BAB I PENDAHULUAN. pesat. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam menunjang pembangunan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini sejalan dengan pernyataan Dr. Sapta Nirwandar selaku Wakil

BAB I PENDAHULUAN. sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan

BAB I PENDAHULUAN. serius terhadap bidang ini telah melahirkan beberapa kebijakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. akomodasi bagi para wisatawan yang berkunjung ke Indonesia.. Hotel sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. tertarik di bidang bisnis selalu memikirkan dan berusaha untuk melakukan bisnis

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan

BAB I Pendahuluan I - 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha untuk turut

BAB I PENDAHULUAN. Kepemilikan keunggulan kompetitif merupakan salah satu hal yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Memperoleh keunggulan bersaing merupakan tantangan utama bagi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini industri pariwisata Indonesia mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Propinsi Bali pada Tahun 2009 memiliki luas sekitar Ha dan

BAB I PENDAHULUAN. menawarkan berbagai macam tipe kamar dengan potongan harga, pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi, tetapi setelah bergulirnya reformasi maka pola sentralisasi berganti

HOTEL RESORT BINTANG DUA DAN PUSAT KEBUGARAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. pada dewasa ini, tentunya kita ketahui bahwa MEA

BAB VI INFRASTRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. C I T Y H O T E L B I N T A N G 3 D I S E M A R A N G I m a n t a k a M u n c a r

HOTEL BINTANG EMPAT DENGAN FASILITAS PERBELANJAAN DAN HIBURAN DIKAWASAN PANTAI MARINA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia.Pengelolaan dan pengembangan pariwisata harus dilanjutkan dan

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak diberlakukannya

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya untuk bersenang - senang, memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang

Sarana Akomodasi Sebagai Penunjang Kepariwisataan. di Jawa Barat. oleh : Wahyu Eridiana

BAB I PENDAHULUAN. mengelola, mengatur, dan memanfaatkan pegawai sehingga dapat berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta masih menjadi daerah wisata yang menarik. yang disediakan bagi wisatawan untuk memperoleh pelayanan.

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI ,10 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya semakin meningkat. Pengembangan ini terus dilakukan karena

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN [TYPE HERE] [TYPE HERE]

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bandung ibu kota Jawa Barat terkenal dengan banyaknya objek wisata yang dikunjungi oleh

BAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya

BAB I PENDAHULUAN. devisa negara. Salah satu Visi Pariwisata Indonesia yaitu, industri pariwisata

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR (TPK) HOTEL BINTANG D.I. YOGYAKARTA BULAN JULI 2014 SEBESAR 46,82 PERSEN

Kota Bandung merupakan kota metropolitan terbesar di Jawa Barat. sekaligus menjadi ibu kota provinsi. Kota ini merupakan kota terbesar

Abstrak. Kata kunci : kompetensi, kapabilitas, keunggulan kompetitif dan kinerja perusahaan.

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

SEA SIDE HOTEL DI KARIMUNJAWA

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diandalkan tidak hanya dalam pemasukan devisa, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Pemerintah daerah hendaknya

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu kota budaya yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap jumlah penjualan, laba, lapangan pekerjaan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan walaupun masih ada aliran dana dari pusat kepada daerah seperti dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menyegarkan pikiran setelah bekerja dan memanfaatkan

Statistik Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur Bulan Agustus 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memperbesar pendapatan asli daerah maka pemerintah perlu. pariwisata dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat

BAB I PENDAHULUAN. pendukung utama yang menunjang dalam bisnis di bidang pariwisata. Sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia saat ini mulai berkembang dengan pesat. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. baik dari segi alam, sosial, maupun budaya. Kuta yang teletak di Kabupaten

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Pajak Dan Retribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

BAB I PENDAHULUAN. dekade ke depan. Dengan pertumbuhan wisatawan yang berkisar 4. persen dalam 10 tahun ke depan, diprediksi akan ada sekitar 400 juta

