:30 WIB. Roger, H.D., R.L. Freddie, A. Mahbud, P.T.Todd, and M. Kyle. 2011. Effciencies and water losses Of irrigation systems. Kansas State University. Sri Harto, Br. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta: Gramedia Pustaka.