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan perekonomian suatu wilayah, baik dalam bidang sosial maupun

BAB I PENDAHULUAN. telah mengalami perubahan secara meningkat. Jenis wisata dewasa ini bermacammacam

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat boleh berbangga dengan Kota Bandungnya dimana baru-baru ini

BAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan pemerintah daerah (Undang-Undang Kepariwisataan No.10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang besar. Hal tersebut dikarenakan Indonesia dikenal sebagai salah satu negara

Statistik Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur Bulan September 2017

BAB I PENDAHULUAN. kawasan wisata primadona di Bali sudah tidak terkendali lagi hingga melebihi

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri jasa di Indonesia memberikan kontribusi yang cukup berarti,

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan Realisasi Penerimaan Pajak

BAB I PENDAHULUAN. sangat menentukan dalam proses pengembangan usaha, dimana peran sumber. daya manusia menjadi semakin penting Danish et al., (2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tempat wisata yang beragam,

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kota pariwisata dan kota pelajar dengan unsur budaya yang melekat, dan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN. cepat, dikarenakan oleh kunjungan wisatawan yang semakin meningkat untuk datang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Manajemen pendapatan (yield management)merupakan teknik yang

SARANA AKOMODASI SEBAGAI PENUNJANG KEPARIWISATAAN DI JAWA BARAT. Oleh: Wahyu Eridiana*)

BAB I PENDAHULUAN. maupun mancanegara untuk berkunjung. Seiring dengan meningkatnya kunjungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan industri pariwisata di Indonesia saat ini terbilang sangat pesat. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang melakukan perjalanan, ditambahnya jalur-jalur penerbangan dengan rute-rute baru, investasi besar-besaran dibidang pariwisata seperti pembukaan destinasidestinasi wisata dengan produk-produknya yang baru, meningkatnya pembangunan sarana akomodasi, sampai pada perbaikan infrastruktur. Pada tahun 2010 berdasarkan data yang didapat jumlah wisatawan mancanegara yang datang mencapai 7 juta lebih atau meningkat sebesar 10,74% dibanding tahun sebelumnya. Pada bulan Januari 2012 terjadi peningkatan 18,93 persen kunjungan wisatawan mancanegara dibanding bulan Januari 2011 yang berjumlah 548.821 menjadi 652.692 pada bulan Januari 2012 (Afrika Nur W, 2012). Perkembangan pariwisata yang pesat ini terjadi hampir di setiap Kota di Indonesia, salah satunya di Jawa Timur. Data dari situs Kabupaten Lumajang mengatakan bahwa jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Jawa Timur melalui pintu masuk Juanda pada bulan Desember 2011 mencapai 16.883 orang. Tingginya jumlah pengunjung ini menyebabkan meningkatnya tingkat penghunian kamar, dimana pada hotel berbintang di Jawa Timur pada bulan Desember 2011 mencapai 54,22 persen. Salah satu daerah di Jawa Timur yang merupakan pusat kunjungan wisatawan adalah Kota Batu. Pesatnya jumlah 1

2 kunjungan wisatawan merupakan kondisi yang menguntungkan bagi daerah Kota Batu dan sekitarnya. Perkembangan kepariwisataaan ini pada gilirannya mendorong berkembangannya berbagai bidang usaha yang mendukung sektor pariwisata seperti akomodasi, transportasi, kuliner dan sebagainya. Dari hasil survey pendahuluan diperoleh data mengenai jumlah usaha yang mendukung kepariwisataan di Kota Batu, seperti dinyatakan dalam tabel berikut. Tabel 1. Sarana dan Prasarana Pendukung Kepariwisataaan di Kota Batu No Jenis Jumlah 1 Akomodasi 57 2 Tempat hiburan dan Rekreasi 27 3 Pusat kesehatan dan kebugaran 11 4 Wisata Kuliner 39 5 Pusat souvenir 19 Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Batu, 2012. Akomodasi merupakan tempat penginapan atau tempat peristirahatan sementara pada wisatawan selama melakukan wisata, tempat hiburan dan rekreasi merupakan tujuan wisata, pusat kebugaran dan kesehatan juga merupakan tempat yang banyak didatangi oleh wisatawan ke Kota Batu disamping untuk melihat keindahan alam Kota Batu, pusat kuliner, menyediakan beragam makanan baik lokal khas Batu atau Jawa Timur juga makanan manca negara dan pusat souvenir yang merupakan salah satu pendukung kegiatan pariwisata karena menyediakan berbagai cindera mata dan ole-ole yang akan dibawa pulang oleh para wisatawan setelah berkunjung di Kota Batu. Kelima jenis usaha di atas saling mendukung satu sama lain dalam industri pariwisata di Kota Batu. Salah satu jenis industri dalam bidang pariwisata yang berkembang pesat di Kota Batu adalah bidang

3 usaha akomodasi. Keberhasilan usaha akomodasi ini antara lain disebabkan karena adanya kerja sama dengan usaha lain dalam bidang pariwisata. Dari sekian banyak usaha akomodasi yang ada di daerah Kota Batu, Hotel Melati merupakan salah satu jenis akomodasi yang paling banyak mengadakan kerja sama dalam bentuk aliansi dengan usaha lain di bidang pariwisata. Suatu persaingan akan dimenangkan jika strategi pemasaran mampu menciptakan strategi bersaing (competitive strategy) yang mempunyai keunggulan bersaing. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Porter (1991:16), bahwa strategi bersaing merupakan suatu kombinasi antara tujuan yang diperjuangkan perusahaan dengan alat (kebijakan) yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut atau pencarian posisi yang menguntungkan dalam suatu industri sebagai tempat persaingan. Dalam memilih suatu strategi bersaing ada dua faktor yang perlu dipertimbangkan yaitu; daya tarik suatu industri untuk memberikan tingkat laba jangka panjang dan penentuan posisi relatif dalam suatu industri. Dengan demikian tujuan strategi bersaing adalah menemukan posisi perusahaan dalam suatu industri yang memungkinkan suatu perusahaan dapat melindungi diri terhadap tekanan persaingan atau mempengaruhi tekanan secara positif. Salah satu strategi bisnis dan keunggulan bersaing yang banyak dikembangkan berbagai perusahaan dewasa ini adalah strategi aliansi. Aliansi strategis adalah upaya antara dua atau lebih badan usaha yang secara bersamasama berusaha meraih suatu tujuan yang disepakati bersama dengan tetap menjaga independensi formulasi aliansi dari keterikatan organisasi badan usaha yang

4 menjadi mitra aliansi. Dengan aliansi, perusahaan dapat saling berbagi kemampuan transfer teknologi, risiko, dan pendanaan. Industri pariwisata bukan suatu industri yang berdiri sendiri melainkan terdiri dari berbagai komponen-komponen yang saling terkait. Penyelenggaraan sistem pariwisata dapat berjalan dengan sempurna bila komponen-komponen tersebut saling mendukung satu dengan lainnya. Perusahaan yang tergolong dalam industri pariwisata mempunyai keterkaitan satu sama lain dalam mendukung suksesnya kegiatan kepariwisataan. Salah satu perusahaan dalam industri pariwisata adalah perhotelan, termasuk di dalamnya Hotel Melati. Hotel sebagai salah satu sarana akomodasi mempunyai peranan yang cukup besar dalam perkembangan industri pariwisata, karena berfungsi sebagai tempat menginap para wisatawan yang datang selama mereka melakukan perjalanan wisata. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa investasi terbesar di Kota Batu adalah pada bidang usaha perhotelan dan penginapan lainnya seperti villa, yang menunjukkan kenaikan setiap tahunnya. Perkembangan industri perhotelan yang pesat telah mengakibatkan timbulnya persaingan yang ketat. Adanya peluang dalam memanfaatkan potensi pariwisata dan tantangan dalam menghadapi persaingan dengan perusahaan sejenis menuntut setiap perusahaan untuk melakukan strategi yang tepat. Bagi perusahaan yang bergerak di bidang jasa termasuk akomodasi dan perhotelan, pemasaran mempunyai peran yang strategis bagi pertumbuhan dan perkembangan perusahaan. Melalui kegiatan

5 pemasaran, produk perusahaan akan dikenal oleh masyarakat luas yang berdampak pada tingkat penjualan (Occupancy rate). Namun dalam menjalankan usaha pariwisata usaha perhotelan tidak terlepas dari kegiatan dengan perusahaan lain yang juga bergerak dalam bidang pariwisata, seperti biro perjalanan, perusahan kuliner dan penyelenggara obyek wisata. Oleh karenanya perusahaan perhotelan perlu menjalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan tersebut dalam mencapai keberhasilan usaha. Kesadaran akan ketatnya persaingan antar perusahaan dalam memanfaatkan peluang kepariwisataan telah mendorong perusahaan untuk menerapkan strategi bersaing, dalam bentuk aliansi dengan beberapa perusahaan yang terkait dengan usaha kepariwisataan. Aliansi yang dilakukan perusahaan lebih difokuskan untuk meningkatkan kinerja pemasaran perusahaan bersangkutan. Tujuan utama dari strategi ini adalah memungkinkan perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu yang tidak dapat dicapai dengan usaha sendiri. Ditempuhnya strategi aliansi ini oleh perusahaan merupakan suatu upaya memanfaatkan keunggulan perusahaan dan mengkompensasi kelemahannya dengan keunggulan yang dimiliki mitra bisnisnya. Aliansi strategi merupakan bentuk umum dari strategi perusahaan dalam bekerja sama dengan perusahaan lainnya yang mempunyai kaitan erat dengan kegiatan usaha yang dilakukan. Sehubungan dengan kegiatan kepariwisataan sebagai industri jasa, bentuk aliansi yang tepat untuk dilakukan adalah aliansi pemasaran. Aliansi pemasaran merupakan upaya kerja sama antara dua atau lebih perusahaan yang saling terkait dalam upaya mencapai kinerja pemasaran produk

6 yang tinggi. Dalam kegiatan aliansi terdapat beberapa faktor yang berperan penting bagi kesuksesan kegiatan aliansi. Diantara berbagai faktor tersebut, berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, dikatakan mempunyai hubungan yang erat dan signifikan dengan aliansi adalah kepercayaan dan komitmen. Strategi aliansi yang didasari oleh adanya kepercayaan dan komitmen dapat mencapai keberhasilan perusahaan yang beraliansi. Kepercayaan adalah keyakinan bahwa seorang atau suatu pihak. Rasa saling percaya atau rasa percaya antar-pribadi mengandung unsur kognitif dan afektif (Parsons, 2002:5). Sisi kognitif berkaitan dengan keputusan untuk mempercayai atau tidak mempercayai pihak lain. Keputusan untuk mempercayai ini dibuat berdasarkan alasan-alasan yang baik, seperti tanggung jawab, keandalan, dan kompetensi (Moorman, dkk, 1992:314). Dalam strategi aliansi, kepercayaan sangat penting dalam sebuah kerjasama / hubungan karena hal tersebut sangat berperan penting dalam membangun komunikasi dan kerja sama dalam memecahkan masalah-masalah yang muncul dalam sebuah kerjasama (Zineldin, 1998:38-64). Adanya kepercayaan terhadap rekan kerja sama akan melahirkan suatu komitmen dari para mitra, untuk membentuk suatu kerja sama yang saling menguntungkan. Pentingnya kepercayaan diteliti oleh Schurr dan Ozzane dalam Handoko (2008:15) menyatakan bahwa tingginya kepercayaan telah meningkatkan hubungan yang terjalin dalam suatu kerja sama. Komitmen adalah keyakinan salah satu pihak bahwa membina hubungan dengan pihak lain merupakan hal yang penting dan berpengaruh terhadap manfaat

7 optimal yang didapat oleh kedua pihak yang saling berhubungan. Komitmen merupakan motivasi untuk memelihara hubungan dan memperpanjang hubungan. Apabila motivasi untuk memelihara hubungan tinggi, maka kualitas hubungan juga tinggi. Dengan demikian, komitmen akan memunculkan keyakinan yang tinggi kepada mitra bisnis bahwa kerjasama yang terjalin akan menghasilkan kualitas hubungan yang relevan dengan kinerja bersama dalam bentuk aliansi pemasaran. Adanya komitmen yang dilandasi oleh kepercayaan dari masing-masing pihak yang terlibat dalam kerja sama pada gilirannya akan menghasilkan suatu kerja sama yang baik dan berkualitas. Demikian halnya dengan usaha pariwisata yang bergerak dalam bidang akomodari yaitu perhotelan. Dalam usahanya, perhotelan senantiasa berhubungan dengan usaha transportasi dan kuliner, yang juga merupakan komponen usaha pariwisata. Agar tidak adanya persaingan yang berdampak negatif dalam kegiatan perusahaan maka perusahaan perlu melakukan kerja sama dengan perusahaan dalam industri yang sama. Kerja sama tersebut berupa aliansi dalam bidang pemasaran atau aliansi pemasaran. Untuk mencapai kesuksesan aliansi pemasaran yang baik, perusahaan perhotelan perlu membangun kepercayaan mitra kerja, dan kepercayaan tersebut akan melahirkan suatu komitmen untuk bersama melakukan kerja sama dalam bentuk aliansi. Dalam penelitian ini, diambil subyek penelitian Hotel Melati. Alasan pemilihan subyek penelitian ini adalah karena dari banyaknya perusahaan yang mendukung industri pariwisata, Hotel Melati tergolong salah satu usaha yang paling banyak melakukan kegiatan aliansi dengan perusaan lain. Hal ini untuk

8 mengantisipasi persaingan dengan hotel berbintang yang dinilai mempunyai lingkup usaha yang relatif luas. Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa dengan adanya kepercayaan dan komitmen antara dua atau lebih perusahaan, maka proses aliansi yang dilakukan akan mengarah pada pencapaian tujuan secara optimal. Berdasarkan latar belakang ini maka peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian guna mengetahui lebih jauh tentang peran kepercayaan dan komitmen terhadap aliansi pemasaran. 1.2 Perumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas timbul beberapa permasalahan untuk dikaji dalam penelitian ini yaitu : 1. Apakah kepercayaan berpengaruh terhadap aliansi pemasaran? 2. Apakah komitmen berpengaruh terhadap aliansi pemasaran? 3. Apakah kepercayaan dan komitmen berpengaruh terhadap aliansi pemasaran? 1.3 Pembatasan Masalah Masalah yang dibahas dalam penelitian terbatas pada lingkup : 1. Aliansi dibatasi pada aliansi di bidang pemasaran dari Hotel Klas Melati di Kota Batu 2. Bentuk aliansi yang dilakukan oleh Hotel Klas Melati di Kota Batu

9 1.4 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh kepercayaan terhadap aliansi pemasaran. 2. Mengetahui dan menganalisis pengaruh komitmen terhadap aliansi pemasaran. 3. Mengetahui dan menganalisis pengaruh kepercayaan dan komitmen terhadap aliansi pemasaran. 1.5 Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritik a. Memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu manajemen khususnya bidang manajemen pemasaran. b. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti berkaitan dengan strategi pemasaran melalui strategi aliansi c. Dapat dijadikan bahan perbandingan atau sumber informasi bagi penelitian terkait di masa mendatang. 2. Kegunaan Praktik a. Memberikan masukan kepada perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri pariwisata, terutama perusahaan yang terlibat dalam aliansi. b. Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberi wawasan dan pandangan kepada manajemen perusahaan khususnya bagian

10 pemasaran dalam mengambil keputusan yang tepat sehubungan dengan pelaksanaan strategi pemasaran.